You are on page 1of 10

INDONESIA BERBAGAI AGAMA, SUKU, BUDAYA DAN ETNIS

BERSATU DALAM BHINEKA TUNGGAL IKA DIBAWAH


NAUNGAN PANCASILA MENJADI RAKYAT YANG DAMAI,
SEJAHTERA LAHIR DAN BATIN

Disusun oleh: Miftakhul Janah


Fakultas/Prodi: Ekonomi/Manajemen
Dosen pengampu: Dr. Budi Supriyatno,MM,M.Si

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul INDONESIA BERBAGAI
AGAMA, SUKU, BUDAYA DAN ETNIS BERSATU DALAM BHINEKA TUNGGAL IKA
DIBAWAH NAUNGAN PANCASILA MENJADI RAKYAT YANG DAMAI, SEJAHTERA
LAHIR DAN BATIN . Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam Penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1
2

Bapak Dr. Budi Supriyatno,MM,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah


memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama
mengikuti pendidikan kewarganegaraan.
Orang tua saya yang selalu memberikan dukungan dalam langkah menyelesaikan
makalah ini.
Jakarta, 03 Januari 2017
Penulis

A. SEJARAH TERBENTUKNYA SEMBOYAN BHINNEKA TUNGGAL IKA


Mpu Tantular yang hidup pada abad ke-14 di Majapahit adalah seorang pujangga ternama
Sastra Jawa. Ia hidup pada pemerintahan raja Rjasanagara. Ia masih saudara sang raja yaitu
keponakannya (bhrtrtmaja dalam bahasa Kawi atau bahasa Sansekerta) dan menantu adik
wanita sang raja. Nama Tantular terdiri dari dua kata : tan (tidak) dan tular (tular atau
terpengaruhi). Artinya ia orangnya ialah teguh. Sedangkan kata mpu merupakan gelar dan
artinya adalah seorang pandai atau tukang. Tantular adalah seorang penganut agama Buddha,
namun ia orangnya terbuka terhadap agama lainnya, terutama agama Hindu-Siwa. Hal ini bisa
terlihat pada dua kakawin atau syairnya yang ternama yaitu kakawin Arjunawijaya dan terutama
kakawin Sutasoma. Bahkan salah satu bait dari kakawin Sutasoma ini diambil menjadi motto
atau semboyan Republik Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda namun satu jua
Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwneka dhtu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa tunggal,
Bhinnka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Bhineka Tunggal Ika dilontarkan secara lebih nyata masa Majapahit sebenarnya telah dimulai
sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi
perkembangannya, karenanya Nararyya Wisnuwarddhana didharmmakan pada dua loka di
Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat Buddha. Juga putra mahkota
Kertanagara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA = Jnyanabajreswara atau
Jnyaneswarabajra.
Inilah fakta bahwa Singhasari merupakan embrio yang menjiwai keberadaan dan
keberlangsungan kerajaan Majhapahit. Narayya Wijaya sebagai pendiri kerajaan (the founder)
tiada lain kerabat sekaligus menantu Sang Nararyya Murddhaja (Sri Kertanagara = raja
Singhasari terakhir). Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu
Tantular pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu.
Telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan,
telah sepenuhnya menyadari bahwa menumbuhkan rasa dan semangat persatuan itulah Bhinneka
Tunggal Ika - Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi semboyan yang diabadikan
lambang NKRI Garuda Pancasila. Dalam Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian
Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga anekaragam
agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.

Dalam lambang NKRI, Garuda Pancasila, pengertiannya diperluas, menjadi tidak terbatas
dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga
terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam
kesatuan nusaantara raya. Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan
bhinna-ika- tunggal - ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun
secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya SATU, satu bangsa dan
negara Republik Indonesia. Frase Bhinneka Tunggal Ika telah sama-sama diakui dan dirasakan
mempunyai "kekuatan" untuk menyatukan, mengutuhkan dan meneguhkan bangsa Indonesia
yang majemuk atau disebut sebagai salah satu sarana pengintegrasi bangsa Indonesia atau
sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Berhasilnya pemimpin bangsa kita untuk menggali dan
menetapkan sebagai semboyan di dalam bagian lambang negara adalah karya besar yang tak
ternilai. Merujuk kepada keterangan Mohammad Hatta dalam bukunya Bung Hatta Menjawab,
1979, disebutkan bahwa semboyan "Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno, setelah
merdeka semboyan itu diperkuat dengan lambang yang dibuat Sultan Abdul Hamid Pontianak
dan diresmikan pemakaiannya oleh Kabinet RIS tanggal 11 Februari 1950.
Istilah "ciptaan Bung Karno" dalam pernyataan Mohammad Hatta di atas menurut hemat
penulis kurang tepat, karena dengan pernyataan itu memberikan pengertian, bahwa semboyan
Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno. Pernyataan ini juga akan bertentangan dengan
pidato Presiden Soekarno sendiri pada tanggal 22 Juli 1958 di Istana Negara yang menyatakan
bahwa "di bawahnya tertulis seloka buatan Empu Tantular "Bhinneka Tunggal Ika, Bhina ika
tunggal ikaberjenis-jenis tetapi tunggal".
Berdasarkan isi pidato Presiden Soekarno di atas, semboyan itu adalah buatan Empu
Tantular. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penyelidikan Mohammad Yamin, seperti yang
dikemukakan dalam buku 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1954 yang menyatakan, bahwa
semboyan itu dinamai seloka Tantular karena kalimat yang tertulis dengan huruf yang jumlah
aksaranya 17 itu berasal dari pujangga Tantular yang mengarang kitab Sutasoma pada masa
Madjapahit pada abad XIV. Adapun arti seloka Jawa lama itu adalah walaupun berbeda-beda
ataupun berlainan agama, keyakinan dan tinjauan tetapi tinggal bersatu atau dalam.

B. PENGERTIAN BHINNEKA TUNGGAL IKA


Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan bangasa Indonesia. Frasa ini berasal
dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi tetap
satu. Diterjemahkan per patah kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata
neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam
Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi
pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

C. FUNGSI BHINNEKA TUNGGAL IKA


Semboyan Bhinneka tunggal ika mempunyai fungsi yang sangat penting bagi bangsa
Indonesia, fungsi-fungsinya yaitu :
Mempersatukan bangsa Indonesia.
1. Menghambat semua konflik yang didasari atas kepentingan pribadi atau kelompok.
2. Mempertahankan kesatuan bangsa Indonesia,
3. Membantu mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia.
4. Mewujudkan Masyarakat madani.
5. Mewujudkan Perdamaian Indonesia.

D. PRINSIP-PRINSIP YANG TERKANDUNG DALAM BHINNEKA


TUNGGAL IKA
1. Dalam rangka membentuk kesatuan dari keanekaragaman tidak terjadi pembentukan konsep
baru dari keanekaragaman konsep-konsep yang terdapat pada unsur-unsur atau komponen
bangsa.
2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sekretarian dan eksklusif, hal ini bermakna bahwa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling benar, paling
hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain.
3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan perilaku semu tetapi
Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling mempercayai, saling menghormati, saling
mencintai dan rukun.
4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna perbedaan yang
terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu dalam
bentuk kesepakatan bersama.
Prinsip atau asas pluralistic dan multicultural Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai:

Inklusif.
Terbuka.
Ko-eksistensi damai dan kebersamaan.
Kesetaraan.
Tidak merasa yang paling benar.
Toleransi.
Musyawarah.

Segala peraturan perundang-undangan khususnya peraturan daerah harus


mampu mengakomodasi masyarakat yang pluralistic dan multicultural, dengan
tetap berpegang teguh pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Suatu
peraturan perundang-undangan, utamanya peraturan daerah yang memberi
peluang terjadinya perpecahan bangsa atau yang semata-mata untuk
mengakomodasi kepentingan unsur bangsa harus dihindari. Suatu contoh
persyaratan untuk jabatan daerah harus dari putra daerah, menggambarkan
sempitnya kesadaran nasional yang semata-mata untuk memenuhi aspirasi
kedaerahan yang akan mengundang terjadinya perpecahan. Hal ini tidak
mencerminkan penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Dengan menerapkan nilainilai tersebut secara konsisten akan terwujud masyarakat yang damai, aman, tertib,
teratur sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.

E. IMPLEMENTASI BHINNEKA TUNGGAL IKA


Berdasarkan prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika di atas, maka prinsip-prinsip tersebut perlu
untuk diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1. Perilaku inklusif.
2. Mengakomodasi sifat pluralistik
3. Tidak mencari menangnya sendiri
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat.
5. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.

F. Wujud dari keragaman di dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika


Suku bangsa di Indonesia berjumlah lebih dari 100 suku bangsa. Wilayah Indonesia yang
luas memengaruhi tingginya keanekaragaman bangsa Indonesia. Keragaman suku bangsa akan
menentukan keragaman budaya bangsa Indonesia. Meskipun budaya bangsa kita sangat beraneka
ragam, tetapi tetap satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan semboyan
bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Bhinneka
Tunggal Ika mengandung makna meskipun berbeda suku, budaya, agama, dan bahasa daerah,
tetapi tetap satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Keragaman tersebut berupa :
Keragaman suku bangsa di Indonesia
Di Indonesia banyak terdapat suku bangsa yang tersebar di pulau-pulauyang ada. Suku-suku
bangsa tersebut di antaranya sebagai berikut :
1. Pulau Sumatra: ada suku Aceh, Batak, Karo, Mandailing, Melayu, Lampung , Komering, dan
Minangkabau.
2. Pulau Jawa: ada suku Banten, Betawi, Badui, Jawa, Karimun,Madura, dan Tengger.
3. Pulau Bali: suku Bali.
4. Kepulauan Nusa Tenggara: ada suku Alor, Atoni, Adonara, Belu, Bima, Bodha,Damar,
Dompu, Ende, Flores, Helong,Kupang, Larantuka, Lombok, Mambaro,dan Riung.
5. Pulau Kalimantan : ada suku Abai, Adang, Banjar, Berusu, Bulungan, Busang, Dayak, Dusun,
Melanau, Murik,Punan, dan Tabuyan.

6. Pulau Sulawesi: ada suku Ampana, Bada, Bajo, Bobongko, Bugis, Gimpu, Kulawi, Lampu,
Makassar, Parigi, Selayar, Toli-toli, dan Toraja.
7. Kepulauan Maluku: ada suku Aru, Buru, Galela, Kei, Loda, Moa, Seram, Tanibar, dan To
Belo.
8. Pulau Papua:ada suku Asmat, Anggi, Arguni, Biak, Bintuni, Dani, Jakui, Mapia, Mimika,
Moni, Muyu, Senggi, Sentani, dan Waigeo.
Perbedaan suku bangsa wajib kita hargai dan hormati. Walaupun berbeda, jangan sampai
menimbulkan perpecahan di antara kita. Dengan adanya perbedaan kita tetap dapat menjalin rasa
persatuan dan kesatuan. Perbedaan menjadi kekuatan karena bangsa kita adalah bangsa yang
besar. Sikap menghormati dan menghargai harus diciptakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di
rumah, di sekolah, maupun dalam masyarakat. Persatuan dalam keragaman sangat penting untuk
menciptakan kedamaian. Keragaman budaya bangsa Indonesia ada yang berbentuk
religi/keagamaan, kesenian, bahasa daerah, rumah adat, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, dan peralatan hidup. Budaya daerah yang beraneka ragam merupakan budaya
bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, budaya daerah merupakan akar budaya nasional yang perlu dikembangkan dan
dilestarikan.
1. Religi/Keagamaan
Upacara adat tiap suku bangsa di negara kita berbeda, termasuk upacara perkawinan,
kematian, dan kelahiran yang dimilikinya. Di Bali ada upacara pembakaran mayat. Di daerah
Toraja, Sulawesi Selatan ada juga upacara bagi orang yang telah meninggal, di arak ke tempat
pemakamannya yang terletak di goa-goa di lereng gunung. Di daerah-daerah lain juga terdapat
upacara menurut adat istiadat dan corak budaya setempat. Upacara-upacara adat sering
menggunakan simbol-simbol adat, tari-tarian, dan bahasa daerah setempat sehingga menarik
perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Umpamanya, Suku Tengger di Jawa Timur
terbiasa melakukan upacara Kasadha. Upacara tersebut juga disaksikan oleh wisatawan.
2. Kesenian daerah
Beberapa kesenian daerah misalnya dalam bentuk pertunjukan rakyat, lagu daerah, tarian
daerah, dan alat musik tradisional merupakan bagian dari kesenian daerah yang dapat
memperkaya budaya Indonesia.
a) Pertunjukan Rakyat
Di Indonesia, pertunjukan seringkali dikaitkan dengan pelaksanaan upacara. Seni pertunjukan di
Indonesia memiliki ciri khas di setiap daerah dan merupakan sebuah bentuk ungkapan budaya.
Ketoprak dari Jawa Tengah, Ludruk dari Jawa Timur, Topeng Cirebon dari Jawa Barat, Lenong
Betawi dari DKI Jakarta, Makyong dari Kepulauan Riau, Inong Rampak dari Aceh.
b) Lagu Daerah
Setiap daerah di Indonesia memiliki lagu-lagu daerah, diantaranya:
Aceh (NAD): Bungong Jeumpa, Piso Surit
Sumatra Utara: Anju Ahu, Mariam Tomong
Sumatra Barat: Ayam Den Lapeh, Kampuang Nan Jauh Di Mato
Sumatra Selatan: Dek Sangke

Jambi: Injit-injit Semut


Bengkulu: Lalan Belek
Jawa Barat: Cing Cangkeling, Manuk Dadali
DKI Jakarta: Jali-jali, Kicir-kicir
Jawa Tengah: Gambang Suling, Gundul Pacul
Jawa Timur: Keraban Sape, Tandu Majeng
Bali: Mejangeran, Putri Ayu
Sulawesi Utara: Esa Mokan, O Ina Ni Keke
Sulawesi Selatan: Pakarena
Sulawesi Tengah: Tondok Kadindangku
Kalimantan Selatan: Paris Berantai
Kalimantan Timur: Indung-indung
Kalimantan Barat: Cik-Cik Periok
Kalimantan Tengah: Tumpi Wayu
Maluku: Tanase, Oleh Sioh
Papua: Yamko Rambe Yamko
c) Tarian Daerah
Indonesia memiliki banyak tarian yang menampilkan gerakan yang indah. Sebagian dikenal
sejak berabad-abad di antara rakyat jelata, yang lainnya berkembang di istana. Tari yang berakar
dari tari adat misalnya tari Pendet dari Bali. Ada juga tari yang bersumber pada seni bela diri,
seperti tari Alan Ambek dari Sumatra Barat.
d) Alat Musik Daerah
Alat musik daerah digunakan untuk mengiringi tari-tarian adat dan lagu daerah. Berikut adalah
gambar beberapa alat musik daerah. Gong dari Jawa Tengah, Kolintang dari Sulawesi Utara,
Rebana dari DKI Jakarta, Tifa dari Papua, Ketepang dari Kalimantan, Bonang dari Jawa Timur.
e) Rumah Adat
Setiap daerah di Indonesia memiliki rumah adatnya sendiri. Rumah adat di setiap daerah
memiliki ciri yang khas sesuai Provinsi (Daerah).
f) Pakaian Adat
Keanekaragamaan bangsa Indonesia termasuk di dalamnya adalah pakaian adat. Tiap suku
bangsa yang ada di Indonesia memiliki pakaian adat. Pakaian tersebut biasa dipakai pada waktu
upacara-upacara adat, misalnya kematian, perkawinan, kelahiran, dan kegiatan ritual dari
masing-masing suku tersebut.

G. Peran Bhinneka Tunggal Ika sebagai faktor pembentuk identitas bangsa


Indonesia.
Jati diri bangsa Indonesia atau identitas bangsa Indonesia merupakan suatu yang pelik,
ada yang beranggapan bahwa sebagai bangsa Indonesia harus melepaskan identitasnya yang
berifat kesukuan atau keanggotaannya dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat. Jati diri
bangsa Indonesia merupakan sesuatu yang telah disepakati bersama seperti cita-cita masa depan
yang sama berdasarkan pengalaman sejarah baik pengalaman yang menggembirakan maupun
yang pahit. Semuanya itu telah membentuk rasa solidaritas yang tinggi sebagai satu bangsa dan
oleh sebab itu bertekad untuk memperbaikai masa depan yang lebih baik. Bangsa Indonesia
terdiri dari lebih dari 700 suku bangsa dengan kebudayaannya masing-masing. Itu sebabnya juga
mengapa bhinneka Tunggal Ika merupakan lambang negara kita sebagaimana dicantumkan
dalam pasal 36A UUD.
Dari kebhinnekaan itulah ingin diwujudkan identitas Bangsa Indonesia. Dengan kata lain
Bhinneka Tunggal Ika merupakan gambaran nyata dari keadaan masyarakat bangsa Indonesia
yang majemuk dan ini pun dijadikan sebagai dasar perjuangan bangsa Indonesia dalam
membentuk integrasi nasional. Masalah yang dihadapi oleh bangsa masyarakat-negara yang
sedang berkembang tidak hanya struktur masyarakat yang sangant majemuk secara cultural
sehingga sukar menciptakan suatu identitas yang disepakati bersama, tetapi juga masyarakatnegara yang bagaimana yang hendak mereka ciptakan. Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami
sebagai motto Negara, yang diangkat dari penggalan kitab Sutasoma karya besar Mpu Tantular
pada jaman Kerajaan Majapahit (abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi
satu. Motto ini digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan
sosial-kultural dibangun diatas keanekaragaman.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut diharapkan bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau dasar
perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal di mata
dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme. Oleh karena itu, masyarakat majemuk menjadikan
nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi, nasionalisme, kekeluargaan, ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai ideologi nasional, sedangkan nilai-nilai lain seperti
individualisme, komunisme, fasisme, dan teokrasi tidak mereka jadikan sebagai ideologi
nasional karena dipandang tidak tepat dan tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat. Selain
itu, masyarakat yang majemuk juga dipandang sebagai masyarakat yang rentan dengan konflik
yang bisa menyebabkan disintegrasi bangsa, maka dari itu nilai-nilai kemanusiaan, keadilan
sosial, demokrasi, nasionalisme, kekeluargaan yang diwujudkan dalam semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang menjadi dasar perjuangan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

H. Cara Membina Bangsa Indonesia yang Beranekaragam agar


Tercapai Integrasi Nasional melalui Semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Identitas bangsa Indonesia merupakan sesuatu yang perlu diwujudkan dan terus menerus
berkembang atau seperti yang telah dirumuskan Bung Karno merupakan ekspresi dari roh
kesatuan Indonesia, kemauan untuk bersatu dan mewujudkan sesuatu dan bermuatan yang nyata.
Perwujudan identitas bangsa Indonesia tersebut jelaslah merupakan hasil proses pendidikan sejak
dini dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan formal dan in-formal. Menurut masykuri
abdillah, salah satu persyaratan terwujudnya masyarakat modern yang demokatis adalah
tewujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta
mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan. Kemajemukan ini merupakan Sunnatullah (hukum
alam). Dilihat dari segi etnis, bahasa, agama dan sebagainya, indonesia termasuk salah satu
negara yang paling majemuk di dunia.
Hal ini disadari betul oleh para Founding Fathers kita, sehingga mereka merumuskan
konsep pluralisme ini dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Tentunya setiap bangsa ingin
menonjolkan keunggulan dari identitas bangsanya terlebih-lebih dalam era globalisasi dewasa ini
di mana pertemuannya antar bangsa menjadi sangat cepat dan mudah. Dalam pergaulan antar
bangsa nilai-nilai yang positif dari suatu bangsa akan ikut membina perdamaian dan kehidupan
yang lebih tenteram di planet bumi ini. Identitas bangsa indonesia seperti yang kita kenal sebagai
bangsa yang ramah-tamah,toleran, kaya akan tradisi dari suku-suku bangsa yang Bhinneka perlu
terus dikembangkan untuk kebudayaan dan perdamaian seluruh umat manusia.
Dengan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an itu berarti masyarakat Indonesia adalah plural.Dan
di dalam masyarakat plural, dialog adalah keniscayaan bahkan keharusan. Sesungguhnya bicara
pluralisme dan dialog antar-agama itu bukan hal baru di negeri ini. Memang isu pluralisme
adalah setua usia manusia, hanya cara dan metode manusia menghadapinya yang berbeda. Jadi
masyarakat yang majemuk itu haruslah mengadakan dialog agar integrasi tetap terjaga dan
mereka juga harus bersatu dalam perbedaan. Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity)
merupakan salah satu identitas pembentuk bangsa. Yang dimaksudkan dengan bersatu dalam
perbedaaan adalah kesetiaan warga masyarakat pada suatu lembaga yang disebut negara, atau
pemerintahan yang mereka pandang dan yakini mendatangkan kehidupan yang lebih manusiawi
tetapi tanpa menghilangkan keterikatan kepada suku bangsa, adat-istiadat, ras, atau agama.
Setiap warga masyarakat akan memiliki kesetiaan ganda (multi loyalities) sesuai dengan
porsinya.
Walaupun mereka tetap memiliki keterikatan terhadap identitas kelompok, namun mereka
menunjukan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaaan yang berwujud dalam bentuk
bangsa-negara di bawah suatu pemerintahan yang berkeabsahan. Membina identitas bangsa
memerlukan upaya yang berkesinambungan serta berkaitan dengan berbagai aspek. Kedudukan
seseorang sebagai warga negara Indonesia tidak mengenal diskriminasi, kehidupan bersama yang
penuh toleransi dan menghindari berbagai perasaan curiga satu dengan yang lain atau tidak
adanya trust di dalam kehidupan bersama, kemampuan dan keinginan untuk melihat perbedaan
antar suku bukan sebagai hal yang memisahkan di dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari
bahkan lebih mempererat dan mempercaya kehidupan dan kebudayaan nasional. Ini dikarenakan
dalam era globalisasi sekarang ini setiap bangsa ingin menonjolkan identitas bangsanya agar
lebih dikenal di mata dunia.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Wujud dari keragaman di dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika itu bermacam-macam
yaitu terdiri dari suku bangsa, selain itu terdiri dari bermacam-macam budaya diantaranya
religi/keagamaan, kesenian daerah yang terdiri dari Pertunjukan Rakyat, Lagu Daerah,Tarian
Daerah, Alat Musik Daerah, Rumah Adat, Pakaian Adat. Dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika tersebut mempunyai peran terhadap bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa
yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau
dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal
di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme. Membina bangsa Indonesia yang
multikultural memerlukan upaya yang berkesinambungan serta berkaitan dengan berbagai
aspek agar tercapai Integrasi nasional melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu dengan
mengadakan proses pendidikan sejak dini dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan
formal dan in-formal tentang Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) karena
individu dalam masyarakat majemuk haruslah memiliki kesetiaan ganda (multi loyalities)
terhadap bangsa-negaranya, mereka juga tetap memiliki keterikatan terhadap identitas
kelompoknya, namun mereka menunjukan kesetiaan yang lebih besar pada bangsa Indonesia.

B. Saran
Rasa bhineka tunggal ika ini perlu diterapkan pada setiap masyarakat seluruh Indonesia
ini demi menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Pada kenyataannya penerapan
rasa bhineka tunggal ika ini kurang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maka dari itu sangat
diperlukan demi menjawab tantangan masa depan yang dapat memecah belah suatu negara.
Penjelasan yang ada di dalam makalah ini semoga dapat membantu mengaplikasikan arti dari
semboyan bhineka tunggal ika ini pada setiap warga negara untuk dapat menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

You might also like