Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul INDONESIA BERBAGAI
AGAMA, SUKU, BUDAYA DAN ETNIS BERSATU DALAM BHINEKA TUNGGAL IKA
DIBAWAH NAUNGAN PANCASILA MENJADI RAKYAT YANG DAMAI, SEJAHTERA
LAHIR DAN BATIN . Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam Penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1
2
Dalam lambang NKRI, Garuda Pancasila, pengertiannya diperluas, menjadi tidak terbatas
dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga
terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam
kesatuan nusaantara raya. Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan
bhinna-ika- tunggal - ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun
secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya SATU, satu bangsa dan
negara Republik Indonesia. Frase Bhinneka Tunggal Ika telah sama-sama diakui dan dirasakan
mempunyai "kekuatan" untuk menyatukan, mengutuhkan dan meneguhkan bangsa Indonesia
yang majemuk atau disebut sebagai salah satu sarana pengintegrasi bangsa Indonesia atau
sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Berhasilnya pemimpin bangsa kita untuk menggali dan
menetapkan sebagai semboyan di dalam bagian lambang negara adalah karya besar yang tak
ternilai. Merujuk kepada keterangan Mohammad Hatta dalam bukunya Bung Hatta Menjawab,
1979, disebutkan bahwa semboyan "Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno, setelah
merdeka semboyan itu diperkuat dengan lambang yang dibuat Sultan Abdul Hamid Pontianak
dan diresmikan pemakaiannya oleh Kabinet RIS tanggal 11 Februari 1950.
Istilah "ciptaan Bung Karno" dalam pernyataan Mohammad Hatta di atas menurut hemat
penulis kurang tepat, karena dengan pernyataan itu memberikan pengertian, bahwa semboyan
Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno. Pernyataan ini juga akan bertentangan dengan
pidato Presiden Soekarno sendiri pada tanggal 22 Juli 1958 di Istana Negara yang menyatakan
bahwa "di bawahnya tertulis seloka buatan Empu Tantular "Bhinneka Tunggal Ika, Bhina ika
tunggal ikaberjenis-jenis tetapi tunggal".
Berdasarkan isi pidato Presiden Soekarno di atas, semboyan itu adalah buatan Empu
Tantular. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penyelidikan Mohammad Yamin, seperti yang
dikemukakan dalam buku 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1954 yang menyatakan, bahwa
semboyan itu dinamai seloka Tantular karena kalimat yang tertulis dengan huruf yang jumlah
aksaranya 17 itu berasal dari pujangga Tantular yang mengarang kitab Sutasoma pada masa
Madjapahit pada abad XIV. Adapun arti seloka Jawa lama itu adalah walaupun berbeda-beda
ataupun berlainan agama, keyakinan dan tinjauan tetapi tinggal bersatu atau dalam.
Inklusif.
Terbuka.
Ko-eksistensi damai dan kebersamaan.
Kesetaraan.
Tidak merasa yang paling benar.
Toleransi.
Musyawarah.
6. Pulau Sulawesi: ada suku Ampana, Bada, Bajo, Bobongko, Bugis, Gimpu, Kulawi, Lampu,
Makassar, Parigi, Selayar, Toli-toli, dan Toraja.
7. Kepulauan Maluku: ada suku Aru, Buru, Galela, Kei, Loda, Moa, Seram, Tanibar, dan To
Belo.
8. Pulau Papua:ada suku Asmat, Anggi, Arguni, Biak, Bintuni, Dani, Jakui, Mapia, Mimika,
Moni, Muyu, Senggi, Sentani, dan Waigeo.
Perbedaan suku bangsa wajib kita hargai dan hormati. Walaupun berbeda, jangan sampai
menimbulkan perpecahan di antara kita. Dengan adanya perbedaan kita tetap dapat menjalin rasa
persatuan dan kesatuan. Perbedaan menjadi kekuatan karena bangsa kita adalah bangsa yang
besar. Sikap menghormati dan menghargai harus diciptakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di
rumah, di sekolah, maupun dalam masyarakat. Persatuan dalam keragaman sangat penting untuk
menciptakan kedamaian. Keragaman budaya bangsa Indonesia ada yang berbentuk
religi/keagamaan, kesenian, bahasa daerah, rumah adat, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, dan peralatan hidup. Budaya daerah yang beraneka ragam merupakan budaya
bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, budaya daerah merupakan akar budaya nasional yang perlu dikembangkan dan
dilestarikan.
1. Religi/Keagamaan
Upacara adat tiap suku bangsa di negara kita berbeda, termasuk upacara perkawinan,
kematian, dan kelahiran yang dimilikinya. Di Bali ada upacara pembakaran mayat. Di daerah
Toraja, Sulawesi Selatan ada juga upacara bagi orang yang telah meninggal, di arak ke tempat
pemakamannya yang terletak di goa-goa di lereng gunung. Di daerah-daerah lain juga terdapat
upacara menurut adat istiadat dan corak budaya setempat. Upacara-upacara adat sering
menggunakan simbol-simbol adat, tari-tarian, dan bahasa daerah setempat sehingga menarik
perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Umpamanya, Suku Tengger di Jawa Timur
terbiasa melakukan upacara Kasadha. Upacara tersebut juga disaksikan oleh wisatawan.
2. Kesenian daerah
Beberapa kesenian daerah misalnya dalam bentuk pertunjukan rakyat, lagu daerah, tarian
daerah, dan alat musik tradisional merupakan bagian dari kesenian daerah yang dapat
memperkaya budaya Indonesia.
a) Pertunjukan Rakyat
Di Indonesia, pertunjukan seringkali dikaitkan dengan pelaksanaan upacara. Seni pertunjukan di
Indonesia memiliki ciri khas di setiap daerah dan merupakan sebuah bentuk ungkapan budaya.
Ketoprak dari Jawa Tengah, Ludruk dari Jawa Timur, Topeng Cirebon dari Jawa Barat, Lenong
Betawi dari DKI Jakarta, Makyong dari Kepulauan Riau, Inong Rampak dari Aceh.
b) Lagu Daerah
Setiap daerah di Indonesia memiliki lagu-lagu daerah, diantaranya:
Aceh (NAD): Bungong Jeumpa, Piso Surit
Sumatra Utara: Anju Ahu, Mariam Tomong
Sumatra Barat: Ayam Den Lapeh, Kampuang Nan Jauh Di Mato
Sumatra Selatan: Dek Sangke
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wujud dari keragaman di dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika itu bermacam-macam
yaitu terdiri dari suku bangsa, selain itu terdiri dari bermacam-macam budaya diantaranya
religi/keagamaan, kesenian daerah yang terdiri dari Pertunjukan Rakyat, Lagu Daerah,Tarian
Daerah, Alat Musik Daerah, Rumah Adat, Pakaian Adat. Dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika tersebut mempunyai peran terhadap bangsa Indonesia yaitu agar menjadi bangsa
yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau
dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal
di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme. Membina bangsa Indonesia yang
multikultural memerlukan upaya yang berkesinambungan serta berkaitan dengan berbagai
aspek agar tercapai Integrasi nasional melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu dengan
mengadakan proses pendidikan sejak dini dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan
formal dan in-formal tentang Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) karena
individu dalam masyarakat majemuk haruslah memiliki kesetiaan ganda (multi loyalities)
terhadap bangsa-negaranya, mereka juga tetap memiliki keterikatan terhadap identitas
kelompoknya, namun mereka menunjukan kesetiaan yang lebih besar pada bangsa Indonesia.
B. Saran
Rasa bhineka tunggal ika ini perlu diterapkan pada setiap masyarakat seluruh Indonesia
ini demi menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia. Pada kenyataannya penerapan
rasa bhineka tunggal ika ini kurang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maka dari itu sangat
diperlukan demi menjawab tantangan masa depan yang dapat memecah belah suatu negara.
Penjelasan yang ada di dalam makalah ini semoga dapat membantu mengaplikasikan arti dari
semboyan bhineka tunggal ika ini pada setiap warga negara untuk dapat menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara.