Professional Documents
Culture Documents
tentang
PANDUAN KESELAMATAN
PASIEN
DAFTAR ISI
2.
3.
4.
Menetapkan :
Pertama
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH
SAKIT HIKMAH
MASAMBA TENTANG PANDUAN KESELAMATAN PASIEN
Kedua
Ketiga
Keempat
pasien
Ditetapkan di : Masamba
Pada tanggal : 01 Mei 2015
Direktur,
Rumah Sakit Hikmah Masamba,
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Hikmah Masamba
Nomor
Tanggal
: 01 Mei 2015
diakui,
pelayanan
kesehatan
pada
dasarnya
adalah
untuk
tahun yang lalu yaitu primum, non nocere (first, do no ham). Namun diakui dengan
semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan - khususnya di
rumah sakit - menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan KTD (adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan terjadinya KTD.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss)
masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal praktek, yang
belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) telah mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah aktif melaksanakan langkahlangkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dengan
mengembangkan laboratorium program keselamatan pasien rumah sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan
berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program keselamatan
pasien di Rumah Sakit Hikmah Masambaperlu dilakukan. Untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Hikmah Masambaterutama didalam
melaksanakan keselamatan pasien sangat diperlukan suatu pedoman yang jelas
sehingga angka kejadian KTD dapat dicegah sedini mungkin.
B. Tujuan Pedoman Keselamatan Pasien
1. Tujuan Umum :
Sebagai Pedoman bagi manajemen Rumah Sakit Hikmah Masamba untuk
melaksanakan program keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen Rumah Sakit Hikmah Masamba
dalam mengambil keputusan terhadap keselamatan pasien.
Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang bekualitas dan citra yang baik
bagi Rumah Sakit Hikmah Masamba.
2.
Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan
rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien Rumah Sakit Hikmah
Masamba.
3.
4.
dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD, yang
selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa
rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas
kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses hukum,
tuduhan malpraktek, blow-up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini
negatif terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu rumah sakit dan dokter bersusah
payah melindungi dirinya dengan asuransi, pengacara dsb. Tetapi pada akhirnya
tidak ada pihak yang menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan rumah sakit.
B. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
C. Tujuan :
1.
2.
3.
4.
World Alliance for patient safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program
keselamatan pasien, dan tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan 10
program WHO untuk keselamatan pasien adalah sbb :
1. Global Patient Safety Challenge :
Ist Challenge : 2005-2006 : Clean Care is Safer Care,
2nd Challenge : 2007-2008 : Safe Surgery Safe Lives
2. Patient for Patient Safety
3.
4.
5.
6.
7.
Safety in action
8.
9.
10.
BAB III
TUJUH LANGKAH
MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
b.
c.
b.
c.
11
d.
2.
gerakan
Keselamatan Pasien
b.
c.
Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi
dengan Keselamatan Pasien dan staf
b.
12
c.
d.
b.
13
c.
2.
Pastikan
seluruh
personil
menghargai
dan
mendukung
c.
b.
2.
b.
14
d.
e. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
2.
b.
c.
15
16
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A.
Rumah Sakit
1.
2.
3.
b.
4.
17
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
1.
secara
3.
18
Lampiran 1 :
Deklarasi Jakarta
Pasien untuk Keselamatan Pasien
di Negara-Negara South-East Asia Region
Kami,
Pasien, konsumen pendukung, para profesional pelayanan kesehatan, pembuat
kebijakan dan wakil lembaga swadaya masyarakat, asosiasi profesional dan dewan
pengarah, setelah dipaparkan pada isu keselamatan pasien pada WHO regional work
shop tentang pasien untuk Keselamatan Pasien , 17-19 Juli 2007, di Jakarta,
Indonesia.
Mengacu pada Resolution SEA/RC59/53 tentang Promoting Patient Safety in
Health Care, yang diadopsi pada Sesi yang 59 thn Regional Committee untuk Asia
Tenggara, yang mencatat keprihatinan atas banyaknya korban manusia dan biaya
akibat kejadian tidak diharapkan (adverse events) dan lingkaran setan adverse events,
tuntutan hukum dan praktek kedokteran yang defensive, dengan ini mendesak Negaranegara Anggota untuk melibatkan para pasien , asosiasi konsumen, para pekerja
pelayanan kesehatan dan asosiasi profesional dalam membangun sistem asuhan
kesehatanyang lebih aman dan menciptakan suatu budaya keselamatan di dalam institusi
pelayanan kesehatan.
Dengan diilhami oleh Patients for Patient Safety London Declaration yang
didukung oleh WHO World Alliance for Patient Safety.
Menimbang rekomendasi WHO Regional Workshop yang pertama tentang
Patient Safety, 12-14 Juli 2006, di New Delhi, India,
1.
2.
Menyepakati bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan pasien;
3.
19
4.
Mengakui bahwa kami harus bekerja dalam pola kemitraan untuk mencapai
perubahan prilaku utama dan sistem yang dibutuhkan untuk penerapan keselamatan
pasien di regional kami;
5.
Percaya bahwa :
a.
Transparansi,tanggungjawab
dan
pendekatan
manusiawi adalah yang utama pada suatu sistem pelayanan kesehatan yang
aman;
b.
c.
Pasien
dan
pendampingnya
perlu
mengetahui
6.
b.
c.
d.
Komunikasi dua arah antar pasien dan pemberi pelayanan kesehatan untuk
mendorong adanya tanya jawab;
e.
Wakil pasien yang bermakna dalam komite keselamatan pasien dan forumforum;
7.
20
b.
Taat pada pedoman berbasis bukti dan etik dan menghindari pengobatan
yang irrasional seperti pemberian obat, pemeriksaan dan operasi yang tidak
perlu;
c.
d.
e.
Indikasi yang rasional untuk admisi pasien pada setiap sarana pelayanan
kesehatan;
Lampiran 2
FORMULIR LAPORAN INSIDEN INTERNAL di RS
Rumah Sakit Hikmah Masamba
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 X 24 JAM
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama
: ...
No MR
:Ruangan :
Umur *
0-1 bulan
> 65 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah
Perusahaan
JAMKESMAS
Tangggal Masuk RS : Jam .
21
Jam .
2. Insiden :
Kronologis Insiden :
..
..
..
4. Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain ...
(sebutkan)
6. Insiden terjadi pada * :
Pasien
Lain-lain
(sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3
RS
7. Insiden menyangkut pasien
Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
22
Lain-lain
Tempat Insiden
Lokasi
(sebutkan)
kejadian
...................
....................
23
Ya
: ..
Penerima Laporan
:
..
Paraf
: .
Paraf
:
..
Tgl Terima
: .
Tgl Lapor
:
..
HIJAU
KUNING
24
MERAH
25
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan
bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKP-RS).
KODE RS :
1.
26
Jenis RS :
RS Umum
RS Khusus
RSIA
RS Paru
RS Mata
RS Orthopedi
RS Jantung
RS Jiwa
RS Kusta
RS Khusus lainnya
Kelas RS
A
B
C
D
Untuk RS Swasta menyesuaikan misal RS Pratama setara dengan RS kelas D, RS
Madya setara dengan RS Kelas C dst.
Kapasitas tempat tidur
: .......tempat tidur
DATA PASIEN
Umur *
0-1 bulan
> 30 tahun 65
tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pribadi
Asuransi Swasta
27
ASKES Pemerintah
Perusahaan *
JAMKESMAS
Tanggal Masuk RS
3.
RINCIAN KEJADIAN
1.
2.
Insiden
.......
3.
Kronologis Insiden
.
.....
.
.
4.
Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
5.
6.
28
Lain-lain
(sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS
7.
8.
Tempat Insiden
Lokasi
kejadian
(sebutkan)
29
Unit kerja
(sebutkan)
penyebab
.....
Tim
:
terdiri
dari
..
Dokter
Perawat
Petugas
lainnya
...
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ? *
Ya
Tidak
30
4.
TIPE INSIDEN
Tipe Insiden
5.
2.
31
.
3.
Rekomendasi / solusi
No
Akar Masalah
Rekomendasi / Solusi
NB *
Saran
32
GLOSARIUM KKP-RS
No
Istilah
Definisi / Penjelasan
Keselamatan
Pasien Suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
Rumah Sakit (Patient aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi dan
safety)
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien;
pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)
(Adverse event)
KTD yang tidak dapat Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
dicegah
pengetahuan yang mutakhir.
(Unpreventable
adverse event)
4
Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) (Near
miss)
Kesalahan Medis
(Medical errors)
Insiden Keselamatan
Pasien (Patient Safety
33
Incident)
Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
Manajemen Risiko
(Risk Management)
10
Kejadian
Sentinel Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
(Sentinel Event)
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada
bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi (mis. amputasi pada kaki
yang salah, dsb) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku.
SUMBER PUSTAKA :
1.
2.
3.
4.
5.
34
Ditetapkan di : Masamba
Pada tanggal : 01 Mei 2015
Direktur,
Rumah Sakit Hikmah Masamba,
35
Menimbang :
a. bahwa perlu dilakukan identifikasi pasien saat dilakukan pelayanan maupun
pengobatan di Rumah Sakit Hikmah Masamba;
b. bahwa agar identifikasi pasien terlaksana dengan baik, perlu kebijakan Direktur
Rumah Sakit Hikmah Masamba;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat a dan b,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Hikmah Masamba.
Mengingat :
36
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menetapkan :
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Ditetapkan di : Masamba
Pada tanggal : 01 Mei2015
Direktur,
Rumah Sakit Hikmah Masamba,
37
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Hikmah Masamba
Nomor
: 002/ AKR-SKP/ RSHM/ V/ 2015
Tanggal
: 01Mei 2015
KEBIJAKAN TENTANG IDENTIFIKASI PASIEN
RUMAH SAKIT HIKMAH MASAMBA
KEBIJAKAN UMUM :
1. Prosedur identifikasi pasien adalah bagian tidak terpisahkan sistem pelayanan
rumah sakit, terhadap pelayanan berkualitas dan mengutamakan keselamatan
pasien;
2. specimen lain Pasien diidentifikasi secara pasti ketika akan diberikan obat,
darah atau produk darah, pengambilan darah dan
atau tindakan medis lainnya, sehingga terhindar dari kesalahan yang berakibat
fatal bagi keselamatan pasien;
3. Identifikasi pasien dilakukan untuk menandai pasien yang berisiko ataupun
kondisi tertentu sehingga petugas kesehatan yang menangani pasien tersebut
lebih waspada.
KEBIJAKAN KHUSUS:
38
1. Pasien
diidentifikasi
menggunakan
dua
identitas
pasien,
tidak
boleh
tentang
PANDUAN
IDENTIFIKASI PASIEN
40
b. bahwa agar panduan identifikasi pasien terlaksana dengan baik, perlu kebijakan
Direktur Rumah Sakit Hikmah Masamba, sebagai landasan bagi panduan
identifikasi pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Hikmah Masamba.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
2. Permenkes Nomor: 1691/2011,tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2008
4. Keputusan PT HUSADA MASAMBA AFFAIR Nomor: 001/ SK/ PTHMA/ III/
2014, tanggal 17 Maret 2014, tentang Penetapan Direktur Rumah Sakit Hikmah
Masamba.
M E M U T U S K AN :
Menetapkan :
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Ditetapkan di : Masamba
Pada tanggal : 01 Mei 2015
Direktur,
Rumah Sakit Hikmah Masamba,
41
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Hikmah Masamba
Nomor
Tanggal
: 01 Mei 2015
KEBIJAKAN TENTANG PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN
RUMAH SAKIT HIKMAH MASAMBA
1.
Pendahuluan
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah
Keselamatan Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali
pada tahun 2000-an, sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang
menerbitkan laporan: to err is human, building a safer health system.
Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang
42
43
penerapan Keselamatan Pasien di rumah sakit. Dalam permenkes 1691 tahun 2011
dinyatakan bahwa rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit
wajib melaksanakan program dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
a. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit sebagai pelaksana
kegiatan keselamatan pasien.
b. TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab direktur
rumah sakit.
c. Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit.
d. TKPRS melaksanakan tugas:
1) Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai
dengan kekhususan rumah sakit;
2) Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan
pasien rumah sakit;
3) Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan
(implementasi) program keselamatan pasien rumah sakit;
4) Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk
melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;
5) Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
6) Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit
dalam rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit;
7) Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
44
45
dan
perbaikan
dalam
pengambilan
keputusan
untuk
mencapai
46
47
Penilaian risiko harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang
terlibat termasuk Pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. Area yang
dinilai: Operasional; Finansial; Sumber daya manusia; Strategik; Hukum/Regulasi;
Teknologi. Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit, adalah:
1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko
terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat.
2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang
lain.
3. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk
semua risiko, yaitu menggunakan RCA.
4. Membantu Rumah Sakit dalam memenuhi standar terkait, serta kebutuhan
clinical governance.
5. Membantu perencanaan Rumah Sakit menghadapi ketidakpastian, penanganan
dampak dari kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan
pasien dan masyarakat.
Risk Assessment Tools, terdiri dari: a. Risk Matrix Grading; b. Root Cause
Analysis; c. Failure Mode and Effect Analysis.
3.
49
50
faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
Standar V. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit .
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria:
51
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratoriumoratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staff Untuk Mencapai
Keselamatan Pasien
Standar:
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
53
dan
atau
prosedur
yang
secara
kolaboratoriumoratif
identitas.
Suatu
proses
kolaboratoriumoratif
digunakan
untuk
mencatat
tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi
dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
55
56
57
sakit
mempunyai
proses
kolaboratoriumoratif
untuk
58
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan
rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan,
tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih
langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah
sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang
belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik rumah
sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
a. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
1) Bagi Rumah Sakit:
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkahlangkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
b) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
c) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
59
2) Bagi Unit/Tim:
a) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
b) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka
dan
terjadi
proses
pembelajaran
serta
pelaksanaan
60
c) Prioritaskan
Keselamatan
Pasien
dalam
agenda
rapat
61
Pasien
guna
memberikan
umpan
balik
kepada
62
63
2) Untuk Unit/Tim:
a) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
64
7.
65
b.
Klik Banner Laporan Insiden Rumah Sakit di sebelah kanan atas, Setelah
tampil terdapat 2 isian yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Bagi Rumah Sakit
yang telah mempunyai kode rumah sakit untuk melanjutkan ke form laporan
Insiden keselamatan pasien KKP-RS, 2. Bagi Rumah sakit yang belum
mempunyai koderumah sakit diharapkan mengisi Form data isian RS untuk
mendapatkan kode rumah sakit yang dapat digunakan untuk melanjutkan ke
form Laporan Insiden, KKP-RS. 3. Apabila masih kurang jelas silahkan
hubungi : SekretariaT KKPRS PERSI d/a Kantor PERSI : Jl. Boulevard Artha
Gading Blok A-7 A No. 28, Kelapa Gading Jakarta Utara 14240 Telp : (021)
45845303/304 Jakarta.
66
yang
baik
&
proses
pembelajaran
yang
berharga
memerlukan
Karakteristik laporan:
a. Bersifat tidak menghukum: Pelapor bebas dari rasa takut dan pembalasan
dendam atau hukuman sebagai akibat laporannya
b. Rahasia: Identitas pasien, pelapor dan institusi disembunyikan
c. Independen: sistem pelaporan yang independen bagi pelapor dan organisasi dari
hukuman.
67
d. Expert analysis: laporan di evaluasi oleh ahli yang menguasai masalah klinis
dan telah terlatih untuk mengenal penyebab system yang utama.
e. Tepat waktu: Laporan dianalisa segera dan rekomendasinya didesiminasikan
secepatnya, khususnya bila terjadi bahaya serius.
f. Orientasi sistem: Rekomendasi lebih berfokus kepada perbaikan dalam system,
proses, atau produk daripada terhadap individu
g. Responsif: Lembaga yang menerima laporan merupakan lembaga yang punya
kapasitas memberikan rekomendasi.
8.
68
69
defibrilasi dan pada pasien-pasien emergency oleh karena itu pada saat-saat
tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau tidak.
4) Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan
pasien karena perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara
baik dan menyeluruh.
5) Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan
diagnostic atau ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada
pemberian antibiotic atau tromblolitik, keterlambatan akan mempengaruhi
terhadapap diagnosis dan pengobatan.
6) Efisiensi: keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang
waktu perawatan tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di
tanggung oleh pasien.
e. Orang,
1) Sikap dan motivasi: sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja
seseorang. Sikap dan motivasi yang negative akan menimbulkan kesalahankesalahan.
2) Kesehatan fisik: kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada
kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi seseorang.
3) Kesehatan mental dan emosional: hal ini berpengaruh terhadap perhatian
akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan
terjadi kesalahan kesalahan dalam bertindak.
4) Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan: perawat
memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada penggunaan
alat-alat kesehatan dengan teknologi baru dan perawatan penyakit-penyakit
yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu babi (swine flu).
5) Faktor kognitif, komunikasi dan interpretasi: kognitif sangat berpengaruh
terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif
70
penting
adalah
system
kepemimpinan
dan
budaya
dalam
71
72
11.
Penutup
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian
pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis
dari manajemen kualitas. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak
lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan risiko.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera
pasien, tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang
mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat
73
dicegah (non error) maupun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai
proses asuhan pasien.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting
dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah
sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Standar
keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada Hospital
Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation
of Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Pada akhirnya untuk mewujudkan
keselamatan pasien butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak dari seluruh
komponen pelayanan kesehatan.
SUMBER PUSTAKA:
1. Permenkes 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009),
3. Undang Undang No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen,
74
Ditetapkan di : Masamba
Pada tanggal : 01 Mei 2015
Direktur,
Rumah Sakit Hikmah Masamba,
75
tentang
IDENTIFIKASI PASIEN
76
IDENTIFIKASI PASIEN
RUMAH SAKIT
HIKMAH MASAMBA
Jln. Ir Soekarno, Kel Kappuna, Kec Masamba,
Kab. Luwu Utara
Telp./ Faks (0473) 21021
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
004/ AKR-SKP/
RSHM/ V/ 2015
1 s/d 1
Tanggal terbit
Ditetapkan Direktur,
01 Mei 2015
dr. A.MUHAMMAD NASRUM
NIK : 14.04.001
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Instalasi terkait
77