You are on page 1of 8

TERMOKIMIA

Tiara Intan Citaresmi


103020047
Ria Melanti Umar
Perubahan energi yang dipelajari sejauh
ini dihasilkan dari kerja mekanis terhadap
sistem atau dari kestabilan kontak termal
antara dua sistem pada suhu berbeda. Dalam
kimia, salah satu sumber perubahan energi
yang penting adalah kalor yang dihasilkan
atau yang diserap selama reaksi berlangsung
suatu perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia dinamakan termokimia. Energi yang
menyertai reaksi kimia lebih disukai dapat
dinyatakan dalam bentuk entalpi, karena
banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan
pada tekanan tetap, bukan pada volume
tetap. Suatu besaran yang sangat berguna
dalam reaksi kimia adalah perubahan entalpi
molar standar, dilambangkan dengan H,
yang menyatakan perubahan entalpi jika satu
mol pereaksi diubah menjadi produk pada
keadaan standar (Sunarya, 2005).
Tujuan dari percobaan Termokimia
adalah untuk menentukan dari setiap reaksi
kimia, yang selalu disertai dengan
perubahan energi, perubahan kalor yang
dapat diukur atau dipelajari dengan
percobaan yang sederhana, dan reaksi kimia
dapat berlangsung eksoterm, dan endoterm
(Sutrisno, dkk, 2010).
Prinsip dari percobaan Termokimia
adalah berdasarkan dari Hukum Hess
mengenai jumlah panas yaitu, Keseluruhan
perubahan sebagai hasil dari suatu urutan
langkah-langkah, dan harga H untuk
keseluruhan proses reaksi kimia adalah
jumlah dari perubahan entalpi yang terjadi
selama perjalanan. Selain itu, berdasarkan
Hukum Lavoisier yaitu, Pada setiap reaksi
kimia, massa zat-zat yang bereaksi adalah
sama dengan massa produk reaksi dalam
versi modern Dalam setiap reaksi kimia
tidak dapat dideteksi perubahan massa
(Sutrisno, dkk, 2010).
Termokimia adalah suatu cabang ilmu
kimia yang mempelajari hubungan antara
energi panas dan energi kimia. Energi panas
adalah energi kinetik dari atom-atom dan

molekul-molekul. Bila suatu zat panas harga


rata-rata dari energi kinetik molekulnya
besar dan panas yang dikandungnya banyak.
Bila dingin, harga rata-rata energi kinetiknya
kecil dan benda hanya mengandung panas
sedikit. Sedangkan energi kimia adalah
energi yang dikandung setiap unsur atau
senyawa (Brady, 1999).
Termokimia dapat didefinisikan sebagai
bagian ilmu kimia yang mempelajari
dinamika atau perubahan reaksi kimia
dengan mengamati panas atau termalnya.
Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan
sehari-hari ialah reaksi kimia dalam tubuh
kita dimana produksi dari energi-energi yang
dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua
tugas yang kita lakukan. Pembakaran dari
bahan bakar seperti minyak dan batu bara
dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin
yang dibakar dalam mesin mobil akan
menghasilkan kekuatan yang menyebabkan
mobil berjalan. Bila kita mempunyai
kompor gas berarti kita membakar gas
metan (komponen utama dari gas alam)
yang menghasilkan panas untuk memasak,
dan melalui urutan reaksi yang disebut
metabolisme, makanan yang dimakan akan
menghasilkan energi yang kita perlukan
untuk tubuh agar berfungsi. Hampir semua
reaksi kimia selalu ada energi yang diambil
atau dikeluarkan (Anonim, 2010).

Artikel Kimia Dasar Termokimia

Gambar 1. Peristiwa termokimia


Reaksi endoterm terjadi jika suatu reaksi
yang berlangsung memerlukan suatu energi
tambahan dari luar (Pustaka, 2007).
P + Energi
P menjadi Q

menjadi

Q
H = +

Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan


kalor dari lingkungan ke sistem atau pada
reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada
reaksi endoterm harga H adalah positif.
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap
energi. Oleh karena itu entalpi sistem akan
bertambah, artinya entalpi produk lebih
besar daripada entalpi pereaksi, akibatnya,
perubahan entalpi, yaitu selisih antara
produk dengan entalpi pereaksi bertanda
positif (Anonim, 2010).
Reaksi eksoterm terjadi jika suatu reaksi
yang berlangsung melepaskan energi (panas)
ke lingkungan (Pustaka, 2007).
P menjadi
Q + Energi
P menjadi
Q
H =
Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan
kalor dari sistem ke lingkungan atau pada
reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada
reaksi eksoterm harga H adalah negatif.
Pada reaksi eksoterm, sistem membebaskan
energi, sehingga entalpi sistem akan
berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil
daripada entalpi pereaksi, oleh karena itu,
perubahan entalpinya bertanda negatif
(Anonim, 2010).

Gambar 2. Peristiwa endoterm (kanan) dan


eksoterm (kiri)
Dijelaskan bahwa pada volume yang
tetap, kalor yang menyertai reaksi besarnya
akan sama dengan perubahan energi internal
sistem tersebut. Akan tetapi, jika suatu
reaksi kimia tersebut dilakukan pada tekanan
tetap, maka energi internalnya tidak akan
sama. Untuk mengetahui keterlibatan kalor
dalam suatu reaksi kimia yang dilakukan
pada tekanan tetap, diperkenalkan fungsi
keadaan baru dinamakan entalpi yaitu,
H = U + PV
H dinamakan entalpi berasal dari huruf
awal kata Heat of Content. Entalpi
merupakan fungsi keadaan yang harganya
bergantung pada U, P, dan V. Dengan
demikian, jika suatu suatu reaksi yang
dilakukan pada tekanan yang tetap, kalor
yang akan diserap atau kalor yang akan
dilepaskan dari sistem sama dengan
perubahan entalpi. Untuk reaksi yang hanya
melibatkan cairan atau padatan, maka
perubahan volume yang terjadi sangat kecil
(Sunarya, 2005).
Kalor adalah metode perpindahan energi
panas dari satu sistem ke sistem lain atau
lingkungan. Jika tidak ada aliran energi
panas tidak dapat dikatakan adanya kalor.
Oleh karena itu tidak dapat mengatakan
bahwa sistem memiliki kalor, jika sistem
tidak melakukan perubahan terhadap energi
panas yang dikandungnya. Sebagai contoh,
air dalam termos tidak dapat dikatakan
mengandung kalor, sebab energi panas yang
dikandung air didalam termos tidak
berpindah (Sunarya, 2005).
Kalor didefinisikan sebagai energi panas
yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk mendeteksi adanya kalor yang
dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan
mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya

Artikel Kimia Dasar Termokimia

tinggi maka kalor yang dikandung oleh


benda sangat besar, begitu juga sebaliknya
jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit (Anonim, 2010).
Energi panas yang terkandung dalam
suatu sistem atau materi tidak dapat diukur,
tetapi hanya dapat mengukur energi panas
jika dilepaskan atau diserap oleh suatu
materi. Dengan kata lain, energi panas yang
terkandung dalam suatu sistem hanya dapat
diukur melalui perpindahannya. Perpindahan
atau aliran energi panas ini dinamakan kalor
(Sunarya, 2005).
Energi yang biasa didefinisikan sebagai
kemampuan melakukan usaha adalah
sesuatu mempunyai zat yang dapat
melakukan sesuatu. Bila suatu benda
mempunyai energi, maka benda ini dapat
mempengaruhi benda lain dengan jalan
melakukan kerja pada benda tersebut
(Brady, 1999).
Karena ada atom dan molekul-molekul
yang bergerak, mereka mempunyai energi
kinetik. Partikel yang bergerak secara
perlahan-lahan mempunyai energi kinetik
yang kecil, sedangkan partikel yang
pergerakannya lebih cepat mempunyai
energi kinetik yang besar. Para ahli fisika
telah membuktikan bahwa untuk tiap benda
harga rata-rata dari setiap energi kinetik
partikel-partikelnya berukuran atomnya,
berbanding lurus dengan suatu temperatur
absolut (temperatur Kelvin) benda tersebut.
Energi potensial adalah energi yang dimiliki
zat-zat karena adanya gaya tarik-menarik,
dan tolak-menolak antara partikel-partikel
suatu atom kadang-kadang disebut energi
kimia (Brady, 1999).
Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu satu mol
zat sebesar satu derajat celcius atau satu
kelvin. Karena kalor bukan fungsi keadaan,
maka jumlah kalor yang diperlukan untuk
menghasilkan perubahan suhu bergantung
pada jalannya proses karena itu dikenal ada
dua jenis kapasitas kalor, yaitu kapasitas
kalor yang berlangsung pada tekanan tetap
(dilambangkan dengan Cp), dan kapasitas
kalor pada volum tetap (dilambangkan
dengan Cv) (Sunarya, 2005).
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram
zat sebesar 1C. Alat yang digunakan untuk

menentukan besar kalor jenis adalah


kalorimeter. Kalor Laten adalah kalor yang
digunakan untuk mengubah wujud suatu zat
(Anonim, 2010).
Suhu merupakan faktor terpenting dalam
melakukan suatu percobaan, termasuk ke
dalamnya percobaan termokimia. Pada
termokimia, suhu sangat penting karena
dengan suhu tersebutlah suatu kalor dapat
dihitung (Anonim, 2010).
Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat
ditulis sebagai rangkaian dari banyak reaksi
kimia. Jika seseorang mengetahui panas
reaksi dari masing-masing tahap, maka
panas reaksi yang diinginkan dapat dihitung
dengan menambahkan atau mengurangi
panas reaksi dari masing-masing tahap.
Prinsip
ini,
dimana
panas
reaksi
ditambahkan atau dikurangi secara aljabar
disebut hukum Hess mengenai penjumlahan
panas konstan (Dogra, 1990).
Dalam perubahan kimia atau fisika
energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, energi hanya dapat diubah
dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Hukum
ini merupakan hukum termodinamika
pertama dan menjadi dasar pengembangan
hukum tentang energi selanjutnya, seperti
konversi energi (Anonim, 2010).
Hukum Hess mengenai jumlah panas
yaitu, Keseluruhan perubahan sebagai hasil
dari suatu urutan langkah-langkah, dan
harga H untuk keseluruhan proses reaksi
kimia adalah jumlah dari perubahan entalpi
yang terjadi selama perjalanan. Hukum ini
diajukan oleh Germain Hess, dia
menyatakan bahwa entalphi reaksi (H)
hanya tergantung pada keadaan awal reaksi
dan hasil reaksi dan tidak bergantung pada
jalannya reaksi (Sutrisno, dkk, 2010).
Hukum Laplace, Hukum ini diajukan
oleh Marquis de Laplace dan dia
menyatakan bahwa jumlah kalor yang
dilepaskan dalam pembentukan sebuah
senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk

Artikel Kimia Dasar Termokimia

menguraikan senyawa tersebut menjadi


unsur-unsurnya (Anonim, 2010).
Alat yang digunakan pada Percobaan
Termokimia adalah termometer, gelas kimia,
kawat kasa, gelas ukur, kaki tiga, bunsen,
statif, klem, dan termostat.
Bahan yang digunakan pada percobaan
Termokimia adalah air, serbuk Zn, CuSO4,
etanol, HCl, dan NaOH.
Metode percobaan Penentuan Tetapan
Kalorimeter adalah dimasukkan 20 ml air ke
dalam termostat lalu catat temperaturnya.
Dipanaskan air sampai suhu mencapai
90C, kemudian hitung temperaturnya.
Dicampurkan antara air dingin dengan air
panas dan dimasukkan ke dalam termostat,
kemudian temperatur diukur selama 10
menit dengan selang satu menit.
Metode percobaan Penentuan Kalor
CuSO4 1M + Zn adalah dimasukan 40 ml
larutan CuSO4 1M ke dalam termostat,
temperatur dicatat. Kemudian ditambahkan
serbuk Zn sebanyak dua gram ke dalam
kalorimeter yang berisi CuSO4, kemudian
temperatur dicatat selama dua menit dengan
selang waktu setengah menit.
Metode percobaan Penentuan
Tetapan Kalor Etanol dalam Air
adalah dimasukkan 18 ml air ke
dalam
termostat,
kemudian
temperatur dicatat. Dimasukkan 29
ml etanol ke dalam gelas kimia,
kemudian hitung temperaturnya.
Dicampurkan antara air dengan
etanol, dimasukkan ke dalam
termostat lalu ukur temperaturnya
selang setengah menit selama
empat menit.
Metode percobaan Penentuan
Kalor HCl dan NaOH adalah
dimasukkan 20 ml HCl
1M ke
dalam termostat, kemudian catat
temperaturnya, lalu dimasukkan 20
ml NaOH 1 M ke dalam gelas kimia,
hitung temperaturnya. Campurkan
antara HCl dan NaOH ke dalam

termostat lalu ukur temperaturnya


selang setengah menit selama lima
menit.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Percobaan Termokia
Percobaan
Penentuan Tetapan
Kalorimeter

Hasil
Td = 23C=296K
Tp = 90C=363K
Tc = 44C=317K
T= -252C=21K
Q1 = 1764 Joule
Q2 = 3864 Joule
Q3 = 2100 Joule
K = 100 JK-1
Penentuan Kalor Zn Td = 23C=296K
dan CuSO4
Tp = 90C=363K
T1J= -252C=21K
Q4 = 2100 Joule
Q5 = 1685,37 Joule
Q6 = 3785,38 Joule
H = 126179,3 JK-1
Penentuan
Kalor Taq = 297 K
Etanol dan Air
Tetanol= 295 K
TM = 296 K
TA = 291,5 K
T2j = 4,5 K
q7 = 340,2 Joule
q8 = 250,56 Joule
q9 = 450 Joule
q10 = 1040,76 Joule
H = 1652 Jmol-1
Penentuan
Kalor THCl = 296,25 K
HCl dan NaOH
TNaOH= 296 K
TM = 296,25 K
TA = 302,5 K
T3J = 6,25 K
q11 = 990 Joule
q12 = 625 Joule
q13 = 1615 Joule
H = 40375 Jmol-1
(Sumber : Tiara Intan Citaresmi, Meja 11,
Kelompok 2, 2010).
Perbedaan antara reaksi endoterm dan
eksoterm adalah jika pada reaksi endoterm
membutuhkan energi untuk melakukan suatu
reaksi dan reaksinya berjalan dari
lingkungan ke suatu sistem sehingga
membutuhkan energi, sedangkan untuk

Artikel Kimia Dasar Termokimia

reaksi eksoterm menghasilkan energi setelah


melakukan suatu reaksi dan reaksinya
berjalan dari suatu sistem ke lingkungan
sehingga menghasilkan energi. Pada
percobaan di atas dapat digolongkan bahwa
yang termasuk reaksi endoterm adalah
percobaan penentuan tetapan kalorimeter,
dan percobaan penentuan kalor etanol dan
air. Sedangkan yang termasuk reaksi
eksoterm adalah percobaan penentuan kalor
Zn dan CuSO4, dan percobaan penentuan
kalor HCl dan NaOH.
Kalorimetri adalah suatu cabang ilmu
yang membahas tentang kalori, dan alatnya
disebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur
kalor yang diserap atau dilepaskan oleh
suatu reaksi kimia. Kalorimeter terdiri dari
bejana yang dilengkapi dengan batang
pengaduk, dan termometer. Bejana tersebut
diselimuti dengan penyekat panas untuk
mengurangi perpindahan panas dari sistem
ke lingkungan atau sebaliknya. Bahan
penyekat dapat berupa tabung hampa udara
atau bahan kedap panas seperti styriofoam.
Ada kalorimeter paling sederhana dan murah
serta dapat diperoleh disekitar kita adalah
wadah plastik bekas minuman atau
styriofoam bekas bungkus makanan mie
seduh (Sunarya, 2005).
Kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat
dalam suatu perubahan atau reaksi kimia.
Ada beberapa macam alat kalorimeter,
diantaranya adalah kalorimeter bom,
kalorimeter makanan, dan kalorimeter
larutan (Anonim, 2010).
Kalorimeter bom adalah alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yang dibebaskan pada
pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa, bahan makanan, bahan
bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada
tabung beroksigen yang tercelup dalam
medium penyerap kalor (kalorimeter), dan
sampel akan terbakar oleh api listrik dari
kawat logam terpasang dalam tabung.
Kalorimeter makanan adalah alat untuk
menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini
terdiri dari sebuah tabung kaca yang
tingginya kurang lebih 19 cm dan garis
menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian

dasarnya melengkung ke atas membentuk


sebuah penyungkup. Penyungkup ini
disumbat dengan sebuah sumbat karet yang
yang berlubang di bagian tengah. Bagian
atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng
ebonit yang bundar.
Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah
pengaduk, yang tangkainya menembus tutup
ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari
tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu
menembus lubang sumbat karet pada
penyungkup dan ujung atasnya menembus
tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup
ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang,
tempat
untuk
memasukkan
sebuah
termometer ke dalam tabung kaca. Tabung
kaca itu diletakkan di atas sebuah keping
asbes dan ditahan oleh 3 buah keping.
Keping itu berbentuk bujur sangkar yang
sisinya kurang lebih 9,5 cm.
Di bawah keping asbes itu terdapat kabel
listrik yang akan dihubungkan dengan
sumber listrik bila digunakan. Di atas keping
asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium.
Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat
nikelin yang berhubungan dengan kabel
listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin
itulah yang akan menyalakan makanan
dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik.
Dekat cawan terdapat pipa logam untuk
mengalirkan oksigen (Anonim, 2010).
Kalorimeter larutan adalah alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor
yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem
larutan. Pada dasarnya, bahwa kalor yang
dibebaskan atau diserap itu menyebabkan
suatu perubahan suhu pada kalorimeter.
Berdasarkan perubahan suhu perkuantitas
pereaksi kemudian dihitung kalor reaksinya
dari suatu reaksi sistem larutan tersebut.
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai
perubahan energi produk dan reaktan pada
volume konstan (E) atau pada tekanan
konstan (H). Satuan SI untuk E dan H
adalah joule, yaitu satuan energi, tetapi
satuan umum yang lain adalah kalori.
Umumnya harga E dan H untuk tiap reaktan
atau produk dinyatakan sebagai joule mol-1
pada temperatur konstan tertentu, biasanya

Artikel Kimia Dasar Termokimia

298 K. Jika E atau H positif, reaksi


dikatakan endodermis dan jika E atau H
negatif, reaksi disebut eksotermis.
Perbedaan antara perubahan adiabatik
dengan perubahan isotermik adalah jika
pada perubahan adiabatik suatu perubahan
tanpa adanya suatu kalor atau kerja yang
masuk ataupun keluar pada suatu reaksi.
Sedangkan jika pada perubahan isotermik
adalah suatu perubahan dimana pada proses
reaksinya terjadi perubahan suhu.
Aplikasi di bidang pangan adalah
misalkan pada peristiwa perebusan sebuah
telur asin terjadi perubahan perpindahan
kalor dari sistem atau disebut reaksi
endoterm. Contoh lainnya adalah digunakan
untuk menentukan perubahan panas yang
terjadi pada proses fermentasi, pada
pembuatan tape, dan juga pada proses
penggaraman yang menghasilkan suatu
kalor sehingga pada perubahan yang
menghasilkan kalor itu adalah proses
termokimia.
Berdasarkan dari percobaan Termokimia
dapat disimpulkan bahwa termokimia adalah
sebagai bagian ilmu kimia yang mempelajari
dinamika atau perubahan reaksi kimia
dengan mengamati panas atau termalnya
saja. Termodinamika termasuk ke dalam
termokimia yang merupakan salah satu segi
penting yang menghubungkan energi kalor
dengan energi yang lain, yang disebut
sebagai kerja. Selisih energi dalam suatu
reaksi kimia disebut dengan entalpi. Pada
percobaan penentuan tetapan kalorimeter
didapat hasil Td sebesar 296K, Tp sebesar
363K, Tc sebesar 317K, T sebesar 21K,
Q1 sebesar 1764 Joule, Q2 sebesar 3864
Joule, Q3 sebesar 2100 Joule, dan K sebesar
100 JK-1. Pada percobaan penentuan kalor
Zn dan CuSO4 didapat hasil Td sebesar
296K, Tp sebesar 363K, T1J sebesar
21K, Q4 sebesar 1764 Joule, Q5 sebesar
3864 Joule, Q6 sebesar 2100 Joule, dan H
sebesar 126179 JK-1. Pada percobaan
penentuan kalor etanol dan air didapat hasil
Taq sebesar 297 K, Tetanol sebesar 295 K,
TM sebesar 296 K, TA sebesar 291,5 K,
T2j sebesar negatif 4,5 K, q7 sebesar
340,2 Joule, q8 sebesar 250,56 Joule, dan q9
sebesar 450 Joule. Pada percobaan
penentuan kalor HCl dan NaOH didapat
hasil THCl sebesar 296,25 K, TNaOH sebesar

296 K, TM sebesar 296,25 K, TA sebesar


302,5 K, T3J sebesar 6,25 K, q11 sebesar
990 Joule, q12 sebesar 625 Joule, dan q13
sebesar 1615 Joule.
Saran yang ingin disampaikan adalah
pada percobaan termokimia ini memerlukan
waktu yang sangat lama, seharusnya untuk
praktikan sebelumnya untuk memeriksa
peralatan yang akan digunakan nanti pada
saat praktikum. Sehingga para praktikan
yang selanjutnya tidak membuang-buang
waktunya untuk mencari alatnya tersebut.
Selain itu alat yang tidak berfungsi diganti
atau diperbaiki agar para praktikan tidak
mengerjakan percobaanya dimeja yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
(2010),
Termokimia,
http://id.wikipedia.org, Accessed : 15
Desember 2010.
Brady, E, james, (1999), Kimia Universitas
Edisi Lima, Binapura Aksara : Jakarta.
Dogra, K. Dogra, (1990), Kimia Fisik dan
Soal-Soal, UI-Press : Jakarta.
Pustaka, (2007), Kumpulan Rumus Kimia,
Kawan Pustaka : Jakarta.
Sukardjo, Prof., Dr., (1997), Kimia Fisika,
Rineka Cipta : Yogyakarta.
Sunarya, Drs. Yayan, M.si., (2005), Kimia
Dasar Berdasarkan Prinsip-Prinsip
Terkini, Jilid 1, Gracia Indah Bestari :
Bandung.
Sutrisno, Ela Turmala, dkk, (2010),
Penuntun Praktikum Kimia Dasar,
Universitas Pasundan : Bandung.
Underwood, A. L, (1983), Analisis Kimia
Kuantitatif, Erlangga : Jakarta

Artikel Kimia Dasar Termokimia

You might also like