Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian BEP
Suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan
tidak menderita rugi (penghasilan=total biaya). Analisis break even tidak hanya semata-mata
untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tatapi analisa bereak even
mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat
volume penjualan serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
2. Cara Menghitung Z score
Z-Score = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 0.999X5
KETERANGAN :
X1 = working capital/total asset (Rasio Modal Kerja Bersih terhadap Total Aktiva)
X2 = retained earning/total asset (Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva)
X3 = earning before interest and taxes/total asset (Rasio EBIT terhadap Total Aktiva)
X4 = market value of equity/book value of total asset (Nilai Buku Modal terhadap Nilai
Buku Hutang)
X5 = sales/total asset (Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva)
3. Transaksi Transaksi yang mempengaruhi kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksitransaksi sebagai berikut.
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka
panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan
oleh pemilik perusahaan.
c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
d. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah
dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi,
advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara
tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
f. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi
perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu
bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya
merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.
datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah
dibuat sebelumnya.
Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas
bersih/ekuitas
dana
suatu
entitas
pelaporan
dan
struktur
Penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari kegiatan operasi.
d. Transaksi investasi dan pembiayaan yang melibatkan kas dan nonkas selama suatu
periode.
5. Indikator kebangkrutan
Kebangkrutan merupakan suatu kondisi kesulitan keuangan yang sangat parah
sehingga perusahaan tidak mampu untuk menjalankan operasi perusahaan dengan baik.
Kesulitan keuangan /likuiditas yang dialami perusahaan mungkin sebagai awal dari suatu
kebangkrutan. Kesulitan keuangan ini dapat dilihat dari kondisi perusahaan yang tidak dapat
memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut tidak dapat memnuhi kewajibannya. Perusahaan yang mempunyai laba
bersih yang negatif dan selama beberapa tahun tidak membayarkan deviden juga sebagai
indikator bahwa perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan. Ada beberapa hal yang
menjadi penyebab kesulitan keuangan tersebut. Alokasi sumber daya yang tidak tepat,
struktur keuangan yang salah dan management yang buruk merupakan faktor faktor yang
menjadi pemicu terjadinya kesulitan keuangan. Untuk itu pihak management perlu
mengetahui informasi dini mengenai kesulitan keuangan ini sehingga mereka dapat
mengambil langkah langkah preventive sebelum masalah ini bertambah besar menuju
kebangkrutan.
Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mencari indikator yang tepat untuk
menentukan kesulitan keuangan tersebut. Penelitian tersebut dilakukan dengan
membandingkan beberapa ratio ratio keuangan antara perusahaan sehat dengan perusahaan
yang dinilai mengalami kesulitan keuangan. Hasil penelitian tersebut diharapakan dapat
menjadi acuan bagi management atau pihak pihak yang berkepentingan terhadap
kelangsungan perusahaan, sehingga mereka dapat menyadari kondisi sebenarnya perusahaan.
Rasio pertama yang digunakan sebagai indikator adalah rasio likuiditas. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendek yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
keuangan tepat pada waktunya menandakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan
likuid.
Rasio yang kedua adalah rasio aktivitas. Rasio ini mengukur efektifitas perusahaan
dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dari
perusahaan dalam mempertahankan operasional perusahaan yang umumnya ditunjukkan
dengan kemampuan melakukan usaha secara stabil. Dan juga mampu untuk membayar
deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis
keuangan.
Rasio yang ketiga adalah rasio leverage atau solvabilitas. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajiban jangka panjangnya.
Perusahaan yang mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang
hutangnya sebagai pertanda bahwa perusahaan tersebut mempunyai solvabilitas yang baik.
Rasio yang keempat adalah rasio rentabilitas atau profitabilitas. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yang
diukur dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan
jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Pada umumnya rentabilitas sering
digunakan untuk mengukur effisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan
memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu
keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan
tersebut rendabel. Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang
tinggi jauh lebih penting daripada keuntungan yang besar.
6. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta
benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya
kerugian karena adanya suatu risiko. Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi,
evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas
perusahaan.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil
antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi
efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau
legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen
risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan
manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas
manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat
diklasifikasi menjadi
Risiko Operasional
Risiko Hazard
Risiko Finansial
Risiko Strategik
tingkat risk tolerancenya, seperti apa budaya risikonya dan bagaimana nantinya enterprise
risk management akan diimplementasikan.
Elemen kedua adalah penentuan tujuan dimana tujuan harus ada sebelum manajemen
perusahaan dapat mengidentifikasi risiko-risiko yang ada. Hal ini didasarkan karena pada
dasarnya manajemen risiko adalah upaya memitigasi risiko agar perusahaan dapat mencapai
tujuannya. Tujuan-tujuan tersebut dapat dikategorikan dalam 4 jenis, yakni tujuan strategis,
operasi, pemenuhan dan tujuan pelaporan. Hal ini memungkinkan jajaran Direksi dan Dewan
Komisaris untuk berpusat pada aspek-aspek yang berbeda dalam enterprise risk management.
Elemen yang ketiga adalah identifikasi kejadian risiko. Jajaran Direksi dan Manajemen
dapat mempertimbangkan berbagai faktor internal dan eksternal. Teknik identifikasi kejadian
risiko dapat dilakukan dengan analisa trend atau analisa historikal (masa lalu), serta proyeksi
ke depan. Hal ini memungkinkan untuk dapat mengelompokkan peristiwa-peristiwa potensial
kedalam berbagai kategori. Dengan kita dapat mengidentifikasi kejadian risiko, kita dapat
melakukan risk assessment yang menjadi elemen kelima- dimana perusahaan dapat
memprediksi seberapa besar potensi sebuah kejadian risiko dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan. Setelah kita melakukan identifikasi dan penilaian, barulah kemudian kita dapat
menentukan respon yang tepat untuk setiap risiko dalam menentukan toleransi risiko dan
pengeluaran yang diperlukan sertu menerapkan pilihan dari berbagai alternatif-alternatif yang
ada. Beberapa kategori dalam merespon risiko adalah risk evasion (menghindari risiko), risk
reduction (mengurangi risiko), risk acceptance (menerima risiko) dan sharing risk
(mengurangi dengan membagi risiko kepada pihak lain).
Aktivitas kontrol dan komunikasi adalah elemen selanjutnya yang perlu diperhatikan
dalam COSO framework. Aktivitas kontrol diperlukan untuk dapat membantu memastikan
bahwa respon terhadap risiko telah dijalankan dengan memadai. Aktivitas kontrol ini
melibatkan dua elemen yakni menyusun kebijakan dan menyusun prosedur serta dengan
membangun sebuah sistem yang terintegrasi.
8. Elemen Manajemen Risiko Menurut ISO 31000
Ada dua komponen utama dalam proses manajemen risiko dalam standar ISO 31000, yaitu:
Kerangka kerja, yang memandu organisasi untuk memahami keseluruhan struktur dan
cara kerja dari manajemen risiko suatu organisasi
Proses, yang menjelaskan metode aktual dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan
mengelola risiko
Kerangka Kerja
Kerangka kerja ISO 31000 mencerminkan lingkaran Plan, Do, Check, Act (PDCA), yang
biasa dikenal dalam seluruh desain sistem manajemen. Standar menyatakan bahwa
Kerangka kerja tidak ditujukan atau diintensikan untuk menentukan suatu sistem
manajemen, tetapi lebih pada suatu usaha atau sarana untuk membantu organisasi untuk
mengintegrasikan manajemen risiko kepada keseluruhan sistem manajemen risiko.
Pernyataan ini hendak mendorong organisasi untuk lebih fleksibel dalam
mengimplementasikan elemen dari kerangka kerja yang dibutuhkan.
Elemen utama dari kerangka kerja ini mencakup:
Desain program
Desain dari keseluruhan kerangka kerja untuk mengelola risiko secara berkelanjutan
Implementasi
Implementasi dari struktur dan program manajemen risiko
Sejauh mana sebuah organisasi mempertimbangkan dan menerapkan salah satu elemen
ini tergantung pada tujuan dan kebutuhan organisasi. Tujuannya terlihat, yaitu program yang
memadai yang dilengkapi budaya yang sesuai dan tujuan organisasi dan berkelanjutan untuk
jangka panjang.
Panduan ISO 31000 secara ringkas dapat dirangkum dalam tiga unit besar, yaitu:
1) Menciptakan rencana dan aktivitas
ISO 31000 menuntut dibentuknya program manajemen risiko yang rutin dan berkala.
Standarisasi membantu organisasi dalam menjabarkan semua pilihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan rencana, kerangka kerja, dan proses. Standariasi ISO 31000 menuntut organisasi
untuk mengupayakan terbentuknya suatu proses pelaksanaan rencana dan pilihan apa saja
yang tersedia. ISO 31000 menuntut pembentukan proses analisis risiko, solusi, dan
pelaksanaan rencana dan juga mengawasan aktivitas manajemen risiko yang berkelanjutann
2) Mengimplementasikan rencana tersebut
ISO 31000 menuntut impantasi dari perencanaan dan proses manajemen risiko. Standar
ISO 31000 menyediakan panduan untuk implementasinya. Panduan-panduan tersebut
mencakup dokumentasi yang dibutuhkan untuk renacana manajemen risiko dan bagaimana
cara mengelola suatu pelaksanaan manajemen risiko
3) Mengawasi dan mengevaluasi
ISO 31000 menuntut organisasi untuk mereview dan memonitor program manajemen
risiko yang telah dilakukannya. Standar menuntun organisasi melalui proses review tersebut.
Review proses meliputi akuntabilitas, kerangka kerja, dan pengintegrasian dari suatu aktivitas
perencanaan, proses, dan analisis dan solusi untuk mengurangi risiko dari organisasi. Standar
ISO 31000 juga menginstruksikan bagaimana cara mencatat review dan memonitor status dan
hasil sebaik bagaimana laporan tersebut didapatkan.
9. Membuat Laporan Keuangan
Contoh 1
Dengan menggunakan data tentang ratio industri 19x3 berikut ini, susun laporan
keuangan PT Maju Jaya untuk tahun 19x4:
1. Debt/Equity
= 1,5
2. Quick ratio
= 1,25
3. Capital structure
= 1:1
4. Asset turnover
= 2x
= 0,25
6. Modal saham
= Rp 300.000
7. Laba ditahan
= Rp 100.000
Penyelesaian:
1. Utang:
Karena,
debt
= 1,5
Equity
300.000 + 100.000
= 600 berarti:
Utang lancar
4. Asset turnover = 2x
Karena, penjualan = 2 maka penjualan = 2
Total aktiva
1.000.000
Maka,
200.000
2.000.000
8. Persediaan
Karena inventory turnover = harga pokok penjualan = 6 kali
Persediaan
Berarti persediaan = 1.500.000 = 250.000
6
Dengan demikian hasil perhitungan tersebut kita dapat menyusun neraca dan laporan
rugi laba sebagai berikut.
Neraca PT Maju Jaya 19x4
Aktiva
Pasiva
Kas
200,000
Piutang
400,000
Persediaan
300,000
Mesin
100,000
Total Aktiva
1,000,000
Penjualan bersih
Harga pokok penjualan
Laba kotor
2.000.000
1.500.000
500.000
10. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis laba kotor
Pengertian Analisis Laba Kotor
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan besar perolehan laba setiap
periode, yang ditentukan melalui target yang harus dicapai. Penentuan target besarnya laba
ini penting guna mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam praktiknya, laba yang diperoleh perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Laba kotor (gross profit);
2. Laba bersih (net profit).
Secara umum, pengertian analisis laba kotor adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke satu periode, serta sebab-sebab berubahnya
laba kotor tersebut antara dua atau lebih periode. Selanjutnya dengan diketahui penyebabnya,
dapat digunakan untuk memutuskan kebijakan ke depan yang berkaitan dengan laba tersebut.
Untuk melakukan analisis laba kotor, diperlukan berbagai data perusahaan. Adapun data
yang dibutuhkan untuk melakukan analisis laba kotor adalah:
1. target yang telah ditetapkan;
2. pencapaian hasil laba periode tersebut;
3. laba pada beberapa periode sebelumnya.
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Kotor
Perubahan laba kotor disebabkan tiga factor berikut ini:
1. Berubahnya harga jual
Artinya, berubahnya harga jual yang dianggarkan dengan harga jual pada periode
sebelumnya.
2. Berubahnya jumlah kuantitas (volume) barang yang dijual
Artinya, perubahan jumlah barang yang dijual dari jumlah yang dianggarkan dengan
jumlah periode sebelumnya.
3. Berubahnya harga pokok penjualan
Maksudnya perubahan harga pokok penjualan dari yang dianggarkan dengan harga
pokok penjualan pada periode sebelumnya. Perubahan ini mungkin disebabkan karena
adanya kenaikan harga pokok penjualan dari sumber utamanya, misalkan kenaikan atau
penurunan harga bahan baku atau akibat kenaikan dari biaya-biaya yang dibebankan
sebelumnya.
Harga pokok penjualan suatu produk banyak dipengaruhi oleh factor-faktor antara lain:
- Harga bahan baku;
- Upah tenaga kerja;
- Serta kenaikan harga secara umum.
Manfaat Analisis Laba Kotor
Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari analisis laba kotor adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya harga jual;
2. Untuk mengetahui penyebab naik/turunnya harga pokok penjualan;
3. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naik turunnya harga
jual;
4. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi akibat naik turunnya harga
pokok;
5. Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode;
6. Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan manajemen ke depan dengan mencermati
kegagalan atau kesuksesan pencapaian laba kotor sebelumnya; dan
7. Manfaat lainnya.
Tujuan Analisis Laba Kotor
Untuk tujuan analisis keuntungan kotor ini perlu ditetapkan dasar sebagai faktor pembanding
baik bersumber dari data akuntansi yang lampau atau tahun tertentu yang dipilih maupun
berupa standar atau anggaran harga dan biaya produksi produk yang akan dijual. Analisis
keuntungan kotor dapat dihitung melalui pendekatan dengan beberapa metode sebagai
berikut:
1. Analisis keuntungan kotor berdasarkan data historis
Untuk menguraikan analisis atas dasar data historis atau periode sebelumnya, maka
diperlukan data-data akuntansi yang berkaitan dengan laporan hasil usaha periode
sebelumnya dan kemudian diperbandingkan dengan laporan hasil usaha periode berjalan.
2. Analisis keuntungan kotor berdasarkan biaya standar dan anggaran
Untuk menguraikan analisa keuntungan kotor berdasarkan biaya standar dan anggaran
laporan hasil usaha dengan metode biaya standar, di perbandingkan dengan laporan hasil
usaha aktual pada periode tahun berjalan.