You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FRAKTUR COSTA
DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS

Oleh
AGUS KURNIAWAN
G4D014015

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2014

A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress
pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915). Fraktur
adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang
parsial.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
serta luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh adanya pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan puntir mendadak ataupun kontraksi otot ekstrim. Meskipun
patah jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh yang dapat mengakibatkan udema
jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo,
kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami
cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau fragmen tulang.
Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang
memiliki fungsi untuk memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan
yang lebih penting adalah mempertahankan fungsi ventilasi paru.
Fraktur pada iga (costae) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang /
tulang rawan yang disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang
costa. Perlu diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-toraks dan intra
abdomen.
Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen bila terdapat fraktur
pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama
ekstremitas atas dan kepala (pleksus brakhialis, subklavia),bila terdapat fraktur
pada iga I-III atau fraktur klavikula. (Brunner & Suddart, 2000).
B. Etiologi
Costa merupakan tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Oleh karena
tulang ini sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung, maka

setiap ada trauma dada akan memberikan trauma juga kepada costa. Fraktur costa
dapat terjadi dimana saja disepanjang costa tersebut.Dari keduabelas pasang costa
yang ada, tiga costa pertama paling jarang mengalami fraktur hal ini disebabkan
karena costa tersebut sangat terlindung. Costa ke 4-9 paling banyak mengalami
fraktur, karena posisinya sangat terbuka dan memiliki pelindung yang sangat sedikit,
sedangkan tiga costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga jarang mengalami fraktur
oleh karena sangat mobile.
Penyebab fraktur diantaranya :
1. Trauma
a) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
b) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
2. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang
dan lain-lain.
3. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
4. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
C. Patofisiologi
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah
depan,samping ataupun dari arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya
akan menimbulkan trauma costa,tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa
pada dinding dada,maka tidak semua trauma dada akan terjadi fraktur costa.
Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa
pada tempat traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi
apabila energi yang diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa
tersebut.Seperti pada kasus kecelakaan dimana dada terhimpit dari depan dan
belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan dari angulus costa,dimana
pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.

Fraktur costa yang displace akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau
bahkan organ dibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai
a.intercostalis

,pleura

visceralis,paru

maupun

jantung

,sehingga

dapat

mengakibatkan timbulnya hematotoraks,pneumotoraks ataupun laserasi jantung.


H. Tanda Gejala
-

Nyeri tekan, crepitus dan deformitas dinding dada.


Adanya gerakan paradoksal.
Tandatanda insuffisiensi pernafasan : Cyanosis, tachypnea.
Kadang akan tampak ketakutan dan cemas, karena saat bernafas bertambah
nyeri.
Korban bernafas dengan cepat , dangkal dan tersendat . Hal ini sebagaiusaha
untuk membatasi gerakan dan mengurangi rasa nyeri.
Nyeri tajam pada daerah fraktur yang bertambah ketika bernafas dan batuk.
Mungkin terjadi luka terbuka diatas fraktur, dan dari luka ini dapat terdengar
suara udara yang dihisap masuk ke dalam rongga dada.
Gejala-gejala perdarahan dalam dan syok.

D. Pathway
Trauma langsung
patologis

trauma tidak langsung

kondisi

FRAKTUR
Diskontinuitas tulang
Perub jaringan sekitar
Pergeseran frag Tlg

deformitas

gg. fungsi

Kerusakan
integritas

kulit

E.
F.Gg
G.mobilitas

fisik

nyeri

pergeseran frakmen tulang

kerusakan frakmen tulang


laserasi kulit:

spasme otot

putus vena/arteri
perdarahan

tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler

peningk tek kapiler

pelepasan histamin

protein plasma hilang


kehilangan volume cairan
edema

Shock
hipivolemik H.

reaksi stres klien


melepaskan katekolamin
memobilisai asam lemak

bergab dg trombosit
emboli

penekn pem. drh


menyumbat pemb drh

penurunan perfusi jar

gg.perfusi jar

I. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
b) Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c) Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d) Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah
trauma).
e) Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
f) EKG.
J. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Biografi
b. Riwayat kesehatan masa lalu
c. Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan maksilofasial
2) Vertebra servikal dan leher
3) Thorax
4) Abdomen
5) Perineum
6) Musculoskeletal
7) Neurologis
b. Aktivitas / istirahat
Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari
jaringan yang bengkak / nyeri)
c. Sirkulasi
Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
Takikardia (respon stress , hipovolemi)

Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat


Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera
d. Neurosensori
Hilang gerakan / sensasi, spasme otot
Kebas / kesemutan (parestesia)
Nyeri / kenyamanan
Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot
merupakan penyebab nyeri di rasakan
e. Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna
Pembengkakan lokal
f. Pengetahuan
Kurangnya

pemajanan

informasi

tentang

penyakit,

prognosis

dan

pengobatan serta perawatannya .


K. Nursing Care Plan
N
o.
1.

Diagnosa
Keperawatan

Nyeri akut

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2x24jam nyeri dapat
teratasi
Kriteria Hasil:

Nyeri
berkurang atau hilang
dengan menunjukkan
tindakan santai.

Mampu
berpartisipasi dalam
beraktivitas, tidur, istirahat
dengan tepat.

NIC :
1. Pertahankan imobilasasi bagian yang
sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan
atau traksi
2. Tinggikan posisi ekstremitas yang
terkena.
3. Lakukan dan awasi latihan gerak
pasif/aktif.
4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan
kenyamanan (masase, perubahan posisi)
5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen
nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
visual, aktivitas dipersional)
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut
(24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
indikasi.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk
verbal dan non verval, perubahan tandatanda vital)

2.

3.

Gangguan
mobilitas fisik

Gangguan
integritas kulit

4.

Gangguan
pertukaran gas

NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
2x24jam,
klien mampu bermobilisasi
Kriteria Hasil :
Klien
dapat
meningkatkan/mempertahan
kan mobilitas pada tingkat
paling tinggi yang mungkin
dapat
mempertahankan
posisi
fungsional
meningkatkan
kekuatan/fungsi yang sakit
dan mengkompensasi bagian
tubuh menunjukkan tekhnik
yang
memampukan
melakukan aktivitas

NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24jam
kondisi luka membaik
Kriteria Hasil:
menyatakan
ketidaknyamanan hilang
menunjukkan perilaku
tekhnik untuk mencegah
kerusakan
kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai
indikasi
mencapai penyembuhan
luka sesuai
waktu/penyembuhan lesi
terjadi

NIC :
. Pertahankan pelaksanaan aktivitas
rekreasi
terapeutik
(radio,
koran,
kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan
klien.
2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif
pada ekstremitas yang sakit maupun yang
sehat sesuai keadaan klien.
3. Berikan papan penyangga kaki,
gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.
4. Bantu dan dorong perawatan diri
(kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan
klien.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai
keadaan klien.
6. Dorong/pertahankan asupan cairan
2000-3000 ml/hari.
7. Berikan diet TKTP.
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi.
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien
dan program imobilisasi.
NIC :
1. Pertahankan tempat tidur yang
nyaman dan aman (kering, bersih, alat
tenun kencang, bantalan bawah siku,
tumit).
2.
Masase kulit terutama daerah
penonjolan tulang dan area distal
bebat/gips.
3. Lindungi kulit dan gips pada daerah
perianal
4.
Observasi keadaan kulit, penekanan
gips/bebat
terhadap
kulit,
insersi
pen/traksi.

NOC :
NIC :
Setelah dilakukan tindakan
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
keperawatan selama 2x24jam
chin lift atau jaw thrust bila perlu
ventilasi dan oksigenasi adekuat
2. Posisikan
pasien
untuk
Kriteria Hasil :
memaksimalkan ventilasi

Mendemonstras 3. Identifikasi
pasien
perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
ikan peningkatan ventilasi

dan oksigenasi yang adekuat


Memelihara
kebersihan paru paru dan
bebas dari tanda tanda
distress pernafasan
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal

4. Pasang mayo bila perlu


5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berika bronkodilator bial perlu
10. Barikan pelembab udara
11. Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
13. Monitor rata rata, kedalaman, irama
dan usaha respirasi
14. Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
15. Monitor suara nafas, seperti dengkur
16. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
17. Monitor kelelahan otot diagfragma
( gerakan paradoksis )
18. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
19. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
20. Uskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya

DAFTAR PUSTAKA
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications (NIC), Second
edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork.
NANDA, 2007-2008, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,
USA.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing Outcome Classifications
(NOC), Philadelphia, USA.
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC.

Dongeus Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC.


Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Jakarta. EGC.
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .
Edisi 4. Jakarta.

You might also like