You are on page 1of 18

TEORI DAN SEMINAR AKUNTANSI

SEMESTER 7
PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF

NAMA KELOMPOK 1 :
DEWI HERAWATI (130404020089)
ELVIANY SULASTRY METTA (130404020090)
THEODORA GEMINIYATI THEDHENS (130404020091)
FARIA DWI SUPRIATMI (130404020092)
CICILIA WENNY WIDYAWATI (130404020093)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
KELAS : A2

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG


Jl.Soedanco Supriadi No.48 Malang
Telp : (0341) 801488,803194,805264
Email : kanjuruhan@ukanjuruhan.ac.id
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena rahmat dan nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah Teori dan Seminar Akuntansi yang
diberikan oleh bapak Dra. Sunarto, MM, Ak, CA selaku dosen pengampu mata
kuliah Teori dan Seminar Akuntansi.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai pengantar materi presentasi
kelompok kami. Makalah ini berjudul Pengungkapan dan Sarana Interpretif.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini didapatkan melalui bukubuku Teori dan Seminar Akuntansi. Kami sebagai penyusun makalah berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun
dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini
mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena
itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mangharapkan ada
kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.

Malang, 28 November 2016

PENULIS

DAFTAR ISI

Page | 2

Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...
1.2 Rumusan Masalah..............
1.3 Tujuan.........................
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengungkapan....................................................................................
2.1.1 Siapa Dituju...............................................................................
2.1.2 Fungsi atau Tujuan Pengungkapan............................................
2.1.3 Keluasan dan Kerincian Pengungkapan Kendala Pengung
Kapan........................................................................................
2.1.3.1 Pengungkapan Wajib dan Sukarela.............................. .
2.1.3.2 Pengungkapan Wajib dan Sukarela.............................. .
2.1.4 Regulasi Pengungkapan.............................................................
2.1.5 Apa yang diungkap................................................................... .
2.1.5.1 Berbagai Proposal.........................................................
2.1.6 Metode Pengungkapan..............................................................
2.2 Sarana Interpretif................................................................................
2.2.1 Kos dan Nilai............................................................................ .
2.2.1.1 Argumen Pendukung.....................................................
2.2.1.2Argumen Penyanggah....................................................
2.2.1.3 Simpulan.......................................................................
2.2.2 Revisi Kos Fasilitas Fisis...........................................................
2.2.2.1 Alasan Pendukung Revisi..............................................
2.2.2.2 Argumen Penyanggah...................................................
2.2.2.3 Simpulan.......................................................................
2.2.3 Pengurangan Nilai Buku Fasilitas Fisis.....................................
2.2.3.1 Indikasi Penurunan Kemampuan..................................
2.2.3.2 Pengangguran Sementara..............................................
2.2.4 Konversi Kos ke Rupiah Daya Beli...........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

2
3
4
4
4
4
5
6
6
8
8
9
10
10
11
12
12
13
13
13
14
14
15
15
16
16
16
16
17
18
18
19

Page | 3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pelaporan keuangan dibuat untuk kepentingan investor, kreditor, dan
pihak lain untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit. Pihak pemakai
memerlukan berbagai informasi yang relevan dan bermanfaat untuk
keputusan investasi, kredit dll. Informasi keuangan yang dapat dilayani oleh
pelaporan keuangan (financial reporting) baru merupakan sebagian dari
informasi yang tersedia bagi mereka. FASB mengidentifikasikan lingkup
(scope) informasi yang dipandang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan konsep tentang pengungkapan?
2. Bagaimana definisi dan konsep tentang sarana interpretif?

1.3

Tujuan
1. Untuk

mengetahui

definisi

dan

konsep

tentang

pengungkapan.
2. Untuk mengetahui definisi dan konsep tentang sarana
interpretif.
1.4

Manfaaat Penulisan
1. Memahami definisi dan konsep pengungkapan.
2. Memahami definisi dan konsep tentang sarana interpretif.

Page | 4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengungkapan
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari
pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir
dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat
penuh statemen keuangan. Evans (2003) mengartikan pengungkapan sebagai
berikut: Diclosure means supplying information in the financial statements,
including the statements themselves, the notes to the statements, and the
supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend
to public or private statements by management on information provided
outside the financial statements.
Secara lebih spesifik,
menginterpretasi

pengertian

Wolk,

Tearney,

pengungkapan

dan

sebagai

Dodd

berikut:

(2001)
Broadly

interpreted, disclosure is concerned with information in both the financial


statements and supplementary communications including footnotes, post
statement events, managements discussion and analysis of operations for the
fortcoming year, financial and operating forecast, and additional financial
statements covering segmental disclosure and extentions beyond historical
cost
Evans membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang
menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat atau
media massa lain serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak
masuk dalam pengertian pengungkapan. Sementara itu, Wolk, Tearney, dan
Dodd memasukkan pula statemen keuangan segmental dan statemen yang
merefleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.
Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan informasi
lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan
formal. Hal ini tampaknya sejalan dengan gagasan FASB dalam rerangka
konseptualnya sebagai berikut: Although financial reporting and financial

Page | 5

statements have essentially the same objectives, some useful information is


better provided by financial statements and some is better provided, or can
only be provided, by meansof financial reporting other than financial
statements.
Masalah teoritis pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan berikut ini:
1.
Untuk siapa informasi diungkapkan?
2.
Mengapa pengungkapan harus dilakukan?
3.
Seberapa banyak dan informasi apa harus diungkapkan?
4.
Bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi?
2.1.1

Siapa Dituju
Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor merupakan
pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan
terutama untuk mereka. FASB misalnya menetapkan tingkat kecanggihan
para investor dan kreditor cukup tinggi sehingga pengungkapan yang
diwajibkan dapat dikatakan lebih sedikit dibanding yang dituntut oleh SEC
karena SEC mempertimbangkan pula kepentingan investor yang naif. SEC
menuntut

lebih

banyak

pengungkapan

karena

pelaporan

keuangan

mempunyai aspek sosial dan publik (public interest). Oleh karena itu,
pengungkapan menuntut lebih dari sekadar pelaporan keuangan tetapi
meliputi pula penyampaian informasi kualitatif atau non kuantitatif. Karena
pihak yang dituju lebih luas dan model pengambilan keputusannya kurang
dapat diidentifikasi, pengungkapan cenderung untuk meluas dan jarang
menjadi sempit (spesifik).
2.1.2

Fungsi atau Tujuan Pengungkapan


Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi
yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk
melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
1. Tujuan melindungi
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua
pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naif perlu dilindungi
dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin
memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk

Page | 6

menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statemen


keuangan. Dengan kata lain pengungkapan dimaksudkan untuk
melindungi perlakuan manajemen yang kurang adil dan terbuka. Dengan
tujuan ini, tingkat atau volume pengungkapan akan menjadi tinggi.
Tujuan melindungi biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas
yang mendapat autoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar
modal seperti SEC atau Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal
ini dapat dipahami karena mereka bertindak demi kepentingan publik.
2. Tujuan Informatif
Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju
sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian,
pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat
membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan
ini biasanya melandasi penyusunan standar akuntansi untuk menentukan
tingkat pengungkapan. Dalam kenyataannya, badan pengawas seperti
BAPEPAM bekerjasama dengan penyusun standar (profesi) untuk
menentukan keluasan pengungkapan. Untuk tujuan pengawasan oleh
badan kepemerintahan, terdapat pula pengungkapan yang khusus
ditujukan kepada badan pengawas melalui formulir-formulir yang harus
diisi oleh perusahaan pada waktu menyerahkan laporan tahunan maupun
kuartalan.
3. Tujuan Kebutuhan Khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan
tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi
dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju
sementara

untuk

tujuan

pengawasan,

informasi

tertentu

harus

disampaikan kepada pangawas berdasarkan peraturan melalui formulirformulir yang menuntut pengungkapan secara rinci.
2.1.3

Keluasan dan Kerincian Pengungkapan


Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi harus
diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan (levels of
disclosure). Evans (2003) mengidentifikais tiga tingkat pengungkapan yaitu
memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure),

Page | 7

dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai impikasi terhadap apa
yang harus diungkapkan.
Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar
statemen keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan
pengambilan keputusan yang diarah. Tingkat wajar adalah tingkat yang harus
dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional
yang sama. Artinya, tidak ada satu pihak pun yang kurang mendapat
informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan
posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan
informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi
yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang diarah.
Tingkat pengungkapan yang tepat memang harus ditentukan karena
terlalu banyak informasi sama tidak menguntungkannya dengan terlalu
sedikit informasi. Oleh karena itu, diperlukan kriteria atau pertimbangan
untuk menentukan dan batas atas dan batas bawah. Batas atas (kos>benefit)
dan batas bawah (materialitas) dalam karakteristik kualitatif informasi untuk
pengakuan suatu pos dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan
banyaknya informasi. Dalam hal pengungkapan, batas atas (tingkat penuh)
lebih banyak menimbulkan kontroversi dibandingkan dengan batas bawah.
Artinya bagi penentu kebijakan, menentukan seberapa luas pengungkapan
harus dilakukan lebih problematik dibanding menentukan informasi mana
yang tidak perlu diungkapkan.
2.1.3.1 Kendala Pengungkapan
Berbagai hal menjadi pertimbangan penyusun standar atau badan
pengawas untuk menentukan seberapa banyak informasi harus diungkapkan.
Salah satu hal yang menentukan keleluasaan dan kerincian pengungkapan
adalah tujuan pegungkapan. Tujuan perlindungan atau protektif biasanya
menuntut pengungkapan yang lebih luas dan lebih rinci. Pengungkapan yang
lebih luas biasanya terkendala oleh keengganan perusahaan untuk
menyediakan informasi.
Kos penyediaan informasi harus lebih rinci dari benefit informasi
yang disediakan. Kendala kriteria ini adalah kesulitan menentukan manfaat
informasi meskipun sampai tingkat tertentu kos dapat diukur dengan cukup

Page | 8

teliti bahkan dalam hal tertentu kos tersebut sangat tidak berarti (mendekati
nol). Oleh karena itu, kriteria ini akhirnya tidak pernah menjadi
pertimbangan.
Bila kos penyediaan suatu informasi dapat diabaikan, persoalannya
adalah perlukah informasi tersebut diungkapkan. Dalam hal seperti ini,
keberlebihan informasi harus menjadi pertimbangan. Betapapun kos
penyediaan informasi dapat diabaikan dari segi administratif, informasi
tertentu sangat berharga bagi perusahaan dalam kondisi persaingan.
Pengungkapan informasi dapat menempatkan perusahaan pada posisi yang
kurang menguntungkan dibanding pesaing dan hal inilah yang menjadi kos
pengungkapan

bagi

mengungkapkan

perusahaan

informasi

sehingga

privatnya.

perusahaan
Penyusun

enggan
standar

untuk
perlu

mempertimbangkan hal ini dalam menetapkan tingkat pengungkapan. Bagi


penyusun standar, pengungkapan wajib harus dipertimbangkan atau dasar
apakah informasi yang sama sebenarnya dapat diperoleh pemakai dari sumber
selain yang disediakan melalui pelaporan keuangan atau laporan tahunan.
Sumber lain ini dalam hal tertentu justru lebih efektif daripada informasi yang
disediakan perusahaan.
2.1.3.2 Pengungkapan Wajib dan Sukarela
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan
perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan
badan pengawas. Teori pensignalan melandasi pengungkapan sukarela ini.
Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang
menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham
khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news).
Manajemen

juga

berminat

menyampaikan

informasi

yang

dapat

meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi


tersebut tidak diwajibkan. Beberapa penelitian akademik juga menunjukkan
bahwa makin besar perusahaan makin banyak pengungkapan sukarela yang
disampaikan. Pengungkapan sukarela ini merupakan solusi atas kendala
pengungkapan secara penuh. Dengan ketersediaan manajemen dalam

Page | 9

pengungkapan sukarela ini, tingkat pengungkapan wajib yang dapat


ditetapkan diarhkan ke tingkat wajar atau bahkan memadai tidak perlu penuh.
2.1.4

Regulasi Pengungkapan
Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama
saja dengan menyerahkan penyediaan informasi kepada pasar. Beberapa
argumen mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi. Alasan
tersebut adalah:
1.

Penyalahgunaan (abuse)

2.

Eksternalitas (externalities)

3.

Asimetri informasi (information asymmetry)

4.

Keengganan manajemen (management reluctance)


Semua regulasi diarahkan untuk mencegah adanya penyalahgunaan

dan kecurangan oleh para pelaku pasar modal terutama dalam masalah
pengungkapan.
2.1.5

Apa yang Diungkap


Penyusun standar dan badan pengawas seperti SEC atau BAPEPAM
mengeluarkan ketentuan tentang apa yang harus diungkapkan. SEC
mewajibkan perusahaan publik untuk menyusun dua laporan tahunan. Satu
laporan tahunan harus diserahkan ke SEC untuk memenuhi ketentuan dalam
Securities Exchange Act 1934 dan data laporan tahunan harus disusun untuk
keperluan pemegang saham dan pihak eksternal lainnya. Peraturan SEC yang
berkaitan dengan pelaporan dan pengungkapan antara lain adalah:
1.

Securities Exchange Act 1934 yang harus dipenuhi dengan mengisi


Form 10-K. Formulir ini berisi jenis-jenis informasi apa yang harus
diungkapkan dalam laporan tahunan dalam rangka pelaporan ke SEC.

2.

Untuk laporan kuartalan, perusahaan harus menggunakan Form 10-Q.


Regulation S-X yang berisi ketentuan tentang format, isi, dan
persyaratan statemen keuangan. Peraturan ini juga merupakan aturan

Page | 10

pelaksanaan Securities Act 1933 dalam rangka registrasi. Dengan


3.

peraturan ini, perusahaan harus mengisi Form S-1.


Regulation S-K yang memuat ketentuan tentang pengungkapan statemen
nonfinansial. Ketentuan ini sifatnya sama seperti Regulation S-X yaitu
aturan pelaksanaan Securities Act 1933.

2.1.5.1 Berbagai Proposal


William mengusulkan suatu model pengungkapan yang disebut model
pelaporan alternatif lima lapis (a-five layers alternative repoting models)
yaitu:
Lapis pertama : pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan yang sama
dengan model yang sekarang berlaku (models statement
keuangan sebagai ciri sentral).
Lapis kedua

: pos-pos

yang

memenuhi

kriteria

pengakuan

tetapi

bermasalah dalam hal reliabilitas pengukuran seperti nilai


merk dagang.
Lapis ketiga

: pos-pos yang tidak begitu memenuhi kriteria reliabilitas


dan definisi seperti misalnya kepuasan kesan konsumen.

Lapis keempat : pos-pos yang memenuhi kriteria pengukuran, keterandalan,


dan keberpautan tetapi tidak memenuhi definisi elemen
seperti angka sensitifitas-risiko.
Lapis kelima : pos-pos yang tidak memenuhi definsi elemen dan juga tidak
dapat diukur secara terandalkan seperti kapital intelektual
karyawan.
Model tersebut sebenarnya merupakan penjabaran pengakuan model
FASB. Juga, model tersebut lebih merupakan kriteria pengungkapan atau
penyajian daripada apa yang harus diungkapkan. Uraian mengenai apa yang
harus diungkapkan menunjukkan bahwa masalah pengungkapan belum
terjawab secara tuntas dan lingkup pengungkapan masih harus dikembangkan
baik yang wajib maupun yang sukarela. Walaupun demikian, model
pengungkapan FASB dalam rerangka konspetualnya sudah dapat dipandang
cukup komprehensif dan mantap.
2.1.6 Metode Pengungkapan
Page | 11

Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara


teknis informasi disajikan kepada pamakai dalam satu perangkat statemen
keuangan beserta informasi lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan
secara spesifik dalam standard akuntansi atau peraturan lain. Informasi dapat
disajikan dalam pelaporan keuangan antara lain pos statemen keuangan, catatan
kaki (catatan atas laporan keuangan), pengggunaan istilah teknis (terminologi),
penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor,
dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.
2.2

Sarana Interpretif
Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif untuk
menambah kebermanfaatan dan keterpautan informasi akuntansi yang disajikan
melalui media statemen keuangan. Dalam tataran praktis, tentu saja harus
terdapat rerangka atau struktur akuntansi pokok (basic accounting structure)
atau pelaporan keuangan pokok (financial reporting proper) yang membatasi
pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan. Tanpa rerangka
pokok tersebut akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan,
dilampirkan, atau dimasukkan dalam pelaporan keuangan karena pada tataran
teoritis banyak sarana interpretif yang mempunyai potensi untuk bermanfaat
atau berpaut dengan keputusan investor dan kreditor. Pelaporan keuangan
pokok adalah pelaporan yang langsung ditentukan oleh standar akuntansi atas
dasar pertimbangan keterandalan (realibility) dan keberpautan (relevans).
Rerangka pokok tersebut juga diperlukan untuk membatasi tanggungjawab
auditor dalam menetapkan kewajaran statemen keuangan.
Sarana interpretif tidak hanya ditujukan dalam pelaporan keuangan
eksternal tetapi juga dalam pelaporan internal atau manajerial. Sarana
interpretif dalam pelaporan internal misalnya adalah penggunaan kos standar,
pengkosan variabel (variable costing), departementalisasi pendapatan (revenue
imputation), dan pengkosan berbasis kegiatan (activity based costing).

2.2.1 Kos dan Nilai


Dalam kondisi yang normal kos yang terjadi dapat dianggap
menyatakan nilai pasar (market value) suatu sumber ekonomi pada saat dibeli

Page | 12

atau diperoleh. Nilai adalah persepsi orang terhadap manfaat atau utilitas suatu
objek yang dinyatakan dalam satuan pengukur (biasanya unit moneter).
2.2.1.1 Argumen Pendukung
Argumen utama pendukung gagasan tersebut adalah keterpautan
keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk kepentingan
manajemen maupun pihak luar. Untuk kepentingan manajemen, perhitungan
laba tiap periode hendaknya mencerminkan dengan jelas perubahan
ekonomik penting termasuk rugi (losses) dan untung (gains) yang belum
terealisasi yang terjadi akibat penurunan dan kenaikan nilai faktor-faktor yang
masih belum digunakan.
2.2.1.2 Argumen Penyanggah
Paton dan Littleton (1970) berpendapat bahwa adanya perubahan nilai
tidak berarti bahwa rerangka akuntansi pokok berbasis kos tidak lagi
bermanfaat sehingga harus diganti. Tujuan utama akuntansi adalah
pengukuran laba periodik dengan menggunakan proses menandingkan kos
dan pendapatan secara sistematik. Penggantian jumlah rupiah tercatat (kos)
faktor-faktor jasa dengan taksiran nilai pasar yang berlaku sekarang tidak
dapat didukung atas dasar argumen-argumen berikut ini:
1.
Keterandalan data,
2.
Saling kompensasi antarperiode,
3.
Fluktuasi nilai merupakan gejala umum,
4.
Nilai pasar dan posisi keuangan.
2.2.1.3 Simpulan
Penekanan pada kos historis atau aktual sebagai dasar pencatatan tidak
berarti menolak sama sekali adanya kelayakan dan manfaat untuk
mengadakan reorganisasi modal (financial reorganization) dan untuk
menyesuaikan kembali asset, kewajiban, dan ekuitas bilamana hal ini
memang jelas-jelas diperlukan khususnya dalam kejadian yang bersifat
istimewa. Revisi ini hendaknya dilakukan dengan cara yang cukup bijaksana
sehingga tidak berakibat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.2 Revisi Kos Fasilitas Fisis
Dalam beberapa hal khusus, penilaian kembali fasilitas fisis yang
berakibat revisi terhadap kos tercatat tidak dapat dihindari. Penilaian kembali

Page | 13

biasanya dilakukan oleh perusahaan penilai (appraisal companies). Beberapa


hal khusus yang menghendaki penilaian kembali antara lain adalah:
1. Perusahaan akan dibeli sehingga terjadi penggantian hak milik atau
perubahan entitas yang menghendaki pencatatan asset pada nilai perusahaan
baru berdiri (fresh start).
2. Kuarsi reorganisasi untuk penyerahan defisit.
3. Penggadaian asset yang menghendaki penilaian untuk menentukan nilai
gadai.
4. Peraturan pemerintah yang mengharuskan revaluasi.
5. Terjadinya musibah yang menghendaki penilaian untuk keperluan ganti rugi
asuransi.
6. Penilaian asset untuk keperluan penentuan nilai asuransi asset (insurance
coverage).
7. Penentuan nilai asset untuk keperluan penetapan pajak.

2.2.2.1 Alasan Pendukung Revisi


Alasan yang mendukung revisi kos asset tetap secara umum
bersandarkan pada alasan yang dikemukakan dalam akuntansi berbasis nilai.
Berikut adalah beberapa alasan yang sering digunakan untuk mendukung
revisi yaitu:
1.
Distorsi informasi ekonomik
2.
Distorsi akumulasi dana penggantian
2.2.2.2 Argumen Penyanggah
Argumen memang dapat dimaklumi, akan tetapi tidak berarti bahwa
revisi kos menjadi alternatif pemecahan yang paling tepat. Dari segi akuntansi
sendiri, kos sekarang atau pengganti sebagai bagian rerangka akuntansi pokok
mempunyai beberapa kelemahan dan keterbatasan. Seperti argumen
penyanggah revisi kos secara umum, Paton dan Littleton memberi argumen
untuk menolak revisi kos historis fasilitas fisis.
1.
Revisi terus menerus tidak praktis
Penilaian yang dilakukan terus menerus adalah pekerjaan yang mahal
dan hanya dapat diterima kalau manfaat yang diperoleh jelas-jelas
2.

menjustifikasi kos pencatatan revisi.


Hasil penilaian tidak meyakinkan

Page | 14

Nilai pengganti fasilitas fisis yang kompleks akhirnya tidak lebih


daripada taksiran, dan taksiran tersebut dalam banyak hal tidak dapat
diandalkan. Pendekatan umum yang digunakan untuk menentukan nilai
pengganti adalah menghitung jumlah rupiah pembelian atau kos
sekarang seandainya perusahaan membeli fasilitas fisis yang sama. Hal
ini dapat dilakukan kalau tedapat barang yang sama dipasar umum.
Pendekatan lain adalah menghitung jumlah rupiah proses konstruksi
3.

hipotesis untuk jenis fasilitas yang sama fungsinya.


Depresiasi bukan akumulasi dana
Depresiasi harus didasarkan atas nilai pengganti untuk menjamin
pengumpulan dana yang cukup untuk mengganti fasilitas fisis pada saat
umurnya habis juga menimbulkan pertanyaan yang serius. Tujuan
utama akuntansi depresiasi adalah membebankan kos ke produksi dan
ke pendapatan secara layak.

2.2.2.3 Simpulan
Akuntansi fasilitas fisis atau asset tetap berwujud atas dasar kos
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan alternatif yang lain (misalnya
akuntansi nilai pengganti) bilamana ditinjau dari kebutuhan dan kondisikondisi perusahaan pada umumnya. Bersamaan dengan itu, kalau keadaan
tertentu memang mengharuskan adanya revisi kos fasilitas fisis maka kos
revisian atau pengganti dapat diakui dalam buku besar secara terpisah dengan
buku besar kos aktual sehingga data kos historis tidak menjadi hilang atau
tersembunyi. Statemen keuangan atas dasar kos pengganti harus diperlakukan
sebagai pelengkap terhadap statemen keuangan berbasis kos aktual. Jadi kos
historis harus tetap merupakan bagian dari rerangka akuntansi pokok.
2.2.3 Pengurangan Nilai Buku Fasilitas Fisis
Pengurangan dapat dilakukan kalau suatu kondisi menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan asset untuk mendatangkan laba atau kas
dimasa datang. Kondisi yang dapat menimbulkan penurunan kemampuan
asset misalnya saja kalau telah menjadi jelas bahwa jasa efektif suatu fasilitas
fisis menjadi tidak mamadai lagi karena timbul teknologi baru yang tidak

Page | 15

terduga sebelumnya atau karena faktor khusus lainnya sehingga depresiasi


akumulasi sampai saat itu menjadi terlalu kecil.
2.2.3.1 Indikasi penurunan kemampuan
PSAK No.48 memberikan pedoman untuk mengidentifikasi adanya
penurunan kemampuan suatu asset. Secara teknis, suatu asset dikatakan
mengalami penurunan kemampuan bilamana nilai tercatat (nilai buku) asset
melebihi apa yang disebut jumlah rupiah atau jumlah terperoleh kembali.
Jumlah terperoleh kembali dapat diukur atas dasar harga jual neto asset atas
dasar nilai pakai yaitu nilai sekarang aliran-aliran kas yang dikontribusi oleh
pemakaian asset bersangkutan termasuk nlai residual pada saat penghentian
penggunaan. Jumlah terperoleh kembali yang digunakan untuk mengukur
adanya penurunan kemampuan biasanya adalah yang terendah antara nilai
jual neto dan nilai pakai.
2.2.3.2 Pengangguran sementara
Kalau fasilitas fisis tertentu tidak digunakan karena alasan musim atau
lainnya maka pengangguran sementara ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
melakukan pengurangan besar kos asset. Demikian juga pengurangan
intensitas pengggunaan sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk
pengurangan kos menjadi rugi.
2.2.4 Konversi Kos ke Rupiah Daya Beli
Karena daya beli dianggap stabil, rerangka akuntansi pokok atas dasar
kos histori sering disangkal manfaatnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa satuan uang sebagai pengukur bahan oleh akuntansi tidak stabil daya
belinya. Artinya, kos tercatat yang merupakan jumlah rupiah kesepakatan
akan berbeda dalam dua titik waktu yang berbeda kalau dinyatakan dalam
tingkat harga umum yang berlaku pada dua waktu tersebut. Sebagai
konsekuensi, kos historis yang diukur dengan daya beli pada saat tertentu
dapat menyesatkan. Demikian juga, dalam kondisi tertentu laba atau rugi
yang dihasilkan oleh rerangka akuntansi pokok tidak menggambarkan
perubahan nilai ekonomik perusahaan yang sesungguhnya.

Page | 16

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Secara umum, pengungkapan adalah konsep, metoda, dan media tentang
bagaimana informasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.
Statemen keuangan dasar dan penyajian informasi selain statemen keuangan
merupakan bentuk pengungkapan informasi. Dalam arti sempit, pengungkapan
berarti

penyampaian

sarana

interpretif. Artinya,

pengungkapan

adalah

pengungkapan secara kuantitatif, kualitatif, atau deskriptif lebih dari apa yang
telah termuat dalam statemen keuangan pokok sebagai ciri sentral pelaporan
keuangan.
Masalah teoritis pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
berikut: untuk siapa informasi diungkapkan, mengapa pengungkapan harus
dilakukan, seberapa banyak dan informasi apa harus diungkapkan, dan
bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi.
3.2 SARAN
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwasannya makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sangat penulis harapkan untuk kelengkapan dari isi makalah ini agar
kedepannya lebih baik lagi.

Page | 17

DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan. Edisi 3,


BPFE:Yogyakarta.

Page | 18

You might also like