Professional Documents
Culture Documents
SEMESTER 7
PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF
NAMA KELOMPOK 1 :
DEWI HERAWATI (130404020089)
ELVIANY SULASTRY METTA (130404020090)
THEODORA GEMINIYATI THEDHENS (130404020091)
FARIA DWI SUPRIATMI (130404020092)
CICILIA WENNY WIDYAWATI (130404020093)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
KELAS : A2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena rahmat dan nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah Teori dan Seminar Akuntansi yang
diberikan oleh bapak Dra. Sunarto, MM, Ak, CA selaku dosen pengampu mata
kuliah Teori dan Seminar Akuntansi.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai pengantar materi presentasi
kelompok kami. Makalah ini berjudul Pengungkapan dan Sarana Interpretif.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini didapatkan melalui bukubuku Teori dan Seminar Akuntansi. Kami sebagai penyusun makalah berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun
dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini
mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena
itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mangharapkan ada
kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.
PENULIS
DAFTAR ISI
Page | 2
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...
1.2 Rumusan Masalah..............
1.3 Tujuan.........................
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengungkapan....................................................................................
2.1.1 Siapa Dituju...............................................................................
2.1.2 Fungsi atau Tujuan Pengungkapan............................................
2.1.3 Keluasan dan Kerincian Pengungkapan Kendala Pengung
Kapan........................................................................................
2.1.3.1 Pengungkapan Wajib dan Sukarela.............................. .
2.1.3.2 Pengungkapan Wajib dan Sukarela.............................. .
2.1.4 Regulasi Pengungkapan.............................................................
2.1.5 Apa yang diungkap................................................................... .
2.1.5.1 Berbagai Proposal.........................................................
2.1.6 Metode Pengungkapan..............................................................
2.2 Sarana Interpretif................................................................................
2.2.1 Kos dan Nilai............................................................................ .
2.2.1.1 Argumen Pendukung.....................................................
2.2.1.2Argumen Penyanggah....................................................
2.2.1.3 Simpulan.......................................................................
2.2.2 Revisi Kos Fasilitas Fisis...........................................................
2.2.2.1 Alasan Pendukung Revisi..............................................
2.2.2.2 Argumen Penyanggah...................................................
2.2.2.3 Simpulan.......................................................................
2.2.3 Pengurangan Nilai Buku Fasilitas Fisis.....................................
2.2.3.1 Indikasi Penurunan Kemampuan..................................
2.2.3.2 Pengangguran Sementara..............................................
2.2.4 Konversi Kos ke Rupiah Daya Beli...........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
2
3
4
4
4
4
5
6
6
8
8
9
10
10
11
12
12
13
13
13
14
14
15
15
16
16
16
16
17
18
18
19
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pelaporan keuangan dibuat untuk kepentingan investor, kreditor, dan
pihak lain untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit. Pihak pemakai
memerlukan berbagai informasi yang relevan dan bermanfaat untuk
keputusan investasi, kredit dll. Informasi keuangan yang dapat dilayani oleh
pelaporan keuangan (financial reporting) baru merupakan sebagian dari
informasi yang tersedia bagi mereka. FASB mengidentifikasikan lingkup
(scope) informasi yang dipandang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan konsep tentang pengungkapan?
2. Bagaimana definisi dan konsep tentang sarana interpretif?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui
definisi
dan
konsep
tentang
pengungkapan.
2. Untuk mengetahui definisi dan konsep tentang sarana
interpretif.
1.4
Manfaaat Penulisan
1. Memahami definisi dan konsep pengungkapan.
2. Memahami definisi dan konsep tentang sarana interpretif.
Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengungkapan
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari
pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir
dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat
penuh statemen keuangan. Evans (2003) mengartikan pengungkapan sebagai
berikut: Diclosure means supplying information in the financial statements,
including the statements themselves, the notes to the statements, and the
supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend
to public or private statements by management on information provided
outside the financial statements.
Secara lebih spesifik,
menginterpretasi
pengertian
Wolk,
Tearney,
pengungkapan
dan
sebagai
Dodd
berikut:
(2001)
Broadly
Page | 5
Siapa Dituju
Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor merupakan
pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan
terutama untuk mereka. FASB misalnya menetapkan tingkat kecanggihan
para investor dan kreditor cukup tinggi sehingga pengungkapan yang
diwajibkan dapat dikatakan lebih sedikit dibanding yang dituntut oleh SEC
karena SEC mempertimbangkan pula kepentingan investor yang naif. SEC
menuntut
lebih
banyak
pengungkapan
karena
pelaporan
keuangan
mempunyai aspek sosial dan publik (public interest). Oleh karena itu,
pengungkapan menuntut lebih dari sekadar pelaporan keuangan tetapi
meliputi pula penyampaian informasi kualitatif atau non kuantitatif. Karena
pihak yang dituju lebih luas dan model pengambilan keputusannya kurang
dapat diidentifikasi, pengungkapan cenderung untuk meluas dan jarang
menjadi sempit (spesifik).
2.1.2
Page | 6
untuk
tujuan
pengawasan,
informasi
tertentu
harus
disampaikan kepada pangawas berdasarkan peraturan melalui formulirformulir yang menuntut pengungkapan secara rinci.
2.1.3
Page | 7
dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai impikasi terhadap apa
yang harus diungkapkan.
Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar
statemen keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan
pengambilan keputusan yang diarah. Tingkat wajar adalah tingkat yang harus
dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional
yang sama. Artinya, tidak ada satu pihak pun yang kurang mendapat
informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan
posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan
informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi
yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang diarah.
Tingkat pengungkapan yang tepat memang harus ditentukan karena
terlalu banyak informasi sama tidak menguntungkannya dengan terlalu
sedikit informasi. Oleh karena itu, diperlukan kriteria atau pertimbangan
untuk menentukan dan batas atas dan batas bawah. Batas atas (kos>benefit)
dan batas bawah (materialitas) dalam karakteristik kualitatif informasi untuk
pengakuan suatu pos dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan
banyaknya informasi. Dalam hal pengungkapan, batas atas (tingkat penuh)
lebih banyak menimbulkan kontroversi dibandingkan dengan batas bawah.
Artinya bagi penentu kebijakan, menentukan seberapa luas pengungkapan
harus dilakukan lebih problematik dibanding menentukan informasi mana
yang tidak perlu diungkapkan.
2.1.3.1 Kendala Pengungkapan
Berbagai hal menjadi pertimbangan penyusun standar atau badan
pengawas untuk menentukan seberapa banyak informasi harus diungkapkan.
Salah satu hal yang menentukan keleluasaan dan kerincian pengungkapan
adalah tujuan pegungkapan. Tujuan perlindungan atau protektif biasanya
menuntut pengungkapan yang lebih luas dan lebih rinci. Pengungkapan yang
lebih luas biasanya terkendala oleh keengganan perusahaan untuk
menyediakan informasi.
Kos penyediaan informasi harus lebih rinci dari benefit informasi
yang disediakan. Kendala kriteria ini adalah kesulitan menentukan manfaat
informasi meskipun sampai tingkat tertentu kos dapat diukur dengan cukup
Page | 8
teliti bahkan dalam hal tertentu kos tersebut sangat tidak berarti (mendekati
nol). Oleh karena itu, kriteria ini akhirnya tidak pernah menjadi
pertimbangan.
Bila kos penyediaan suatu informasi dapat diabaikan, persoalannya
adalah perlukah informasi tersebut diungkapkan. Dalam hal seperti ini,
keberlebihan informasi harus menjadi pertimbangan. Betapapun kos
penyediaan informasi dapat diabaikan dari segi administratif, informasi
tertentu sangat berharga bagi perusahaan dalam kondisi persaingan.
Pengungkapan informasi dapat menempatkan perusahaan pada posisi yang
kurang menguntungkan dibanding pesaing dan hal inilah yang menjadi kos
pengungkapan
bagi
mengungkapkan
perusahaan
informasi
sehingga
privatnya.
perusahaan
Penyusun
enggan
standar
untuk
perlu
juga
berminat
menyampaikan
informasi
yang
dapat
Page | 9
Regulasi Pengungkapan
Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama
saja dengan menyerahkan penyediaan informasi kepada pasar. Beberapa
argumen mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi. Alasan
tersebut adalah:
1.
Penyalahgunaan (abuse)
2.
Eksternalitas (externalities)
3.
4.
dan kecurangan oleh para pelaku pasar modal terutama dalam masalah
pengungkapan.
2.1.5
2.
Page | 10
: pos-pos
yang
memenuhi
kriteria
pengakuan
tetapi
Sarana Interpretif
Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif untuk
menambah kebermanfaatan dan keterpautan informasi akuntansi yang disajikan
melalui media statemen keuangan. Dalam tataran praktis, tentu saja harus
terdapat rerangka atau struktur akuntansi pokok (basic accounting structure)
atau pelaporan keuangan pokok (financial reporting proper) yang membatasi
pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan. Tanpa rerangka
pokok tersebut akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan,
dilampirkan, atau dimasukkan dalam pelaporan keuangan karena pada tataran
teoritis banyak sarana interpretif yang mempunyai potensi untuk bermanfaat
atau berpaut dengan keputusan investor dan kreditor. Pelaporan keuangan
pokok adalah pelaporan yang langsung ditentukan oleh standar akuntansi atas
dasar pertimbangan keterandalan (realibility) dan keberpautan (relevans).
Rerangka pokok tersebut juga diperlukan untuk membatasi tanggungjawab
auditor dalam menetapkan kewajaran statemen keuangan.
Sarana interpretif tidak hanya ditujukan dalam pelaporan keuangan
eksternal tetapi juga dalam pelaporan internal atau manajerial. Sarana
interpretif dalam pelaporan internal misalnya adalah penggunaan kos standar,
pengkosan variabel (variable costing), departementalisasi pendapatan (revenue
imputation), dan pengkosan berbasis kegiatan (activity based costing).
Page | 12
atau diperoleh. Nilai adalah persepsi orang terhadap manfaat atau utilitas suatu
objek yang dinyatakan dalam satuan pengukur (biasanya unit moneter).
2.2.1.1 Argumen Pendukung
Argumen utama pendukung gagasan tersebut adalah keterpautan
keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk kepentingan
manajemen maupun pihak luar. Untuk kepentingan manajemen, perhitungan
laba tiap periode hendaknya mencerminkan dengan jelas perubahan
ekonomik penting termasuk rugi (losses) dan untung (gains) yang belum
terealisasi yang terjadi akibat penurunan dan kenaikan nilai faktor-faktor yang
masih belum digunakan.
2.2.1.2 Argumen Penyanggah
Paton dan Littleton (1970) berpendapat bahwa adanya perubahan nilai
tidak berarti bahwa rerangka akuntansi pokok berbasis kos tidak lagi
bermanfaat sehingga harus diganti. Tujuan utama akuntansi adalah
pengukuran laba periodik dengan menggunakan proses menandingkan kos
dan pendapatan secara sistematik. Penggantian jumlah rupiah tercatat (kos)
faktor-faktor jasa dengan taksiran nilai pasar yang berlaku sekarang tidak
dapat didukung atas dasar argumen-argumen berikut ini:
1.
Keterandalan data,
2.
Saling kompensasi antarperiode,
3.
Fluktuasi nilai merupakan gejala umum,
4.
Nilai pasar dan posisi keuangan.
2.2.1.3 Simpulan
Penekanan pada kos historis atau aktual sebagai dasar pencatatan tidak
berarti menolak sama sekali adanya kelayakan dan manfaat untuk
mengadakan reorganisasi modal (financial reorganization) dan untuk
menyesuaikan kembali asset, kewajiban, dan ekuitas bilamana hal ini
memang jelas-jelas diperlukan khususnya dalam kejadian yang bersifat
istimewa. Revisi ini hendaknya dilakukan dengan cara yang cukup bijaksana
sehingga tidak berakibat merugikan pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.2 Revisi Kos Fasilitas Fisis
Dalam beberapa hal khusus, penilaian kembali fasilitas fisis yang
berakibat revisi terhadap kos tercatat tidak dapat dihindari. Penilaian kembali
Page | 13
Page | 14
2.2.2.3 Simpulan
Akuntansi fasilitas fisis atau asset tetap berwujud atas dasar kos
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan alternatif yang lain (misalnya
akuntansi nilai pengganti) bilamana ditinjau dari kebutuhan dan kondisikondisi perusahaan pada umumnya. Bersamaan dengan itu, kalau keadaan
tertentu memang mengharuskan adanya revisi kos fasilitas fisis maka kos
revisian atau pengganti dapat diakui dalam buku besar secara terpisah dengan
buku besar kos aktual sehingga data kos historis tidak menjadi hilang atau
tersembunyi. Statemen keuangan atas dasar kos pengganti harus diperlakukan
sebagai pelengkap terhadap statemen keuangan berbasis kos aktual. Jadi kos
historis harus tetap merupakan bagian dari rerangka akuntansi pokok.
2.2.3 Pengurangan Nilai Buku Fasilitas Fisis
Pengurangan dapat dilakukan kalau suatu kondisi menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan asset untuk mendatangkan laba atau kas
dimasa datang. Kondisi yang dapat menimbulkan penurunan kemampuan
asset misalnya saja kalau telah menjadi jelas bahwa jasa efektif suatu fasilitas
fisis menjadi tidak mamadai lagi karena timbul teknologi baru yang tidak
Page | 15
Page | 16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Secara umum, pengungkapan adalah konsep, metoda, dan media tentang
bagaimana informasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.
Statemen keuangan dasar dan penyajian informasi selain statemen keuangan
merupakan bentuk pengungkapan informasi. Dalam arti sempit, pengungkapan
berarti
penyampaian
sarana
interpretif. Artinya,
pengungkapan
adalah
pengungkapan secara kuantitatif, kualitatif, atau deskriptif lebih dari apa yang
telah termuat dalam statemen keuangan pokok sebagai ciri sentral pelaporan
keuangan.
Masalah teoritis pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
berikut: untuk siapa informasi diungkapkan, mengapa pengungkapan harus
dilakukan, seberapa banyak dan informasi apa harus diungkapkan, dan
bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi.
3.2 SARAN
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwasannya makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sangat penulis harapkan untuk kelengkapan dari isi makalah ini agar
kedepannya lebih baik lagi.
Page | 17
DAFTAR PUSTAKA
Page | 18