Professional Documents
Culture Documents
DOSEN
T
OL AH
SE K
ATAN
MAKASSAR
N AN
I H A S A N U D D IN
Disusun oleh :
Kelompok I
LINA KARLINA
VERAWATY KASIM
E V I
HARYANTI
NH. 01.04.026
NH.01.04.039
NH.01.04.051
NH.01.04. 014
PROGRAM S1 KEPERAWATA N
STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2005
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, oleh karena limpahan rahmat dan
taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini marupakan
salah satu perysaratan akademik mata kuliah KDM 2, dibawah bimbingan Bapak Suradi
Efendi S,Kep,Ns.
Makalah ini merupakan media pendidikan dalam mengembangkan sumber daya
manusia, meningkatkan kreativitas mahasiswa dan mengembangkan daya analisa dan
daya pikir mahasiswa. Makalah ini menyajikan materi menganai salah satu gangguan
pada tanda-tanda vital terutama yang terkait dengan gangguan pada suhu tubuh (Demam
Typhoid) yang lazim terjadi pada usia dewasa yang dikaji secara mendetail yang
dilengkapi dengan pemeriksaan fisik dan Asuhan keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka kami mengharapkan masukan dan
kritikan. Yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
KDM (Pemeriksaan Fisik) yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan dan arahan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut mambantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca lebih-lebih bagi
penyusun sehingga dapat menambah wawasan kita dalam dunia keperawatan dan pada
akhirnya mahasiswa keperawatan dimasa yang akan datang mempunyai skill dalam
menangani kasus yang menyangkut berbagai sistem seperti cardiovaskuler dalam hal ini
infark miokard.
November 2005
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
III
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
A. Pengertian ..................................................................................
B. Anatomi .......................................................................................
C. Etiologi..........................................................................................
D. Patofisiologi..................................................................................
E. Manisfestasi Klinis........................................................................
F. Diagnosa Penunjang.......................................................................
10
G. Penatalaksanaan............................................................................
12
H. Klasifikasi.....................................................................................
14
14
16
A. Pengkajian ..................................................................................
16
19
25
D. Diagnosa Keperawatan.................................................................
29
PENUTUP....................................................................................
41
BAB III
BAB IV
A. Kesimpulan...................................................................................
41
B. Saran..............................................................................................
41
42
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus .
Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang
sama atau menyebabkan enteitis akut . Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid
adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, thyphus dan paratyphus
abdominalis.
Penularan demam tifoid terjadi secara fekal oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Sumber infeksi terutama Carrier.
Carrier ini mungkin Carrier akut, carrier menahun atau carier pasif. Penyakit ini
endemik di Indonesia.
B.
TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan keperawatan pada klien
dengan demam tifoid, diharapkan akan mampu mengidentifikasikan seluruh
masalah yang terjadi sehubungan dengan demam tifoid.
2.
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
C.
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan
dengan menggunakan beberapa literatur sebagai sumber.
D.
SISTEMATIKA PENULISAN
a.
Bab I
Bab II
Tentang landasan teori yang memuat pengertian, epidemiologi, etiologi,
patogenesis dan patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, prognosis,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan pengobatan, pengkajian, diagnosa,
tujuan, implementasi dan evaluasi keperawatan (yang lazim terjadi).
c.
Bab III
Berupa penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
BAB II
DEMAM TIFOID
A.
Pengertian
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus . Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis
yang sama atau menyebabkan enteitis akut . Sinonim demam tifoid dan demam
paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, thyphus dan
paratyphus abdominalis.
B.
Epidemiologi
Demam tifoid dan demam paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit ini
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang No. 6
tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan
penyakit-penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak
orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Walaupun demam tifoid
tercantum dalam undang-undang wabah dan wajib dilaporkan, namun data
yang lengkap belum ada, sehingga gambaran epidemiologisnya belum
diketahui secara pasti.
Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi lebih
sering bersifat sporadik, terpencar-pencar disuatu daerah, dan jarang menimbulkan
lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Sumber penularannya biasanya
tidak dapat ditemukan. Ada dua sumber penularan S. typhi : pasien dengan demam
tifoid dan yang lebih sering carrier. Orang-orang tersebut mengekskresi 109 sampai
1011 kuman pergram tinja.
Didaerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan
yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di
daerah nonendemik. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih
terus mengekskresi S. typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.
Disfungsi kandung empedu merupakan predisposisi untuk terjadinya carrier.
Kuman-kuman S. typhi berada didalam batu empedu atau dalam dinding kandung
empedu yang mengandung jaringan ikat, akibat radang menahun.
C.
Etiologi
Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S. typhi, S. paratyphi
A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C.
D.
E.
Manifestasi Klinik
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 14 hari. Gejala-gejala yang
timbul sangat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi
juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit
bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit
yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang
ahli yang sudah sangat berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk
membuat diagnosis klinis demam tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit akut pada umumnya. Yaitu
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih
jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang
ditemukan pada orang Indonesia.
F.
Komplikasi
Perdarahan usus
b.
Perforasi usus
c.
Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra-intestinal :
a.
Komplikasi kardiovaskular :
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b.
Komplikasi darah :
Anemia hemolitik, trombositopenia dan/atau Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan sindrom uremia
hemolitik.
c.
Komplikasi paru :
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
d.
e.
Komplikasi ginjal :
Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f.
Komplikasi tulang :
Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artitis.
g.
Komplikasi neuropsikatrik :
Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, SGB, psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid , komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi sering terjadi pada
keadaan toksemia berat dan kelemahan umum terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.
G.
Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella
serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%.
H.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan leukosit
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Biakan darah
4. Uji widal
Penatalaksanaan Pengobatan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu : Perawatan, Diet dan Obat-obatan.
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
2. D i e t
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan
tingkat kesembuhan pasien. Karena ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat diberikan dengan aman pada pasien demam
tifoid.
3. O b a t
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
a.
Kloramfenikol
b.
Tiamfenikol
c.
Ko-trimoksazol
d.
e.
f.
Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :
a.
b.
Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan
pembuluh darah kapiler.
J.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian klien :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare. Merasa gelisah dan
ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja s/d efek proses penyakit.
b. S i r k u l a s i
Tanda :
Takhikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis
(kekurangan vitamin K). Hipotensi termasuk postural. Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering,
lidah pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
c. Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
Ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis. Perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan. Faktor stress
aku/kronis mis. Hubungan dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal. Faktor budaya
peningkatan prevalensi.
Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d. E l i m i n a s i
Gejala : Tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair. Episode diare berdarah tidak dapat
diperkirakan, hilang timbul, sering tidak dapat dikontrol, perasaan dorongan/kram (tenesmus). Defakasi
berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar feces. Peradarahan perektal.
Tanda :
Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat dilihat. Haemoroid,
oliguria.
e. Makanan/Cairan
Gejala :
Anoreksia, mual/muntah. Penurunan BB. Tidak toleran terhadap diet/sensitive mis. Buah segar/sayur,
produk susu, makanan berlemak.
Tanda :
Penurunan lemak subkutan/massa otot. Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran
mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f. H i g i e n e
Tanda :
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan defakasi). Titik nyeri berpindah,
nyeri tekan, nyeri mata, foofobia.
Tanda :
h. K e a m a n a n
Gejala :
Anemia hemolitik, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut), penglihatan kabur. Alergi
terhadap makanan/produk susu.
Tanda :
i. Seksualitas
Gejala :
j. Interaksi Sosial
Gejala :
k. Penyuluhan Pembelajaran
Gejala :
Tujuan :
-
Intervensi :
1) Observasi dan catat ferkuensi defakasi, karekteristik, jumlah dan faktor pencetus.
R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
R/ :
Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan
sebagai komplikasi. Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan
resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan.
5) Observasi demam, takhikardi, lethargi, leukositosis/leukopeni, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
R/ :
Tanda toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi
medik segera.
Antikolinergik.
R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan
diare.
Steroid
R/ :
-
Antasida
R/ :
Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan menurunkan resiko infeksi pada kolitis.
Antibiotik
R/ :
Tujuan :
Klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa
lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik, TTV stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine
normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung SWL.
R/ :
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2) Observasi TTV.
R/ :
3)
Observasi adanya kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, prngisisan kapiler
lambat.
R/ :
4)
5)
Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan/atau efek
kehilangan cairan.
6)
7)
Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit. Gangguan minor pada
kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman hidup.
Anti diare.
R/ :
R/ :
-
Antipiretik
R/ :
Antiemetik
Elektrolit tambahan
R/ :
c. Konstipasi b/d masukan cairan buruk, diet rendah serat dan kurang latihan, inflamasi, iritasi, ditandai dengan :tidak
ada feses.
Tujuan :
Klien akan menampakkan/melaporkan kembali pola fungsi usus yang normal.
Intervensi :
1) Observasi bising usus.
R/ :
2)
3)
4)
Kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh inflamasi intraperitoneal, obat-obatan. Adanya bunyi
abnormal menunjukkan adanya komplikasi.
5)
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ganguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan
dibatasi ditandai dengan :
-
Tujuan :
Klien akan menunjukkan/menampakkan BB stabil atau peningkatan BB sesuai sasaran dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
Intervensi :
1) Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
5)
Mencegah/mengobati anemi.
- Vitamin B12
R/ : Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena proses inflamasi lama, Meningkatkan produksi
SDM/memperbaiki anemia.
- Asam folat.
R/ : Kehilangan folat umum terjadi akibat penurunan
masukan/absopsi.
- Nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
R/ : Program ini mengistirahatkan GI sementara memberikan nutrisi
penting.
e. Nyeri b/d Hiperperistaltik,diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal ditandai dengan :
- Laporan nyeri abdomen kolik/kram/nyeri menyebar.
- Perilaku distraksi, gelisah.
- Ekspresi wajah meringis
- Perhatian pada diri sendiri.
Tujuan :
- Klien akan melaporkan nyeri hialng/terkontrol.
- Klien akan menampakkan perilaku rileks dan mampu tidur/istirahat dengan
tepat.
Intervensi :
1) Dorong klien untuk melaporkan nyeri yang dialami.
R/ : Mencoba untuk mentoleransi nyeri daripada meminta analgesik.
2) Observasi laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 10), selidiki dan laporkan
perubahan karakteristik nyeri.
R/ :
Nyeri sebelum defakasi sering terjadi dengan tiba-tiba dimana dapat berat dan terus menerus.
Perubahan pada karakterisik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi.
3) Amati adanya petunjuk nonverbal , selidiki perbedaan petunjuk verbal dan nonverbal.
R/ :
Bahasa tubuh/petunjuk nonverbal dapat secara psikologis dan fisiologis dapat digunakan pada
hubungan petunjuk verbal untuk untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat atau mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.
5) Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi dan aktifitas senggang.
R/ :
Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema dan jaringan parut.
7) Kolaborasi dengan timgizi/ahli diet dalam melakukan modifikasi diet dengan memberikan cairan dan
meningkatkan makanan padat sesuai toleransi.
R/ :
Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat secara
adekuat dan prose penyembuhan.
- Antikolinergik
R/ :
- Anodin supp.
Merilekskan otot rectal dan menurunkan nyeri spasme.
f. Cemas b/d Faktor psikologi/rangsang simpatis (proses inflamasi), ancaman konsep diri, ancaman terhadap
perubahan/perubahan status kesehatan dan status sosioekonomi ditandai dengan :
- Eksaserbasi penyakit tahap akut.
- Peningkatan ketegangan, distress, ketakutan.
- Menunjukkan masalah tentang perubahan hidup.
- Perhatian pada diri sendiri.
Tujuan :
- Klien akan menampakkan perilaku rileks dan melaporkan penurunan
kecemasan sampai tingkat mudah ditangani.
- Klien akan menyatakan kesadaran perasaan kecemasan dan cara sehat
menerimanya.
Intervensi :
1) Amati petunjuk perilaku mis : gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
R/ :
Indikator derajat kecemasan/stress. Hal ini dap terjadi akibat gejala fisik kondisi juga reaksi lain.
Membuat hubungan teraupetik. Membantu klien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang
menyebabkan stress. Klien dengan diare berat/konstipasi dapat ragu-ragu untuk meminta bantuan karena
takut terhadap staf.
3) Berikan informasi nyata/akurat tentang apa yang dilakukan mis : tirah baring, pembatasan masukan peroral dan
posedur.
R/ :
Keterlibatan klien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan
kecemasan.
Memindahkan klien dari stress luar meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan kecemasan.
Tindakan dukungan dapat membantu klien merasa stress berkurang, memungkinkan energi dapat
ditujukan pada penyembuhan/perbaikan.
Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah/stress saat ini, meningktkan rasa
kontrol diri klien.
7) Bantu klien belajar mekanisme koping baru mis : teknik mengatasi stress, keterampilan organisasi.
R/ :
Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan kecemasan,
meningkatkan kontrol penyakit.
Tujuan :
- Klien akan menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
- Klien akan dapat mengidentifikasi situasi stress dan tindakan khusus untuk menerimanya.
- Klien akan berpartisipai dalam program pengobatan.
- Klien akan melakukan perubahan pola hidup tertentu.
Intervensi :
1) Kaji persepsi klien tentang proses penyakit.
R/ :
Pengetahuan dasar yang akurat memberikan klien kesempatan untuk membuat keputusan
informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun kebanyakan klien tahu
tentang proses penyakitnya sendiri, merek dapat mengalami informai yang tertinggal atau salah konsep.
4) Tekankan pentingnya perawatan kulit mis : teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan perineal yang baik.
R/ :
2.
3.
4.
Klien mampu mengetahui/memahami/menyebutkan informasi tentang proses penyakit, kebutuhan pengobatan dan
aspek jangka panjang/potensial komplikasi
berulangnya penyakit.
E. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi akut usus halus biasanya
lebih ringan dan bisa menyebabkan enteritis akut
2.
3.
4.
Pembatasan
masukan
makanan
peroral.
-
5.
Saran
1.
Demam
tifoid
merupakan
penyakit
menular
yang
penularannya berasal dari air dan makanan yang tercemar oleh carrier harus
segera dilaporkan
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T., 1998, Principles and practice of psychiatric nursing (6th
ed) St louis :Mosby Year Book.
Townsend, M.C., 1998, Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri: pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan, EGC, Jakarta.