Professional Documents
Culture Documents
ISOLASI SOSIAL
(KEPERAWATAN JIWA)
Dosen Pembimbing:
Kelompok 5:
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini
dengan judul Isolasi Sosial . Adapun tujuan dari penulisan ASKEP ini adalah untuk
memenuhi salah satu Mata Ajar Keperawatan Jiwa.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
2. Bapak M. Rajin S.Kep. Ns. M. Kes Selaku Kaprodi S1 Keperawatan UNIPDU JOMBANG
3. Bapak Abdul Ghofar, S.Kep, Ns. M.Kes. selaku Penanggung Jawab Mata Ajar
Keperawatan Jiwa S1 Keperawatan UNIPDU JOMBANG.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan berharap ASKEP ini
dapat bermanfaat bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di Indonesia
.
Penyusun
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................... i
2
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1................................................................................................ Latar Belakang
...................................................................................................................... 1
1.2.............................................................................................................. Tujuan
...................................................................................................................... 1
1.3............................................................................................ Rumusan Masalah
...................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................ 3
2.1 Pengertian.................................................................................................... 3
2.2 Rentang Respon Sosial.................................................................................4
2.3.............................................................................................. Faktor Penyebab
...................................................................................................................... 5
2.3.1 Faktor Predisposisi..............................................................................5
2.3.2 Faktor Presipitasi.................................................................................5
2.4.................................................................................................... Tanda Gejala
...................................................................................................................... 6
2.5............................................................................................. Penatalaksanaan
...................................................................................................................... 6
2.6........................................................................................... Mekanisme Koping
...................................................................................................................... 7
2.7................................................................................................. Pohon Masalah
...................................................................................................................... 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL.....................................8
3.1 Pengkajian.................................................................................................... 8
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................13
3.3 Intervensi................................................................................................... 14
3.4....................................................................................... Strategi Pelaksanaan
.................................................................................................................... 31
3.5........................................................................................................... Evaluasi
.................................................................................................................... 34
BAB IV PENUTUP................................................................................................. 35
4.1...................................................................................................... Kesimpulan
.................................................................................................................... 35
4.2............................................................................................................... Saran
.................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 36
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Definisi isolasi sosial.
b. Untuk mengetahui etiologi isolasi sosial.
c. Untuk mengetahui faktor predisposisi isolasi sosial.
d. Untuk mengetahui faktor presipitasi.
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial.
f. Untuk mengetahui respon isolasi sosial.
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial.
1
1.3 Rumusan Masalah
a. Apa itu Definisi isolasi sosial?
b. Apa etiologi isolasi sosial?
c. Apa itu faktor predisposisi isolasi sosial?
d. Apa itu faktor presipitasi?
e. Apa itu tanda dan gejala isolasi sosial?
f. Bagaimana rentang respon isolasi sosial?
g. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial?
BAB II
LANDASAN TEORI
2
2.1 Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson,
2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau
suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat,
2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat,
2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006)
3
Respon Adaptif Respon
Maladaptif
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive
4
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai
penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
5
2.4 Tanda Gejala
a. Gejala Subyektif
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh
orang lain.
- Klien merasa tidak aman dengan orang lain.
- Respon verbal kurang dan sangat singkat.
- Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan
orang lain.
- Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
- Klien merasa tidak berguna.
- Kilen tidak yakin dapat melasungkan hidup.
b. Gejala Objektif
- Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
- Tidak mengikuti kegiatan.
- Banyak berdiam diri di luar.
- Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
- Retensi Urin dan feses.
- Aktifitas Menurun.
- Ekspresi wajah kurang berseri
2.5 Penatalaksanaan
Bila sudah terbina hubungan saling percaya dan terjadinya
kontak mata untuk selanjutnya dilakukan pembinaan terhadap hal-
hal yang praktis, misalnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien,
kebutuhan berinteraksi, baik di rumah maupun di luar rumah secara
bertahap didukung dengan pengobatan.
Adapun penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada klien
dengan perilaku menarik diri, meliputi :
a. Psikofarmaka
b. ECT (Electro Confulsive Teraphy)
Sangat bermanfaat untuk pasien dengan keadaan depresi. Efek
dari konvulsator yang mengandung gelombang
sinusoid yang berguna menimbulkan aktifitas listrik otak yang
mempengaruhi susunan biokimiawi otak.
6
bekerja (working skills)(Laraia 2005). Sebagai suatu
refungsionalisasi ( kembali memfungsikan ) dan perkembangan
klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat dan mandiri untuk melaksanakan
kebutuhannya. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi
rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual,
terapi okupasional, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok
yang tujuannya memperbaiki perilaku klien dengan menarik diri.
Isolasi Sosial :
Menarik Diri
(Core
Problem)
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL
3.1 Pengkajian
Patricia A Potter l (1993) mengatakan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data,
yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder, seperti keluarga, teman
terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil
pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat
dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
1). Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien tentang :
nama klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2). Usia
3). Nomor rekam medik
4). Perawat menuliskan sumber data yang didapat
b. Keluhan utama/alasan masuk
Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah sakit saat
ini dan bagaimana koping keluarga yang sudah dilakukan untuk mengatasi
masalah ini dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami , disaksikan oleh orang lain, apakah
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak
menyenangkan.
8
d. Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya keluhan
fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e. Aspek psikososial
1). Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarganya yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.
2). Konsep diri, meliputi :
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan singkat,
meliputi :
a). Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
b). Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau laki-laki.
c). Peran
Tanyakan tentang tugas / peran yang diemban dalam keluarga/kelompok,
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran.
d). Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status, tugas/peran dan
harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja,
masyarakat).
e). Harga diri.
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan
orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
3). Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)
a). Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang paling berarti
dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau
sokongan.
9
b). Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja yang
diikuti dalam masyarakat.
c). Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh mana klien
terlibat dalam kelompok di masyarakat.
4). Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap gangguan
jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
di rumah.
f. Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
2). Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
3). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau
tidak dapat memulai pembicaraan.
4). Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan, agitasi,
tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot muka yang
berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor atau kompulsif.
5). Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
6). Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
7). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak mata
kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
8). Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
9). Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai pada
tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit tidak sampai
pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak ada
hubungan satu dengan yang lainnya), flight of ideas (pembicaraan yang
meloncat-loncat), blocking (pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan
eksternal, kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang
diulang berkali-kali).
10). Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ di dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa asing terhadap diri
sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien
terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada
dirinya), pikiran magis dan waham.
10
11). Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan
orang.
12).Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat
jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
13).Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah dialihkan,
tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
14).Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan kemampuan
penilaian bermakna.
15).Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita, menyalahkan
hal-hal di luar dirinya.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di dalam
dan di luar rumah
h. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan
menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan
keadaan yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon
memisahkan diri dari lingkungan sosial).
i. Aspek medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data objektif dan
subjektif.Data objektif ditemukan secara nyata dan didapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan langsung, sedangkan data subjektif merupakan data yang disampaikan
oleh klien secara lisan dan keluarga yang didapat melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga.
11
Format pengkajian Pasien Isolasi Sosial
Hubungan Sosial :
Masalah keperawatan: . . . . .
12
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respon klien baik
aktual maupun potensial (Stuart & Sundeen, 1995).
13
3.3 Intervensi
Tg No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
l Dx Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
1. Isolasi sosial : Menarik diri Klien dapat berinteraksi Setelah di lakukan 1x interaksi,
dengan orang lain sehingga pasien menunjukan tanda-tanda 1. Bina hubungan saling percaya
tidak terjadi menarik diri pecaya terhadap perawat dengan menggunakan prinsip
1. Klien dapat membina dengan menujukan: komunikasi terapeutik:
hubungan saling percaya 1. Ekspresi wajah bersahabat, a. Sapa klien dengan namabaik
menunjukan rasa tenang , ada verbal maupun non verbal
kontak mata, mau berjabat b. Perkenalkan diri dengan sopan
tangan, mau menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap
nama, mau menjawab salam,
mau duduk berdampingan dan nama panggilan yang
dengan perawat, mau disukai klien
mengutarakan masalah yang d. Jelaskan tujuan pertemuan
dihadapi e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada
klien dan perhatikan kebutuhan
14
dasar klien
15
dengan orang lain a. Banyak teman untuk berinteraksi dengan orang
b. Tidak sendiri lain
c. Bisa diskusi,dll 3. Diskusikan bersama klien
tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
4. Beri penguatan positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
16
berinteraksi dengan orang lain
4. Beri penguatan positif
terhadap kempuan
mengungkapkan perasaan
17
d. Klien-
keluarga/komunitas/masy-
arakat
4. Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
5. Bantu klien untuk
mengevaluasi keuntungan
menjalin hubungan sosial
6. Dikusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu, yaitu
berinteraksi dengan orang lain
7. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
8. Beri penguatan positif atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan.
18
setelah berinteraksi dengan dengan orang lain untuk: berinteraksi dengan orang lain
orang lain a. Diri-sendiri 2. Diskusikan dengan klien
b. Orang lain tentang perasaan keuntungsn
berinteraksi dengan orang lain
3. Beri penguatan positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
keuntungan berhubungan dengan
orang lain
19
perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi
klien menarik diri
3. Dorong anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada klien dalam
berkomunikasi dengan orang lain
4. Anjurkan anggota keluarga
untuk secara rutin bergantian
menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
5. Beri penguatan positif atas
hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
20
4. Mau berjabat tangan soan
5. Mau menyebutkan nama c. Tanyakan nama lengkap dan
6. Mau menjawab salam nama panggialan yang disukai
7. Pasien mau duduk pasien
berdampingan dengan perawat d. Jelaskan tujuan pertemuan
8. Pasien mau mengutarakan e. Jujur dan menempati janji
masalah yang di hadapi f. Tunjukan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
21
b. Kemampuan yang dimilki
pasien
3. Beri pujian yang realitis,
hindarkan memberi penilaian
negatif
22
kegiatan yang dapat pasien
lakukan
23
perawat berkenalan
c. Tanyakan dan panggil nama
kesukaan pasien
d. Tunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi
e. Tanyakan perasaan pasien dan
masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang
jelas
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien
24
dengan perawat d. Tunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi
e. Tunjukan sikap empati dan
menerima apa adanya klien
f. Beri perhatian kepada pada
pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
g. Tanyakan perasaan pasien dan
masalah yang dihadapi pasien
25
tersebut, namun perawat sendiri
tidak mengalami apa yang
dirasakan klien
e. Katakan bahwa ada pasien
yang lain yang mengalami hal
yang sama
f. Katakan bahwa perawat akan
membantu pasien
26
halusinasinya 2. Diskusikan cara cara yang
2. Pasien dapat menyebutkan digunakan pasien:
cara baru mengontrol a. Jika cara yang diguanakan
halusinasinya adaptif beri pujian
3. pasien dapat memilih cara b. Jika cara yang digunakan
untuk mengendalikan maladaptive diskusikan kerugian
halusinasinya cara tersebut
4. pasien melaksankan cara 3. Diskusikan cara baru untuk
yang dipilih untuk memutuskan/mengontrol
mengendalikan halusinasinaya timbulnya halusinasi
5. pasien mengikutsertakan a. Katakan pada diri sendiri
terapi aktivitas kelompok bahwa itu tidak nyata (Saya
tidak mau
dengar/lihat/penghidu/raba/keca
p pada saat halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain atau
perawat/teman/anggota keluarga
untuk menceritakan tentang
halusinasinaya
c. Membuat dan melaksanakan
jadwal yang telah disusun
d. Meminta
keluarga/teman/perawat untuk
27
menyapa jika terjadi halusinasi
4. Bantu pasien memilih cara
yang sudah dinjurkan dan latih
untuk mencobanya
5. Beri kesempatan klien untuk
melakukan cara yang sudah
dipilih dan dilatih jika berhasil
diberi pujian
6. Anjurkan pasien mengikuti
terapi aktivitas kelompok
3. Pasien dapat dukungan Setelah 5x pertemuan keluarga 1. Buat kontrak dengan keluarga
dari keluarga dalam menyatakan setuju untuk untuk pertemuan (waktu, tempat
mengontrol halusinasinya mengikuti pertemuan dengan dan topik)
perawat, keluarga mempu 2. Diskusikan dengan keluarga
menyebutkan pengertian, tanda (pada saat pertemuan
dan gejala,proses terjadinya keluarga/kunjungan rumah)
halusinasi a. Pengertian halusinasi
b. Tanda dan gejala halusinasi
28
c. Obat-obatan untuk halusinasi
d. Cara yang dapat dilakukan
pasien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi
e. Cara merawat anggota
keluaraga yang halusinasi
dirumah (Beri kegiatan
berpergian bersama serta pantau
obat-obatan dan cara
pemberianya untuk mengatasi
halusinasi)
29
4. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
5. Anjurkan pasien untuk
konsultasi kepada dokter atau
perawat jika terjadi hal yang
tidak diinginkan
30
3.4 Strategi Pelaksanaan
1. Dx 1 : Isolasi sosial : Menarik diri
Pasien
SP I p
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
SP II p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
SP III p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat psien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi yang dialami pasien beserta proses
terjadinya.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada psien isolasi sosial
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning)
31
2. Dx 2: Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Pasien
SP I p
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kempampuan pasien
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Keluarga
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien dengan harga diri
rendah
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning)
32
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
SP III k
33
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning)
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang
berfungsi untuk menilai apakah tujaun dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak
untuk melakukan tindak lanjut, adapun hal yang di evaluasi pada klien dengan
perilaku menarik diri adalah ;
a Klien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
b Harga diri klien meningkat.
c Kilen dapat melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain.
d Klien dapat melakukan kegiatan secara mandiri.
e Klien berinisiatif melakukan kom secara verbal.
f. ien, menggunakan pertanyaan yang terbuka, mengkaji dengan bahasa tubuh klien,
menggunakan pertanyaan terbuka, mempertahankan kontak mata, menggunakan
sentuhan, sikap tubuh perawat membungkuk ke depan .
g. Menyertakan orang lain di luar diri klien, dari perawat dengan klien atau one to
one hingga meningkatkan pada hubungan dengan pasien lain, perawat lainnya
dan kelompok.
h. Intervensi juga keluarga dengan membantu keluarga mengerti kebutuhan klien,
membantu keluarga mempertahankan hubungan dengan klien dan proses
pengobatan
i. Terminasi, dengan membantu klien melewati perasaan kehilangan, rasa takut tidak
dapat dipertahankannya hubungan yang sehat dengan orang lain.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
maupun komunikasi dengan orang lain.
4.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap
35
DAFTAR PUSTAKA
36