Professional Documents
Culture Documents
Waham
A. Definisi WAHAM
Waham yakni sebuah keyakinan yang dipertahankan dengan cara kuat terus-menerus,
namun tak sesuai dengan fakta.(Budi Anna Keliat, 2006. Waham yakni keyakinan seorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual & latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
Ramdi (2000) menyebut bahwa itu ialah sebuah keyakinan berkaitan isi pikiran yg tidak
searah dengan kebenaran atau tak serasi dengan intelegensia & latar belakang kebudayaannya,
serta keyakinan tersebut dipertahankan dengan cara kokoh & tak mampu diubah-ubah.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman bersama keyakinan & kebohongannya serta punya anggapan bahwa
seluruh orang sama yakni akan mempercayai & mendukungnya. Keyakinan tidak jarang disertai
halusinasi pada disaat klien menyendiri dari lingkungannya. Seterusnya klien paling sering
menyendiri & menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Jika tak adanya konfrontasi & upaya-upaya koreksi, setiap ketika keyakinan yg salah pada klien
akan meningkat. Tema waham yg muncul tidak jarang menyangkut dengan traumatik periode
lalu atau kebutuhan-kebutuhan yg tak tercukupi ( rantai yg hilang ). Waham bersifat menetap &
susah utk dikoreksi. Isi waham akan memunculkan ancaman diri & orang lain. Penting sekali
untuk mengguncang keyakinan klien dengan trik konfrontatif serta memperkaya keyakinan
relegiusnya bahwa apa-apa yg dilakukan memunculkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
Penyebab
Bermacam kehilangan akan terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda, keluarga
ataupun orang yg bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka yg mengalaminya.
Apabila stress ini berkepanjangan mampu memicu masalah gangguan jiwa & waham.(Budi Anna
Keliat, 2006 : 147)
Akibat
Akibat dari waham klien bisa mengalami kerusakan komunikasi verbal yg ditandai dengan
pikiran tak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yg didengar &
kontak mata yg kurang. Akibat yg lain yang ditimbulkannya ialah beresiko mencederai diri,
orang lain & lingkungan.
F. Klasifikasi Waham
Tanda & gejala dari waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a) Waham kebesaran : individu meyakini bahwa dirinya mempunyai kebesaran atau kekuasaan
kusus yg diucapkan berulang kali, tapi bertentangan tidak sesuai dengan kebenaran. Contohnya,
Saya ini seorang petinggi di Departemen kesehatan lho! atau, Saya memiliki tambang emas
yang banyak.
b) Sedangkan waham curiga : individu meyakini sesuatu bahwa ada satu orang atau beberapa
orang yg berikhtiar merugikan/mencederai beliau & diucapkan dalam berulang kali, namun tak
sesuai kebenaran atau kenyataan. Contoh, aku merasa semua saudara aku, mau menghancurkan
hidup aku dikarenakan mereka merasa iri dengan keberhasilan aku miliki.
c) Waham agama : Suatu pemikiran dimana individu mempunyai keyakinan terhadap terhadap
sebuah agama dengan cara berlebihan & diucapkan berulang kali, tetapi tidak searah sesuai
dengan kenyataan. Contoh, Kalau aku menginginkan masuk ke surga, aku mesti memakai
pakaian berwarna putih setiap hari.
d) Waham somatic : Sebuah keyakinan dimana individu meyakini bahwa dalam badan atau
sektor tubuhnya mengalami masalah atau terserang penyakit & diucapkan sering berulang kali,
tapi tak sesuai bersama kenyataan. Contohnya, Saat ini saya mengalami sakit kanker. (Namun
kenyataannya tidak sesuai pada pemeriksaan hasil dari laboratorium tak ditemukan adanya
tanda-tanda kanker, namun pasien tetap mengemukakan bahwa dirinya memiliki penyakit
kanker).
e) Waham nihilistik : Individu meyakini bahwa ia telah tidak ada di dunia/meninggal &
diucapkan berulang kali, namun tidak sejalan kenyataan. Contohnya, Ini adalah alam kubur atau
barza ya, semua yg berada disini adalah roh-roh.
f) Waham isi pikir : sesuatu keyakinan bahwa klien merasa ada pikiran orang lain yg disisipkan
atau dimasukan ke dalam pikirannya.
g) Waham siar pikir : Sesuatu keyakinan atau anggapan yang menyatakan bahwa ada orang lain
mengetahui apa yg beliau pikirkan walau dirinya tak sempat menyebut pikirannya pada orang
tersebut
h) Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan diluar
beliau.
jenis Waham :
1. Waham sistematis : konsisten, berdasarkan pemikiran bisa jadi berlangsung meskipun cuma
dengan cara teoritis.
2. Waham nonsistematis : tidak konsisten, yg secara logis & teoritis tak mungkin
G. Penatalaksanaan WAHAM
1. Psikofarmakologi
2. Pasien sangat hiperaktif atauagitasi anti psikotik low potensial
3. penarikan diri high potensial
4. ECT type katatonik
5. Psikoterapi
6. Tingkah Laku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
H. Pohon Masalah WAHAM
Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan waham
1. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan
tujuan interaksi.
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
Observasi tanda perilaku kekerasan.
Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?
e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah
raga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
g) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
Bantu memilih cara yang paling tepat.
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping)
Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan
waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( .. ) berhubungan dengan harga diri
rendah
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang
realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK,
Universitas Indonesia
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC