Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
sejak lima hari yang lalu. Mata kanan merah mendadak, awalnya terkena
tonjokkan teman. Pasien mengaku tertonjok pada sisi samping mata kanan, selain
di mata kanan tonjokan juga sempat mengenai hidung pasien. Keluhan mata
merah terlihat seperti darah dirasakan semakin meluas, awalnya hanya sedikit.
Mimisan dan nyeri sekitar mata hanya dialami pada hari pertama setelah trauma.
Selain itu pasien mengeluh sering pusing saat memakai kacamata yang sekarang,
keluhan dirasakan setahun ini. Pasien mengeluh pandangannya agak kabur dan
Penglihatan dekat masih jelas. Mata berair (-), bayangan berkabut (-), keluar
kotoran mata (-), silau (-), riwayat kemasukan benda asing disangkal. Mual
1
muntah (-). Nyeri kepala (-), pandangan sempit (-). Keluhan belum diberi obat,
Riwayat Sosial :
1.3 Pemeriksaan
a. Tajam Penglihatan
VOD 0,6 F cc KM 1,0
VOS 0,3 F cc KM 1.0F
b. Tekanan Intra Okuler
OD : Tidak dilakukan
OS : Tidak dilakukan
c. Pergerakan Bola Mata
OD OS
2
OD OS
edem (-)
Erosi (-), laserasi (-) Kornea Erosi (-), laserasi (-)
Depan
Kripte regular, warna Iris Kripte regular, warna
e. Segmen Posterior
OD OS
(+) Fundus Reflek (+)
Batas tegas, warna normal, Papil Nervus II Batas tegas, warna normal,
3
Microaneurisma(-) Microaneurisma(-)
f. Pemeriksaan Lain
Tidak ada
perdarahan pada struktur bagian depan mata diakibatkan trauma tumpul yang
dialami.
Menjelaskan kepada pasien bahwa perdarahan dapat terserap atau menghilang
sendiri dalam waktu 1-2 minggu, dapat dibantu dengan kompres air es.
4
Mengedukasikan pasien untuk kontrol kacamata setelah mata merahnya
sembuh.
Mengedukasi pasien mengenai kelainan refraksi yang dialami, dan
dan jika membaca usahakan dengan penerangan yang cukup, posisi yang baik,
dan dengan jarak sesiku. Setiap setelah melihat komputer atau pekerjaan yang
Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang
keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat
mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan
bola mata atau daerah sekitarnya. 3,4 Trauma tumpul biasanya terjadi karena
lintas.5 Trauma tumpul dapat bersifat Coupe maupun Counter Coupe, yaitu terjadinya
tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi yang berseberangan
sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan
makula.6
5
Gambar 2.1. Gambar anatomi bola mata
Trauma tumpul, meskipun dari luar tidak tampak adanya kerusakan yang
berat, tetapi transfer energi yang dihasilkan dapat memberi konsekuensi cedera yang
fatal. Kerusakan yang terjadi bergantung kekuatan dan arah gaya, sehingga
ruptur. Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology definisi trauma pada mata
6
Menurut BETT klasifikasi trauma okuli dapat digambarkan menurut bagan
berikut:7
7
Menurut klasifikasi BETT trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan
open globe. Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea,
sedangkan open globe adalah trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk
lebih dalam lagi. Selanjutnya closed globe injury dibedakan menjadi contusio dan
lamellar laceration. Sedangkan open globe injury dibedakan menjadi rupture dan
8
klasifikasi trauma okuli closed globe berdasarkan BETT :
1 Type
Contusio
Lamellar laceration
Superficial foreign body
Mixed
>20/40
20/50 to 20/100
19/100 to 5/200
NLP
3 Pupil
9
Positive, RAPD in injured eye
4 Zone
II. Anterior segment (includes structures of the anterior segment and the pars plicata)
III. Posterior segment (all internal structures posterior to the posterior lens capsule)
kerusakan molekuler,
robekan jaringan.
2.2.1. Orbita
Trauma tumpul orbita yang kuat dapat menyebabkan bola mata terdorong dan
menimbulkan fraktur orbita. Fraktur orbita sering merupakan perluasan fraktur dari
maksila yang diklasifikasikan menurut Le Fort, dan fraktur tripod pada zygoma yang
10
Diplopia dapat disebabkan kerusakan neuromuskular langsung atau edema isi orbita.
Dapat pula terjadi penjepitan otot rektus inferior orbita dan jaringan di sekitarnya.
Apabila terjadi penjepitan, maka gerakan pasif mata oleh forseps menjadi terbatas.1
Prinsip penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas
adanya ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien
atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas obat akan meningkat pada
spektrum luas dan pakaikan pelindung fox pada mata. Analgetik, antiemetik, dan
dapat meningkatkan secara transien tekanan bola mata, sehingga dapat memicu
11
Gambar 2,4. Tanda fraktur orbita
2.2.2. Palpebra
dapat berdampak pada palpebra, berupa edema palpebra, perdarahan subkutis, dan
erosi palpebra.8
di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Biasanya terjadi
pada trauma tumpul kelopak mata. Bila perdarahan terletak lebih dalam mengenai
kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yg sedang dipakai,disebut hematom
kaca mata. Bisa terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda
fraktur basis kranii. Dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan
dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah
12
Trauma tumpul dapat pula menimbulkan luka laserasi pada palpebra. Bila
luka ini hebat dan disertai dengan edema yang hebat pula.8
2.2.3. Konjungtiva
Edema Konjungtiva
Hematoma Subkonjungtiva
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau dibawah
konjungtiva (arteri konjungtiva dan arteri episklera). Pecahnya pembuluh darah ini
akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii atau pada keadaan pembuluh darah
yang rentan dan mudah pecah misalnya pada usia lanjut, hipertensi, arteriskerosis.
13
subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari
diobati. 3
dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air
mata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan
buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko
perdarahan berulang.17
untuk melihat)
3. Terdapat riwayat gangguan perdarahan
4. Riwayat hipertensi
5. Riwayat trauma pada mata.
14
Gambar 2.6. Hematoma Subkonjungtiva
2.2.4. Sklera
Ruptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik
depan yang dalam, tekanan bola mata yang sangat rendah, dan pergerakan bola mata
terhambat terutama ke arah tempat ruptur. Ruptur sklera dapat terjadi karena trauma
langsung mengenai sklera sampai perforasi, namun dapat pula terjadi pada trauma tak
langsung.9
dan robekannya dijahit. Pada robekan yang besar, lebih baik dilakukan enukleasi
15
bulbi, untuk hindarkan oftalmia simpatika. Robekan ini biasanya terletak dibagian
atas.9
belakang dan dikembalikan lagi ke depan dengan cepat (contra-coup) sehingga dapat
menyebabkan edema, perdarahan, dan robekan stroma koroid. Bila perdarahan hanya
sedikit, maka tidak akan menimbulkan perdarahan vitreus. Perdarahan dapat terjadi di
Ruptur koroid secara oftalmoskopik terlihat sebagai garis putih berbatas tegas,
biasanya terletak anterior dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran
Bruch. Kontusio juga dapat menyebabkan reaksi inflamasi, nekrosis, dan degenerasi
koroid.8
16
Gambar 2.8. Perdarahan vitreus
2.2.6. Kornea
edema kornea. Pasien merasa penglihatan kabur dan terlihat pelangi disekitar
sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasido yang
positif. Edema kornea ynag berat akan dapat mengakibatkan masuknya serbukan
diberikan NaCl, glukosa dan larutan albumin. Bila terdapat peningkatan tekanan
17
Gambar 2.9. Edem kornea
Erosi Kornea
Akibat gesekan keras kornea dapat mengalami erosi. Erosi kornea merupakan
keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras.
Pasien merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensibel yang banyak, mata berair, blefarospasme, fotofobia dan penglihatan akan
terganggu oleh media kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel
kornea yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau. Anestesi topikal
dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit,
pemberiannnya harus hati hati karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel
yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi
18
Gambar 2.10. Erosi kornea dengan fluorescein, iluminasi lampu putih
19
2.2.7. Uvea
Segera setelah trauma, akan terjadi miosis dan akan kembali normal bila
trauma ringan. Bila trauma cukup kuat, maka miosis akan segera diikuti dengan
iridoplegi dan spasme akomodasi sementara. Dilatasi pupil biasanya diikuti dengan
paralisis otot akomodasi, yang dapat menetap bila kerusakannya cukup hebat.
Penderita umumnya mengeluh kesulitan melihat dekat dan harus dibantu dengan
kacamata.8
Iridodialis adalah disinsersi dari akar iris dan badan siliar, biasanya bersamaan
dengan terjadinya hifema. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya, pupil
lebar atau midriasis, pasien sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau
akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil. Pupil terlihat tidak sama
20
besar dan bentuknya ireguler, disertai lambat atau tidak adanya refleks cahaya, dapat
Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-
gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli
anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler.
Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea.
Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24 jam
21
Konkusio dapat pula menyebabkan perubahan vaskular berupa vasokonstriksi
yang segera diikuti dengan vasodilatasi, eksudasi, dan hiperemia. Eksudasi kadang-
kadang hebat sehingga timbul iritis. Perdarahan pada jaringan iris dapat pula terjadi
iris, akar iris, dan korpus siliaris dapat menyebabkan terkumpulnya darah di kamera
Hifema adalah terkumpulnya darah dalam bilik depan bola mata (camera oculi
anterior). Hifema biasanya disebabkan trauma tumpul pada mata yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh
darah iris dan merusak sudut camera oculi anterior (COA). Tetapi dapat juga terjadi
secara spontan atau pada patologi vaskuler ocular. Darah ini dapat bergerak dalam
kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea. Inflamasi yang parah pada iris,
sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan
pada bilik depan mata. Kadang-kadang pembuluh darah baru yang terbentuk pada
primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder
biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat
daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat
sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari
bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang
22
Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan rubeosis iridis, tumor pada
iris, retinoblastoma, dan kelainan darah. Hifema spontan pada anak sebaiknya
Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk
sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schiem sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya
enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam
bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke
dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut
hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.
Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai
glaukoma.4
- Hifema tingkat I : bila perdarahan kurang dari 1/3 bilik depan mata.
- Hifema tingkat II : bila perdarahan antara 1/3 sampai 1/2 bilik depan
mata.
- Hifema Tingkat III : bila perdarahan lebih dari 1/2 bilik depan mata.
- Hifema tingkat IV : total hifema
23
Gambaran klinik dari penderita dengan hifema traumatik adalah: perdarahan
pada bilik depan bola mata (diperiksa dengan flashlight) kadang-kadang ditemukan
dan pericorneal, penderita mengeluh nyeri pada mata, fotofobia (tidak tahan terhadap
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat
dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan
terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi
seluruh ruang bilik mata depan. Selain itu, dapat terjadi peningkatan tekanan intra
glaukoma.4
24
Gambar 2.16. Hifema
Pada hifema, bila telah jelas darah telah mengisis 5% kamera anterior, maka
pasien harus tirah baring dan diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang
sakit selama 5 hari. Mata diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan
25
A. Perawatan konservatif / tanpa operasi
(diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30 - 45. Hal ini akan mengurangi tekanan
darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah
perdarahannya. Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring
sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus
traumatik hifema. Bahkan Darr dan Rakusin menunjukkan bahwa dengan tirah baring
perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak,
sehingga kalau perlu harus diikat tangan dan kakinya ke tempat tidur dan pengawasan
2. Bebat mata
antara para ahli. Edward- Layden lebih condong untuk menggunakan bebat mata pada
mata yang terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit.
Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada kedua mata akan menyebabkan
penderita gelisah, cemas dan merasa tak enak, dengan akibat penderita (matanya)
26
ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian bebat atau tidak terhadap
3. Pemakaian obat-obatan
absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan
obat-obatan seperti :
(a) Koagulansia
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral,
Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik
(Dipasaran obat ini dikenal sebagai transamine/ transamic acid) sehingga bekuan
darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk
perdarahan sekunder dapat dihindarkan. Pemberiannya 4 kali 250 mg dan hanya kira-
kira 5 hari jangan melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan
transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio kornea. Selama
27
Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan
sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi perdarahan
sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja. Darr menentangnya dengan tanpa
Bahkan Gombos dan Yasuna menganjurkan juga pemakaian intravena urea, manitol
dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler, walaupun ditegaskan bahwa cara
Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah
Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal,
Bila tekanan intra okular turun sampai normal, diamox terus diberikan dan
28
Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke 5-9
B. Perawatan operasi
tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari
1. Paracentesa : mengeluarkan cairan/darah dari bilik depan bola mata melalui lubang
yang kecil di limbus. Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun dengan diamox
atau jika darah masih tetap terdapat dalam bilik mata depan pada hari 5-9.
29
3. Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka corneo-
2.2.8 Lensa
Dislokasi Lensa
Dislokasi lensa terjadi karena putusnya zonula zinii yang akan mengakibatkan
kedudukan lensa terganggu. Bila zoluna ziniii putus maka lensa akan mengalami
30
Gambar 2.17. Dislokasi Lensa
Subluksasi Lensa
tempat, subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan
pada zonula zinii yang rapuh (Sindrom Marphan). Akibat pegangan lensa pada zonula
31
zinii tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan
menjadi lebih miopi. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris kedepan
sehingga sudut bilik mata tertutup, bila sudut bilik mata menjadi sempit maka mudah
timbul keluhan diplopia. Bila terdapat penyulit glaukoma maka dilakukan ekstraksi
lensa pada orang tua sedang pada orang muda dilakukan ekstraksi linear atau
Bila seluruh zonula zinii disekitar ekuator putus maka lensa dapat masuk
kedalam bilik mata depan sehingga akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan
bilik mata yang dapat mengakibatkan glaukoma kongestif akut. Pasien akan
mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah,
mata merah dengan blefarospasme. Pada pemeriksaan fisik terdapat injeksi siliar yang
berat, edema kornea, lensa didalam bilik m a t a depan, iris terdorong kebelakang
Pada luksasi lensa anterior: harus dilakukan pengeluaran lensa yang terletak
didalam bilik mata depan. Tekanan bola mata sudah harus terkontrol baik sebelum
lensa dikeluarkan. Pembedahan lensa yang telah mengalami subluksasi atau luksasi
seringkali karena sering disertai penyulit pasca bedah, karena itu diperlukan persiapan
yang baik.3
32
Akibat putusnya zonula zinii diseluruh lingkaran ekuator sehingga lensa jatuh
kedalam badan kaca dan tenggelam dibawah polus posterior fundus okuli. Pasien
mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa yang mengganggu
kampus. Mata akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa , pasien akan melihat
normal dengan lensa + 12,0 dioptri untuk jauh , bilik mata depan dalam dan
iris tremulans.3,4
Katarak Trauma
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi atau pun tumpul
yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Pada trauma tumpul
menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil
akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan
terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya
katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata
depan.10
Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada
mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer aau
sekunder.10,11 Pada katarak trauma bila tidak terdapat penyulit, maka dapat ditunggu
sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain
sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma
33
sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin
Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini
dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa.3,4
2.2.9 Retina
Edema retina terutama makula sering terjadi pada kontusio dan konkusio
okuli. Bila hebat dapat meninggalkan bekas yang permanen. Edem retina bisa terjadi
pada tempat kontusio, tetapi yang paling sering terjadi mengenai sekeliling diskus
dan makula. Dapat pula terjadi nekrosis dan perdarahan retina yang pada proses
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau
edema berlin. Pada edem makula, tampak retina di sekeliling makula berwarna putih
retina sentralis. Edema dapat berkembang menjadi kistik atau macular hole. Bila
edema tidak hebat, hanya akan meninggalkan pigmentasi dan atrofi. Segera setelah
trauma, terjadi vasokonstriksi yang diikuti oleh vasodilatasi, menyebabkan edema dan
34
Gambar 2.18. Edem Berlin
Robekan retina jarang terjadi pada mata sehat. Biasanya robekan retina terjadi
pada mata yang memang telah mengalami degenerasi sebelumnya, sehingga trauma
yang ringan sekalipun dapat memicu robekan. Ruptur retina sering disertai dengan
ruptur koroid. Dialisis ora serata sering terjadi pada kuadran inferotemporal atau
nasal atas, berbentuk segitiga atau tapal kuda, disertai dengan ablasio retina. Ablasio
35
Prognosis pelepasan retina akibat trauma adalah buruk, karena adanya cedera
tersebut
2.3 Diagnosis
pemeriksaan penunjang.
Pada kasus trauma ditanyakan mengenai proses trjadinya trauma, benda apa
yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah dan datangnya benda yang
yang mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi
Ditanyakan juga kapan terjadi trauma. Apakah trauma disertai dengan keluar
36
- Lapangan pandang penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler
- Kerusakan ekstraokuler
- Pemerikasaan oftalmoskopi4,12
3. Pemeriksaan penunjang
sistemik/infeksi.4
37
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien laki-laki usia 39 tahun datang dengan keluhan mata
kanan merah pasca trauma yang dialami lima hari yang lalu. Pasien mengaku bahwa
keluhan mata merah tersebut tidak diserati dengan penurunan tajam penglihatan. Saat
mendapatkan kasus pasien pascatrauma okuli perlu diperhatikan hal-hal apa saja yang
harus digali pada saat anamnesis yaitu mengenai proses trjadinya trauma, benda apa
yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah dan datangnya benda yang mengenai
mata, apakah dari depan, samping, bawah, dan bagaimana kecepatannya waktu
mengenai mata. Perlu ditanyakan berapa besar benda yang mengenai mata dan bahan
benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau benda lain. Apabila terjadi
sebelum atau setelah terjadi kecelakaan. Ditanyakan juga kapan terjadi trauma.
Apakah trauma disertai dengan keluar darah dan rasa sakit dan sudah mendapattkan
pertolongan sebelumnya.
Pada pasien ini mengaku bahwa mata kanan pasien ditonjok oleh temannya,
samping mata kanan. Pasien mengalami mimisan dan nyeri bagian mata kanan hanya
sehari sesudah trauma. Pasien mengaku bahwa saat menonjok, teman tidak memakai
cincin atau benda apapun yang mengenai mata pasien. Tidak terjadi robekan pada
daerah mata, hanya terlihat merah seperti darah di daerah mata bagian depan yaitu
bagian mata yang berwarna putih. Pasien mengaku belum memberi obat apapun
38
untuk matanya, hanya dilakukan kompres menggunakan air es. Pada hasil anamnesis
disimpulkan bahwa keluhan pasien murni didapatkan dari trauma lima hari yang lalu
tersebut. Sesuai dengan klasifikasi BETT, keluhan yang dialami pasien termasuk
dalam klasifikasi closed injury contusio zone I karena keluhan hanya mengenai
mempengaruhi visual aksis, pada trauma hebat yang mengenai lensa dapat terjadi
katrak traumatika. Pada pasien ini, tidak didapatkan keluhan pandangan berkabut,
Pasien riwayat memakai kacamata sejak SMA, pasien lupa ukuran kacamata namun
hanya ingat bahwa kacamata yang dipakai adalah kacaata jarak jauh dan silinder.
dan OS -2.50. Pasien mengeluh pusing dan pandangannya masih membayang saat
memakai kacamata ukuran sekarang. Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil VOD
0,6 F cc KM 1,0 dan VOS 0,3 F cc KM 1.0F. Pada pasien ini diduga ada
penambahan ukuran kacamata terutama pada mata sebelah kiri. Hal tersebut dapat
snellen nantinya jika mata sudang tenang. Namun, dari hasil anamnesis dan
39
DAFTAR PUSTAKA
3. Ilyas S, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran, Edisi Kedua. Jakarta: CV. Sagung Seto.
4. Ilyas, Sidarta. 2001. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
8. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. Injury to the eye. BMJ 2004;328:36-8
40
9. Lekuona K. Editorial : Assessing and managing eye injuries. Community eye
Health Journal 2005; 18(55): 101-16
10. Berke SJ. Post traumatic glaucoma in ophtalmology. Edisi II: Yanoff M, Duker
JS, Augsburger, Mosby, 2004.
11. Soerosa A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Rudapaksa. CDK 1980; 19:
44-6
12. Blanch RJ and Scott RAH. Military ocular injury: presentation, assessment, and
management. JR Army Med Corps 155(4): 279-84.
13. Kuhn F, Zlatko S. Damage control surgery in ocular traumatology. Int. J. Care
Injured 2004; 35: 690-6.
41