Professional Documents
Culture Documents
DAN KESELAMATAN
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam komunitas mereka dan
tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu
memahami hal-hal yang memberikan kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan
pelayanan kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan
lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain pengkajian terhadap riwayat dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan
kesehatan, mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang terkait dengan kebutuhan
keamanan seperti: pernahkah klien jatuh, mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan
sebagainya. Klien perlu ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap
tanda bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi, pengertian dan
pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu digali juga tentang perubahan
lingkungan, support sistem, tahap tumbuh kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan klien mencakup: kondisi
dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan, dan kondisi anak-anak.
1. Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita, penggunaan alat bantu (alat
bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup
sendiri.
2. Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi, kesulitan penglihatan,
kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar
kepala atau menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan mobilitas fisik,
kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3. Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium, dimensia, kerusakan
orientasi orang, tempat dan waktu)
4. Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE, antidepresan trisiklik, obat anti
cemas, hipnotik atau transquilizer, diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5. Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
6. Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman, penataan ruang,
penggunaan mainan.
b. Data Objective
data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik terkait dengan
sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas kulit dan mobilitas. Pengkajian juga
mencakup prosedur test diagnostik.
1. Sistem Neurologis
* Status mental
* Tingkat kesadaran
* Fungsi sensori
* Sistem reflek
* Sistem koordinasi
* Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
* Sensivitas terhadap lingkungan
2. Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
* Toleransi terhadap aktivitas
* Nyeri dada
* Kesulitan bernafas saat aktivitas
* Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3. Integritas kulit
* Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
* Kaji adanya luka, scar, dan lesi
* Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4. Mobilitas
* Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
* Kaji range of motion klien
* Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien
Test diagnostik mencakup: pengukuran tekanan darah, ECG, pengukuran kadar gula darah dan
kolesterol, pemeriksaan darah lengkap, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul terkait dengan pemenuhan kebutuhan keamanan dan
keselamatan, berdasarkan NANDA 2004-2006 adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera atau risiko jatuh yang berhubungan dengan perubahan mobilisasi, dan penataan
lingkungan fisik di rumah.
2. Risiko keracunan yang berhubungan dengan kontaminasi zat kimia pada makanan atau air,
penyimpanan obat-obatan yang mudah dijangkau oleh anak-anak, dan penurunan penglkihatan.
3. Risiko trauma yang berhubungan dengan kontak dengan udara dingin yang ekstrem, dan
obstruksi jalan nafas.
4. Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan kehilangan memori, kesulitan tidur, dan efek
samping obat.
5. Perubahan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan keuangan yang tidak
memadahi, dan perubahan fungsi kognitif.
6. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi informasi, dan tidak terbiasa
dengan tindakan pencegahan untuk anak-anak.
7. Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan paparan terhadap lingkuingan panas
atau dingin yang ekstrem, dan mekanisme kontrol suhu tubuh yang tidak matang.
3. Perencanaan
Perawat merencanakan intervensi terapeutik untuk klien dengan risiko atau aktual mengalami
gangguan keamanan. Tujuan keseluruhan untuk klien yang mengalami ancaman keamanan
adalah klien terbebas dari cedera. Perawat merencanakan intervensi yang individual dengan
berdasarkan pada beratnya risiko yang dihadapi klien, tahap perkembangan, status kesehatan,
dan gaya hidup.
Intervensi keperawatan dirancang untuk memberikan perawatan yang aman dan efisien. Berikut
ini adalah tujuan yang berfokus pada kebutuhan klien terhadap keamanan:
Peting memperhatikan kondisi rumah klien ketika merencanakan terapi untuk mempertahankan
atau meningkatkan tingkat keamanan klien. Perencanaan keperawatan juga melibatkan
pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan kemandiriannya. Perawat dan klien bekerja
sama dalam membuat cara mempertahankan keterlibatan klien dalam menciptakan lingkungan
yang aman di rumah sakit dan di rumah. Pendidikan klien dan keluarga merupakan intervensi
keperawatan utama untuk menurunkan kecelakaan.
Perencanaan keperawatan yang dapat disusun oleh perawat berdasarkan NOC/NIC untuk
mengatasi masalah keperawatan yang terkait denmgan kebutuhan keamanan adalah:
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sesuai dengan
permasalahan keamanan yang dihadapi oleh klien. Perawat melakukan tindakan untuk mencapai
NOC yang telah ditetapkan mellaui pelaksanaan NIC yang telah disusun.
Kategori pertama dari intervensi mencakup intervensi yang spesifik untuk mengurangi risiko
pada setiap kelompok perkembangan usia. Intervensi lingkungan bertujuan untuk memodifikasi
lingkungan sehingga dapat megeliminasi atau meminimalkan bahaya yang ada atau berpotensial.
5. Evaluasi
Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi risioko pada klien dievaluasi dengan cara
membandingkan criteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama tahap perencanaan. Jika
tujuan telah tercapai, maka intervensi keperawatan dianggap efektif dan tepat. Jika tidak tercapai,
maka perawat harus menentukan apakah ada risiko baru yang berkembang pada klien atau
apakah risiko sebelumnya tetap ada.
Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan cara permanent untuk mengurangi
risiko yang mengancam keamanan. Perawat mengkaji kebutuhan klien dan keluarga secara terus
menerus untuk menentukan dukungan tambahan seperti perawatan di rumah, terapi fisik, dan
konseling, dan pendidikan kesehatan lanjutan.
Adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan.
Sedang kecelakaan merupakan kejadian tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan cedera fisik maupun psikologis.
Tugas seorang perawat :
a. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit
b. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS
c. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi hidup dan
keadaan klien
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melindungi diri dari
bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi, gangguan sensori persepsi, tingkat
kesadaran, status emosional, kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan
faktor lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan perawatan
atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.
1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan
pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang
mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan
pencegahannya.
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja
yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk
membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan
seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko
tinggi untuk cedera.
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon
tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi,
klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan.
Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada
simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap
stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga
beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf,
atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam
lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu
mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di
rumah, tempat kerja, dan jalanan.
7. Radiasi
Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan
melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik
seperti radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan
adalah kalsium, iodine, fosfor.
8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak)
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat gangguan
dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien
tenggelam atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya
benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak
segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta kematian.
9. Lain-lain
kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik
(equipment-related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedure-related
equipment).
3. Faktor Lingkungan
Rumah
Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan, pengaturan panas dan
sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga merupakan bagian penting dari keamanan di
dalam rumah. Penataan yang baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat
menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata tajam, rokok, lantai
rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan kimia akan membantu dalam pencegahan baya
dalam rumah termasuk sumber listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko adanya untuk jatuh.
Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya risiko untuk terjadi injuri
pada seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang
bekerja, baik secara fisik, mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang sangat
membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga perlu adanya pendidikan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.
Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan seperti kegaduhan,
kebisingan, pencahayaan yang kurang baik di tempat umum maupun pusat bermain. Sanitasi
lingkungan juga sangat berperan dalam peningkatan keamanan individu dalam komunitas.
Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik bagi petugas kesehatan
maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan karena peralatan, kesalahan prosedur dan
sebagainya. Hal ini perlu adanya standar operasional prosedur yang baku dan diperbaharui di RS
sehingga kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang ada dalam rumah sakit.
Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan seseorang. Perlu adanya
penyesuaian diri terhadap perubahan temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan
seseorang dapat terpenuhi.
Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas akan menggangu keamanan
seeorang. Bahan kimia dalam produk kimia yang terdapat baik di udara, air dan tanah akan
menganggu ekosistem yang ada.
Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun sanagt muttlak
diperlukan untuk mencegah terjadinya sengatan listrik ataupun kebakaran.
Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun kematian sel sehingga
mengakibatkan tubuh seseorang menjadi rentan sehingga keamanan seseorang dapat mengalami
masalah.
4. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis merupakan penyakit yang dapat
menjadikan tubuh untuk mengalami penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang
baik dalam pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi nosokomial
tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik ataupun keluarga.
E. PENGKAJIAN
Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan
adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). Pengkajian Resiko
a) Jatuh
- Usia klien lebih dari 65 tahun
- Riwayat jatuh di rumah atau RS
- Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
- Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
- Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)
- Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
- Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or laxatives)
b) Riwayat kecelakaan
Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu
riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang
kembali
c) Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi
seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.
d) Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien
mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang upaya
proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.
Pengkajian Bahaya
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur,
pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat
mengakibatkan kecelakaan.
Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi,
banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang
menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu
diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur. Contoh pengkajian
checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh Departemen kesehatan dan
pelayanan masyarakat Amerika.
F. DIAGNOSA
Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah
Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien dikatakan mengalami
masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau
pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera.
Diagnosa umum tersebut memiliki tujuh subkatagori yang memungkinkan perawat menjelaskan
cedera secara lebih spesifik dan atau untuk memberikan intervensi yang tepat (Wilkinson, 2000):
Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akivat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya
udara untuk proses bernafas.
Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms. Luka,
luka bakar, atau fraktur).
Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang
terbuat dari lateks.
Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi
orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan.
Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap
kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem muskuloskeletal yang direncanakan atau tidak
dapat dihindari.
Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat glaukoma sehingga
klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari. Klien mengatakan sulit memfokuskan
penglihatan, kehilangan penglihatan sebelah, dan tidak bisa melihat dalam gelap.
Intervensi:
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll)
sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik,
memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
6.Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya,
serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu klien
untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria
hasil yang lebih spesifik diantaranya Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang
dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya
tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
H. IMPLEMENTASI
Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu (tidak berhubungan
dengan kasus):
III. EVALUASI
Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan perawat dapat menilai
apakah tujuan asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai maka perawat perlu melakukan
eksplorasi penyebabnya. Diantaranya perawat dapat menanyakan beberapa hal berikut pada
klien:
- Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan?
- Tindakan pencegahan apa yang klien tahu?
- Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang diajarkan?
- Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana pendidikan kesehatan pada
klien?
INFEKSI
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh.
(Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler
setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-
antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai
infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Penyebab Infeksi
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air,
tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk
diproduksi.
Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing
dan arthropoda.
Tipe Infeksi
Kolonisasi merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat
menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan
pathogen menyebabkan kerusakan jaringan.
1. Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
2. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan
menimbulkan kerusakan.
Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan
bulan sampai tahun)
Tahap-tahap Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai
faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of
exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
Agen Infeksi
Host/ Pejamu
Portal de Entry
Cara Penularan
Portal de Exit
Reservoir
AGEN INFEKSI
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient
normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme
transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas
normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme
residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen
biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan
infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit),
kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
PORTAL MASUK
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan
barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan
kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan
yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
DAYA TAHAN HOSPES (MANUSIA)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.Kerentangan
bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara
konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi
sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia,keturunan,stress (fisik
dan emosional),status nutrisi, terapi medis,pemberian obat dan penyakit penyerta.
Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi,
patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat,
maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi
mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi
berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang
melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan
meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu.
Secara umum proses infeksi adalahsebagai berikut:
Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.Contoh: flu 1-3
hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 18 hari
Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,keletihan) sampai
gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien
lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan
sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman kedalam tubuh manusia yang dapat
menimbulkan radang atau penyakit.
Beberapa unsur yang melibatkan proses transmisi kuman, yaitu:
Reservoir = habitat bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa
manusia, hewan, tumbuhan, maupun tanah.
Jalan masuk = jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari berbagai kuman,
seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit dan lain- lain.
Inang (host) = tempat berkembangnya suatu mikroorganisme, yang dapat didukung oleh
ketahanan kuman.
Jalan keluar = tempat keluar mikroorganisme dari reservoir, seperti system pernapasan, system
pencernaan, alat kelamin, dan lain- lain.
Jalur penyebaran = jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke
berbagai tempat, seperti air, makanan, udarah dan lain- lain.
CARA PENULARAN MIKROORGANISME
Beberapa cara penularan / penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh :
Kontak tubuh = kuman masuk kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung,
maupun tidak langsung. Misalnya secara langsung sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak
langsung melalui benda- benda yang berkontaminasi.
Makan dan minuman = hal ini terjadi akibat dari kontaminasi misalnya, penyakit tifus
abdominalis, penyakit infeksi cacing dan lainnya.
Serangga = misalnya penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk Anopheles
dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
Udarah = penyebaran kuman ini sering kali dijumpai pada penyakit system pernapasan.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES INFEKSI :
a. sumber penyakit,
b. kuman penyebab,
c. cara membebaskan sumber dari kuman,
d. cara penularan,
e. cara masuknya kuman,
f. daya tahan tubuh.
INFEKSI NASOKOMIAL
Infeksi nasokomial adalah infeksi yang terjadi di RS atau dalam sistem pelayanan kesehatanyang
berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kes.,baik melalui pasien, petugas kes.,
pengunjung maupun sumber lain.
Pencegahan IN
beberapa tindakan pencegahan IN yang dapat di lakukan yaitu:
1. Mengurangi jumlah atau menghilangkan bakteri yang berada di ruang, alat, personil RS.
2. Isolasai sumber infeksi (pasien yang menderita) maupun yang mempunyai resiko tinggi yang
sifatnya proteksi misalnya: pasien pasca operasi, penderita leukimia dll.
PENCEGAHAN INFEKSI
Tindakan pencegahan infeksi :
a. aseptik = tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Usaha ini dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi.
b. Antiseptik = upaya pencegahan infeksi dengan cara pembunuhan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontraminasi = tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan.
d. Pencucian = tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing
seperti debu dan kotoran.
e. Desinfeksi = tindakan kepada benda mati denganmenghilangkan tindakan pada benda mati
dengan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit.
f. Sterilisasi = tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (mbakteri, jamur, parasit,
dan virus) termasuk bakteri endospora.
Pedoman pencegahan infeksi
Beberapa upaya yang dilakukan untuk menghalang penyebaran infeksi :
Pencucian tangan
Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan tindakan, maupun saat
memegang benda- benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/ kain tenunan bekas pakai).
Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
Pemrosesan alat bekas pakai (dekonyaminasi, cuci dan bilas, serta desinfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi).
Pembuangan sampah
Mencuci tangan
Mencuci kedua tangan merupakan prossedur awal yang dilakukan petugas kesehatan dalam
memberikan tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala kotoran,
mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan, dan persiapan beda atau tindakan
pembedahan.
o Beberapa tehnik mencuci tangan :
- Tehnik mencuci biasa
- Tehnik mencuci dengan desinfeksi
- Tehnik mencuci steril
PERLINDUNGAN DIRI
Menggunakan sarung tangan. Sarugn tangan digunakan dalam melakukan posedur tindakan,
dengan tujuan mencegah terjadinya penularan kuman dan mengurangi resiko teretuarnya
penyakit.
Menggunakan masker. Tindakan pengamanan yang menutup hidung dan mulut dengan
menggunakan masker, bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi droplet
mikroorganisme saat merawat pasien.
PENANGANAN SAMPAH
Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah tidak dipakai atau
suda dibuang oleh manusia.
Sampah dibagi atas 2 menurut karakteristiknya :
Kandungan zat/ kimia. Berdasarkan kandungan zatnya, sampah terdiri atas sampah anorganik
dan sampah oraganik. Sampah anorganik merupakan sampah tidak membusuk, misalnya : logam,
pecahan gelas, plastik, dan lainnya. Sedangkan sampah organik merupakan sampah yang dapat
busuk, seperti sisa makanan.
Dapat dan tidaknya terbakar. Sampah ini tebagi atas dua yaitu : sampah mudah terbakar
misalnya, kertas, karet, plastik dan lainnya. Sedangkan sampah tidak dapat terbakar seperti,
kaleng bekas, logam atau besi, kaca, dan lainnya.
PENGELOLAAN SAMPAH
Pengumpulan dan pengangkuan sampah
Pada tahap ini, sampah dikumpulkan berdasarkan kelompoknya, seperti sampah basah sendiri,
sampah kering sendiri, dan sampah benda tajam tersendiri, dan selanjutnya dilakukan
pengangkutan.
Pemusnahan dan pengelolaan sampah.
Pada tahap ini, samapah dimusnakan atau dikelolah dengan cara sebagai berikut : ditanam
( dengan memasukkan / menimbun dalam tanah) dan dibakar (dengan melakukan pembakaran
melalui tungku pembakaran). Sampah tersebut kemudian dijadikan pupuk, biasanya jenis sampah
ini sampah organik, seperti sisa makanan yang dapat membusuk.
STANDAR OBAT
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat,di antaranya
kemurnian,yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure keasliannya,tidak ada
percampuran,dan standar potensi yang baik.Selain kemurnian,obat juga harus memiliki
biovailabilitas berupa keseimbangan obat,keamanan, dan efektivitas.Standar-standar tersebut
harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri.
REAKSI OBAT
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh,obat akan bekerja sesuai dengan
proses kimiawi melalui suatu reaksi obat.Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu
paruh,yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi,sehingga
terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Beberapa factor yang dapat memengaruhi reaksi pengobatan diantarranya absorpsi obat,distribusi
obat dalam tubuh,metabolisme (biotranformasi) obat dan ekskresi.
1. Absorpsi obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber kedalam tubuh melalui aliran
darah kecuali dari jenis topical.Hal ini dipengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat,jenis
obat,keadaan tempat,makanan dan keadaan pasien.
3. Metabolisme obat
Setelah melalui sirkulasi,obat akan mengalami proses metabolisme.Obat akan ikut sirkulasi ke
dalam jaringan,kemudian berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat kimia
hingga menjadi lebih efektif.Obat yang tidak bereaksi akan diekskresikan.
4. Ekskresi sisa
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan,akan terdapat sisa zat yang tidak dapat
dipakai.Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine,dari
intestinal dalam bentuk feses,dan dari paru-paru dalam bentuk udara.
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping.Efek terapeutik obat memiliki
kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (berefek
untuk mengurangi gejala),kuratif (memiliki efek pengobatan);suportif(berefek untuk menaikkan
fungsi atau respons tubuh),subtitutif (berefek sebagai pengganti,efek kemoterapi (berefek untuk
mematikan atau menghambat),dan restotatif
(berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat ).Efek samping merupakan dampak yang
tidak diharapkan,tidak bisa diramal,dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alergi,toksisitas (keracunan),penyakit iatrogenik,kegagalan dalam pengobatan dan lain-
lain.
Berikut ini ada rumus penghitungan dosis obat untuk anak antara lain:
1. Young
n
Da= Dd (mg) tidak untuk anak >12 tahun
n + 12
2.Dilling
n
Da= + (mg)
20
3. Gaubius
1
Da= +Dd (mg) (untuk anak sampai umur 1 tahun)
12
1
Da= + Dd(mg) (untuk anak 1 2 tahun)
8
1
Da= + Dd(mg) (untuk anak 2-3 tahun)
6
1
Da= + Dd(mg) (untuk anak 3-4 tahun )
4
1
Da= + Dd (mg) (untuk anak 4-7 yahun)
3
4. Fried
m
Da= Dd (mg)
150
(13w + 15)
Da= +Dd (mg) (umur 0-20 minggu)
100
(8w + 7)
Da= + Dd (mg) (umur 20-52 minggu)
100
(3w + 12)
Da= + Dd (mg) 9umur 1-9 minggu)
100
6.Clark
w anak
Da= Dd (mg)
w dewasa
Keterangan :w = berat badan / kg
Penghitungan denagn rumus ketika menentukan dosis tidak semuanya tepat dalam menentukan
kerja dan efek dari obat tersebut.Cara yang lebih tepat adalah dengan menentukan berdasarkan
ukuran fisik atau waktu paruh dari jenis obat yang akan diberikan.
Dalam penerapan penghitungan dosis,khususnya ketika mempersiapkan obat dalam bentuk
padat,cara penghitungan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
MANAJEMEN NYERI
Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh petugas
kesehatan,diantaranya:
teknik relaksasi:
a. menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara;
menghembuskannya secara perlahan; melemaskan otot- otot tangan, kaki, perut, dan punggung;
serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman,
tenang dan rileks.
Stimulus kulit:
a. menggosok dengan halus pada daerah nyeri.
b. Menggosok punggung
c. Menggunakan air hangat dan dingin
d. Memijat dengan air mengalir