You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA I

SPEKTROFOTOMETRI

Diajukan Oleh:
Kelompok: B-2

Nama / NRP : Rahma Istiningrum / 5203015041


Nama / NRP : Nathanael Aditya / 5203015032

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2016

1
LEMBAR CATATAN UMPAN BALIK
SPEKTROFOTOMETRI

Hari, tanggal Praktikum: Kamis, 14 April 2016

Diajukan Oleh:
Kelompok: B-2

Nama / NRP : Rahma Istiningrum / 5203015041


Nama / NRP : Nathanael Aditya / 5203015032

Asisten: Sandy Budi Hartono Ph.D

CATATAN UMPAN BALIK


Tanggal Hal-hal yang perlu Tanggal Paraf asisten
pengumpulan diperbaiki pengembalian

2
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i


LEMBAR UMPAN BALIK .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Percobaan .................................................................................... 1
I.2. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 1
BAB II. METODE PERCOBAAN
II.1.Bahan dan Alat ........................................................................................ 4
II.2. Prosedur Percobaan ................................................................................ 4
II.3. Pembuatan Larutan ................................................................................ 5
BAB III. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Percobaan .................................................................................... 8
III.2. Pengolahan Data ................................................................................... 10
III.3. Pembahasan .......................................................................................... 12
Bab IV. KESIMPULAN ............................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16

3
DAFTAR TABEL

Tabel I.2.1 Klasifikasi sinar tampak & warna komplementernya .........................................3


Tabel 3.1 Tabel pengenceran .................................................................................................8
Tabel 3.2 Penentuan panjang gelombang maksimum ...........................................................8
Tabel 3.3 Pembuatan kurva baku larutan standar ..................................................................9

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar III.3.1 Larutan baku 1,2,3,4 dan 5 ppm ............................................................12

5
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan


1. Menggunakan spektrofotometer UV/VIS.
2. Membuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi.
3. Membuat kurva baku untuk menentukan konsentrasi sampel.

I.2. Tinjauan Pustaka


Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu
senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau
absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi
spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya
tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri
perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut
juga spektrofotometri adsorbsi atomik. Secara umum spektrofotometri dibedakan
menjadi empat macam, yaitu :
i) Spektrofotometer ultraviolet (UV).
ii) Spektrofotometer sinar tampak (Visible).
iii) Spektrofotometer inframerah.
iv) Spektrofotometer serapan atom (Hardjadi, 1990).
Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat
yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah
ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di
dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron
valensi di dalam molekul tersebut (Hardjadi, 1990).

1
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh
larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca
(Sastrohamidjojo, 1992)
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer dibandingkan dengan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 2002).
Absorbansi larutan akan bervariasi berdasarkan konsentrasi atau ukuran
wadah. Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan
konsentrasi dan panjang larutan yang dilalui sinar. Pada dasarnya, ini
memberikan nilai absorbansi standar sinar berjalan sepanjang 1 cm melewati
larutan 1 mol dm-3. Cara mendapatkan nilai absorbansi adalah sebagai berikut :
A= lC

Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan pada hukum Lambert Beer, bila


cahaya monokromatik melalui median (larutan), maka sebagian cahaya akan
diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan (diteruskan).
Hukum Beer dapat diterapkan secara benarbenar hanya untuk radiasi
monokromatik (radiasi dengan panjang gelombang tunggal) dan di mana sifat

2
dasar spesies penyerap tak berubah sepanjang jangka konsentrasi yang diselidiki.
Hukum Lambert dan hukum Beer dapat digabungkan menjadi suatu rumus, yaitu:
A = a. b. c gram/liter atau A = . b. c mol/liter
Keterangan: A = absorbans atau ekstingsi atau absorbansi
c = konsentrasi (gram/liter atau mol/liter)
a = absorptivitas molar (liter/mol.cm)
b = panjang jalan menembus medium penyerap (cm)
= koefisien ekstingsi molar atau ekstingsi molekuler
(Day dan Underwood, 2002)

Tabel I.2.1 Klasifikasi sinar tampak & warna komplementernya


Panjang gelombang (nm) Warna Warna komplementer
400-435 Violet/ungu/lembayung Hijau kekuningan
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru kehijauan Jingga
490-500 Hijau kebiruan Merah
500-560 Hijau Ungu kebiruan
560-580 Hijau kekuningan Ungu
580-610 Jingga Biru kehijauan
610-680 Merah Hijau kebiruan
680-800 Ungu kemerah-merahan Hijau
(Day dan Underwood, 1999)

BAB II
METODE PERCOBAAN

II.1 Bahan dan Alat


II.1.1 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
a. Larutan induk metilen blue 100 ppm
b. Aquades

3
c. Sampel yang mengandung metilen blue

II.1.2 Alat
Alat-alat yang digunakan:
a. Spektrofotometer UV-Vis single beam
b. Neraca analitis
c. Labu ukur 10 mL
d. Tabung reaksi 6 buah
e. Gelas beker
f. Pipet ukur 5 mL
g. Tissue
h. Kuvet

II.2 Prosedur Percobaan


II.2.1 Pembutan Larutan Baku Induk Metilen Blue 100 ppm, 250 mL
1. Ditimbang padatan metilen blue sesuai dengan perhitungan menggunakan
neraca analitik.
2. Dilarutkan aquades dan memindahkan ke dalam labu takar 250 mL.
3. Ditambahkan aquades dalam labu takar sampai tanda batas, kemudian larutan
dihomogenkan.

II.2.2 Pembuatan Larutan Standar Metilen Blue


Larutan baku induk metilen blue 100 ppm di encerkan menjadi larutan
standar dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm masing-masing
sebanyak 100 mL

II.2.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ()


1.Disiapkan larutan standar metilen blue 3 ppm.
2. Diukur absorbansi dari larutan tersebut dan blanko pada panjang gelombang ()
mulai dari 640-680 nm;
(Catatan : selisih penambahan panjang gelombang selalu 5nm
3. Ditentukan panjang gelombang maksimum ( max) yaitu pada saat absorbans
maksimum.

4
II.2.1 Pembuatan Kurva Standar dan Penentuan Konsentrasi Larutan Sampel
Metilen Blue
1. Dioptimalkan alat spektrofotometer UV-Vis.
2. Diukur absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang
gelombang maksimum.
3. Dibuat kurva absorbansi terhadap konsentrasi dari larutan standar dan
menentukan persamaan regresi linearnya.
4. Ditentukan konsentrasi metilen blue dalam sampel.

II.3 Pembuatan Larutan


II.3.1 Pembuatan Larutan Baku Induk 100 ppm (mg/L) sebanyak 250 mL
massa(mg)
M1 =
volume(L)
massa(mg)
100 mg/L =
0,25 L
Massa(mg)= 25 mg (yang ditimbang 25.8 mg)

Cara kerja Pembuatan Larutan Baku Induk 100ppm, 250 m:


1. Dimasukkan hasil penimbangan ke dalam beaker glass dan dilarutkan dengan
aquades.
2. Dimasukkan larutan ke dalam labu ukur dan ditambahkan aquades lagi hingga
volume tepat 250 mL pada bagian cekung.
3. Dikocok larutan dalam labu ukur hingga larutan tercampur rata.

II.3.2 Pembuatan Larutan Baku 1,2,3,4, dan 5 ppm masing-masing sebanyak 100ml
dari larutna baku induk 100 ppm
Untuk larutan baku 1 ppm menggunakan pengenceran:
M1 V1 = M2 V2
100 ppm V1 = 1ppm 100mL
V1 = 1mL
Diambil larutan 100ppm sebanyak . , kemudian diencerkan sampai dengan 100
mL.
1mL untuk 1 ppm
2mL untuk 2 ppm
3mL untuk 3 ppm
4mL untuk 4 ppm

5
5mL untuk 5 ppm
Cara Kerja Pembuatan Larutan Baku 1/2/3/4/5 ppm, 100 mL (masing-
masing):
1. Dimasukkan larutan baku induk 100 ppm ke dalam buret.
2. Dimasukkan larutan baku induk sesuai volume (1/2/3/4/5 mL) untuk
(1/2/3/4/5 ppm) melalui buret ke dalam labu ukur 100 mL.
3. Ditambahkan aquades sampai batas 100 mL.
4. Dikocok hingga homogen.

II.3.3 Pembuatan Larutan Sampel


Sampel 1 : Larutan Standar 2 ppm 10 mL ditambah Larutan Standar 3 ppm 10 mL
Cara Kerja :
1. Larutan Standar 2 ppm dipipet menggunakan pipet volum sebanyak 10 mL
dituang dalam beker glass.
2. Larutan Standar 3 ppm dipipet menggunakan pipet volum sebanyak 10 mL
dituang dalam beker glass.
3. Diaduk hingga homogen.

Sampel 2 : Larutan Standar 2 ppm 25 mL ditambah Larutan Standar 3 ppm 10 mL


Cara Kerja :
1. Larutan Standar 2 ppm dipipet menggunakan pipet volum sebanyak 25 mL
dituang dalam beker glass.
2. Larutan Standar 3 ppm dipipet menggunakan pipet volum sebanyak 10 mL
dituang dalam beker glass.
3. Diaduk hingga homogen.

6
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Percobaan
A. Pembuatan larutan baku induk 100 ppm sebanyak 250 mL.
Larutan induk dibuat dengan cara melarutkan 0,0258 g metilen blue, lalu dilarutkan
dan diencerkan sampai 250 mL. Konsentrasi larutan induk 103,2 mg/L.

B. Pembuatan larutan baku 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm masing-masing sebanyak 100 mL dari


larutan baku induk 100 ppm.

Tabel 3.1 Tabel pengenceran


Konsentrasi larutan standar
No Pengenceran dari larutan baku induk 100 ppm
(ppm)
1 1 100 kali dengan cara pengenceran

2 2 50 kali dengan cara pengenceran

3 3 33,33 kali dengan cara pengenceran

4 4 25 kali dengan cara pengenceran

5 5 20 kali dengan cara pengenceran

Tabel 3.2 Penentuan panjang gelombang maksimum


(nm) Absorbansi (A)
640 0,322
645 0,379
650 0,421
655 0,453
660 0,486
665 0,503
670 0,477
675 0,403
680 0,300

7
Kurva Panjang Gelombang Maksimum

0.5
0.49 0.48
0.45
0.42
0.4
0.38

0.32
0.3

Tabel 3.3 Pembuatan kurva baku larutan standar


No Konsentrasi larutan standar (ppm) Absorbansi (A)
.
1 1 0,131
2 2 0,400
3 3 0,488
4 4 0,670
5 5 0,918
Larutan sampel dari Asisten A 0,211
Larutan sampel dari Asisten B 0,247

8
Kurva Baku Larutan Standar

f(x) = 0.18x - 0.03


R = 0.98
Absorbansi
Linear (Absorbansi)
Sampel
Linear (Sampel)

III.2 Pengolahan Data


III.2.1. Konsentrasi Metilen Blue Sampel A
Dipipet 10 mL 1 ppm
Dipipet 10 mL 1 ppm
Diencerkan sampai 100 mL

Konsentrasi secara teoritis


C1 . V1 + C2. V2 = C3.V3
1 . 10 + 2 . 10 = C3. 20
30
= C3
20
C3 = 1,5 ppm
Konsentrasi percobaan
y = 0,184 x 0,032
0,211 = 0,184 x 0,032
0,211+0,032
x = = 1,3206 ppm
0,184
Ralat percobaan

9
konsentrasiteoritiskonsentrasi percobaan
Ralat = x 100 %
konstrasiteoritis
1,51,3206
= 1,5
x 100 %

= 11,96 %

III.2.2. Konsentrasi Metilen Blue Sampel B


Dipipet 10 mL 1 ppm
Dipipet 25 mL 2 ppm
Diencerkan sampai 100 mL

Konsentrasi secara teoritis


C1 . V1 + C2. V2 = C3.V3
1 . 10 + 2 . 25 = C3. 35
60
= C3
35
C3 = 1,7142 ppm
Konsentrasi percobaan
y = 0,184 x 0,032
0,247 = 0,184 x 0,032
0,247+0,032
x =
0,184
= 1,5163 ppm

Ralat percobaan
konsentrasiteoritiskonsentrasi percobaan
Ralat = x 100 %
konstrasiteoritis
1,71421,5163
= 1,7142
x 100 %

= 11,5444 %

10
III.3. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai
perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi
energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang
gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu
yang khas untuk komponen yang berbeda. Bahan yang digunakan yaitu Larutan
induk metilen blue 100 ppm sebanyak 250 mL dengan melarutkan 0,0258 g,
konsentrasinya 103,2 mg/L. Warna komplementer dari bahan tersebut adalah biru.
Untuk larutan metilen blue sampel A yang digunakan kelompok kami dengan
konsentrasi secara teoritis yaitu 1,5 ppm, konsenterasi pada percobaannya yaitu
1,3026, sedangkan untuk ralat percobaannya diperoleh 11,96% dan diperoleh hasil
absorbansinya sebesar 0,211. Larutan metilen blue sampel B yang digunkan
kelompok kami dengan konsentrasi secara teoritis yaitu 1,7142 ppm, konsenterasi
pada percobaannya yaitu 1,5163, sedangkan untuk ralat percobaannya diperoleh
11,5444% dan diperoleh hasil absorbansinya sebesar 0,247.

Gambar III.3.1 Larutan baku 1,2,3,4 dan 5 ppm

11
Hasil data kita masukkan dalam persamaan garis lurus yaitu y = mx + c.
Nilai m disini yaitu 0,184 ppm dan nilai c yaitu -0,032, sehingga didapat nilai x
larutan metilen blue A sebesar 1,3206 ppm dan larutan metilen blue B sebesar
1,5163 ppm. Bahan yang belum diketahui konsentrasi y memiliki absorbansi A
sebesar 0,211 dan B sebesar 0,247 untuk kelompok kami. Konsentrasinya bisa
didapat melalui rumus di atas, maka konsentrasi didapat pada metilen blue A yaitu
1,5 ppm, sedangkan pada metilen blue B sebesar 1,7142. Umumnya, semakin besar
konsentrasi maka semakin besar absorbansinya
Masing-masing larutan standar diukur absorbansinya, menentukan panjang
gelombang maksimum dilakukan dengan menggunakan larutan baku 3 ppm yang
diambil dari baku induk dan ditemukan panjang gelombang maksimum 665 nm..
Larutan standar metilen blue 1 ppm dengan absorbansi 0,131, untuk larutan standar
metilen blue 2 ppm dengan absorbansi 0,400, metilen blue 3 ppm dengan absorbansi
0,488, metilen blue 4 ppm dengan absorbansi 0,670, dan untuk metilen blue 5 ppm
absorbansinya 0,918.

12
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1. Kesimpulan
1. Nilai panjang gelombang maksimum ( max) 665 nm, dengan nilai adsorbansi
(A) maksimum sebesar 0,503.
2. Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
3. Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar absorbansinya.
4. Sampel metilen blue A dengan konsentrasi larutan standar sebesar 1,3206 ppm
5. Sampel metilen blue B dengan konsentrasi larutan standar sebesar 1,5163 ppm

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.


Harjadi, W, 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Underwood, A.L. , Day, R. A. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

13
Underwood, A.L. , Day, R. A. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

14

You might also like