You are on page 1of 18

A.

PENGERTIAN
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini
paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana
seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2014). Penyakit yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti
jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli
Enteropatogenik (EPEC). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk
dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam
golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan
penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan
sebagainya.

B. EPIDEMIOLOGI
Menurut Departemen Kesehatan RI (2010), insidensi diare di Indonesia pada tahun
2000 adalah 301 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap
tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan
umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari
penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan
kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2011). Kejadian diare di
negara berkembang antara 3,5-7 episode setiap anak pertahun dalam dua tahun pertama dan 2-
5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam
surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/1000 penduduk, berarti
meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/1000 penduduk, diare masih merupakan
penyebab kematian utama bayi dan balita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan
resiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain tidak memberi ASI secara penuuh 4-6
bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat
lebih besar. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman karena botol susah dibersihkan.

C. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, dll
Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dll
Infestasi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
b. Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar pencernaan, seperti Otitis
Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dsb. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida dan Monosakarida. Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
5. Faktor Pekerjaan
6. Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani.
Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi
ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga
mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit (Giyantini, 2000).
7. Faktor Lingkungan
8. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor
yang dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan prilaku manbusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare (Depkes RI, 2002).
9. Faktor Gizi
10. Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan dengan makanan yang baik merupakan komponen utama penyembuhan
diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena
diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi (Suharyono, 1989). Faktor
gizi dilihat berdsarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70
dengan BB per TB (Dyumadias, 1990).
11. Penyebab diare ditinjau dari patofisiologinya yaitu:
a. Diare sekresi (virus/kuman, hiperperistaltik usus halus, defisiensi imun/SigA).
b. Diare osmotik (malabsorpsi makanan, kurang energi protein, bayi berat badan lahir
rendah)
c. Penyebab diare ditinjau dari jenis diare yang diderita yaitu:
Diare akut
Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling
sering.
Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Eschericia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal infeksi traktus urinarius dan
pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang
teringesti, irritable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap
laktosa.
Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
Sindrom malabsorpsi
Defek anatomis
Reaksi alergik
Intoleransi laktosa
Respons inflamasi
Imunodefisiensi
Gangguan motilitas
Gangguan endokrin
Parasit
Diare nonspesifik kronis
12. Faktor predisposisi diare antara lain usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit kronis,
penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sabitasi atau higiene buruk, pengolahan
dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala-gejala yang ditunjukkan penderita diare antara lain :
1. Anak cengeng
2. Suhu meningkat
3. Nafsu makan kurang
4. Buang air besar menjadi kehijauan, karena tercampur empedu.
5. Muntah
Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-gejala :
1. Rasa haus
2. Mulut kering
3. Mata cekung
4. Pada anak kelhiangan berat badan normal
5. Bibir kering
6. Nadi cepat dan lemah

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare ringan dengan karakteristik sedikit pengeluaran feses yang encer tanpa gejala lain
2. Diare sedang dengan karakterisitk pengeluaran feses cair atau encer beberapa kali,
peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas (kemungkinan), tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (biasanya), dan kehilangan berat badan atau kegagalan menambah berat badan
3. Diare berat dengan karakteristik pengeluaran feses yang banyak, gejala dehidrasi sedang
sampai berat, terlihat lemah, menangis lemah, iritabilitas, gerakan yang tak bertujuan,
respons yang tidak sesuai, dan kemungkinan letargi, sangat lemah, atau terlihat koma.

F. PATOFISIOLOGI
Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada saluran
pencernaan yang menyebabkan terjadinya peningkatan keenceran dan frekuensi tinja (Hidayat
2010). Diare infeksi merupakan penyebab diare tersering. Diare infeksi terjadi karena
disebakan oleh makanan dan air yang terkontaminasi oleh bakteri, virus (Adenovirus
enteric danRobavirus), dan parasit( Biardia Lambiachristopudium) yang masuk melalui rute
fecal-oral.
Contoh bakteri penyebab diare seperti Escherchia coli, Shigella sp, dan Salmonella
S.Infeksi virus atau bakteri tersebut dapat terjadi di usus halus distal atau usus besar (Netty
Febriyanti: 2011). Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal. Sel mast dalam mukosa usus mengeluarkan histamine
dan serotin. Histamin menyebabkan reaksi semacam anafilatik local sehingga terjadi kontraksi
otot halus yang mempengaruhi pergerakan usus serta vasodilatasi yang menyebabkan
keluarnya cairan usus. Serotin dalam usus dapat mempengaruhi transfer air dan elektrolit dan
pengeluaran mucus oleh sel globet .
Diare non infeksius dapat disebakan oleh obat, toksin, dan malabsorpsi, keracunan, alergi
dan psikologi.Malabsorpsi disebakan karena terganggunya enzim dalam tubuh. Enzim adalam
suatu protein yang dibutuhkan untuk memecahkan makanan sehingga menjadi bagian yang
lebih mudah untuk diserap oleh usus halus. Gejala malabsorpsi seperti kembung pada perut,
nafsu makan menurun, diare dan perut tidak nyaman. Diare akibat obat-obatan dapat terjadi
melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama air dapat ditarik kedalam lumen usus secara
osmotic. Kedua, ekosistem bakteri usus terganggu sehingga organism patologis berkembang
dan menyebabkan proses sekretonik dan inflamasi.

Mekanisme gangguan tersebut ada lima kemungkinan, yaitu (Daldiyono, 2010):


1. Osmolaritas intraluminer yang meningkat (diare osmotic);
Diare osmotic terjadi karena asupan dari bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi
dengan baik karena adanya penurunan area intestinal, bahan makanan yang tidak dapat
diabsorpsi tersebut larut dalam air yang menyebabkan retensi air dalam lumen usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretonik);
Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan sekresi ion-ion dalam lumen usus
sehingga peningkatan jumlah cairan intra lumen. Yang khas dari diare ini secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali meskipun tengah melakukan
puasa makan/minum (Simadibrata: 2010). Masukan cairan yang kurang dapat
menyebakan anoreksia dan turgor kulit menurun. Obat obatan, hormone, toksin dapat
menyebabkan aktivitas sekretorik ini. Hormon yang diduga antara lain gastrin, sekretin,
kolesistokinin dan glikogen.
3. Absorbsi elektrolit berkurang;
Inflamasi yang terjadi di intestinal menyebabkan penurunan absorpsi cairan dan
elektrolit. Sejumlah cairan seperti sodium potassium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kedalam tinja yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan
elektrolit mengakibatkan asidosis metabolic. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga kotoran tertimbun dalam tubuh, terjadi penimbunan asam laktat dan terjadi
anoreksia.
4. Motalitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) atau waktu transit yang pendek;
Peningkatan motalitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak antara
makananan yang akan dicerna dengan mukosa usus sehingga terjadi penurunan
reabsorbi dan peningkatan cairan dalam tinja. Dapat terjadi hipovolemik jaringan
berkurang, terjadi hipoksia asidosis mengakibatkan perdarahan diotak, kesadaran
menurun, jika tidak segera ditangani menyebabkan kematian.
5. Sekresi eksudat (diare eksudat).
Makanan yang tidak dapat diabsorbsi dengan baik, retensi dan sekresi ion, air,
mucus, protein, sel darah putih meningkat dalam lumen usus menyebabkan
pembentukan eksudat dan tinja disertai lender atau darah.

G. KOMPLIKASI & PROGNOSIS


1. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
2. Prognosis
Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika anak mengalami diare. Oleh karenanya
penanganan harus dilakukan secara cepat dan tepat terutama penangan pada pasien yang
mengalami dehidrasi berat. Jika anak mengalami dehidrasi berat dapat mengakibatkan
rejatan atau syok hipovolemik. Adanya penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang
mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas ditujukkan pada anak.
PATHWAYS

Faktor Faktor makanan Faktor infeksi Faktor psikologis


malabsorbsi (makanan basi, (cemas dan takut)
(karbohhidrat, beracun, alergi
Hormon
lemak, protein) terhadap makanan) Parenteral Internal
adrenalin
meningkat
Absorbsi Toksin dari
Hiper Hipo
mobilitas mobilitas bakteri dan virus Mempengaruhi
saraf
Tekanan
parasimpatik
osmotik usus Absorbsi Bakteri Mukosa usus
berkurang tumbuh
Cairan elektrolit Hiper peristaltik
Pergeseran air dan dalam usus
elektrolit ke
rongga usus DIARE

Hiperperistaltik Dampak
Kerusakan rongga
hospitalisasi
usus
Absorbsi Defekasi sering
menurun Cemas lebih dari 3x Proses Infeksi

Kekurangan
Anoreksia Info tentang
penyakit kurang volume cairan dan
Gangguan nutrisi elektrolit Hipertermi
kurang dari
kebutuhan tubuh Kurang Kemerahan dan
pengetahuan eksurasi kulit
sekitar anus

Gangguan
integritas kulit
H. PENGOBATAN
1. Diare Akut
Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan
klasifikasikan status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan atau sedang
atau tanpa dehidrasi dan beri pengobatan yang sesuai.
a. Diare dengan dehidrasi berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara
cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera
setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan
pengobatan antibiotik yang efektif terhadap kolera.
Curigai kolera pada anak umur di atas 2 tahun yang menderita diare cair akut
dan menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit di daerah tempat
tinggal anak. Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya. Beri
pengobatan antibiotik oral yang sensitif untuk strain Vibrio cholerae, di daerah
tersebut. Pilihan lainnya adalah: tetrasiklin, doksisiklin, kotrimoksazol, eritromisin
dan kloramfenikol. Berikan zinc segera setelah anak tidak muntah lagi.
Selanjutnya, pemantauan. Nilai kembali anak setiap 15 30 menit hingga denyut
nadi radial anak teraba. Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus
lebih cepat. Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat
kesadaran dan kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk
memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata yang cekung akan membaik
lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak begitu bermanfaat dalam
pemantauan.
Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah
pemberian rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak
terus menerus BAB cair selama dilakukan rehidrasi.
Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi
ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam. Jika anak bisa
menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada
anaknya.
Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, anjurkan ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum pulang dari rumah
sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan hidrasi anak
dengan member larutan oralit.
Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam). ketika
anak bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 34 jam untuk bayi, atau
12 jam pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang
mungkin tidak cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat
berhasil diatasi, beri tablet zinc.
b. Diare dengan Dehidrasi Sedang atau Ringan
Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi larutan
oralit, dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan
ibunya diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit. Diagnosis: jika anak
memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi ringan/sedang yaitu:
Gelisah/rewel
Haus dan minum dengan lahap
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Perhatian: Jika anak hanya menderita salah satu dari tanda di atas dan salah satu
tanda dehidrasi berat (misalnya: gelisah/rewel dan malas minum), berarti anak
menderita dehidrasi sedang/ringan.
Tatalaksananya yaitu:
Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai
dengan berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui),
seperti yang ditunjukkan dalam bagan 15 berikut ini. Namun demikian, jika anak
ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak.
Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap
1 2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang lebih besar,
berikan minuman oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir.
Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah
Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih lambat
(misalnya 1 sendok setiap 2 3 menit)
Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan beri minum
air matang atau ASI.
Nasihati ibu untuk terus menyusui anak kapan pun anaknya mau.
Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu cara
menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya kepada
ibu agar bisa menyelesaikan rehidrasi di rumah ditambah untuk rehidrasi dua hari
berikutnya.
Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat
sebelumnya
(Catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa minum larutan
oralit atau keadaannya terlihat memburuk).
Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan untuk perawatan di
rumah
beri cairan tambahan.
beri tablet Zinc selama 10 hari
lanjutkan pemberian minum/makan
kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu
kondisi anak memburuk
anak demam
terdapat darah dalam tinja anak
Jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi pengobatan untuk 3
jam berikutnya dengan larutan oralit, seperti di atas dan mulai beri anak
makanan, susu atau jus dan berikan ASI sesering mungkin.
Jika timbul tanda dehidrasi berat. Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi
bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah
profus, dapat diberikan infus dengan cara: beri cairan intravena secepatnya.
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.
Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak: Di bawah
umur 6 bulan: tablet (10 mg) per hari6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari.
Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen yang
penting dalam tatalaksana diare.
ASI tetap diberikan
Meskipun nafsu makan anak belum membaik, pemberian makan tetap
diupayakan pada anak berumur 6 bulan atau lebih.
Jika anak biasanya tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi (yaitu
memulai lagi pemberian ASI setelah dihentikan) atau beri susu formula yang
biasa diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan makanan
padat, beri makanan yang disajikan secara segar dan dimasak, ditumbuk atau
digiling.
Berikut adalah makanan yang direkomendasikan:
Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan
kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2 sendok
teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam setiap sajian.
Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di daerah tersebut.
Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk
penambahan kalium.
Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari.
Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per
harinya selama 2 minggu.
c. Diare Tanpa Dehidrasi
Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan
cairan tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus
mendapatkan diet yang sesuai dengan umur mereka, termasuk meneruskan
pemberian ASI.
Diagnosis Diare tanpa dehidrasi dibuat bila anak tidak mempunyai dua atau lebih
tanda berikut yang dicirikan sebagai dehidrasi ringan/sedang atau berat.
Gelisah/ rewel
Letargis atau tidak sadar
Tidak bisa minum atau malas minum
Haus atau minum dengan lahap
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat (Turgor jelek)
Tatalaksananya yaitu:
Anak dirawat jalan.
Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah:
beri cairan tambahan
beri tablet Zinc
lanjutkan pemberian makan
nasihati kapan harus kembali
Beri cairan tambahan, sebagai berikut:
Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI
eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai tambahan ASI dengan
menggunakan sendok. Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif
kepada anak, sesuai dengan umur anak.
Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan di
bawah ini:
larutan oralit
cairan rumah tangga (seperti sup, air tajin, dan kuah sayuran)
air matang
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasihati ibu untuk memberi cairan
tambahan sebanyak yang anak dapat minum:
untuk anak berumur < 2 tahun, beri + 50100 ml setiap kali anak BAB
untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri + 100200 ml setiap kali anak
BAB.
Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan
menggunakan cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan
kembali dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan
sampai diare anak berhenti. Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan
beri 6 bungkus oralit (200 ml) untuk dibawa pulang.
Beri tablet zinc
o Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
o Di bawah umur 6 bulan : tablet (10 mg) per hari Umur 6 bulan ke atas
: 1 tablet (20 mg) per hari Selama 10 hari
o Ajari ibu cara memberi tablet zinc:
Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air
matang, ASI perah atau larutan oralit.
Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau
dilarutkan Ingatkan ibu untuk memberi tablet zinc kepada anaknya
selama 10 hari penuh.
Lanjutkan pemberian makan
Nasihati ibu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang
Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah,
atau tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau
ada darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun tetap
tidak menunjukkan perbaikan, nasihati ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke-5.
Nasihati juga bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak di waktu
yang akan datang jika anak mengalami diare lagi.
2. Diare Persisten
Menurut WO (2010) diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai
darah dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat,
diare persisten diklasifikasikan sebagai berat. Jadi diare persisten adalah bagian dari
diare kronik yang disebabkan oleh berbagai penyebab. Panduan berikut ditujukan
untuk anak dengan diare persisten yang tidak menderita gizi buruk. Anak yang
menderita gizi buruk dengan diare persisten, memerlukan perawatan di rumah sakit dan
penanganan khusus Pada daerah yang mempunyai angka prevalensi HIV tinggi, curigai
anak menderita HIV jika terdapat tanda klinis lain atau faktor risiko. Lakukan
pemeriksaan mikroskopis tinja untuk melihat adanya isospora.
Diagnosis:
Bayi atau anak dengan diare yang berlangsung selama 14 hari, dengan tanda
dehidrasi, menderita diare persisten berat sehingga memerlukan perawatan di
rumah sakit.
Tatalaksana:
Nilai anak untuk tanda dehidrasi dan beri cairan sesuai Rencana Terapi B atau
C. Larutan oralit efektif bagi kebanyakan anak dengan diare persisten. Namun
demikian, pada sebagian kecil kasus, penyerapan glukosa terganggu dan larutan
oralit tidak efektif. Ketika diberi larutan oralit, volume BAB meningkat dengan
nyata, rasa haus meningkat, timbul tanda dehidrasi atau dehidrasi memburuk dan
tinja mengandung banyak glukosa yang tidak dapat diserap. Anak ini
memerlukan dehidrasi intravena sampai larutan oralit bisa diberikan tanpa
menyebabkan memburuknya diare.
Pengobatan rutin diare persisten dengan antibiotik tidak efektif dan tidak
boleh diberikan. Walaupun demikian pada anak yang mempunyai infeksi non
intestinal atau intestinal membutuhkan antibiotik khusus. Periksa setiap anak
dengan diare persisten apakah menderita infeksi yang tidak berhubungan dengan
usus seperti pneumonia, sepsis, infeksi saluran kencing, sariawan mulut dan otitis
media. Jika ada, beri pengobatan yang tepat.
Beri pengobatan sesuai hasil kultur tinja (jika bisa dilakukan).
Beri zat gizi mikro dan vitamin yang sesuai.
Obati diare persisten yang disertai darah dalam tinja dengan antibiotic oral
yang efektif untuk Shigella .
Berikan pengobatan untuk amubiasis (metronidazol oral: 50 mg/kg, dibagi 3
dosis, selama 5 hari) hanya jika:
pemeriksaan mikroskopis dari tinja menunjukkan adanya trofozoit
Entamoeba histolytica dalam sel darah.
dua antibiotik yang berbeda, yang biasanya efektif untuk shigella, sudah
diberikan dan tidak tampak adanya perbaikan klinis.
Beri pengobatan untuk giardiasis (metronidazol: 50 mg/kg, dibagi 3 dosis,
selama 5 hari) jika kista atau trofosoit Giardia lamblia terlihat di tinja.
Beri metronidazol 30 mg/kg dibagi 3 dosis, bila ditemukan Clostridium
defisil (atau tergantung hasil kultur). Jika ditemukan Klebsiela spesies atau
Escherichia coli patogen, antibiotik disesuaikan dengan hasil sensitivitas dari
kultur.
Perhatian khusus tentang pemberian makan sangat penting diberikan kepada
semua anak dengan diare persisten. ASI harus terus diberikan sesering
mungkin selama anak mau.
Prinsip pengobatan diare adalah:
Rehidrasi, yaitu mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut
(minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
Pemberian makanan yang adekuat dan jangan sampai memuasakan anak.
Pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus
dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak
diperlukan penggantian susu formula.

I. PENULARAN
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
1. Menggunakan sumber air yang tercemar
2. BAB sembarang tempat
3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
4. Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar
5. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap
viral gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci tangannya
secara teratur setelah menggunakan kamar mandi
6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan, minum
bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi virus
diare.

J. PENCEGAHAN
Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena
itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:
1. Penyiapan serta persediaan makanan dan makanan yang higienis
2. Kebersihan perorangan
3. Pemberian ASI eksklusif
4. Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
5. Tempat buang sampah yang memadai
6. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
7. Lingkungan hidup yang sehat
8. Teruskan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
9. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping
ASI setelah bayi berusia 4 bulan.
10. Menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh
anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan untuk
anak.
11. Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga
kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
12. Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
13. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping
ASI setelah bayi berusia 4 bulan.
14. Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga
kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain anak.

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk penegakan diagnosis dan juga
pemberian tindakan pada gastroenteritis adalah dengan pemeriksaan feses.
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai
bahan pemeriksaan. Indikasi dilakukan kultur feses adalah sebagai berikut:
a. Diare berat
b. Suhu tubuh > 38,50C
c. Adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin,
dan diare persisten yang belum mendapat antibiotik.
Pemeriksaan feses terdiri dari pemeriksan lengkap dan pemeriksaan
kultur.Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
a. Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna,
darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera
diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
b. Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit,
eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan
adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing
menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
Sedangkan pemeriksaan kultur feses adalah pemeriksaan feces melalui biakan
bakteri dan mengidentifikasi jenis bakteri yang terdapat dalam sampel feces.
2. Pemeriksaan darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.
Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Doudenal Intubation (pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum) untuk mengatahui
jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
4. Pemeriksaan urine lengkap.
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.
6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat
dianjurkan.ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Hal hal yang perlu dikaji pada pasien diare menurut Suriadi (2011), antara lain:
a. Aktivitas atau istirahat
Gangguan pola tidur misal insomnia dini hari, perasaan ansietas, kelemahan fisik.
b. Sirkulasi
Merasakan dingin meskipun diruangan hangat.
c. Integritas ego
Merasa marah, menolak atau ansietas.
d. Eliminasi
Diare atau konstipasi, nyeri abdomen yang tidak jelas dan distres.
e. Makanan atau cairan
Lapar terus menerus atau menyangkal lapar atau nafsu makan menurun, makanan
yang dihidangkan tidak tertutup, makanan basi.
f. Hygine
Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku anak, cuci tangan
sebelum dan sesudah makan.
Sedangkan menurut Supartini (2010), hal hal yang perlu dikaji adalah riwayat diare,
status dehidrasi, tinja (warna, jumlah, bau), konsistensi dan frekuensi BAB, intake dan
output, tingkat aktivitas anak dan yang terakhir kaji tanda-tanda vital anak.

2. Diagnosa keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan
d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Diagnosa
N Tujuan dan Kriteria
keperawatan Intervensi
o Hasil
1 Defisit volume cairan NOC: NIC :
b/d kehilangan cairan Fluid balance Fluid management
aktif Hydration Timbang popok/pembalut
Nutritional Status : Food jika diperlukan
Definisi : Penurunan and Fluid Intake Pertahankan catatan intake
cairan intravaskuler, dan output yang akurat
interstisial, dan/atau Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi
intrasellular. Ini Mempertahankan urine
(kelembaban membran
mengarah ke dehidrasi, output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat,
kehilangan cairan dan BB, BJ urine normal,
dengan pengeluaran tekanan darah ortostatik),
HT normal jika diperlukan
sodium Tekanan darah, nadi, suhu Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal Monitor masukan makanan /
Batasan Karakteristik :
Tidak ada tanda tanda
- Kelemahan cairan dan hitung intake
- Haus dehidrasi, Elastisitas
- Penurunan turgor turgor kulit baik, kalori harian
kulit/lidah membran mukosa Kolaborasikan pemberian
- Membran mukosa/kulit lembab, tidak ada rasa cairan intravena IV
kering haus yang berlebihan Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut Dorong masukan oral
nadi, penurunan tekanan Berikan penggantian
darah, penurunan
nesogatrik sesuai output
volume/tekanan nadi
Dorong keluarga untuk
- Pengisian vena
menurun membantu pasien makan
- Perubahan status Tawarkan snack ( jus buah,
mental buah segar )
- Konsentrasi urine Kolaborasi dokter jika tanda
meningkat cairan berlebih muncul
- Temperatur tubuh meburuk
meningkat Atur kemungkinan tranfusi
- Hematokrit meninggi Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan berat
badan seketika (kecuali
pada third spacing) Hypovolemia Management
Faktor-faktor yang Monitor status cairan
berhubungan: termasuk intake dan ourput
- Kehilangan volume cairan
cairan secara aktif Pelihara IV line
- Kegagalan mekanisme Monitor tingkat Hb dan
pengaturan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor responpasien
terhadap penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah intake oral
Pemberian cairan Iv monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihanvolume cairan
Monitor adanya tanda gagal
ginjal
2 Risiko kerusakan NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management
integritas kulit b/d Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk
ekskresi/BAB sering Membranes menggunakan pakaian yang
Kriteria Hasil : longgar
Definisi : Perubahan Integritas kulit yang baik Hindari kerutan padaa
pada epidermis dan bisa dipertahankan tempat tidur
dermis (sensasi, elastisitas, Jaga kebersihan kulit agar
temperatur, hidrasi, tetap bersih dan kering
Batasan karakteristik : pigmentasi) Mobilisasi pasien (ubah
Gangguan pada Tidak ada luka/lesi pada
bagian tubuh posisi pasien) setiap dua jam
kulit sekali
Kerusakan lapisa
Perfusi jaringan baik Monitor kulit akan adanya
kulit (dermis)
Gangguan Menunjukkan kemerahan
permukaan kulit pemahaman dalam proses Oleskan lotion atau
(epidermis) perbaikan kulit dan
Faktor yang mencegah terjadinya minyak/baby oil pada derah
berhubungan : sedera berulang yang tertekan
Eksternal : Mampu melindungi kulit Monitor aktivitas dan
Hipertermia atau dan mempertahankan mobilisasi pasien
hipotermia kelembaban kulit dan Monitor status nutrisi pasien
Substansi kimia perawatan alami Memandikan pasien dengan
Kelembaban udara
sabun dan air hangat
Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan
luka, tekanan, restraint)
Immobilitas fisik
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
Perubahan status
metabolik
Tulang menonjol
Defisit imunologi
Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
Perubahan status
cairan
Perubahan
pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

3 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari Nutritional Status : food Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d and Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli gizi
penurunan intake Nutritional Status : untuk menentukan jumlah
makanan nutrient Intake kalori dan nutrisi yang
Weight control dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi Anjurkan pasien untuk
tidak cukup untuk Kriteria Hasil :
meningkatkan intake Fe
keperluan metabolisme Adanya peningkatan
Anjurkan pasien untuk
tubuh. berat badan sesuai
meningkatkan protein dan
dengan tujuan
Batasan karakteristik : vitamin C
Beratbadan ideal sesuai
- Berat badan 20 % atau Berikan substansi gula
dengan tinggi badan Yakinkan diet yang dimakan
lebih di bawah ideal
Mampumengidentifikasi
- Dilaporkan adanya mengandung tinggi serat
intake makanan yang kebutuhan nutrisi
untuk mencegah konstipasi
kurang dari RDA Tidk ada tanda tanda
Berikan makanan yang
(Recomended Daily malnutrisi
terpilih ( sudah
Allowance) Menunjukkan
- Membran mukosa dan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli
konjungtiva pucat pengecapan dari menelan gizi)
- Kelemahan otot yang Tidak terjadi penurunan Ajarkan pasien bagaimana
digunakan untuk berat badan yang berarti membuat catatan makanan
menelan/mengunyah harian.
- Luka, inflamasi pada Monitor jumlah nutrisi dan
rongga mulut
kandungan kalori
- Mudah merasa
Berikan informasi tentang
kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta Kaji kemampuan pasien
adanya kekurangan untuk mendapatkan nutrisi
makanan yang dibutuhkan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa Nutrition Monitoring
- Perasaan BB pasien dalam batas
ketidakmampuan untuk normal
mengunyah makanan Monitor adanya penurunan
- Miskonsepsi berat badan
- Kehilangan BB dengan Monitor tipe dan jumlah
makanan cukup aktivitas yang biasa
- Keengganan untuk dilakukan
makan Monitor interaksi anak atau
- Kram pada abdomen orangtua selama makan
- Tonus otot jelek Monitor lingkungan selama
- Nyeri abdominal
makan
dengan atau tanpa
Jadwalkan pengobatan dan
patologi
- Kurang berminat tindakan tidak selama jam
terhadap makanan makan
- Pembuluh darah Monitor kulit kering dan
kapiler mulai rapuh perubahan pigmentasi
- Diare dan atau Monitor turgor kulit
steatorrhea Monitor kekeringan, rambut
- Kehilangan rambut kusam, dan mudah patah
yang cukup banyak Monitor mual dan muntah
(rontok) Monitor kadar albumin, total
- Suara usus hiperaktif protein, Hb, dan kadar Ht
- Kurangnya informasi, Monitor makanan kesukaan
misinformasi
Monitor pertumbuhan dan
Faktor-faktor yang perkembangan
berhubungan : Monitor pucat, kemerahan,
Ketidakmampuan dan kekeringan jaringan
pemasukan atau konjungtiva
mencerna makanan atau Monitor kalori dan intake
mengabsorpsi zat-zat nuntrisi
gizi berhubungan Catat adanya edema,
dengan faktor biologis, hiperemik, hipertonik papila
psikologis atau lidah dan cavitas oral.
ekonomi. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
4 Cemas b/d perubahan NOC : NIC :
status kesehatan Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
Coping kecemasan)
Definisi : Impulse control Gunakan pendekatan yang
Perasaan gelisah yang menenangkan
tak jelas dari Kriteria Hasil : Nyatakan dengan jelas
ketidaknyamanan atau Klien mampu harapan terhadap pelaku
ketakutan yang disertai mengidentifikasi dan pasien
respon autonom (sumner mengungkapkan gejala Jelaskan semua prosedur dan
tidak spesifik atau tidak cemas apa yang dirasakan selama
diketahui oleh individu); Mengidentifikasi,
perasaan keprihatinan prosedur
mengungkapkan dan Pahami prespektif pasien
disebabkan dari
menunjukkan tehnik terhdap situasi stres
antisipasi terhadap
bahaya. Sinyal ini untuk mengontol cemas Temani pasien untuk
merupakan peringatan Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
adanya ancaman yang normal mengurangi takut
akan datang dan Postur tubuh, ekspresi Berikan informasi faktual
memungkinkan individu wajah, bahasa tubuh dan mengenai diagnosis,
untuk mengambil tingkat aktivitas tindakan prognosis
langkah untuk menunjukkan Dorong keluarga untuk
menyetujui terhadap berkurangnya kecemasan menemani anak
tindakan
Lakukan back / neck rub
Ditandai dengan
Dengarkan dengan penuh
Gelisah
Insomnia perhatian
Resah Identifikasi tingkat
Ketakutan kecemasan
Sedih Bantu pasien mengenal
Fokus pada diri situasi yang menimbulkan
Kekhawatiran kecemasan
Cemas Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
M.

You might also like