You are on page 1of 10

HUBUNGAN CARING PERAWAT PELAKSAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT

INAP RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

Lutfiyati Martiningtyas *)
Niken Sukesi **), Muslim Argo Bayu Kusuma ***)

*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,


**) Dosen Akper Widya Husada Semarang,
***) Dokter Umum Rumah Sakit Wira Tamtama Semarang.

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
layanan. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan diwujudkan dengan sikap caring salah satunya
peduli, simpati, bertanggung jawab, dan ramah dalam pelayanan keperawatan. Perilaku caring perawat berperan
dalam menentukan kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan satu elemen yang penting dalam mengevaluasi
kualitas layanan dengan mengukur sejauh mana respon pasien setelah menerima jasa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi hubungan caring perawat pelaksana dengan kepuasan pasien dan mengidentifikasi
karakteristik pasien dengan kepuasan pasien. Penelitian ini termasuk penelitian analitik observasional dengan
desain penelitian cross sectional, jumlah sampel 98 responden dengan tekhnik total sampling. Hasil analisa
univariat menunjukkan karakteristik pasien rawat inap di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal paling banyak
meliputi jenis kelamin perempuan 50 orang (51%), berpendidikan rendah 52 orang (53,1%), usia pasien < 42
dan 42 tahun sama yaitu sebanyak 49 orang (50%), lama hari rawat 4 hari sebesar 54 (55,1%) , untuk
perilaku caring yang dipersepsikan oleh pasien (70,4%) dan kepuasan pasien menyatakan puas (56,1%). Hasil
analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p=1,000) dan lama hari rawat (p=0,799)
terhadap kepuasan pasien rawat inap, terdapat hubungan yang signifikan antara umur (p=0,000), tingkat
pendidikan (p=0,000), dan caring perawat pelaksana dengan kepuasan pasien (p=0,003). RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang dianggap pasien paling penting dalam
menentukan kepuasan pasien seperti kenyamanan ruang rawat inap, meningkatkan dan mempertahankan fungsi
kelengkapan fasilitas di ruangan dan memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan rasa empati, peduli,
dan ramah terhadap pasien dan meningkatkan pengawasan serta memberikan motivasi kepada perawat agar
berperilaku caring.

Kata Kunci : Caring, perawat, kepuasan, dan pasien

ABSTRACT

Quality health care service can give patients satisfaction. Nurse when giving nurse care organized as nursing
caring behavior consist of care, sympathy, responsibility, hospitable and friendly with the patients. Patients
satisfaction is one of the important element to evaluating quality of health care service by measuring patient
response after given service by health care provider. This study aimed to examine the correlation between
nursing caring behavior with patients satisfaction and to identified patient characteristics towards patients
satisfaction. This analytic observational study designed with cross sectional , with 98 patients considered as total
sample was participated in this study. Patients characteristics showed 50 persons were female (51%), 52 persons
low educated (53,1%), patients age <42 and 42 years old were as same as 49 persons (50%), length of stay 4
days were 54 persons (55,1%). Nursing caring behavior perceived by patients showed most of them were good
(70,4%) and satisfied (56,1%). Result of bivariate analysis showed there were no correlation between sex
(p=1,000) and length of stay (p=0,799) towards inpatients satisfaction, there were a significant correlation
between age (p=0,000), level of education (p=0,000) and nursing caring behavior with inpatients satisfaction
(p=0,003). Dr. H. Soewondo Kendal General District Hospital ought to observe the most important factors
influence the inpatients satisfaction such as inpatients room pleasures, maintaining and improving facilities
function of inpatients room and give nursing care service base of empathy, care, hospitable and friendly to
inpatients, improve evaluation and giving work motivation in order to nursing service care.

Keywords : Caring, nursing, satisfaction, and patient


PENDAHULUAN

Pelayanan rumah sakit di Indonesia sedang dan Perilaku caring perawat lebih banyak dilakukan
terus mengalami perubahan yang cepat sebagai pada pasien rawat inap karena pelayanan rawat
akibat dari adanya arus globalisasi yang melanda inap merupakan pusat kegiatan yang paling
dunia. Rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam banyak terjadi interaksi antara perawat dengan
melaksanakan profesinya berlaku sebagai klien. Unit ini paling banyak memberikan
penyedia jasa layanan kesehatan bagi anggota pelayanan dibandingkan dengan yang lain. Hal ini
masyarakat dan anggota masyarakat yang dilayani didukung oleh (Muninjaya, 2004) bahwa
berlaku sebagai konsumen (Nurtashya, 2004 keperawatan menjadi salah satu faktor yang
dalam Firdausi, 20061). berperan dalam menentukan kepuasan pasien.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pada kemampuan rumah sakit memberi pelayanan
masyarakat memiliki peran yang sangat strategis yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan dapat diterima oleh pasiennya. Menurut Azwar
masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan (1996, dalam Simamora, 2012, hlm.23), kualitas
masyarakat diwujudkan dalam memberikan pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan yang bermutu dari rumah sakit harus pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa
sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat puas pada diri setiap pasien. Kepuasan pasien
menjangkau sebuah lapisan masyarakat. Azwar menjadi tolak ukur tingkat pelayanan kesehatan.
(1996, dalam Utama, 2003, 1) bahwa pelayanan Selain itu, kepuasan pasien merupakan satu
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan elemen yang penting dalam mengevaluasi kualitas
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai layanan dengan mengukur sejauh mana respon
jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan pasien setelah menerima jasa.
rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya
sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang Kepuasan merupakan suatu fenomena sosial yang
telah ditetapkan. relatif kompleks. Istilah kepuasan dipakai untuk
menganalisis atau megevaluasi hasil,
Peningkatan pelayanan yang bermutu harus sesuai membandingkan kebutuhan yang diinginkan yang
standar dan kode etik profesi salah satunya adalah ditetapkan individu dengan kebutuhan yang telah
keperawatan. Peningkatan kualitas sumber daya diperoleh seseorang. Kepuasan adalah tingkat
manusia keperawatan ditandai dengan kemampuan kepuasan seseorang setelah membandingkan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan
yang bermutu. Asuhan keperawatan yang bermutu dengan harapannya (Simamora, 2012, hlm.21).
merupakan asuhan manusiawi yang diberikan Menurut Gibson (1987, dalam Utama, 2003, 15)
kepada klien, memenuhi standar dan kriteria kepuasan seseorang (pekerja, pasien atau
profesi keperawatan, serta mampu mencapai pelanggan) berarti terpenuhinya kebutuhan yang
tingkat kepuasan dan memenuhi harapan klien. diinginkan yang diperoleh dari pengalaman
Asuhan keperawatan bermutu diwujudkan dengan melakukan sesuatu, pekerjaan, atau memperoleh
beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh perlakuan tertentu dan memperoleh sesuatu sesuai
tim keperawatan yaitu terlihat sikap caring ketika kebutuhan yang diinginkan.
harus memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan caring perawat pelaksana dengan
Kemampuan perawat dengan memberikan kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. H.
pelayanan yang baik, dan menciptakan komunikasi Soewondo Kendal.
yang menyenangkan terhadap pasien merupakan
faktor penyebab kepuasan pasien yang akan METODE PENELITIAN
dirasakan oleh pasien. Kepuasan pasien ini dapat Menggunakan rancangan deskriptif dengan
tercipta dengan caring perawat yang baik, yang pendekatan cross sectional, populasi dalam
penuh perhatian, persahabatan, empati, dan penelitian ini adalah seluruh pasiena di ruang
simpati. Caring perawat merupakan cara yang rawat inap kelas II dan III di RSUD Dr. H.
memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring Soewondo Kendal yang tersebar di 2 ruangan
juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan rawat inap yaitu ruang Flamboyan dan Kenanga.
memberikan asuhan fisik dan memperhatikan Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 98
emosi sambil memperlihatkan rasa aman dan pasien rawat inap menggunakan total sampling,
keselamatan klien (Carruth et al., 1999 dalam dimana responden sesuai dengan kriteria inklusi
Dwidiyanti, 2007, hlm.7). yang pertama dan selanjutnya sampai dengan
jumlah sampel terpenuhi, pengambilan data 2. Gambaran Caring Perawat Pelaksana
dilakukan pada Maret-April 2013.
Diagram 1
Instrumen pengumpulan data menggunakan Distribusi Frekuensi Caring Perawat Pelaksana
kuesioner terstruktur yang terdiri dari Kuesioner A Menurut Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
untuk mendapatkan data mengenai karakteristik H. Soewondo Kendal, Maret 2013 (n=98)
pasien. Kuesioner B untuk mendapatkan data
mengenai kepuasan pasien, dan kuesioner C untuk
mendapatkan data mengenai caring perawat 29,6%
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Dr. H.
Soeowndo Kendal. 70,4%

Instrumen yang digunakan telah melalui tahap uji


validitas dan uji reliabilitas di RSU Tugurejo Caring Kurang Caring
Semarang dimana rumah sakit tersebut mempunya
karakteristik yang sama dengan tempat penelitian Berdasarkan diagram 1 menunjukkan caring
yaitu rumah sakit dengan tipe B. perawat pelaksana yang dipersepsikan oleh
pasien sebanyak 70,4% mempersepsikan
Cara analisis data yaitu univariat untuk caring sedangkan 29,6% mempersepsikan
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik kurang caring terhadap pasien.
setiap variabel penelitian. Bivariat untuk melihat
hubungan antara variabel yang diteliti Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
menggunakan uji Chi Square. yang dilakukan Asrini (2012) yang berjudul
Hubungan antara Persepsi Pasien tentang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat
1. Karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap
tingkat pendidikan dan lama hari rawat) Paviliun Garuda VIP B RSUP Dr. Kariadi
Tabel 1 Semarang dengan hasil perilaku caring
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Ruang perawat sebagian besar adalah tinggi (56,7%).
Rawat Inap RSUD Dr. H. Soeowondo Kendal,
Maret 2013 (n=98) Caring dalam asuhan keperawatan merupakan
bagian dari bentuk kinerja perawat dalam
Karakteristik Jumlah % merawat pasien. Pribadi caring dapat dibangun
Umur dengan pendekatan individu melalui
< 42 tahun 49 50 peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
42 tahun 49 50 caring. Pasien di ruang rawat inap RSUD Dr.
Total 98 100 H. Soewondo Kendal mempersepsikan caring
Jenis Kelamin perawat yang masih kurang diantaranya
Laki-laki 48 49 perawat tidak memberikan pendidikan
Perempuan 50 51 kesehatan yang terkait dengan penyakit pasien,
Total 98 100 tidak membantu memenuhi kebutuhan pasien,
dan perawat tidak memperhatikan kebutuhan
Tingkat Pendidikan
untuk beribadah pasien. Hal ini terjadi karena
Pendidikan Rendah 52 53,1
Pendidikan Tinggi 46 46,9 kesibukan perawat, dan perawat menganggap
untuk urusan memenuhi kebutuhan pasien,
Total 98 100
kebutuhan untuk beribadah pasien sudah
Lama Hari Rawat
diserahkan kepada keluarga pasien.
< 4 tahun 44 44,9
4 tahun 54 55,1
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
Total 98 100
Ardiana (2010) yang menyatakan bahwa
hampir separuh perawat belum berperilaku
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi caring menurut persepsi pasien, terutama
tentang karakteristik pasien di ruang rawat inap kemampuan perawat dalam berkomunikasi
RSUD Dr. H. Soewondo usiapasien < 42 tahun dengan pasien. Komunikasi perawat dapat
dan usia pasien 42 tahun hampir sama yaitu menjadi salah satu kunci sukses dalam
sebanyak 49 (50%), pasien berjenis kelamin melakukan asuhan keperawatan, karena dengan
perempuan sebanyak 49 (51%), berpendidikan melakukan komunikasi terapeutik perawat
rendah sebanyak 52 (53,1%) dengan lama hari dapat membina hubungan saling percaya
rawat 4 hari se banyak 54 (55,1%). dengan pasien. Hal ini sesuai dengan salah satu
faktor carative caring Watson.
Lebih lanjut hasil penelitian dari hasil analisis fenomena. Yang dapat dilakukan perawat
univariat tentang sepuluh komponen caring antara lain mengijinkan klien menggunakan
dijelaskan dari sepuluh komponen tersebut kekuatan spiritual untuk melakukan terapi
yang menunjukkan caring perawat baik pada alternatif sesuai pilihannya, memotifasi klien
aspek membentuk sistem nilai humanistik dan dan keluarga untuk berserah diri kepada Tuhan
altruistik, menanamkan keyakinan dan YME, menyiapkan klien dan kleuarga saat
harapan, meningkatkan rasa sensitif terhadap menghadapi fase berduka (Watson, 2009,
diri dan sesama, membina / membentuk dalam Potter & Perry, 2009, hlm.162).
kepercayaan, menerima ekspresi perasaan
positif dan negatif klien, menggunakan proses Perawat yang memberikan asuhan keperawatan
caring yang kreatif dalam penyelesaian kepada pasien hendaknya memiliki sikap
masalah, dan menciptakan lingkungan yang caring, karena caring merupakan suatu sikap
mendukung dan melindungi, tetapi sebaliknya yang peduli dengan kondisi pasien sehingga
yang kurang caring pada dimensi pembelajaran mendorong perawat untuk membantu pasien
/ pengajaran interpersonal, membantu dalam memenuhi kebutuhannya (Watson,
memenuhi kebutuhan dasar, dan dimensi 2009, dalam Dwidiyanti, 2007, hlm.7).
fenomenologis / eksitensi.
3. Gambaran Kepuasan Pasien
Dimensi pertama yang masih kurang yaitu
pembelajaran / pengajaran interpersonal. Diagram 2
Faktor ini merupakan konsep yang penting Distribusi Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
untuk keperawatan untuk membantu RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013
kesembuhan dengan bentuk kepedulian. (n=98)
Caring akan efektif bila dilakukan melalui
hubungan interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, merupakan kebutuhan personal dan
memberikan kesempatan untuk tumbuh. 43,9%
Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat 56,1%
mengajarkan klien tentang ketrampilan
perawatan diri. Klien mempunyai tanggung
jawab untuk belajar agar dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri (Potter&Perry, 2009, Kurang puas Puas
hlm.162).
Berdasarkan diagram 2 menggambarkan bahwa
Dimensi kedua membantu memenuhi kepuasan pasien terhadap tindakan
kebutuhan dasar. Perawat yang bersifat caring keperawatan di ruang rawat inap menyatakan
selalu berusaha memperlakukan orang-orang 56,1% puas dan 43,9% menyatakan tidak puas
atau pasien sebagai individu dan mencoba terhadap tindakan keperawatan di ruang rawat
membantu klien mendapatkan kebutuhan inap.
dengan caring yang disengaja dan disadari.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Menurut Supranto (2006) kepuasan terjadi
Anjaswarni (2002) didapatkan hasil dari 10 setelah seseorang membandingkan kinerja /
faktor carative caring pada dimensi memberi hasil yang dirasakan dengan harapannya.
bantuan dalam pemenuhan kebutuhan manusia Kepuasan pasien ditentukan oleh persepsi
sudah dilaksanakan dengan baik oleh perawat pasien atas performance dalam memenuhi
dan memberi rasa puas kepada pasien. Perawat harapannya. Pasien merasa puas apabila
harus bersedia membantu kebutuhan Activity harapannya terpenuhi atau akan sangat puas
Daily Living (ADL) dengan tulus dan apabila harapannya terlampaui.
menyatukan perasaan bangga dapat menolong
klien, menghargai dan menghormati privacy Menurut Leonard L. Barry dan Pasuraman
klien (Potter & Perry, 2009, hlm.162). (1991, dalam Nursalam, 2011, hlm.329 dan
Simamora, 2012, hlm.21) mengidentifikasi
Dimensi ketiga yaitu dimensi fenomenologis / lima kelompok karakteristik yang digunakan
eksitensi. Perawat dapat mengijinkan oleh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas
terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis jasa layanan, antara lain :
agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa a. Kenyataan (tangible), yaitu berupa
klien dapat tercapai. Perawat harus memahami penampilan fisik, peralatan materi
pertumbuhan dan kematangan jiwa klien komunikasi yang menarik, kebersihan
(fenomenologis) tentang data serta situasi yang (kesehatan), ruangan baik, teratur dan rapi,
membantu pemahaman klien tentang berpakaian rapi dan haromnis, dan
penampilan karyawan atau peralatannya.
b. Empati atau kepedulian (emphaty), meliputi
kemudahan melakukan hubungan Hasil analisis hubungan antara umur dengan
komunikasi yang baik dan memahami kepuasan diperoleh bahwa pasien yang
kebutuhan konsumen yang terwujud dalam umurnya < 42 tahun mempersepsikan kurang
penuh perhatian terhadap setiap konsumen, puas sebanyak 22 responden (44,9%) dan
melayani konsumen dengan ramah dan pasien yang umurnya 42 tahun yang
menarik, memahami aspirasi konsumen, mempersepsikan puas sebanyak 45 responden
berkomunikasi yang baik dan benar serta (91,8%). Hasil uji statistik menunjukkan ada
bersikap penuh simpati. hubungan antara umur pasien dengan kepuasan
c. Ketanggapan (responsiveness), yaitu (p=0,000; =0,05). Oleh karena (p=0,000)
kemauan dari karyawan dan pengusaha (=0,05) = signifikan.
untuk membantu pelanggan dam
memberikan jasa dengan cepat serta Siagian (2001, dalam Munawaroh, 2011)
mendengar dan mengatasi keluhan dari berpendapat bahwa seseorang akan semakin
konsumen. mampu mengambil keputusan, lebih bijaksana,
d. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan lebih mampu berfikir rasional, lebih dapat
untuk memberikan jasa sesuai dengan yang mengendalikan emosi dengan bertambahnya
dijanjikan, terpercaya, akurat dan usia. Umur akan mempengaruhi seseorang
memuaskan, jujur, aman, tepat waktu, dan dalam pengambilan keputusan (Gibson, 1996,
ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dalam Munawaroh, 2011).
dengan kepercayaan terhadap pelayanan
terkait dengan waktu. Menurut Anjaryani (2009) tidak ada perbedaan
e. Jaminan (assurance), mencakup pemberian pelayanan perawat ditinjau dari
kemampuan, pengetahuan, kesopanan, dan karakteristik umur, artinya bahwa di semua
sifat dapat dipercaya yang dimiliki tingkatan umur dengan kondisi bagaimanapun
karyawan, terbebas dari bahaya, resiko dan semua dilayani dengan cara yang sama. Selain
keragu-raguan, memiliki kompetensi, itu cara memberikan layanan perawat yang
percaya diri dan menimbulkan keyakinan sama kepada pasien adalah semata-mata karena
kebenaran (objektif). beban tanggung jawabnya yang banyak dan
pengaruh tidak ingin membeda-bedakan pasien
Aspek yang kurang puas menurut persepsi satu dengan yang lain sehingga kepuasan
pasien di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal pasien bisa dirasakan oleh semua tingkatan
adalah aspek dimensi mutu empaty, yaitu umur termasuk umur pasien dewasa.
pertolongan yang dilakukan perawat untuk
beraktifitas seperti berdiri, duduk, berjalan 5. Hubungan Jenis Kelamin Pasien dengan
terhadap pasien. Inti dari dimensi ini adalah Kepuasan Pasien
bagaimana rumah sakit meyakinkan pasien Tabel 3
bahwa pasien itu adalah unik dan istimewa dan Analisis Hubungan Jenis Kelamin Pasien
dapat digambarkan dengan perhatian secara dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
personal kebutuhan spesifik dan terhadap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013
keluhan pasien dimana pada umumnya pasien (n=98)
ingin diperlakukan dan diperhatikan secara
khusus oleh pihak pengelola rumah sakit Kepuasan Pasien
(Santoso, 2012). Total
Kurang p
Karakteristik Puas (%)
Puas
4. Hubungan Umur Pasien dengan Kepuasan f % f %
Pasien Jenis Kelamin
Tabel 2
Laki-laki 33 68,8 15 31,3 100 1,000
Analisis Hubungan Umur Pasien dengan
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Perempuan 34 68 16 32 100
Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013 (n=98)
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin
Kepuasan Pasien dengan kepuasan diperoleh bahwa pasien yang
Total berjenis kelamin laki-laki mempersepsikan
Kurang p
Karakteristik Puas (%) puas sebanyak 33 responden (68,8%) dan
Puas
f % f % pasien yang berjenis kelamin perempuan yang
Umur mempersepsikan kurang puas sebanyak 34
responden (68%). Hasil uji statistik
<42 tahun 22 44,9 27 55,1 100 0,000
menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis
42 tahun 45 91,8 4 8,2 100
kelamin pasien dengan kepuasan (p=1,000;
=0,05). Oleh karena (p=0,000 (=0,05) = =0,05). Oleh karena (p=0,000) (=0,05) =
tidak signifikan. signifikan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Apendi (2003) Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
yang menyatakan bahwa persentase laki-laki Munawaroh (2011) yang mengatakan
dan perempuan adalah sama untuk merasa puas pendidikan rendah mempengaruhi seseorang
dimana diasumsikan karena seiring dalam bertindak termasuk dalam mencari
perkembangan zaman dimana kemampuan tempat pelayanan kesehatan. Pendidikan
berpikir atau cara pandang antara laki-laki dan rendah menentukan pasien dalam memilih
perempuan sekarang ini hampir sama terutama tempat pelayanan kesehatan. Biasanya pasien
dewasa ini rata-rata tingkat pendidikan tidak mempertimbangkan aspek dari mutu
perempuan semakin meningkat. Pasien laki- rumah sakit yang dituju namun pasien lebih
laki maupun perempuan memperoleh kepuasan mementingkan sakitnya bisa cepat tertolong
pada hal-hal yang sama sehingga dan cepat sembuh.
membutuhkan perlakuan yang sama dari
perawat. Hasil penelitian ini berbeda dengan Lestari
(2008) yang menyatakan semakin tinggi
Hasil penelitian ini berbeda dengan Harlim tingkat pendidikan seseorang, maka daya untuk
(2000) dimana terdapat hubungan antara jenis mengkritisi sesuatu akan meningkat. Seseorang
kelamin dengan tingkat kepuasan. Menurut dengan pendidikan yang lebih tinggi
Loudon dan Bitta (1988, dalam Rohyadi, 2004) semestinya akan lebih kritis dalam menentukan
menyatakan bahwa faktor demografi yang apakah pelayanan yang telah diberikan dapat
berhubungan dengan kepuasan salah satunya memberikan rasa puas atau tidak. Hasil
adalah jenis kelamin dimana jenis kelamin penelitian yang dilakukan oleh Sudaryani
laki-laki dinyatakan lebih mudah merasa puas (2008) didapatkan hasil yang senada yaitu
dibandingkan wanita. Hal ini dapat semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
disimpulkan bahwa laki-laki cenderung melihat tingkat kepuasan akan turun. Hal ini dapat
produk dari sisi kualitas dan fungsinya, diartikan bahwa semakin tinggi tingkat
sedangkan perempuan lebih mendasar pada pendidikan maka tuntutan terhadap pelayanan
pertimbangan sosial, psikologis, dan semakin tinggi.
penampilan sebuah produk (Solpro, 2001).
7. Hubungan Lama Hari Rawat Pasien dengan
6. Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien dengan Kepuasan Pasien
Kepuasan Pasien Tabel 5
Tabel 4 Analisis Hubungan Lama Hari Rawat Pasien
Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien dengan Kpeuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013 (n=98)
(n=98)
Kepuasan Pasien
Total
Kepuasan Pasien Kurang p
Total Karakteristik Puas (%)
Kurang p Puas
Karakteristik Puas (%)
Puas f % f %
f % f % Lama Hari
Tingkat Rawat
Pendidikan < 4 hari 29 30,1 15 13,9 100 0,799
0,000
Pendidikan
46 88,5 6 11,5 100 4 hari 38 36,9 16 17,1 100
Rendah
Pendidikan
21 45,7 25 54,3 100 Hasil analisis hubungan antara lama hari rawat
Tinggi
dengan kepuasan diperoleh bahwa pasien yang
Hasil analisis hubungan antara tingkat dirawat kurang dari 4 hari mempersepsikan
pendidikan dengan kepuasan diperoleh bahwa puas sebanyak 29 responden (30,1%) dan
pasien yang berpendidikan rendah pasien yang dirawat lebih dari 4 hari yang
mempersepsikan puas sebanyak 46 responden mempersepsikan kurang puas sebanyak 38
(88,5%) dan pasien yang berpendidikan tinggi responden (36,9%). Hasil uji statistik
yang mempersepsikan kurang puas sebanyak menunjukkan tidak ada hubungan antara lama
21 responden (45,7%). Hasil uji statistik hari rawat pasien dengan kepuasan (p=0,799;
menunjukkan ada hubungan antara tingkat =0,05). Oleh karena (p=0,799) (=0,05) =
pendidikan pasien dengan kepuasan (p=0,000; tidak signifikan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Anjaryani Kariadi Semarang dengan hasil bahwa 68%
(2009) mengatakan bahwa perawat biasanya pasien sangat puas dengan perilaku caring
memang akan lebih mengenal pasien dengan perawat. Kemampuan perawat dengan
waktu perawatan lama daripada pasien dengan memberikan pelayanan yang baik, dan
waktu pendek, sehingga pasien merasa sudah menciptakan komunikasi yang menyenangkan
dekat dengan perawat daripada yang belum terhadap pasien merupakan faktor penyebab
pernah masuk sumah sakit sama sekali dan ini kepuasan pasien yang akan dirasakan oleh
pun akan menjadikan perawat bisa lebih pasien (Carruth et al., 1999 dalam Dwidiyanti,
perhatian dengan pasien dengan lama 2007, hlm.7).
perawatan lama dibandingkan kepada pasien
dengan lama perawatan pendek. Perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Dr. H Soewondo Kendal sebagian sudah
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang berperilaku caring terhadap pasien namun hal
dilakukan oleh Wardhana (2011) yang tersebut tidak menjamin bahwa perawat yang
menyatakan bahwa hubungan antara lama caring pasien akan merasa puas. Hal tersebut
rawat dan tingkat kepuasan diperoleh bahwa 30 dikarenakan pasien tidak puas dengan
responden (38%) yang lama rawatnya 3 hari kelengkapan fasilitas di ruangan dan
yang mengaku puas terhadap layanan di kurangnya kepedulian (empaty) perawat
Paviliun Kartika, sedangkan diantara terhadap pertolongan jalan, duduk, dan berdiri
responden yang 3 hari ada 18 responden terhadap pasien yang memiliki keterbatasan
(39,1%) yang mengaku puas. Anjaryani (2009) mobilitas fisik. Sebaliknya, dari perilaku tidak
mengatakan pasien dengan lama perawatan caring perawat ada pasien yang merasa puas
yang lama cenderung akan jenuh dengan dikarenakan pasien tersebut mendapat
situasi perawatan yang dilakukan dan pasien keringanan biaya dari fasilitas yang diberikan
akan cenderung bosan dari apa yang diberikan oleh pemerintah yaitu kartu JAMKESMAS
perawat dan dokter. yang ditujukan kepada pasien yang kurang
mampu.
8. Hubungan Caring Perawat Pelaksana dengan
Kepuasan Pasien Kepuasan pasien ini dapat tercipta dengan
Tabel 6 caring perawat yang baik, yang penuh
Analisis Hubungan Caring Perawat Pelaksana perhatian, persahabatan, empati, dan simpati.
dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Griffin (1983, dalam Morrison & Burnard,
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013 2009, hlm.12) menggambarkan caring dalam
(n=98) keperawatan sebagai sebuah proses
interpersonal esensial yang mengharuskan
Kepuasan Pasien perawat melakukan aktivitas peran yang
Total
Kurang p spesifik dalam sebuah cara dengan
Karakteristik Puas (%) menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu
Puas
f % f % kepada resipien. Perilaku caring, bertujuan dan
Caring 54 78,3 15 21,7 100 0,003 berfungsi membangun struktur sosial,
Kurang Caring 13 44,8 16 55,2 100 pandangan hidup, dan nilai kultur setiap orang
yang berbeda pada suatu tempat dengan tempat
Hasil analisis hubungan antara caring perawat yang lain (Dwidiyanti, 2007, hlm.9). Selain itu
pelaksana dengan kepuasan pasien menurut caring bertujuan bertujuan memperbaiki dan
persepsi pasien diperoleh bahwa perawat yang meningkatkan kondisi manusia (Leininger,
caring memberikan kepuasan pasien tinggi 1984, dalam Kozier, et al; 2011, hlm.568).
sebanyak 54 responden (78,3%), sedangkan
perawat yang kurang caring diperoleh hasil
kepuasan pasien lebih rendah yaitu sebanyak
13 responden (44,8%). Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara caring perawat pelaksana dengan
kepuasan pasien (p=0,05). Oleh
karena (p=0,003) (=0,05) = signifikan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian


Asrini (2012) yaitu Hubungan Antara Persepsi
Pasien tentang Perilaku Caring Perawat
dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Instalasi
Rawat Inap Paviliun Garuda VIP B RSUP Dr.
9. Seleksi Kandidat 4. Ada hubungan caring perawat pelaksana
Tabel 7 dengan kepuasan pasien, artinya bila perawat
Hasil Seleksi Bivariat untuk Kandidat Model pada berperilaku caring baik maka dapat
Caring Perawat Pelaksana dengan meningkatkan kepuasan pasien.
Karakteristik Pasien di Ruang Rawat Inap 5. Ada hubungan antara karakteristik pasien
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013 meliputi umur dan tingkat pendidikan.
(n=98) 6. Tidak adanya hubungan antara karakteristik
pasien meliputi jenis kelamin dan lama hari
Variabel p rawat.
Umur 0,004 7. Perawat yang melakukan caring mempunyai
Jenis Kelamin 0,064 peluang 4 kali lebih besar untuk memberikan
Tingkat Pendidikan 0,001 kepuasan dibanding perawat yang kurang
Lama Hari Rawat 0,654 caring.
Caring 0,001
SARAN
Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa variabel 1. Bagi Manajemen RSUD Dr. H. Soewondo
yang mempunyai p < 0,25 adalah umur, Kendal
tingkat pendidikan, dan caring sehingga Diharapkan pihak manajemen RSUD Dr. H.
variabel tersebut dimasukkan dalam Soewondo Kendal memberikan kuesioner pada
pemodelan multivariat. saat pasien pulang guna menilai pelayanan
perawat dan kondisi ruangan untuk mengetahui
10. Pemodelan Multivariat tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap
Tabel 8 RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.
Pemodelan Awal Hasil Analisis Regresi 2. Bagi Kepala Ruang
Logistik pada Variabel Caring dan Diharapkan untuk mengupayakan peningkatan
Karakteristik Pasien di Ruang Rawat Inap sikap dan perilaku caring perawat pelaksana
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013 agar menerapkan sikap caring perawat pada
(n=98) saat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan cara memberi contoh secara
Variabel B p OR 95% CI langsung bagaimana berperilaku caring kepada
1,223- pasien sehingga berpengaruh terhadap
Umur 1,566 5,057 4,790 kepuasan pasien rawat inap dalam rangka
18,760
meningkatkan optimalisasi pelayanan rumah
Tingkat 0,108-
0,887 1,690 0,412 sakit kepada pasien sebagai pelanggan.
Pendidikan 1,569
3. Bagi Perawat
10,47 3,407-
Caring 2,349 16,814 Meningkatkan perilaku caring dengan
0 32,172
mengikuti pelatihan-pelatihan tentang caring
dan mempertahankan perilaku caring tersebut
Variabel umur, tingkat pendidikan, dan
dalam memberikan asuhan keperawatan
caring dilakukan analisis dengan uji regresi
sehingga mutu asuhan keperawatan bisa terus
logistik. Dari hasil analisis menghasilkan p
dipertahankan dengan baik.
value dari variabel umur, tingkat pendidikan,
4. Bagi Pendidikan Keperawatan
dan caring > 0,05, sehingga umur, tingkat
Mengembangkan perilaku caring yang sudah
pendidikan, dan caring tidak dapat masuk
diterapkan sejak mahasiswa mendapatkan
dalam pemodelan akhir.
pendidikan tentang perilaku caring dengan
cara memberikan pratek Laboratorium
SIMPULAN
Manajemen (mata kuliah Caring Keperawatan)
1. Karakteristik pasien yang menjadi responden
kepada mahasiswa agar mahasiswa daapat
penelitian sebagian besar adalah berjenis
mempraktekkan secara langsung cara
kelamin laki-laki, berpendidikan rendah yaitu
beperilaku ramah kepada pasien, peduli, dan
tidak sekolah, SD, dan SMP, rata-rata umur 42
empati sehingga dapat meningkatkan
tahun, dan lama hari rawat lebih dari empat
pelayanan keperawatan yang puas kepada
hari.
pasien.
2. Gambaran perilaku caring perawat pelaksana
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
yang dipersepsikan oleh pasien adalah bahwa
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
lebih dari separuh perawat berperilaku caring
melakukan penelitian yang serupa, disarankan
baik.
untuk menggunakan subjek penelitian yang
3. Gambaran kepuasan yang dipersepsikan pasien
lebih besar untuk menghindari kelemahan
adalah lebih dari separuh pasien
penelitian, serta melakukan observasi yang
mempersepsikan puas dengan pelayanan
mendalam sebelum menunjuk rumah sakit
keperawatan.
yang akan digunakan sebagai tempat penelitian 2c02c716e2ce0f84f.pdf diperoleh tanggal 25
sehingga benar ditemukan ada permasalahan April 2013
yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Kozier et al., (2011). Buku ajar fundalmental
DAFTAR PUSTAKA keperawatan konsep, proses & paraktik.
Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC
Anjaryani, W.D. (2009). Kepuasan pasien rawat
inap terhadap pelayanan perawat di Lestari, W.P. (2008). Analisa faktor penentu
rumah sakit tugurejo semarang. Tesis. tingkat kepuasan pasien di rumah sakit pku
Program Pasca Sarjana Promosi Kesehatan muhammadiyah bantul.
Sumber Daya Manusia UNDIP. Semarang : http://journal.uii.ac.id/index.php/JKKI/article/v
Tidak dipublikasikan iewFile/544/468 diperoleh tanggal 11 Oktober
2012
Anjaswarni, Tri (2002). Analisis tingkat kepuasan
klien terhadap perilaku caring perawat di Manurung. (2010). Analisis hubungan tingkat
rumah sakit umum daerah dr. saiful anwar kepuasan pasien rawat jalan terhadap
malang. pelayanan instalasi farmasi dengan minat
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak pasien menebus kembali resep
70768.pdf diperoleh tanggal 5 Mei 2013 obat di instalasi farmasi rsud budhi asih.
Tesis. Program Pascasarjana Fakultas
Apendi. (2003). Hubungan karakteristik pasien Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta : Tidak
dengan tingkat kepuasan pasien di tiga dipublikasikan
upf rawat inap rsud demak.
http://eprints.undip.ac.id/4645/ diperoleh Morrison&Burnard. (2009).
tanggal 10 Mei 2013 Caring&communicating hubungan
interpersonal dalam
Ardiana, Anisah. (2010). Hubungan kecerdasan keperawatan. Jakarta : EGC
emosional perawat dengan perilaku
caring perawat pelaksana menurut persepsi Munawaroh, Siti. (2011). Analisis hubungan
pasien di ruang rawat inap rsud dr. h. karakteristik dan kepuasan pasien dengan
koesnadi bondowoso. Tesis. Program loyalitas pasien di rsua dr. sutomo ponorogo.
Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ilmu
Jakarta : Tidak dipublikasikan Keperawatan Universitas Muhammadiyah.
Ponorogo : Tidak dipublikasikan
Asrini, Yuli. (2012). Hubungan antara persepsi
pasien tentang perilaku caring perawat Muninjaya, A., A., Gde. (2004). Manajemen
dengan tingkat kepuasan pasien di instalasi Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC
rawat inap paviliun garuda b rsup dr. kariadi
semarang. Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/130/jtptu aplikasi dalam parktik keperawatan
nimus-gdl-yuliasrini-6478-1-abstrak.pdf profesional. Jakarta : Salemba Medika
diperoleh tanggal 9 Mei 2013
Perry, Potter. (2009). Fundamental keperawatan.
Dwidiyanti, Meidiana. (2007). Caring kunci Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
sukses perawat/ners mengamalkan ilmu.
Semarang : Penerbit Hasani Rohyadi. (2004). Analisis hubungan antara
karakteristik demografi dengankepuasapasien
Firdausi, Iqbal. (2006). Pengaruh kualitas jasa tentang pelaksanaan fungsi komunikasi studi di
terhadap kepuasan pasien studi kasus ruang rawat inap dewasa rsu cibabat. Tesis.
pada rumah sakit umum daerah ulin Program Pascasarjana Fakultas Ilmu
banjarmasin. Keperawatan UI. Jakarta : Tidak
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5106243 dipublikasikan
0.pdf diperoleh tanggal 25 September 2012
Santoso. (2012). Analisis pengaruh kualitas
Harlim, Argo. (2000). Persepsi pasien atas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat
layanan keperawatan rawat inap di rsud inap kelas iii pada rs. roemani muhammadiyah
kotabekasi. semarang. Skripsi. Program Sarjana Fakultas
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/3a Ekonomi UNDIP. Semarang : Tidak
a8c912120966333060e3 dipublikasikan
Simamora, R.H. (2012). Buku ajar manajemen
keperawatan. Jakarta : EGC

Solpro. (2001). Pengembangan indeks kepuasan


pasien. http:///. mikundip.or.id diperoleh
tanggal 5 Mei 2013

Sudaryani. (2008). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan persiapan pasien pulang
terhadap kepuasan pasien tentang pelayanan
keperawatan di RSUD
Kabupaten Madiun. Tesis. Program
Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Jakarta : Tidak dipublikasikan

Supranto. (2006). Pengukuran tingkat kepuasan


pelanggan untuk menaikkan pangsa
pasar. Jakarta : Rineka Cipta

Utama, Surya. (2003). Memahami fenomena


kepuasan pasien rumah sakit referensi
pendukung untuk mahasiswa akademik,
pimpinan, organisasi, dan
praktisi kesehatan.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
surya1.pdf diperoleh tanggal 31Oktober 2012

Wardhana, Arif Kusuma. (2011). Analisa


kepuasan pasien di instalasi rawat inap
paviliun kartika jakarta pusat.Tesis. Program
Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta : Tidak
dipublikasikan

You might also like