You are on page 1of 127

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN

PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN

KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Rifka Charisa Devi

3201411179

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skipsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNNES pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 15 Desember 2015

Semarang, 15 Desember 2015


Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ananto Aji, M.S


NIP. 19630527 1988111 001

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Senin

Tanggal : 28 Desember 2015

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Desember 2015

Rifka Charisa Devi


NIM. 3201411179

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan bagaikan matahari,

maka butuh keduanya untuk melihat pelangi. (Kagome Inuyasha)

2. Anything is possible, dreams to come true, and follow your heart. So

never give up, chase your dreams and hopefully you will have a golden

sky on your own. (Jessica Jung)

3. Cintai kebersihan lingkungan anda seperti anda mencintai diri anda

sendiri. (Anonim)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua ku, Bapak Jafar Shodiq dan Ibu Hayat Restiningsih

serta ketiga adikku tercinta, Fahmi, Alwi, Shofia atas segala doa dan

dukungannya. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

2. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi UNNES, terima kasih atas

ilmu dan pengalaman yang diberikan, semoga Allah SWT menjadikan

berkah dan manfaat atas ilmunya.

3. Sahabat Geografi angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan

motivasinya, serta Symphony FIS Choir, PPL SNEIKA 2014 dan

Jaico atas pengalamannya.

4. Semua pihak yang membantu hingga selesainya skripsi ini.

5. Almamater ku.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat Dengan Perilaku

Pengelolaan Sampah Di Pemukiman Nelayan Desa Bandengan Kecamatan Kota

Kendal

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi.

4. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., Dosen Pembimbing atas waktu, segala arahan

dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Erni Suharini, M.Si. dan Drs. Satyanta Parman, MT., Penguji I dan

penguji II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama

menempuh studi di Jurusan Geografi.

7. Staf Tata Usaha, Perpustakaan Jurusan Geografi, Laboratorium, Tata

Usaha Fakultas Ilmu Sosial, serta seluruh karyawan di lingkungan Jurusan

Geografi.

vi
8. Kepala Kelurahan dan keluarga besar Desa Bandengan yang telah

membantu ijin dalam penelitian diwilayah penelitian skripsi ini.

9. Yuvita Della, Nurul Safarida, Nur Azizah dan teman-teman Jurusan

Geografi 2011 yang membantu penyelesaian skripsi, serta atas pengalaman

studi yang menyenangkan,

10. Bapak, Ibu, dan ketiga adikku tercinta atas dukungan dan doa serta kasih

sayangnya.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang Geografi.

Semarang, Januari 2016

Penyusun

vii
SARI

Devi, Rifka Charisa. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku


Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan
Kota Kendal. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Dr. Ir. Ananto Aji, M.S. 114 halaman.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Perilaku Pengelolaan Sampah,


Pemukiman Nelayan.

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya


aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah sampah
yang dihasilkan setiap harinya Perilau masyarakat dalam pengelolaan sampah
didasari oleh pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Penelitian ini
bertujuan untuk : (1) Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan
Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal, (2) Mengetahui perilaku
pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan
Kota Kendal, (3) Menganalisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap
pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan
Kota Kendal.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat berdasarkan
tingkatan pendidikan. Pengambilan sampel dengan cara stratified random
sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan tingkat pendidikan melalui tahun
sukses pendidikan. Variabel penelitian ini adalah tingkat pendidikan baik
pendidikan formal maupun nonformal dan perilaku pengelolaan sampah. Metode
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi,
metode kuesioner, dan metode dokumentasi dengan analisis data menggunakan
metode deskriptif persentase dan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan
Bandengan termasuk dalam kriteria rendah, baik dalam pendidikan formal, tahun
sukses pendidikan maupun tingkat pendidikan nonformal, sedangkan tingkat
pengetahuan pengelolaan sampah sudah termasuk dalam kriteria sedang yaitu
sebesar 56,66%. Perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan tergolong
rendah yaitu sebesar 51,38%. Hasil analisis dengan menggunakan rumus product
moment diperoleh hasil rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar 0,195.
Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu ada
hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di
pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
Dari hasil penelitian disarankan agar masyarakat Bandengan perlu
membiasakan tidak membuang sampah di jalan, selokan, sungai karena dapat
menimbulkan bau busuk. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian
mengenai masalah sampah yang dihasilkan oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya
dalam pengelolaan sampah, serta perlu dilakukan peningkatan sosialisasi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
E. Penegasan Istilah .......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 10
A. Hubungan ..................................................................................... 11
B. Tingkat Pendidikan ...................................................................... 12
C. Perilaku ......................................................................................... 16
D. Sampah ......................................................................................... 22
E. Pengelolaan Sampah .................................................................... 27
F. Masyarakat Nelayan ...................................................................... 29
G. Penelitian Terdahulu .................................................................... 32
H. Kerangka Berpikir ........................................................................ 36
I. Hipotesis ....................................................................................... 38

ix
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 39
A. Lokasi, Waktu, dan Jenis Penelitian ............................................. 39
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 39
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 42
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ............................................. 43
F. Metode Analisis Data .................................................................... 44
G. Alur Kegiatan Penelitian ............................................................... 53
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 54
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 54
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 54
a. Lokasi Penelitian ..................................................................... 54
b. Kondisi Tata Guna Lahan ........................................................ 56
c. Kondisi Kependudukan ........................................................... 56
d. Kondisi Tingkat Pendidikan .................................................... 57
e. Mata Pencaharian .................................................................... 58
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku
Pengelolaan Sampah ................................................................. 59
a. Tingkat Pendidikan .................................................................. 59
b. Perilaku Pengelolaan Sampah ................................................. 64
c. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan
Perilaku Pengelolaan Sampah ................................................ 72
B. Pembahasan .................................................................................. 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 80
A. Kesimpulan ................................................................................... 80
B. Saran ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
LAMPIRAN .................................................................................................... 84

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34
Tabel 3.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan .................. 39
Tabel 3.2 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan ................. 48
Tabel 3.3 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan
dan Perilaku ..................................................................................... 51
Tabel 4.1 Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan ......................................... 56
Tabel 4.2 Komposisi Usia Penduduk ............................................................... 57
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat ...................................................... 58
Tabel 4.4 Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan ...................................... 58
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal .............................................................. 60
Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan ............................................. 61
Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Nonformal ........................................................ 62
Tabel 4.8 Rata-Rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan ................... 62
Tabel 4.9 Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah .................... 63
Tabel 4.10 Menjaga Kebersihan Halaman dan Rumah .................................... 64
Tabel 4.11 Mengurangi Sampah Rumah Tangga ............................................. 65
Tabel 4.12 Melaksanakan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar ........................ 66
Tabel 4.13 Memisahkan Sampah Organik dan An-organik ............................. 67
Tabel 4.14 Kebiasaan Membuang Sampah ...................................................... 69
Tabel 4.15 Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang
Bernilai Ekonomis .......................................................................... 70
Tabel 4.16 Menerapkan Daur Ulang Sampah An-organik............................... 71
Tabel 4.17 Rata-Rata Perilaku Pengelolaan Sampah ....................................... 72

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................... 37
Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian .............................................................. 53
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kelurahan Bandengan ..................................... 55
Gambar 4.2 Kondisi Halaman Rumah Masyarakat Bandengan....................... 65
Gambar 4.3 Tempat Pembuangan Sampah di Kelurahan Bandengan yang
Belum Memisahkan Antara Sampah Organik dan An-Organik . 68
Gambar 4.4 Banyaknya Sampah di Pinggir Sungai ......................................... 69

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner ..................................................... 85
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 87
Lampiran 3 Lembar Observasi ......................................................................... 92
Lampiran 4 Validitas Instrumen....................................................................... 93
Lampiran 5 Reliabilitas Instrumen ................................................................... 94
Lampiran 6 Daftar Nama Responden Penelitian .............................................. 95
Lampiran 7 Analisis Deskriptif Persentase ...................................................... 97
Lampiran 8 Persentase Tingkat Pendidikan ..................................................... 101
Lampiran 9 Persentase Pengetahuan Pengelolaan Sampah ............................. 103
Lampiran 10 Persentase Perilaku Pengelolaan Sampah................................... 105
Lampiran 11 Perhitungan Statistik dengan Product Moment .......................... 109
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 114

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya

aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah

sampah yang dihasilkan setiap harinya. Adanya timbunan sampah akan

menyebabkan berbagai dampak negatif seperti bau busuk yang mengganggu,

timbulnya berbagai penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai dapat

mengakibatkan banjir, pencemaran air dan tanah dan sebagainya, dapat

menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan karena pengelolaan

persampahan yang kurang memadai. Sehingga perlu dilaksanakan suatu cara

untuk menangani masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang

selama ini terjadi tidak menjadi masalah serius bagi masyarakat.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi

pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan,

pengolahan dan pembuangan akhir (Undang-undang Nomor 18 tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah).

Kelurahan Bandengan merupakan kelurahan yang berada di Kabupaten

Kendal, sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pesisir Kelurahan

Bandengan bekerja sebagai nelayan sehingga daerah tersebut disebut sebagai

1
kampung nelayan. Kondisi lingkungan masyarakat nelayan pada umumnya

kurang memperhatikan lingkungan identik dengan pemukiman kumuh.

Perilaku masyarakat yang kurang memperdulikan lingkungan dapat dilihat

dari sampah-sampah yang dibuang dan berserakan di daerah pemukiman.

Jika dilihat Kelurahan Bandengan yang karakteristik masyarakatnya

bersifat majemuk/heterogen, pengelolaan persampahan sangat perlu

diperhatikan seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang

mungkin saja ada sebagian penduduk yang belum menyadari arti kebersihan

lingkungan. Disamping itu keberadaan kampung nelayan sangat rentan

terhadap pencemaran air, pendangkalan, dan penyempitan sungai, juga

terhambatnya proses air tanah jika sebagian dari masyarakat yang ada

membuang sampahnya langsung kedalam sungai. Banyak terdapat sampah-

sampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan

menumpuknya sampah dan limbah tersebut.

Peran masyarakat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas

lingkungan memang sudah ada, namun peran tersebut sangat minim sekali dan

tidak dapat berkembang secara optimal, karena pengetahuan masyarakat dan

kepedulian kebersihan lingkungan masih rendah, sehingga masyarakat lebih

memilih sungai atau laut dalam aktifitas pembuangan akhir dengan alasan

kepraktisan.

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 13 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kendal pasal 45 disebutkan bahwa

setiap orang dilarang Membuang sampah di jalan umum, tempat umum,

2
perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit,

taman dan halaman orang lain. Berdasarkan pasal 58 dijelaskan bahwa

Setiap orang yang dengan sengaja membuang sampah di jalan umum, tempat

umum, perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan

parit, taman dan halaman orang lain dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah).

Pengelolaan sampah berkaitan erat dengan perilaku masyarakat yang

menghasilkan sampah itu sendiri. Sebagai contoh yaitu kurang baiknya

perilaku mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, sehingga

tindakannya berakibat negatif terhadap lingkungan. Misalnya sampah

ditumpuk begitu saja, dapat mengakibatkan terjadinya tempat sarang nyamuk

dan ini sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan terhadap bahaya sampah.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Dalam Undang-undang ini jalur pendidikan

dibedakan menjadi tiga yaitu:

3
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi.

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Contoh : sosialisasi,

pelatihan.

3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada

anaknya. Contoh : Orang tua mengajarkan anaknya tentang bagaimana

bersikap di luar rumah seperti tidak boleh membuang sampah

sembarangan.

Ketiga jalur pendidikan diatas akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang terhadap pengelolaan sampah. Dalam hal ini tidak seluruhnya

tingkat pendidikan formal yang dominan, namun pendidikan nonformal

(sosialisasi dan pelatihan) juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah (seseorang mengikuti sosialisasi

dan pelatihan akan berbeda dengan seseorang yang tidak mengikuti sama

sekali), dan pendidikan informal yang telah diajarkan orang tua kepada

anaknya sejak kecil.

4
Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan

penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan

bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap

kesehatan. Jenjang pendidikan seseorang yang tinggi cenderung lebih

memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan bahaya sampah.

Tingkat pendidikan di masyarakat nelayan tergolong rendah salah

satunya disebabkan oleh kemiskinan yang ada pada masyarakat nelayan,

dengan kondisi ekonomi lemah tidak memungkinkan bagi nelayan untuk

memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya selain itu pandangan

nelayan terhadap pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan di

masyarakat nelayan. Walaupun bagi nelayan pendidikan adalah hal terpenting

dan bermanfaat namun ada kecenderungan bahwa mereka kurang berambisi

untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan mereka bersekolah hanya

sekedar untuk dapat membaca dan menulis dan agar segera dapat bekerja

membantu orang tuanya. Pendidikan formal lebih dianggap sebagai sarana

untuk mendapatkan ketrampilan dasar saja, bukan untuk memperluas wawasan

dan sebagai bekal dalam kehidupan. Dengan demikian pendidikan formal

bagi anaknya hanya diberikan sekedar saja, sedangkan pendidikan sebenarnya

mereka lakukan langsung ke lapangan yaitu dengan melibatkan anak-

anaknya dalam kegiatan nelayan (Yuniarti 2000:92).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan

penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan

5
Perilaku Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan

Kecamatan Kota Kendal.

B. Rumusan

Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal?

2. Bagaimana perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan

Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?

3. Adakah hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku

pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan

Kecamatan Kota Kendal?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

2. Mengetahui perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan

Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

6
3. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap

pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan

Kecamatan Kota Kendal.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan terutama geografi, khususnya dalam pengelolaan sampah di

daerah pemukiman nelayan sehingga timbulan sampah dapat diminimalisir

atau dikurangi.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Pemerintah Kelurahan Bandengan: diharapkan dapat dipakai

sebagai salah satu acuan dalam membuat kebijakan di bidang

persampahan yang lebih mendekatkan kepada peran masyarakat dalam

mengelola sampah.

b) Bagi Masyarakat Kelurahan Bandengan: memberikan informasi atau

gambaran tentang pengelolaan sampah oleh masyarakat Bandengan,

sehingga dapat memperbaiki lingkungan hidup masyarakat di

Kelurahan Bandengan.

c) Bagi Penulis: agar memiliki wacana yang lebih luas mengenai

pengelolaan sampah sehingga kedepannya dapat memberikan

kontribusi kepada masyarakat.

7
E. Penegasan Istilah

1. Hubungan

Hubungan berasal dari kata dasar hubung yang menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia berarti bersambung atau berangkai (yang satu

dengan yang lain), bertalian, berkaitan, bersangkutan dan saling

mempengaruhi.

Hubungan dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara tingkat

pendidikan masyarakat (tahun sukses) dengan perilaku pengelolaan sampah

di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

2. Tingkat Pendidikan

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, tingkat (jenjang) pendidikan adalah tahapan

pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan

peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat (jenjang) pendidikan

adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh masyarakat

Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal yang dibuktikan dengan

ijazah pendidikan formal, tahun sukses dan pendidikan nonformal

8
(sosialisasi dan pelatihan) yang berkaitan dengan kebersihan

lingkungan/pengelolaan sampah.

3. Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Perilaku dalam penelitian ini adalah suatu tanggapan/reaksi

masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal mengenai

kondisi sampah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal.

4. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pegelolaan

Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai

sumber daya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud pengelolaan sampah adalah

pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan

Kecamatan Kota Kendal yang terdiri dari sampah organik berupa sisa

makanan, daun, dan sampah anorganik yaitu sampah yang berupa plastik,

kaleng, pecahan gelas, dan logam-logam.

5. Masyarakat Nelayan

9
Dalam kamus besar Indonesia pengertian nelayan adalah orang yang

mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan. Sedangkan dalam

bukunya yang berjudul Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa Mansyur

(1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan

berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut

untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang menjadi

bagian dalam lingkungan itu.

Mayarakat nelayan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

bukan hanya bekerja mencari ikan, melainkan mereka yang juga tinggal di

sekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam

dan berdagang di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hubungan

Hubungan berasal dari kata dasar hubung yang menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia berarti bersambung atau berangkai (yang satu

dengan yang lain), bertalian, barkaitan, bersangkutan. Jadi dari pengertian

tersebut hubungan adalah dua hal yang saling berkaitan satu dengan yang

lain. Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih

yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan

terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan , diakses 24 November 2015).

Secara garis besar, hubungan terbagi menjadi hubungan positif dan

negatif. Hubungan positif terjadi apabila kedua pihak yang berinteraksi

merasa saling diuntungkan satu sama lain dan ditandai dengan adanya

timbal balik yang serasi. Sedangkan, hubungan yang negatif terjadi apabila

suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan pihak yang lain merasa

dirugikan. Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal balik antara pihak

yang berinteraksi. Lebih lanjut, hubungan dapat menentukan tingkat

kedekatan dan kenyamanan antara pihak yang berinteraksi. Semakin dekat

pihak-pihak tersebut, hubungan tersebut akan dibawa kepada tingkatan

yang lebih tinggi.

11
B. Tingkat Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan sebagai

berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,

proses, cara, perbuatan mendidik.

2. Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

12
3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang

akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal

yang pernah ditempuh atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang. Jenjang

pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah sebagaimana

yang telah diatur oleh pemerintah pasal 14 Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa jenjang

pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi.

Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja,

baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam kehidupan masyarakat.

Dalam pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:

a) Pendidikan Formal

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud

pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi.

Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan

adanya pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara

urut dan sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:

13
1) Pendidikan Umum

Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan

peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang

diwujudkan pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan,

misalnya pendidikan SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA.

2) Pendidikan Kejuruan

Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program

bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan

dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering

disingkat SMK. Sekolah Menengah Kejuruan biasanya membuka

beberapa pilihan jurusan atau spesialisasi, misalnya elektronika,

otomotif, Teknik Informasi dan Komputer, akutansi, listrik.

3) Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik

yang menyandang kelainan fisik atau mental, misalnya pendidikan

SLB.

4) Pendidikan Kedinasan

Pendidikan Kedinasan yang berusaha menghasilkan

kemampuan atau lembaga pendidikan non-departemen misalnya

prajabatan, sepala, sepadya.

5) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan Keagamaan adalah pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan

14
yang menurut penguasaan khusus tentang ajaran agama, misalnya

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah

Aliyah (MA). Pendidikan tersebut dilaksanakan di bawah naungan

Kementrian Agama Republik Indonesia.

b) Pendidikan Nonformal

Yang dimaksud Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat

yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal.

c) Pendidikan Jalur Informal

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang

dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga

dan lingkungan.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan

informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan secara mandiri.

Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.

4. Tahun Sukses Pendidikan

Tahun sukses pendidikan merupakan ukuran lamanya waktu yang

ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan formal, terakhirnya

dalam ilmu demografi dinyatakan dengan istilah tahun sukses.Tahun sukses

dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk

15
mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang

berlaku saat ini adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar (SD/sederajat)

selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat) selama 3

tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) selama 3 tahun. Maka

jika seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMA/sederajat maka

tahun suksesnya adalah 12 tahun, jika hanya sampai tingkat SMP/sederajat

maka tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat

SD/sederajat maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.

C. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku akan

terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi

(Notoatmodjo 1997, dalam Eko Wibowo 2010:26). Perilaku atau aktivitas

individu dalam pengertian yang lebih luas mencakup perilaku yang nampak

(over behavior) dan perilaku yang tidak nampak (insert behavior). Perilaku

manusia tidak muncul dengan sendirinya tanpa pengaruh stimulus yang di

terima, baik stimulus yang bersifat eksternal maupun internal. Namun

demikian, sebagian besar perilaku manusia adalah akibat respon terhadap

stimulus eksternal yang diterima (Bimo 1999, dalam Eko Wibowo

2010:27).

16
Perilaku manusia sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas. Perilaku manusia dibagi menjadi 3 tingkah ranah

perilaku. Salah satunya adalah pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra

penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi

menjadi 6 tingkat pengetahuan yakni:

a) Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan masyarakat dalam

mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari dari rangsangan diterima.

b) Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap

obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari.

c) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

17
d) Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan, memisahkan,

pengelompokan, dan sebagainya.

e) Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau obyek.

2. Jenis Perilaku

Menurut Skinner 1976 (dalam Eko Wibowo 2010:27), perilaku manusia

dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

a) Perilaku yang alami (innate behaviour) atau perilaku yang berupa

reflek dan insting yaitu perilaku yang dibawa manusia sejak manusia

dilahirkan.

b) Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk

melalui proses belajar.

Pada manusia perilaku operan atau perilaku psikologis lebih dominan

berpengaruh akibat dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan dapat

dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek

merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak dapat untuk di kendalikan.

18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya

bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, juga

berpengaruh terhadap lingkungan. Adapun secara spesifik faktor

lingkungan dan individu adalah sebagai berikut :

a) Faktor Individu

Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah

tingkat kecerdasan, tingkat emosional, pengalaman pribadi, sifat

kepribadian, dan jenis kelamin.

b) Faktor Luar Individu (Lingkungan)

Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan

perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu

(Azwar 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28). Dalam hubungan antara

perilaku dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu

lingkungan alam/fisik (kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial

(organisme sosial, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat

pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat, peraturan, hukum)

(Sumaatmadja 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28).

4. Pembentukan Perilaku

Menurut Bimo 1999 (dalam Eko Wibowo 2010:28) Pembentukan

perilaku sangat diperlukan untuk mengendalikan perilaku manusia agar

seperti yang diharapkan, antara lain dengan:

19
a) Pembentukan perilaku kebiasaan, adalah pembentukan perilaku yang

ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk

berperilaku seperti yang diharapkan.

b) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), adalah

pembentukan perilaku yang dilakukan dengan cara pembelajaran

disertai dengan memberikan pengertian.

c) Pembentukan perilaku dengan model atau contoh, adalah pembentukan

perilaku dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya

didasarkan atas bentuk-bentuk perilaku yang telah ada. Contohnya

adalah orang tua/guru yang memberikan arahan kepada anak/muridnya.

Dalam rangkaian pembentukan perilaku manusia terdapat dua jenis

pembelajaran yaitu pembelajaran secara fisik adalah adalah belajar dengan

menerima respon fisik untuk di contoh seperti belajar menari naik sepeda

dan sebagainya, dan pembelajaran secara psikis dimana seorang

mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial (social

learning), dan selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah

lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Sarwono 2002,

dalam Eko Wibowo 2010:28).

5. Teori Perilaku

Perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu sendiri dan

lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh

motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dari hal tersebut terdapat

beberapa teori yang dapat dikemukakan antara lain:

20
a) Teori Insting

Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi

sosial menyatakan, insting sebagai perilaku bawaan atau innate dapat

mengalami perubahan akibat terbentuknya sebuah pengalaman.

b) Teori Dorongan (drive theory)

Teori yang menyatakan bahwa organisme dalam hal ini manusia

mempunyai dorongan atau drive yang berkaitan dengan pemenuhan

atas kebutuhannnya, sehingga dorongan tersebut menimbulkan

pengaruh pada perilaku manusia atau individu tersebut.

c) Teori Insentif (incentive theory)

Teori ini bertitik tolak kepada pendapat bahwa perilaku organisme

dalam hal ini manusia, disebabkan oleh adanya insentif. Dengan

insentif akan mendorong manusia berperilaku. Insentif atau disebut juga

reinforcement ada 2 macam yaitu dan negatif. Reinforcement positif

akan mendorong manusia untuk berbuat, sedangkan reinforcement yang

negatif akan menghambat manusia dalam berperilaku.

d) Teori Artribusi

Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider, menjelaskan tentang sebab-

sebab perilaku manusia, perilaku bisa disebabkan oleh disposisi internal

(misalnya motif dan sikap) dan oleh keadaan eksternal (misanya

situasi).

21
e) Teori Kognitif

Teori yang menitikberatkan kepada kemampuan individu dalam berfikir

untuk mempertimbangkan pilihan perilakunya. Dengan kemampuan

berfikir individu akan dapat melihat dan memilih perilaku mana yang

harus dilakukan. Disamping itu dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga

dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam individu

berperilaku (Fishben & Ajzen 1975, dalam Eko Wibowo 2010:29).

D. Sampah

1. Pengertian Sampah

Peningkatan aktivitas masyarakat akan meningkatkan jumlah sampah

yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan tidak hanya sampah organik

melainkan juga sampah anorganik. Banyaknya sampah yag dihasilkan

harus diolah dengan sebaik mungkin agar tidak menimbulkan efek negatif

seperti mencemari lingkungan yang mana dapat berdampak pada kesehatan

masyarakat, banjir, penyumbatan sistem drainase dan sebagainya.

Kesadaran untuk mengolah sampah dengan baik didalam masyarakat masih

minim, hal ini dapat dilihat dari anggapan masyarakat mengenai sampah itu

sendiri. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa sampah

merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang.

Terdapat beberapa definisi mengenai sampah yang meliputi:

22
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah merupakan barang

atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.

b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, sampah

merupakan sisa dari aktivitas manusia ataupun sisa dari proses alam

yang berbentuk padat.

c) Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

d) Menurut Tchobanoglous, Theiseen & Eliassen 1993 (dalam Subarna

2014:24), sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari

seluruh kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak

diinginkan.

e) Menurut Istilah Lingkungan Untuk Manajemen (Ecolink 1996, dalam

Subarna 2014:17), sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau

dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum

memiliki nilai ekonomis.

f) Menurut Basriyanta (dalam Subarna 2014:18), sampah adalah barang

yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai

sebelumnya, tetapi masih bisa dimanfaatkan kalau dikelola dengan

prosedur yang benar.

23
2. Jenis Sampah

Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan

sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi

menjadi beberapa jenis yaitu :

a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan

plastik

2) Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan

sebagainya

b) Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu

2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas

c) Berdasarkan dapat tidaknya membusuk

1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging

2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur 1995,

dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:6)

3. Sumber Sumber Sampah

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa

sumber berikut :

a) Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama

yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan

24
biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau

sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah

tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun (Dainur 1995, dalam Wahyono

& Nano Sudarno 2012:8).

b) Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan.

Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa

sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan,

sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

c) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat

hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan

kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer,

gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain.

Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah

kering.

d) Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri

kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor

dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya

distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan

25
dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa

bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

e) Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti

kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-

bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk,

maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra 2007, dalam

Wahyono & Nano Sudarno 2012:9).

4. Dampak Sampah

Sampah, bila tidak dikelola dengan baik, tentu akan menyebabkan

masalah besar. Banyak kejadian buruk terjadi akibat manusia

menyepelekan sampah. Berikut beberapa dampak dari sampah:

a) Mengganggu Estetika (Keindahan)

Sampah yang berceceran di jalan atau di sembarang tempat

sungguh tidak menyedapkan mata. Tumpukan sampah yang berserakan

menimbulkan kesan jorok, tidak bersih dan sangat merusak keindahan.

b) Mencemari Tanah dan Air Tanah

Sampah yang menumpuk di tanah akan mencemari tanah dan air

didalamnya. Cairan kotor dan bau busuk hasil pembusukan sampah

yang merembes ke dalam tanah dapat mencemari air tanah. Bukan tidak

mungkin, air yang digunakan dari pompa tanah akan terkontaminasi

akibat gaya hidup yang tidak sehat ini.

26
c) Mencemari Perairan

Sampah yang dibuang ke saluran air akan mencemari perairan

sungai, irigasi, waduk, bahkan pantai. Padahal, banyak yang masih

memanfaatkan pengairan dari sungai dan sumber air lainnya untuk

kebutuhan sehari-hari.

d) Menyebabkan Banjir

Tumpukan sampah yang berada di saluran air (irigasi) dapat

menyumbat pintu-pintu air sehingga air sulit mengalir. Maka, tak heran

jika di kota-kota besar, banjir sering terjadi akibat masyarakatnya

menyepelekan sampah.

e) Menimbulkan Bau Busuk

Sampah-sampah yang menumpuk di darat atau terendam di air

akan mengalami pembusukan. Bau busuk yang menyebar di udara akan

tercium dan mengganggu pernapasan.

f) Sebagai Sumber Bibit Penyakit

Sampah yang menimbulkan bau busuk akan mengundang lalat.

Pada sampah yang busuk, bersarang bermacam-macam bakteri

penyebab penyakit lalat tersebut dapat memindahkan bibit penyakit dari

sampah ke dalam makanan atau minuman (dalam Suryati 2014:9-11).

E. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

27
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan

kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga

terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah.

Pengurangan sampah meliputi kegiatan:

1. Pembatasan timbunan sampah.

2. Pendaur ulangan sampah.

3. Pemanfaatan sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi :

1. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/ atau sifat sampah.

2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat

pengelolaan sampah terpadu (TPST).

Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan,

pemrosesan, pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Ada 3

cara mudah dan aman untuk mengatasi masalah sampah, yang dikenal dengan

3R, yaitu:

1. Reduce (R1)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan

sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum

sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah

28
dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari

yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan

sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat

untuk merubah perilaku tersebut.

2. Reuse (R2)

Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi

sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas

bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air,

mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.

3. Recycle (R3)

Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna

(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti

mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau

mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali

menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas

menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas

sedikit lebih rendah dan lain-lain.

F. Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan merupakan paduan dari dua kata masyarakat dan

nelayan, agar lebih jelas penulis akan memberikan pengertian dari masing-

masing kata tersebut kemudian arti secara keseluruhan

29
1. Pengertian Masyarakat

Pengertian masyarakat yang dalam istilah bahasa Inggris disebut

Society (berasal dari kata latin, socius yang berarti kawan) adalah

sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi

terbuka), dimana sebagian interaksi adalah antara individu-individu yang

berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat sendiri berasal dari akar kata

Arab musyarak yang artinya ikut serta atau berperan serta. Jadi

masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama

lainnya.

Menurut Hasan Sadly (dalam Mansyur 1984:21), masyarakat adalah

suatu golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang

dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh

mempengaruhi satu sama lain.

Kemudian menurut Djojodigoena (dalam Mansyur 1984:21),

masyarakat mempunyai arti sempit dan arti luas. Arti sempit masyarakat

adalah terdiri dari satu golongan saja, sedang dalam arti luas masyarakat

adalah kebulatan dari semua perhubungan yang mungkin dalam masyarakat

dan meliputi semua golongan.

Sedangkan menurut Bouman (dalam Mansyur 1984:22), masyarakat

ialah pergaulan hidup yang akrab antara manusia, diperatukan dengan cara

tertentu dengan hasrat-hasrat kemasyarakatan mereka.

30
2. Pengertian Nelayan

Nelayan di dalam Ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja,

yaitu orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan,

baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya.

Dalam kamus besar Indonesia Pengertian nelayan adalah orang yang

mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan dilaut. Sedangkan

dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa

Mansyur (1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini

bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan

di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang

menjadi bagian dalam lingkungan itu.

Dari beberapa definisi masyarakat dan definisi nelayan yang telah

disebutkan diatas dapat di tarik suatu pengertian bahwa:

a) Masyarakat nelayan adalah kelompok manusia yang mempunyai mata

pencaharian menangkap ikan dilaut.

b) Masyarakat nelayan bukan hanya mereka yang mengatur kehidupannya

hanya bekerja dan mencari di laut, melainkan mereka yang juga tinggal

disekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok

tanam dan berdagang.

Jadi pengertian masyarakat nelayan secara luas adalah sekelompok

manusia yang mempunyai mata pencaharian pokok mencari ikan dilaut dan

hidup di daerah pantai, bukan mereka yang bertempat tinggal di pedalaman,

walaupun tidak menutup kemungkinan mereka juga mencari ikan di laut

31
karena mereka bukan termasuk komunitas orang yang memiliki ikatan

budaya masyarakat pantai.

G. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ria Dihatri (2013) dengan judul

Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga Yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal

Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang

pengelolaan sampah rumah tangga. Penelitian ini menggunakan analisis

dekriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga

terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala

III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suprapto (2010) dengan judul

Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala

Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari

Kabupaten Grobongan Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan anatara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap

pengelolaan sampah, hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga

terhadap pengelolaan sampah serta jenjang pendidikan dan pendapatan dengan

sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa

Candisari Kabupaten Grobongan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

32
korelasional. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara

jenjang pendidikan, pendapatan, dengan sikap kepala keluarga terhadap

pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hermawan Eko Wibowo

(2010) dengan judul Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah

Permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku dan faktor pembentuk perilaku individu

dan masyarakat dalam mengelola sampah permukiman di Kampung Kamboja

Kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan

hasil penelitian bahwa karakteristik sungai membentuk perilaku masyarakat

untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas pengelolaan sampah.

Pasang surut air sungai akan menghanyutkan sampah-sampah yang dibuang

oleh masyarakat. Hal ini membentuk anggapan masyarakat bahwa sungai

sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan masalah.

33
Tabel 2.1.Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Analisis Hasil Penelitian Persamaan dengan
(tahun) Penelitian Penelitian ini
Ria Dihatri (2013) Gambaran Pengetahuan Ibu Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, Persamaan penelitian Ria
Rumah Tangga Tentang tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber dengan penelitian ini yaitu
Pengelolaan Sampah informasi mempengaruhi pengetahuan ibu membahas tentang
Rumah Tangga Yang rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di pengetahuan pengelolaan
Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III sampah yang dalam
Lingkungan V Kelurahan Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 penelitian ini mengaitkan
Tegal Sari Mandala III dengan tingkat pendidikan.
Kecamatan Medan Denai
Tahun 2013
Suprapto (2010) Hubungan antara Jenjang Deskriptif Dari hasil penelitian bahwa terdapat hubungan Persamaan penelitian
Pendidikan dan Pendapatan Korelasional antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan Suprapto dengan penelitian
dengan Sikap Kepala sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan ini yaitu terletak pada
Keluarga Terhadap sampah rumah tangga di Desa Candisari variabel tingkat pendidikan
Pengelolaan Sampah Kabupaten Grobogan. yang kemudian
Rumah Tangga di Desa dikorelasikan dengan
Candisari Kabupaten pengelolaan sampah
Grobongan Tahun 2010

34
Nama Peneliti Analisis Persamaan dengan
Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Penelitian Penelitian ini
Hermawan Eko Perilaku Masyarakat dalam Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik Persamaan penelitian
Wibowo (2010) Mengelola Sampah sungai membentuk perilaku masyarakat untuk Hermawan dengan
Permukiman di Kampung menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas penelitian ini yaitu
Kamboja Kota Pontianak pengelolaan sampah. Pasang surut air sungai membahas tentang perilaku
akan menghanyutkan sampah-sampah yang pengelolaan sampah
dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk
anggapan masyarakat bahwa sungai sebagai
tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan
masalah.

35
H. KERANGKA BERPIKIR

Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam memberikan

pengalaman serta pengetahuan dalam hal apapun termasuk dalam pengelolaan

sampah. Perbedaan tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah. Tingkat

pendidikan ini tidak hanya dari pendidikan formal saja, namun pendidikan

nonformal (sosialisasi dan pelatihan) juga akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah. Semakin tinggi

tingkat pendidikan maka semakin tinggi dan baik pula tingkat pengetahuan dan

perilaku dalam pengelolaan sampah. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

pendidikan maka semakin rendah pula tingkat pengetahuan dan perilaku dalam

pengelolaan sampah (Gambar 2.1).

36
Tingkat pendidikan Pengetahuan pengelolaan
1. Pendidikan formal sampah:
berdasarkan tahun sukses Memperkirakan Akibat dari
Tidak tamat SD (< 6 Pencemaran Sampah
tahun) Pengertian Sampah Organik
SD (6 tahun) dan An-Organik
SMP (7-9 tahun) Klasifikasi Sampah sesuai
SMA (10-11 tahun) jenisnya (Organik dan An-
Perguruan Tinggi (> 13 Organik)
tahun)
2. Pendidikan non formal
Perilaku Pengelolaan Sampah,
Sosialisasi dan Pelatihan
Indikatornya:
Menjaga Kebersihan Rumah dan
Halaman
Mengurangi Sampah Rumah
Tangga
Melaksanakan Kegiatan Kerja
Bakti di Lingkungan Sekitar
Memisahkan Sampah Organik dan
An-Organik
Kebiasaan Membuang Sampah
Meggunakan Kembali Sampah
Menjadi Barang Bernilai
Ekonomis
Menerapkan Daur Ulang Sampah
An-Organik

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Penelitian

37
I. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis yang telah

disampaikan adalah hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan

dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Ha = Adanya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan

dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan

dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, waktu, dan jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat di Kelurahan Bandengan

Kecamatan Kota Kendal dimulai bulan Juli sampai bulan Agustus 2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi yang akan mencari

apakah ada hubungan atau tidak diantara variabel penelitian ini.

B. Populasi, sampel, teknik pengambilan sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), populasi adalah

keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah masyarakat nelayan di Kelurahan Bandengan berdasarkan tingkat

pendidikan yang ditempuh. Di bawah ini merupakan tabel yang

menunjukkan data Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan.

Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan

Jumlah Persentase
No Tingkat Pendidikan
(jiwa) (%)
1 Tidak tamat sekolah dasar 1.294 33,08
2 Sekolah Dasar 1.427 36,49
3 Sekolah Menengah Pertama 682 17,44
4 Sekolah Menengah Atas 459 11,74
5 Perguruan Tinggi 49 1,25
Jumlah 3.911 100,00
Sumber : Kecamatan Kota Kendal dalam angka, 2014.

39
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2006:131). Menurut Frankel dan Wallen

(https://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-

penelitian/, diakses 25 mei 2015) menyarankan besar sampel minimum

untuk penelitian korelasional sebanyak 50. Penghitungan sampel yang

diambil menggunakan rumus Taro Yamane, 1967 sebagai berikut :

dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Level signifikasi yang diinginkan

(http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/,

diakses 10 April 2015)

Dalam penelitian ini diketahui N = 3.688 orang dengan tingkat

signifikasi 10% jadi hasilnya adalah 97,36 responden. Sampel dibulatkan

menjadi 100 responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah stratified random sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan

tingkat pendidikan melalui tahun sukses belajar.

40
C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

tingkat pendidikan (X) yang digolongkan sebagai berikut:

a) Pendidikan Formal

1) Responden tidak tamat SD

2) Responden tamat SD

3) Responden tamat SMP

4) Responden tamat SMA

5) Responden tamat Perguruan Tinggi

b) Pendidikan Nonformal : Sosialisasi/penyuluhan

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

pengetahuan dan perilaku pengelolaan sampah (Y) yaitu:

a) Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman

b) Mengurangi Sampah Rumah Tangga

c) Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar

d) Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik

e) Kebiasaan Membuang Sampah

f) Meggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis

g) Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik

41
D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2011:174). Adapun metode dan

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode observasi, kuesioner, dan juga metode dokumentasi.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian

terhadap sesuatu obyek dengan dengan menggunakan seluruh alat indra.

(Arikunto, 2006:156). Dalam menggunakan metode observasi cara yang

paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko

pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item

tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.

2. Kuesioner

Menurut Arikunto (2006:151), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner

dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan seluruh data dalam

tiap variabel penelitian yaitu pengelolaan sampah. Kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawabannya

sudah disediakan untuk responden, sehingga responden tinggal memilih

jawaban yang sesuai dengan kondisinya.

42
3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan peneliti dengan menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen

rapat, catatan harian, dan sebagainya. Selain itu dalam teknik dokumentasi

ini peneliti menyertakan beberapa data berupa gambar atau foto baik saat

observasi dan pengisian kuesioner.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat validitas instrumen, maka

dapat menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson:


rxy

2 2 2

2

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah anggota populasi

X = skor indikator yang diuji

Y = total skor indikator

43
= jumlah kuadrat nilai X

= jumlah kuadrat niali Y

(Arikunto, 2006:274)

Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga

r product moment. Apabila rxy hitung > rxy tabel maka instrumen dikatakan

valid, sebaliknya jika rxy hitung < rxy tabel maka dikatakan butir soal tersebut

tidak valid. Kriteria validitas soal menurut Arikunto (2006:276) yang

dimodifikasi sebagai berikut:

a. 0,000 sampai dengan 0,200 = validitas sangat rendah

b. 0,200 sampai dengan 0,400 = validitas rendah

c. 0,400 sampai dengan 0,600 = validitas cukup

d. 0,600 sampai dengan 0,800 = validitas tinggi

e. 0,800 sampai dengan 1,00 = validitas sangat tinggi

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik.. Artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan

memberikan hasil ukur yang sama dan dapat dipercaya (Arikunto, 2006:178).

Untuk menentukan reabilitas suatu soal, dengan rumus alpha yang digunakan

sebagai berikut:

k b
2
r11 1 2
k 1 t

44
Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2
b = jumlah varian butir

t2 = varians total

(Arikunto, 2006:196)

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Persentase

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif

persentase. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan atau

memberikan gambaran terhadap obyek yang akan diteliti melalui data

sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa memberikan kesimpulan

untuk umum (Sugiyono, 2010:29). Metode deskriptif persentase ini

digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan dari tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk

mendiskripsikan tentang perilaku pengelolaan sampah dan

mendeskripsikan ada atau tidaknya hubungan perilaku pengelolaan

sampah terhadap tingkat pendidikan.

Adapun rumus deskriptif persentase yang digunakan sebagai

berikut:

45
DP = Deskriptif Persentase

n = Skor yang diperoleh

N = Skor maksimal

Langkah-langkah dalam analisis data:

1. Mencari persentase maksimal.

2. Mencari persentase minimal.

3. Menghitung rentang persentase.

4. Menetapkan interval, yaitu range dibuat menjadi beberapa kriteria

5. Menghitung rentang kriteria.

Dalam menganalisis data menggunakan deskriptif persentase, untuk

mengukur tingkat pengetahuan, jawaban diberi skor sebagai berikut:

1. Jawaban benar diberi skor (1)

2. Jawaban salah diberi skor (0)

a) Menghitung persentase tingkat pengetahuan pengelolaan sampah

Diketahui:

Jumlah responden = 100 responden

Skor maksimal =1

Jumlah pertanyaan =6

46
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor

maksimal.

Jumlah skor maksimal = 100 x 6 x 1 = 600

Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal.

Jumlah skor minimal = 100 x 6 x 0 = 0

Persentase maksimal = skor maksimal X 100 %

skor maksimal

= 600 X 100 %

600

= 100 %

Persentase minimal = skor minimal X 100%

skor maksimal

= 0 X 100 %

600

=0%

Kelas Interval =5

Rentang persentase = persentase maksimal persentase minimal

= 100 % - 0 % = 100 %

Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval

= 100 % : 5

= 20 %

47
Tabel 3.2. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan

No Kriteria Interval
1 Sangat Rendah 0 19,9 %
2 Rendah 20 39,9 %
3 Sedang 40 59,9 %
4 Tinggi 60 79,9 %
5 Sangat Tinggi 80 100 %

Sedangkan untuk mengukur tingkat pendidikan dan perilaku, diberi

skor sebagai berikut:

1. Jawaban a skor 4

2. Jawaban b skor 3

3. Jawaban c skor 2

4. Jawaban d skor 1

b) Menghitung persentase tingkat pendidikan

Diketahui:

Jumlah responden = 100 responden

Skor maksimal =4

Jumlah pertanyaan =3

Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor

maksimal.

Jumlah skor maksimal = 100 x 3 x 4 = 1200

Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal.

Jumlah skor minimal = 100 x 3 x 1 = 300

48
Persentase maksimal = skor maksimal X 100 %

skor maksimal

= 1200 X 100 %

1200

= 100 %

Persentase minimal = skor minimal X 100%

skor maksimal

= 300 X 100 %

1200

= 25 %

Kelas Interval =5

Rentang persentase = persentase maksimal persentase minimal

= 100 % - 25 % = 75 %

Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval

= 75 % : 5

= 15 %

c) Menghitung persentase perilaku pengelolaan sampah

Diketahui:

Jumlah responden = 100 responden

Skor maksimal =4

Jumlah pertanyaan = 14

49
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor

maksimal.

Jumlah skor maksimal = 100 x 14 x 4 = 5600

Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal.

Jumlah skor minimal = 100 x 14 x 1 = 1400

Persentase maksimal = skor maksimal X 100 %

skor maksimal

= 5600 X 100 %

5600

= 100 %

Persentase minimal = skor minimal X 100%

skor maksimal

= 1400 X 100 %

5600

= 25 %

Kelas Interval =5

Rentang persentase = persentase maksimal persentase minimal

= 100 % - 25 % = 75 %

Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval

= 75 % : 5

= 15 %

50
Tabel 3.3. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan dan

Perilaku

No Kriteria Interval
1 Sangat Rendah 25 39,9 %
2 Rendah 40 54,9 %
3 Sedang 55 69,9 %
4 Tinggi 70 84,9 %
5 Sangat Tinggi 85 100 %

2. Analisis Korelasi Product Moment

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat

pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan

Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Masing-masing skor

dalam variabel dihitung dengan rumus korelasi product moment dari

Pearson sebagai berikut:

Keterangan:

rxy koefisien korelasi antar variabel

x skor tingkat pendidikan

y skor perilaku pengelolaan sampah

N jumlah subjek

x jumlah tingkat pendidikan

y jumlah perilaku pengelolaan sampah

(Arikunto, 2006:274).

51
Melalui hasil uji analisis dengan teknik korelasi product moment

dengan rumus di atas, setelah diketahui nilai r korelasinya, maka untuk

menguji signifikan tidaknya korelasi tersebut dengan jalan

mengkonsultasikannya dengan r product moment. Apabila nilai r pada

hasil korelasi lebih besar dari nilai r pada tabel maka hasil perhitungannya

dinyatakan signifikan.

Setelah data yang diperoleh tersusun, maka peneliti kemudian

melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan uraian yang telah

didapatkan dari penelitian dan hasil pengolahan data. Simpulan yang

didapat itulah yang merupakan pernyataan menyeluruh dan sebagai

jawaban dari permasalahan yang dikaji atau menjawab hipotesis yang

diajukan peneliti, yaitu mengenai ada atau tidaknya hubungan antara

tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di

pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

52
G. Alur Kegiatan Penelitian

PROPOSAL

Ijin observasi

Pembuatan Instrumen

Uji coba angket

Analisis hasil uji


coba
Validitas

Reliabilitas

Ijin Penelitian

Penelitian

Analisis hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian

53
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Kelurahan Bandengan merupakan kelurahan yang terletak di

Kecamatan Kota Kendal dengan luas 197 Ha dan jarak 3,5 km dari pusat

Kabupaten. Secara astronomis Kelurahan Bandengan terletak pada

65212,6LS - 65443,14LS dan 1101221,17BT - 1101340,22BT.

sementara itu, berdasarkan letak administrasinya Kelurahan Bandengan

berbatasan dengan wilayah lain sebagai berikut:

1) Utara : Laut Jawa

2) Selatan : Kelurahan Ngilir

3) Timur : Kelurahan Karangsari

4) Barat : Kelurahan Balok

Untuk lebih jelasnya lokasi Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

54
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kelurahan Bandengan

55
b. Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah

Secara fisik Kelurahan Bandengan merupakan wilayah pesisir.

Penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan

Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%)


Sawah 63,00 32,00 %
Pemukiman 90,00 45,71 %
Pekarangan 10,00 5,08 %
Tanah Kas Desa 16,00 8,13 %
Fasilitas Umum 17,88 9,08 %
Jumlah Luas Wilayah 196,88 100,00 %

Sumber: Monografi Kelurahan Bandengan, 2014.

Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan

didominasi oleh pemukiman yaitu sebesar 45,71 %, kemudian sawah

sebesar 32 %, pekarangan 5,08 %, tanah kas desa 8,13 %, dan fasilitas

umum 9,08 %.

c. Kondisi Kependudukan

Penduduk Kelurahan Bandengan tercatat sejumlah 4.920 jiwa yang

terdiri dari 2.584 jiwa berjenis kelamin perempuan dan 2.336 jiwa berjenis

kelamin laki-laki. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan data

jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang terdapat di

Kelurahan Bandengan.

56
Tabel 4.2. Komposisi Usia Penduduk

Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Jumlah


(Tahun) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
04 268 257 525
59 271 234 505
10 14 303 243 546
15 19 267 243 510
20 24 219 175 394
25 29 225 188 413
30 34 217 170 387
35 39 186 180 366
40 44 164 144 308
45 49 126 143 269
50 54 134 139 273
55 59 83 73 156
60 -64 40 46 86
65 69 36 33 69
70 74 23 31 54
75 + 22 37 59
Jumlah 2.584 2.336 4.920

Sumber: BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014.

d. Kondisi Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan terbanyak

adalah tamatan SD sebanyak 1.427 orang. Kemudian yang pernah SD

tetapi tidak tamat sebanyak 1.249 orang. Beberapa penduduk yang saat

ini sudah menempuh pendidikan SMP berjumlah 682 orang, sedang

SMA berjumlah 459 orang, dan perguruan tinggi sebanyak 49 orang.

57
Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)


1 Tidak tamat sekolah dasar 1.249 32,3
2 Sekolah Dasar 1.427 36,9
3 Sekolah Menengah Pertama 682 17,6
4 Sekolah Menengah Atas 459 11,9
5 Perguruan Tinggi 49 1,3
Jumlah 3.866 100,0

Sumber : BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014.

e. Mata Pencaharian

Karakteristik masyarakat Kelurahan Bandengan yang bersifat

heterogen dapat dilihat dari mata pencahariannya. Mata pencaharian

terbesar adalah nelayan yaitu sebesar 777 orang, karyawan swasta sebesar

475 orang dan beberapa mata pencaharian lain. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah


Petani 51 22 73
Buruh Tani 73 50 123
PNS 10 6 16
Pedagang kelontong 20 35 55
Nelayan 777 0 777
Bidan Swasta 0 3 3
TNI 3 0 3
Karyawan Swasta 375 100 475
Wiraswasta 101 88 189
Pensiunan 3 12 15
Jumlah Total 1.413 316 1.729

Sumber: Monografi Kelurahan Bandengan, 2014.

58
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah

Tujuan dari analisis deskriptif persentase adalah untuk mengetahui

dan memperjelas hasil penelitian tentang hubungan pendidikan masyarakat

dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

a. Tingkat Pendidikan

1) Pendidikan Formal

Masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal

rata-rata masih memiliki tingkat pendidikan formal yang masih rendah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Kota Kendal Tahun

2014 diketahui bahwa penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 1.294

orang, penduduk yang tamat SD sebanyak 1.427 orang, yang tamat SMP

berjumlah 682 orang, tamat SMA berjumlah 459 orang dan perguruan

tinggi sebanyak 49 orang (BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014).

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat akan

berpengaruh terhadap pola pikir dan pengetahuan mereka. Umumnya

orang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih memiliki pengetahuan

yang banyak dibanding dengan orang yang hanya berpendidikan rendah.

Pola pikir, pengetahuan dan perilaku orang yang berpendidikan tinggi

cenderung dinamis, sedang orang yang hanya menempuh pendidikan

rendah biasanya kurang berkembang. Pendidikan ini mencakup juga

pendidikan nonformal dalam masyarakat seperti sosialisasi/penyuluhan

dan pelatihan. Orang yang mendapatkan sosialisasi/penyuluhan tentang

59
pengelolaan sampah akan lebih sadar dan berperilaku baik dalam

menjaga lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan orang yang tidak

mendapat sosialisasi/penyuluhan sama sekali.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat

pendidikan formal masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota

Kendal rata-rata masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1 Tidak tamat SD 13 13
2 SD 38 38
3 SMP 21 21
4 SMA 24 24
5 Perguruan Tinggi 4 4
Jumlah 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Tabel tingkat pendidikan formal diatas menunjukkan bahwa

sebagian besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak

38 orang (38 %), tamat SMA 24 orang (24 %), tamat SMP 21 orang (21

%), dan yang telah menamatkan perguruan tinggi adalah 4 orang (4 %),

serta ada 13 responden (13 %) yang tidak tamat SD.

Disamping informasi tentang pendidikan formal berdasarkan

kelulusan, perlu pula diketahui tahun sukses seseorang atau responden.

Tahun sukses dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh

seseorang untuk mencapai pendidikan terakhir. Tahun sukses yang

60
ditempuh oleh masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada

Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan

Tahun Sukses
No Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
(Tahun)
1 2 4 4
2 3 7 7
3 4 1 1
4 5 1 1
6 6 37 37
7 7 1 1
8 9 21 21
9 12 22 22
10 15 1 1
11 16 5 5
Jumlah 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 37 orang

menempuh pendidikan 6 tahun, 5 orang menempuh 16 tahun, 21 orang

menempuh 9 tahun, 22 orang menempuh 12 tahun, 7 orang menempuh 3

tahun, kemudian 4 orang hanya menempuh 2 tahun, dan masing-masing

1 orang yang menempuh 4 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 15 tahun sukses.

2) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal yang diperoleh masyarakat dari

sosialisasi/penyuluhan tentang pengelolaan sampah menunjukkan bahwa

2 orang pernah mengikuti sosialisasi lebih dari 2 kali. Satu orang pernah

mengikuti sosialisasi 2 kali, 7 orang pernah mengikuti 1 kali, dan

sebanyak 90 orang tidak pernah mengikuti sama sekali.

61
Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan Nonformal tentang Pengelolaan Sampah

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1 Tidak pernah 90 90
2 1 kali 7 7
3 2 kali 1 1
4 Lebih dari 2 kali 2 2
Jumlah 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang pernah diikuti

masyarakat bermacam-macam seperti manfaat bank sampah,

pemberdayaan sampah rumah tangga dari plastik dan kain perca (dibuat

kerajinan tangan), dan pembuatan pupuk organik cair.

Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat

pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel

4.8.

Tabel 4.8. Rata-rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan

Interval Persentase Rata-Rata


Kriteria Jumlah
(%) (%) Skor Kriteria
Sangat Rendah 25 39,9 25 25
Rendah 40 54,9 44 44
Sedang 55 69,9 27 27
48,58
Rendah
Tinggi 70 84,9 2 2 %
Sangat Tinggi 85 100 2 2
Total 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat

Kelurahan Bandengan termasuk dalam kriteria rendah dengan persentase

terbanyak 44% diikuti dengan kriteria sedang sebesar 27%, kriteria

sangat rendah sebesar 25%, kriteria tinggi dan sangat tinggi masing-

62
masing 2%. Berdasarkan hasil tersebut tingkat pendidikan secara

keseluruhan dalam kriteria rendah yaitu 48,58%.

3) Pengetahuan Pengelolaan Sampah

Pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan

salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan lingkungan yang baik

dan bersih. Tinggi rendahnya pengetahuan pengelolaan sampah seperti

mengetahui pengertian sampah organik dan an-organik,

mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya (organik dan an-organik),

dan akibat dari pencemaran sampah akan mempengaruhi dalam

mengatasi permasalahan tersebut (Lampiran 2).

Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat

pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan

Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah

Interval Persentase Rata-Rata


Kriteria Jumlah
(%) (%) Skor Kriteria
Sangat Rendah 0 19,9 0 0
Rendah 20 39,9 6 6
Sedang 40 59,9 24 24
56,66
Sedang
Tinggi 60 79,9 38 38 %
Sangat Tinggi 80 100 32 32
Total 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa pengetahuan

pengelolaan sampah sebagian besar dalam kriteria tinggi yaitu sebesar

38%, diikuti dengan kriteria sangat tinggi yaitu sebesar 32%, kriteria

sedang sebesar 24%, kriteria rendah 6%, dan kriteria sangat rendah

63
sebesar 0%. Hasil keseluruhan memiliki kriteria sedang dengan persentase

sebesar 56,66%.

b. Perilaku Pengelolaan Sampah

1) Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di

antaranya, debu, sampah, dan bau. Kebersihan lingkungan adalah

kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum.

Membersihkan halaman rumah memang seperti tugas yang sederhana

dan sudah menjadi kebiasaan untuk pekerjaan rumah.

Tabel 4.10. Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman

No Tingkatan Jumlah
1. Selalu 21
2. Sering 58
3. Kadang-kadang 21
4. Tidak Pernah -
Total 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan

halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan rumah dari

sampah. Tabel 4.10 menunjukkan perilaku masyarakat dalam menjaga

kebersihan rumah dan halaman. Sebanyak 21 responden selalu

membersihkan, 58 responden sering membersihkan dan 21 reponden

kadang-kadang membersihkan.

64
Gambar 4.2. Kondisi Halaman Rumah Masyarakat Bandengan

2) Mengurangi Sampah Rumah Tangga

Kebiasaan pada masyarakat yang senang dengan hal yang serba

praktis dan instan, sebagai gambaran dalam pemilihan tempat atau

bungkus makanan berupa sterofoam, plastik, kertas minyak, padahal

barang-barang tersebut yang kita tahu salah satu jenis barang yang setelah

jadi sampah tidak bisa cepat hancur.

Tabel 4.11. Mengurangi Sampah Rumah Tangga

No Tingkatan Jumlah
1. Selalu 5
2. Sering 7
3. Kadang-kadang 21
4. Tidak Pernah 67
Total 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

65
Ada baiknya kita sadar akan hal tersebut dan alangkah baiknya

kita bisa mengurangi pemakaian barang-barang tersebut dengan barang

yang lebih ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan daun atau

wadah makanan yang aman. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian

besar tidak pernah menggunakan wadah makanan yaitu sebesar 67

responden, 5 responden selalu menggunakan, 7 responden sering

menggunakan dan 21 reponden kadang-kadang menggunakan.

3) Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar

Kerja bakti adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat

berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Kegiatan kerja bakti untuk

menjaga kebersihan sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan

yang nyaman dan bersih. Perilaku pelaksanaan kerja bakti yang

dilakukan masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel

4.12.

Tabel 4.12. Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar

Jumlah (Orang)
No Tingkatan Pelaksanaan kerja Keikutsertaan kerja
bakti bakti
1. Selalu 10 6
2. Sering 22 30
3. Kadang-kadang 65 55
4. Tidak Pernah 3 9
Total 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

66
Tabel 4.12 menunjukkan keikutsertaan kerja bakti yang dilakukan

masyarakat di Kelurahan Bandengan dalam kategori kadang-kadang yaitu

sebulan sekali atau ketika mendekati lebaran, sedangkan masyarakat yang

mengikuti kerja bakti sebagian besar menjawab kadang-kadang yaitu

sebanyak 55 responden.

4) Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik

Pemilahan sampah adalah salah satu proses dalam pengolahan

sampah; yaitu dengan memisahkan menjadi kelompok sampah tertentu

(organik dan an-organik). Pemisahan sampah perlu dilakukan karena

sampah organik dan an-organik memiliki sifat yang berbeda. Perilaku

memisahkan sampah organik dan an-organik yang dilakukan masyarakat

Bandengan dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik

No Tingkatan Jumlah
1. Selalu 2
2. Sering 2
3. Kadang-kadang 51
4. Tidak Pernah 45
Total 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebagian besar reponden

menjawab kadang-kadang yaitu sebesar 51 responden memisahkan

sampah organik dan an-organik, kemudian 45 reponden tidak pernah

memisahkan.

67
Gambar 4.3. Tempat Pembuangan Sampah di Kelurahan Bandengan yang

belum memisahkan antara sampah organik dan an-organik

5) Kebiasaan Membuang Sampah

Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih terjadi di

mana-mana, dan dilakukan oleh kalangan manapun. Di kalangan

masyarakat yang kurang peduli kebersihan, buang sampah dimanapun

sudah menjadi hal yang biasa dan tidak menjadi masalah. Tabel 4.14

menunjukkan kebiasaan membuang sampah yang dilakukan masyarakat

Bandengan.

68
Tabel 4.14. Kebiasaan Membuang Sampah

Jumlah

No Tingkatan Memungut
Mengantungi Membuang sampah
sampah di
sampah di selokan/sungai
jalan

1. Selalu 6 2 -
S
2. Sering 14 5 -

3. Kadang-kadang 50 27 45

4. Tidak Pernah 30 66 55

Total 100 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Sebagian besar yaitu 50 responden menjawab kadang-kadang

dalam perilaku mengantungi sampah. Kemudian perilaku memungut

sampah di jalan 66 responden sebagian besar menjawab tidak pernah, dan

perilaku membuang sampah di selokan/sungai banyak yang menjawab

tidak pernah yaitu sebesar 55 responden.

Gambar 4.4. Banyaknya Sampah di Pinggir Sungai

69
6) Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai

Ekonomis

Banyak sekali barang-barang yang setelah digunakan bisa

digunakan ulang dengan fungsi yang sama dengan fungsi awalnya tanpa

melalui proses pengolahan. Menggunakan kembali benda-benda yang

tidak terpakai merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15. Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis

No Tingkatan Jumlah
1. Selalu 1
2. Sering 3
3. Kadang-kadang 64
4. Tidak Pernah 32
Total 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa 64 responden menjawab kadang-

kadang, 32 reponden tidak pernah, 3 reponden sering, dan hanya 1

responden yang menjawab selalu dalam perilaku menggunakan kembali

sampah menjadi barang bernilai ekonomis. Bentuk pemanfaatannya yaitu

kaleng bekas cat dipakai kembali sebagai pot, kardus dipakai kembali

sebagai tempat buku atau alat perkakas.

7) Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik

Sampah an-organik berupa botol, plastik, kertas, kardus, kaleng

merupakan sampah yang sulit diurai sehingga akan bertahan lama menjadi

sampah. Pengolahan sampah anorganik dengan cara daur ulang

merupakan salah satu cara yang efektif, karena selain menguntungkan

70
secara ekonomis juga secara ekologis. Perilaku penerapan daur ulang

sampah an-organik dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16. Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik

Jumlah
No Tingkatan Wadah Plastik Botol Produk Hasil
Kardus
Cat Belanja Plastik Daur Ulang
1. Selalu 2 4 2 4 2
2. Sering 30 17 6 13 4
3. Kadang-kadang 62 41 31 82 30
4. Tidak Pernah 6 38 61 1 64
Total 100 100 100 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa perilaku menerapkan daur ulang

sampah an-organik baik dalam daur ulang wadah cat, plastik belanja,

botol plastik, kardus, dan produk hasil ulang sebagian besar responden

menjawab kadang-kadang.

Berdasarkan Tabel 4.17, hasil perhitungan deskriptif persentase

perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan

Bandengan sebagian besar dalam kriteria rendah yaitu sebesar 67%,

diikuti dengan kriteria sedang sebesar 26%, kriteria tinggi 4%, sangat

rendah sebesar 3%, dan 0% untuk kriteria sangat tinggi. Hasil secara

keseluruhan bahwa perilaku pengelolaan sampah tergolong rendah yaitu

sebesar 51,38%.

71
Tabel 4.17 Rata-rata Perilaku Pengelolaan Sampah

Interval Persentase Rata-Rata


Kriteria Jumlah
(%) (%) Skor Kriteria
Sangat Rendah 25 39,9 3 3
Rendah 40 54,9 67 67
Sedang 55 69,9 26 26
51,38
Rendah
Tinggi 70 84,9 4 4 %
Sangat Tinggi 85 100 0 0
Total 100 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2015.

c. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku

Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota

Kendal

Hubungan antara variabel terikat (tingkat pendidikan) dengan

variabel bebas perilaku pengelolaan sampah) dianalisis dengan korelasi

product moment. Variabel tingkat pendidikan dan perilaku berwujud skor

kuesioner dengan skala Likert dan dihitung dengan rumus korelasi

Pearson.

Hasil perhitungan product moment dibandingkan dengan harga r

tabel. Kriteria valid jika rxy > rtabel (Arikunto, 2006:274). Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar 0,195.

Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima adalah Ha

yaitu ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku

pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan

Kecamatan Kota Kendal.

72
B. Pembahasan

1. Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal

masyarakat Kelurahan Bandengan masih tergolong rendah yaitu sebagian

besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak 38 orang (38

%), sedang tamat SMA 24 orang (24 %), tamat SMP 21 orang (21 %), dan

yang telah menamatkan sekolahnya di perguruan tinggi adalah 4 orang (4

%), serta ada 13 responden (13 %) yang tidak tamat SD.

Dilihat dari tahun sukses, persentase terbanyak yaitu 6 tahun

sebesar 50%, kemudian diikuti 7 9 tahun sebanyak 22%, 10 12 tahun

sebesar 22%, dan 12 hanya 6%. Hal ini menunjukkan bahwa tahun sukses

pendidikan masyarakat Bandengan tergolong dalam kategori rendah yaitu

6 tahun.

Selain itu, dari pendidikan nonformal yang didapat dari

sosialisasi/penyuluhan juga menunjukkan persentase yang rendah, dari 100

responden sebanyak 90% tidak pernah mengikuti sosialisasi, hanya 10%

yang ikut sosialisasi, dalam hal ini adalah ibu-ibu yang aktif mengikuti

PKK dan masyarakat yang terlibat dalam kepengurusan kelurahan (RT,

RW). Sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang pernah diikuti

masyarakat bermacam-macam seperti manfaat bank sampah, pemberdayaan

sampah rumah tangga dari plastik dan kain perca (dibuat kerajinan tangan),

dan pembuatan pupuk organik cair.

73
Meskipun tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan

rendah, namun pengetahuan pengelolaan sampah termasuk kriteria sedang

yaitu sebesar 56,66%. Dari pertanyaan angket, masyarakat sudah bisa

membedakan sampah berdasarkan jenisnya (organik dan an-organik).

2. Perilaku Pengelolaan Sampah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pengelolaan sampah di

Kelurahan Bandengan pada kriteria rendah yaitu sebesar 51,38%. Dari

indikator perilaku pengelolaan sampah dideskripsikan dalam uraian sebagai

berikut:

a. Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman

Perilaku menjaga kebersihan rumah masing-masing sudah cukup

namun kebersihan halaman masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari halaman

sekitar rumah, selokan yang ada masih dipenuhi sampah-sampah. Dari

hasil penelitian, 19 responden selalu membersihan, 58 responden sering

membersihan dan 21 reponden kadang-kadang membersihkan. Dalam

menjaga kebersihan halaman sekitar ini responden beralasan bahwa

kebersihan rumah dan halaman sekitar merupakan kesadaran masing-

masing individu. Ada yang selalu membersihkan karena risih jika

halamannya kotor, karena rumah dan halaman merupakan hal privasi

sehingga rajin dibersihkan.

b. Mengurangi Sampah Rumah Tangga

Perilaku mengurangi sampah rumah tangga dengan mengurangi

penggunaan plastik atau kertas sebagai pembungkus makanan masih

74
rendah. Dari hasil penelitian 100 responden, 67 reponden selalu

menggunakan plastik atau kertas dibandingkan menggunakan

wadah/tempat makanan.

Responden menggunakan plastik atau kertas sebagai pembungkus

makanan karena praktis. Responden tidak perlu repot-repot lagi membawa

wadah/tempat makanan karena jika makanan sudah habis maka plastik

atau kertas bisa langsung dibuang.

c. Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar

Pelaksanaan kerja bakti di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota

Kendal masih rendah. Sebesar 65 responden menjawab kadang-kadang

melaksanakan kerja bakti di lingkungan sekitar. Pelaksanaan kerja bakti

dilakukan sebulan sekali dan itu pun jarang, atau hanya dilakukan ketika

ada hari-hari tertentu seperti ketika menjelang lebaran. Responden

beralasan mereka jarang melakukan kerja bakti karena kebersihan

limgkungan sekitar adalah kesadaran masing-masing individu.

Sedangkan 55 reponden menjawab kadang-kadang dalam

keikutsertaan kerja bakti. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat

bekerja sebagai nelayan yang setiap hari waktunya dihabiskan untuk

mencari ikan.

d. Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik

Perilaku masyarakat dalam memisahkan sampah organik dan an-

organik masih rendah. Sebanyak 51 responden menjawab kadang-kadang

dan 45 tidak pernah memisahkan sampah organik dan an-organik.

75
Pemisahan sampah seperti sampah organik dan an-organik adalah

sesuatu yang jarang dilakukan oleh masyarakat. Responden beralasan

bahwa sampah yang dibersihkan akan langsung dibakar, sehingga mereka

tidak mau repot lagi memisahkan antara sampah organik dan an-organik.

Padahal membakar sampah merupakan kebiasaan buruk karena dapat

merusak lingkungan. Sampah yang dibakar akan menghasilkan

karbondioksida (CO2) yang menyababkan pemanasan global. Selain itu,

tanah bekas pembakaran sampah menjadi tidak subur.

e. Kebiasaan Membuang Sampah

Kebiasaan masyarakat membuang sampah juga masih rendah.

Sebagian besar yaitu 50 responden menjawab kadang-kadang dalam

perilaku mengantungi sampah. Kemudian perilaku memungut sampah di

jalan 66 responden menjawab tidak pernah. Selanjutnya sebanyak 45

responden membuang plastik/kertas bekas makan/minum di sembarang

tempat.

Meskipun ada beberapa tempat pembuangan sampah sementara,

namun karena tempat tersebut masih penuh sampah akibat truk sampah

yang tidak segera mengambilnya, sehingga masyarakat membuang

sampah di depan/belakang halaman kemudian membakarnya atau

membuangnya di sungai.

76
f. Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis

Perilaku menguunakan kembali sampah menjadi barang bernilai

ekonomis masih rendah. Dari 100 responden, 32 reponden tidak pernah

menggunakan kembali dan 63 responden menjawab kadang-kadang.

Beberapa orang ada yang menggunakan kaleng bekas cat sebagai

pot tanaman, kemudian botol plastik, kardus, dan jaring-jaring dijual

daripada menggunakan kembali. Sedangkan kantong plastik biasanya

dibuang dan dibakar.

g. Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik

Perilaku mendaur ulang sampah an-organik seperti plastik, botol

plastik, kardus, kaleng, jaring-jaring masih rendah. Sebagian besar

responden menjawab kadang-kadang dalam penerapan daur ulang wadah

cat, plastik belanja, dan kardus. Sedangkan responden menjawab tidak

pernah dalam penerapan daur ulang botol plastik.

PKK di Kelurahan Bandengan pernah melaksanakan kegiatan

pelatihan membuat taplak meja dari kain perca sebagai usaha untuk

menghasilkan uang tambahan. Satu kg hasil kerajinan dijual dengan harga

Rp 1.000,- ke pengepul dan kegiatan ini sudah tidak ada lagi, hanya

berlangsung selama 3 tahun.

77
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku

Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal

Hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan rumus product

moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar

0,195. Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima

adalah Ha yaitu ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan

perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan

Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Berikut dijelaskan kriteria signifikasi koefisien (Arikunto,

2006:276).

1) 0,000 sampai dengan 0,200 = validitas sangat rendah

2) 0,200 sampai dengan 0,400 = validitas rendah

3) 0,400 sampai dengan 0,600 = validitas cukup

4) 0,600 sampai dengan 0,800 = validitas tinggi

5) 0,800 sampai dengan 1,00 = validitas sangat tinggi

Hasil perhitungan rxy sebesar 0,480 termasuk dalam signifikasi

ketiga, yaitu tingkat koefisien antara 0,400 0,600 dengan kriteria cukup.

Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan

masyarakat memiliki hubungan dengan perilaku pengelolaan sampah di

pemukiman nelayan Desa Bandengan Kecamatan Kota Kendal.

Secara umum tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan

mempengaruhi perilaku seseorang. Namun pendidikan tidak hanya

diperoleh dari jenjang formal saja, tapi dari pendidikan nonformal juga

78
berpengaruh. Seseorang yang pendidikan formalnya rendah belum tentu

perilakunya juga rendah, pendidikan nonformal akan memberikan

pengaruh mengenai cara pandang dan perilaku seseorang.

Pada umumnya masyarakat sudah mengetahui jika membuang

sampah sembarangan dilarang, namun masyarakat tidak peduli dan tidak

sadar karena membuang sampah sembarangan sudah menjadi kebiasaan

dalam hal kepraktisan.

79
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan termasuk dalam

kriteria rendah, baik dalam pendidikan formal, tahun sukses pendidikan

maupun tingkat pendidikan nonformal, sedangkan tingkat pengetahuan

pengelolaan sampah sudah termasuk dalam kriteria sedang yaitu sebesar

56,66%.

2. Perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan tergolong rendah

yaitu sebesar 51,38%. Perilaku pengelolaan sampah meliputi : menjaga

kebersihan rumah dan halaman, mengurangi sampah rumah tangga,

melaksanakan kegiatan kerja bakti di lingkungan sekitar, memisahkan

sampah organik dan an-organik, kebiasaan membuang sampah,

menggunakan kembali sampah menjadi barang bernilai ekonomis, dan

menerapkan daur ulang sampah an-organik.

3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan

perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan

Kecamatan Kota Kendal.

80
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Perlu dibiasakan tidak membuang sampah di jalan, selokan, sungai karena

dapat menimbulkan bau busuk yang mengganggu pernafasan dan sebagai

sarang penyakit.

2. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah

sampah yang dihasilkan oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya dalam

pengelolaan sampah.

3. Perlu dilakukan peningkatan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat mengenai pengelolaan sampah, dengan demikian diharapkan

tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah akan

meningkat.

81
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.
BPS Kabupaten Kendal. 2014. Kecamatan Kota Kendal dalam Angka Tahun
2014. (kendalkab.bps.go.id).
Dihatri, Ria. 2013. Karya Tulis Ilmiah. Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah
Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Berusia 20-60
Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan
Medan Denai Tahun 2013. Medan: Akademi Kebidanan Nusantara 2000.
Eko Wibowo, Hermawan. 2010. Tesis. Perilaku Masyarakat dalam Mengelola
Sampah Pemukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Semarang:
Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro.
Mansyur, M. Cholil. 1984. Sosiologi Masyarakat Desa & Kota. Surabaya: Usaha
Nasional.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Peraturan Daerah kabupaten Kendal Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah di Kabupaten Kendal.
Subarna, Endang. 2014. Manfaat Pengelolaan Sampah Terpadu. Surakarta:
Aryhaeko Sinergi Persada.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suprapto. 2010. Tesis. Hubungan Antar Jenjang Pendidikan dan Pendapatan
dengan Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan Tahun 2010.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup Universitas Sebelas Maret.
Suryati, Teti. 2009. Bijak & Cerdas Mengolah Sampah. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
-------------- . 2014. Bebas Sampah dari Rumah. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Undang-undang Nomor Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

82
Undang-undang Nomor Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Wahyono, E. H. dan Nano Sudarno. 2012. Pengelolaan Sampah Plastik: Aneka
Kerajinan dari Sampah Plastik. Bogor: Yapeka.
Yuniarti, Nia Tetin. 2000. Skripsi. Persepsi Masyarakat Nelayan Terhadap
Pendidikan Formal di Pantai Pamayang, Kabupaten Tasikmalaya. Bogor:
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/
(diakses tanggal 10 April 2015 jam 18.36 WIB)
https://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/
(diakses tanggal 25 mei 2015 jam 08.20 WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan/
(diakses tanggal 24 November 2015)

83
LAMPIRAN

84
Lampiran 1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI


PEMUKIMAN NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL

Variabel Sub-Variabel Indikator Nomor Soal


1. Tingkat Pendidikan Pendidikan formal Tingkatan Pendidikan Masyarakat Bandengan : Tercantum pada
Masyarakat. 1. Tidak Tamat Sekolah Dasar bagian identitas
2. Lulusan SD/Sederajat responden
3. Lulusan SMP/Sederajat
4. Lulusan SMA/Sederajat
5. Lulusan Pendidikan Tinggi
Lama pendidikan formal yang ditempuh 1
Pentingnya pendidikan formal 2
Pendidikan non formal Masyarakat mengikuti pendidikan non formal 3

Pengetahuan pengelolaan Masyarakat memperkirakan akibat dari 4 dan 5


sampah pencemaran sampah

85
Variabel Sub-Variabel Indikator Nomor Soal
Masyarakat menjelaskan pengertian sampah 6 dan 7
organik dan an-organik
Masyarakat mengklasifikasikan sampah sesuai 8 dan 9
jenisnya (organik dan an-organik)
2. Hubungan antara Perilaku pengelolaan sampah Masyarakat menyadari menjaga kebersihan rumah 10
tingkat pendidikan dan halaman
dengan perilaku Masyarakat memahami pengurangan sampah 11
pengelolaan rumah tangga
sampah Masyarakat melaksanakan kegiatan kerja bakti di 12 dan 13
lingkungan sekitar
Masyarakat menentukan sampah organik dan an- 14
organik
Masyarakat membiasakan membuang sampah 15, 16, dan 17
Masyarakat menggunakan kembali sampah 18
menjadi barang bernilai ekonomis
Masyarakat menerapkan daur ulang sampah an- 19, 20, 21, 22,
organik dan 23

86
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT
DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN
NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL

IDENTITAS RESPONDEN
1. No Urut Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak Tamat Sekolah Dasar
b. Lulusan SD/Sederajat
c. Lulusan SMP/Sederajat
d. Lulusan SMA/Sederajat
e. Lulusan Pendidikan Tinggi
f. Tahun Sukses Pendidikan :

A. Tingkat Pendidikan
1. Berapa lama Saudara mengikuti pendidikan formal?
a. > 13 tahun c. 7 9 tahun
b. 10 12 tahun d. 6 tahun
2. Apakah menurut Saudara pendidikan formal itu penting?
a. Sangat penting c. Biasa
b. Penting d. Tidak penting

87
3. Apakah Saudara pernah mengikuti pendidikan non formal
(penyuluhan/sosialisasi) tentang pengelolaan sampah?
a. Pernah, lebih dari 2 kali, sebutkan.
b. Pernah, 2 kali, sebutkan.
c. Pernah, 1 kali, sebutkan
d. Tidak pernah

B. Pengetahuan Pengelolaan Sampah


4. Sampah yang menumpuk dan berceceran akan mengakibatkan kecuali.
a. Pencemaran lingkungan c. Memperindah Pemandangan
b. Lingkungan menjadi kotor d. Menimbulkan bau tidak sedap
5. Akibat dari pembakaran sampah adalah.
a. Polusi udara c. Lingkungan menjadi bersih
b. Menyuburkan tanah d. Menghasilkan pupuk
6. Sampah organik adalah.
a. Sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup
b. Sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup
c. Sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup
d. Sampah yang tidak dapat terurai tanpa dibakar
7. Sampah an-organik adalah.
a. Sampah yang tidak dapat terurai tanpa dibakar
b. Sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup
c. Sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup
d. Sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup
8. Yang termasuk sampah organik adalah.
a. Kertas, plastik, dedaunan c. Dedaunan, sisa makanan, buah
b. Sisa makanan, sayuran, paku d. Kulit buah, tanaman, kaca

88
9. Berikut merupakan macam-macam sampah.
1) Daun kering 3) Kaca 5) Kulit buah
2) Sampah logam 4) Kaleng
Dari uraian di atas, yang termasuk sampah yang sulit terurai dan sulit
terbakar (an-organik) adalah.
a. 1, 2, 3 c. 3, 4, 5
b. 2, 3, 4 d. 1, 3, 5

C. Perilaku Pengelolaan sampah


10. Apakah Saudara membersihkan halaman rumah setiap hari?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
11. Apakah Saudara mengurangi sampah yang dihasilkan rumah tangga?
Misalnya lebih menggunakan wadah makan (Tupperware) daripada
menggunakan plastik atau kertas?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Dalam sebulan apakah lingkungan tempat tinggal Saudara mengadakan
kerja bakti?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Apakah Saudara selalu ikut kerja bakti membersihkan sampah di
lingkungan tempat tinggal Saudara?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Apakah Saudara mengumpulkan sampah dan memisahkan sampah
organik dan anorganik?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah

89
15. Ketika Saudara makan/minum, Apakah Saudara mengantungi sampah
hingga menemukan tempat sampah?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
16. Saudara akan mengambil dan membuang sampah ke tempat sampah
ketika di jalan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Apakah Saudara pernah membuang sampah di sungai atau di selokan air?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Apakah saudara sudah menggunakan kembali sampah rumah tangga
menjadi barang yang bernilai ekonomi?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Apakah Saudara menggunakan kembali wadah bekas cat, contohnya
untuk pot tanaman, ember, dll?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Apakah Saudara memakai ulang plastik bekas belanja, misalnya
digunakan untuk wadah belanja lagi?

a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
21. Apakah Saudara menggunakan ulang botol plastik bekas? Misalnya
memanfaatkan botol bekas untuk tempat cairan pel, cairan pembersih
kaca, atau cairan pembersih piring, mangkok dan gelas?

a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah

90
22. Apakah Saudara sering menyimpan kardus untuk digunakan ulang?
Misalnya untuk wadah buku, menyimpan sepatu, dll?

a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Apakah Saudara pernah menggunakan produk hasil daur ulang sampah,
contoh tas dari anyaman sampah kantong plastik, bross dari kain perca,
dll?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah

91
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT
DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN
NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL

Kategori
No Indikator Pengelolaan Sampah
Ya Tidak
Terdapat tempat sampah organik
1
dan an-organik
2 Sampah tidak berserakan
3 Setiap sampah ditampung pada
tempat sampah
4 Sampah dipisahkan antara organik
dan an-organik
5 Sampah-sampah yang cepat busuk
dan berbau dimasukkan ke dalam
kantong kedap air dan diikat
6 Terdapat tempat pembuangan
sampah sementara (TPS)
7 Terdapat tempat pembuangan
sampah akhir (TPA)
8 Terdapat peralatan pengumpulan
(tong sampah, bak sampah,
gerobak)
9 Pengumpulan dan penumpukan
sampah organik dijadikan bahan
pupuk

92
Lampiran 4

VALIDITAS INSTRUMEN
Nomor
item r-hitung r-tabel Keterangan
1 0,866 0,482 Valid
2 0,613 0,482 Valid
3 0,671 0,482 Valid
4 0,860 0,482 Valid
5 0,552 0,482 Valid
6 0,487 0,482 Valid
7 0,550 0,482 Valid
8 0,875 0,482 Valid
9 0,655 0,482 Valid
10 0,730 0,482 Valid
11 0,610 0,482 Valid
12 0,484 0,482 Valid
13 0,539 0,482 Valid
14 0,631 0,482 Valid
15 0,638 0,482 Valid
16 0,750 0,482 Valid
17 0,549 0,482 Valid
18 0,641 0,482 Valid
19 0,693 0,482 Valid
20 0,565 0,482 Valid
21 0,558 0,482 Valid
22 0,508 0,482 Valid
23 0,641 0,482 Valid
Sumber: Data Penelitian, 2015.

93
Lampiran 5

RELIABILITAS INSTRUMEN

rhitung 0,884

rtabel 0,482

rhitung > rtabel = Instrumen Reliabel

94
Lampiran 6
DAFTAR NAMA RESPONDEN PENELITIAN
Kode Umur Tingkat
Nama Pekerjaan
Res. (Th) Pendidikan
R1 Darminto 32 SMP Nelayan
R2 Budi Yulianto 37 SMA Nelayan
R3 Triyogi 49 SMA Karyawan
R4 Sukati 55 Tidak Tamat SD Ibu Rumah Tangga
R5 Khoirul Umam 29 SMP Nelayan
R6 Gembong Mahardhika 33 D3 Wiraswasta
R7 Suyamah 45 SD Ibu Rumah Tangga
R8 Prayogo 43 SD Tukang Becak
R9 Joko Riyanto 32 SD Nelayan
R10 Alief Wibowo 26 S1 T.U
R11 Ngaiben 59 Tidak Tamat SD Nelayan
R12 Kamdi 47 SMA Wiraswasta
R13 Raharjo 51 SMA Nelayan
R14 Keswanto 34 SMA Karyawan Swasta
R15 Napiah 48 SMP Ibu Rumah Tangga
R16 Dyah Ayu Wulandari 31 SMA Ibu Rumah Tangga
R17 Sudirman 31 SD Nelayan
R18 Kusnanto 29 SMP Nelayan
R19 Akhmad Yasin 31 SMP Nelayan
R20 Maulida Lutfi 36 SMA Nelayan
R21 Ahmad 30 SMP Wiraswasta
R22 Nita Prana Saputri 21 SMA Karyawan Pabrik
R23 Destiana Wahyuningrum 30 SMA Ibu Rumah Tangga
R24 Setyowati 50 S1 Guru
R25 Supratno 40 SMP Nelayan
R26 Nurhadi 49 S1 Wiraswasta
R27 Siti Mukharomah 30 SMA Ibu Rumah Tangga
R28 Sulimah 70 SD -
R29 Harianto 36 Tidak Tamat SD Swasta
R30 Rida 18 SMP Karyawan Pabrik
R31 Yunani 34 SMP Ibu Rumah Tangga
R32 Ambiyo 54 Tidak Tamat SD Swasta
R33 Jumonto 35 SD Nelayan
R34 Aida 38 SMA Swasta
R35 Suwarni 43 Tidak Tamat SD Ibu Rumah Tangga
R36 Jumaiyah 28 SMP Ibu Rumah Tangga
R37 Nur Azah 42 SMA Ibu Rumah Tangga
R38 Pujiyanti 42 SMA Ibu Rumah Tangga
R39 Shyanti 26 SMP Ibu Rumah Tangga
R40 Riska Indri Liani 21 SMA Mahasiswa
R41 Hadi Susilo 35 SMA Petani
R42 Sariati 51 Tidak Tamat SD Ibu Rumah Tangga
R43 Deka Widyaningtyas 23 SMA Mahasiswa
R44 Sudarmo 53 Tidak Tamat SD Petani
R45 Sueni 46 SD Ibu Rumah Tangga
R46 Supriyati 47 SD Ibu Rumah Tangga
R47 Komariyah 52 Tidak Tamat SD Ibu Rumah Tangga
R48 Sumari 47 SMA Wiraswasta
R49 Sutrisno 38 SMP Petani
R50 Sumi Fandilah 32 SMP Ibu Rumah Tangga
R51 Sudarsih 44 Tidak Tamat SD Petani
R52 Fitriyah 46 SD Ibu Rumah Tangga
R53 Ahmad Basuki 48 SD Nelayan

95
Kode Umur Tingkat
Nama Pekerjaan
Res. (Th) pendidikan
R54 Sutaman 55 SD Nelayan
R55 Suroto 45 SD Nelayan
R56 Nur Wakhid 47 SMP Nelayan
R57 Santoso 44 SD Nelayan
R58 Sapai 25 SD Nelayan
R59 Runtut 45 SD Nelayan
R60 Siti Rukimah 48 SD Ibu Rumah Tangga
R61 Siti Kalimah 41 SMA Ibu Rumah Tangga
R62 Warkonah 47 SD Ibu Rumah Tangga
R63 Sonhaji 45 SD Petani
R64 Wahono 60 Tidak Tamat SD Swasta
R65 Solikhin 44 SD Petani
R66 Prasetyo 35 SMA Karyawan Swasta
R67 Rofiah 42 SD Ibu Rumah Tangga
R68 Rojanah 48 Tidak Tamat SD Ibu Rumah Tangga
R69 Sutrimo 35 SD Nelayan
R70 Tasrip 48 SD Nelayan
R71 Rukaini 39 SMP Nelayan
R72 Sutriman 49 SD Nelayan
R73 Ngasimah 33 SMP Ibu Rumah Tangga
R74 Maryati 42 SD Ibu Rumah Tangga
R75 Rubaiyah 50 Tidak Tamat SD Ibu Rumah Tangga
R76 Jatno 37 SMA Karyawan Swasta
R77 Abdul Hadi 42 SMA Wiraswasta
R78 Asri 60 Tidak Tamat SD Swasta
R79 Senam 35 SD Nelayan
R80 Mulyadi 35 SD Nelayan
R81 Resojono 35 SMP Nelayan
R82 Kamyadi 47 SD Nelayan
R83 Abdul Wakhid 41 SD Petani
R84 Subiyanto 50 SMA Wiraswasta
R85 Sukinah 44 SD Ibu Rumah Tangga
R86 Peni Widyastuti 46 SD Ibu Rumah Tangga
R87 Setyawan 38 SMP Nelayan
R88 Kunawi 50 SD Nelayan
R89 Ismanto 46 SMP Nelayan
R90 Ngatiyo 54 SD Nelayan
R91 Wahyudi 43 SMP Nelayan
R92 Murip 50 SD Nelayan
R93 Supiyati 44 SD Ibu Rumah Tangga
R94 Hartono 50 SMA Wiraswasta
R95 Muslimah 38 SD Ibu Rumah Tangga
R96 Sutejo 45 SMA Karyawan Pabrik
R97 Zaenal Arifin 43 SD Petani
R98 Abdul Somad 47 SD Nelayan
R99 Slamet 49 SMP Nelayan
R100 Nurudin 47 SD Nelayan
Sumber: Data Penelitian, 2015.

96
Lampiran 7
ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE
Nomor Pertanyaan ke- Tingkat
Kode Skor Kode
Pendidikan Pengetahuan Perilaku Pendidikan
Res. Total Res.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Res.
R1 2 3 1 0 1 0 1 1 1 3 1 3 4 2 4 3 4 2 3 2 2 2 1 46 R1 3
R2 3 3 1 1 1 0 0 1 1 2 1 2 2 1 2 2 4 1 2 4 2 2 1 39 R2 4
R3 3 3 2 1 1 1 0 1 1 4 2 2 2 2 4 3 3 1 4 4 3 3 2 52 R3 4
R4 1 2 1 1 0 0 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 32 R4 1
R5 2 3 1 1 1 0 0 1 1 4 1 4 3 2 2 1 4 2 3 1 1 2 1 41 R5 3
R6 4 4 1 1 1 0 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 4 2 2 1 1 2 1 40 R6 5
R7 1 3 1 1 0 0 1 1 1 3 1 3 2 2 1 2 4 2 1 1 1 2 2 36 R7 2
R8 1 3 1 1 1 0 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 34 R8 2
R9 1 3 1 1 1 0 1 1 1 4 1 1 2 2 1 1 4 2 2 2 1 2 2 37 R9 2
R10 4 3 1 1 1 1 0 1 1 3 3 4 2 2 4 4 3 1 3 3 3 2 1 51 R10 5
R11 1 2 1 0 0 1 0 1 0 2 1 2 4 1 2 1 3 1 2 3 2 1 1 32 R11 1
R12 3 3 1 1 1 0 1 1 1 4 4 2 2 2 4 1 4 4 4 2 3 4 2 54 R12 4
R13 3 3 1 0 1 0 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 4 1 2 3 1 2 1 36 R13 4
R14 3 4 1 1 1 0 1 1 1 4 3 4 4 2 3 3 4 1 2 4 4 4 4 59 R14 4
R15 2 3 1 1 1 0 1 1 1 3 1 2 2 2 1 1 4 2 2 1 1 2 2 37 R15 3
R16 3 3 1 1 1 0 1 1 1 4 1 2 2 1 1 1 4 2 3 1 1 2 1 38 R16 4
R17 1 4 1 0 1 0 1 1 1 3 1 2 3 1 1 2 4 2 2 1 1 2 2 37 R17 2
R18 2 3 1 0 1 0 1 1 1 4 2 3 4 2 3 2 4 3 2 1 1 2 1 44 R18 3
R19 2 3 1 0 1 0 1 1 1 4 2 4 3 2 1 2 4 2 3 2 1 2 1 43 R19 3
R20 3 3 1 0 1 0 1 1 1 3 2 2 3 2 1 1 4 1 2 1 1 2 1 37 R20 4
R21 2 3 1 1 1 0 1 1 1 3 1 4 3 2 2 2 4 1 3 1 1 3 2 43 R21 3
R22 3 3 1 1 1 0 1 1 1 3 1 3 2 2 1 1 4 2 3 1 1 2 1 39 R22 4
R23 3 4 1 1 1 0 1 1 1 4 3 4 4 2 3 3 4 1 2 4 4 4 4 59 R23 4
R24 4 4 4 1 1 0 1 1 1 3 1 2 2 3 2 1 4 2 3 1 1 3 1 46 R24 5
R25 2 3 1 1 1 0 0 1 1 3 1 4 3 2 2 1 4 2 3 2 1 2 2 42 R25 3

97
Nomor Pertanyaan ke- Tingkat
Kode Skor Kode
Pendidikan Pengetahuan Perilaku Pendidikan
Res. Total Res.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Res.
R26 4 3 1 1 1 0 1 1 1 3 3 2 2 2 3 1 4 3 3 2 3 4 2 50 R26 5
R27 3 4 1 1 1 0 1 1 1 4 1 3 2 3 2 2 4 2 3 2 1 3 2 47 R27 4
R28 2 3 1 1 1 1 0 1 1 3 1 2 1 2 3 2 3 2 1 3 2 2 1 39 R28 2
R29 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 33 R29 1
R30 2 3 1 0 1 0 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 4 1 2 2 1 2 1 35 R30 3
R31 2 3 1 0 1 0 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 4 1 2 1 1 2 1 31 R31 3
R32 1 2 1 1 0 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 31 R32 1
R33 1 3 1 1 0 0 0 1 1 4 1 4 3 2 2 1 4 2 2 1 1 2 2 39 R33 2
R34 3 4 3 1 1 1 1 1 1 4 4 2 3 2 3 2 4 2 2 3 3 2 3 55 R34 4
R35 1 2 1 1 1 0 1 1 1 4 1 3 2 2 1 1 4 2 2 2 1 2 1 37 R35 1
R36 2 3 1 1 1 0 1 1 1 3 2 2 2 2 1 1 3 1 3 2 3 3 1 40 R36 3
R37 3 3 2 1 1 0 0 1 1 4 4 2 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 1 46 R37 4
R38 3 3 2 1 1 0 0 1 1 4 4 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 43 R38 4
R39 2 4 1 1 1 0 0 1 1 4 2 4 2 1 4 2 3 1 1 1 2 2 1 41 R39 3
R40 4 3 1 0 1 0 0 1 1 3 4 1 1 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 41 R40 4
R41 3 4 4 0 1 0 0 1 1 4 3 3 4 4 2 2 4 3 3 2 2 2 3 55 R41 4
R42 1 2 2 0 0 0 0 1 1 4 3 2 3 4 4 3 4 2 3 1 1 2 3 46 R42 1
R43 4 3 1 1 1 1 0 1 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 46 R43 4
R44 1 2 1 0 0 1 0 1 0 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 1 31 R44 1
R45 1 3 1 1 0 0 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 34 R45 2
R46 1 3 1 1 0 0 0 1 0 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 3 2 2 2 33 R46 2
R47 1 2 1 1 1 0 0 0 1 3 1 3 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 1 33 R47 1
R48 3 3 1 1 1 1 0 1 1 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 1 45 R48 4
R49 2 3 1 1 1 0 0 1 0 3 1 4 3 2 2 1 3 2 3 2 1 2 2 40 R49 3
R50 2 3 2 1 1 0 1 1 1 3 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 2 39 R50 3
R51 1 2 1 1 0 0 0 1 1 4 1 3 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 1 35 R51 1
R52 1 3 1 1 1 0 1 1 0 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 3 1 2 2 35 R52 2
R53 1 2 1 0 1 0 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 31 R53 2

98
Nomor Pertanyaan ke- Tingkat
Kode Skor Kode
Pendidikan Pengetahuan Perilaku Pendidikan
Res. Total Res.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Res.
R54 1 2 1 1 1 0 0 0 1 3 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 1 2 2 34 R54 2
R55 1 3 1 0 1 1 0 0 1 2 1 2 2 1 2 1 4 2 2 1 1 2 1 32 R55 2
R56 2 3 1 0 1 0 1 1 1 2 1 3 2 1 2 2 3 1 3 2 2 2 1 37 R56 3
R57 1 3 1 0 1 1 0 1 1 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 33 R57 2
R58 1 3 1 1 1 1 0 1 1 3 2 3 3 1 2 1 4 2 3 2 2 2 1 41 R58 2
R59 1 3 1 0 1 1 0 1 1 3 1 2 3 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 33 R59 2
R60 1 2 1 0 1 1 0 1 1 3 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 34 R60 2
R61 3 2 2 1 1 0 0 1 1 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 41 R61 4
R62 1 2 1 0 0 1 0 1 1 3 1 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 2 2 34 R62 2
R63 1 3 1 1 0 0 1 1 0 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 31 R63 2
R64 1 2 1 0 1 1 0 0 1 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 28 R64 1
R65 1 3 1 1 1 0 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 33 R65 2
R66 3 3 1 1 1 0 1 1 1 3 2 2 3 2 1 1 4 1 2 1 1 2 1 38 R66 4
R67 1 3 1 0 0 1 0 1 1 3 2 2 2 1 2 1 4 1 2 3 2 2 1 36 R67 2
R68 1 2 1 1 0 1 0 1 1 3 1 2 1 1 3 1 3 1 2 3 2 2 1 34 R68 1
R69 1 3 1 1 0 0 0 1 1 3 1 3 3 2 2 1 3 2 2 1 1 2 1 35 R69 2
R70 1 2 1 0 1 0 1 0 1 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 30 R70 2
R71 2 3 1 1 1 0 0 1 0 3 1 3 3 2 2 1 3 2 3 2 1 2 2 39 R71 3
R72 1 2 1 0 0 0 1 1 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 1 37 R72 2
R73 2 3 2 1 1 1 0 1 1 3 3 2 2 2 2 1 4 2 2 3 2 2 2 44 R73 3
R74 1 3 1 1 1 1 0 0 1 3 1 2 2 2 2 1 4 2 2 3 2 2 2 39 R74 2
R75 1 2 1 1 0 0 0 1 0 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 29 R75 1
R76 3 3 1 1 1 0 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 4 1 2 2 2 2 1 38 R76 4
R77 3 4 1 1 1 0 1 1 1 3 2 3 3 2 3 1 4 2 2 2 2 2 1 45 R77 4
R78 1 2 1 0 0 0 0 1 1 2 1 2 2 1 2 1 3 1 2 2 1 2 1 29 R78 1
R79 2 3 1 0 1 0 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 4 2 3 2 1 2 1 36 R79 2
R80 1 3 1 1 0 0 0 1 1 3 2 3 3 2 2 2 4 2 2 1 1 2 2 39 R80 2
R81 2 3 1 1 0 0 0 1 1 2 1 2 3 2 2 1 3 2 3 1 1 2 1 35 R81 3

99
Nomor Pertanyaan ke- Tingkat
Kode Skor Kode
Pendidikan Pengetahuan Perilaku Pendidikan
Res. Total Res.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Res.
R82 1 3 1 0 1 1 0 1 1 3 1 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 2 1 34 R82 2
R83 1 2 1 1 0 1 0 1 0 2 1 2 3 1 2 2 4 2 3 2 1 2 1 35 R83 2
R84 3 3 1 1 1 0 1 1 1 3 1 3 3 2 3 1 4 2 3 2 2 3 1 45 R84 4
R85 1 2 1 1 0 1 0 1 0 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 36 R85 2
R86 1 2 1 1 0 1 0 1 1 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 33 R86 2
R87 2 3 1 0 1 0 1 1 1 3 2 3 3 1 2 1 4 2 2 1 1 2 1 38 R87 3
R88 1 2 1 0 1 1 0 0 1 3 2 3 3 1 3 2 4 2 2 1 1 2 2 38 R88 2
R89 2 3 1 0 1 1 0 1 1 3 1 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 3 1 40 R89 3
R90 1 2 1 0 1 1 0 0 1 3 1 3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 2 1 40 R90 2
R91 2 3 1 0 1 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 1 2 1 37 R91 3
R92 1 2 1 1 1 0 0 1 1 3 1 2 3 2 2 1 3 2 3 1 1 2 1 35 R92 2
R93 1 2 1 0 1 1 0 0 1 3 1 2 2 1 2 1 3 2 2 3 2 2 2 35 R93 2
R94 3 3 1 0 1 0 1 1 1 2 1 2 3 1 2 1 4 1 2 2 1 3 1 37 R94 4
R95 1 3 1 1 1 0 0 1 1 4 2 2 2 1 3 1 4 2 2 3 2 3 2 42 R95 2
R96 3 3 1 1 1 0 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 4 1 2 2 1 3 1 37 R96 4
R97 1 3 1 1 1 0 1 1 0 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 33 R97 2
R98 1 3 1 1 0 1 0 0 1 3 1 3 3 1 2 1 3 2 2 1 1 2 2 35 R98 2
R99 2 3 1 1 1 0 0 1 1 2 1 2 3 1 2 1 3 2 3 2 1 2 1 36 R99 3
R100 1 3 1 0 1 0 1 1 1 3 1 2 2 1 2 1 3 2 2 2 1 2 1 34 R100 2
Total 185 283 115 65 76 30 48 90 89 300 150 239 233 161 196 143 355 173 228 187 149 220 144 3859 Total 268
Rata 1,85 2,83 1,15 0,65 0,76 0,30 0,48 0,90 0,89 3 1,5 2,39 2,33 1,61 1,96 1,43 3,55 1,73 2,28 1,87 1,49 2,2 1,44 38,59 Rata 2,68

Sumber: Data Penelitian, 2015.

100
Lampiran 8
PERSENTASE TINGKAT PENDIDIKAN
Kode Jawaban Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P1 P2 P3 Total
R1 2 3 1 6 50 Rendah
R2 3 3 1 7 58,33 Sedang
R3 3 3 2 8 66,67 Sedang
R4 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R5 2 3 1 6 50 Rendah
R6 4 4 1 9 75 Tinggi
R7 1 3 1 5 41,67 Rendah
R8 1 3 1 5 41,67 Rendah
R9 1 3 1 5 41,67 Rendah
R10 4 3 1 8 66,67 Sedang
R11 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R12 3 3 1 7 58,33 Sedang
R13 3 3 1 7 58,33 Sedang
R14 3 4 1 8 66,67 Sedang
R15 2 3 1 6 50 Rendah
R16 3 3 1 7 58,33 Sedang
R17 1 4 1 6 50 Rendah
R18 2 3 1 6 50 Rendah
R19 2 3 1 6 50 Rendah
R20 3 3 1 7 58,33 Sedang
R21 2 3 1 6 50 Rendah
R22 3 3 1 7 58,33 Sedang
R23 3 4 1 8 66,67 Sedang
R24 4 4 4 12 100 Sangat Tinggi
R25 2 3 1 6 50 Rendah
R26 4 3 1 8 66,67 Sedang
R27 3 4 1 8 66,67 Sedang
R28 2 3 1 6 50 Rendah
R29 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R30 2 3 1 6 50 Rendah
R31 2 3 1 6 50 Rendah
R32 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R33 1 3 1 5 41,67 Rendah
R34 3 4 3 10 83,33 Tinggi
R35 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R36 2 3 1 6 50 Rendah
R37 3 3 2 8 66,67 Sedang
R38 3 3 2 8 66,67 Sedang
R39 2 4 1 7 58,33 Sedang
R40 4 3 1 8 66,67 Sedang
R41 3 4 4 11 91,67 Sangat Tinggi
R42 1 2 2 5 41,67 Rendah
R43 4 3 1 8 66,67 Sedang
R44 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R45 1 3 1 5 41,67 Rendah
R46 1 3 1 5 41,67 Rendah
R47 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R48 3 3 1 7 58,33 Sedang
R49 2 3 1 6 50 Rendah
R50 2 3 2 7 58,33 Sedang
R51 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R52 1 3 1 5 41,67 Rendah
R53 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R54 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R55 1 3 1 5 41,67 Rendah
R56 2 3 1 6 50 Rendah
R57 1 3 1 5 41,67 Rendah
R58 1 3 1 5 41,67 Rendah

101
Kode Nomor Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P1 P2 P3 Total
R59 1 3 1 5 41,67 Rendah
R60 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R61 3 2 2 7 58,33 Sedang
R62 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R63 1 3 1 5 41,67 Rendah
R64 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R65 1 3 1 5 41,67 Rendah
R66 3 3 1 7 58,33 Sedang
R67 1 3 1 5 41,67 Rendah
R68 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R69 1 3 1 5 41,67 Rendah
R70 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R71 2 3 1 6 50 Rendah
R72 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R73 2 3 2 7 58,33 Sedang
R74 1 3 1 5 41,67 Rendah
R75 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R76 3 3 1 7 58,33 Sedang
R77 3 4 1 8 66,67 Sedang
R78 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R79 2 3 1 6 50 Rendah
R80 1 3 1 5 41,67 Rendah
R81 2 3 1 6 50 Rendah
R82 1 3 1 5 41,67 Rendah
R83 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R84 3 3 1 7 58,33 Sedang
R85 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R86 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R87 2 3 1 6 50 Rendah
R88 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R89 2 3 1 6 50 Rendah
R90 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R91 2 3 1 6 50 Rendah
R92 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R93 1 2 1 4 33,33 Sangat Rendah
R94 3 3 1 7 58,33 Sedang
R95 1 3 1 5 41,67 Rendah
R96 3 3 1 7 58,33 Sedang
R97 1 3 1 5 41,67 Rendah
R98 1 3 1 5 41,67 Rendah
R99 2 3 1 6 50 Rendah
R100 1 3 1 5 41,67 Rendah
Jumlah 4858,31
Rata-rata 48,5831 Rendah
Sumber: Data Penelitian, 2015.

102
Lampiran 9
PERSENTASE PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH
Kode Nomor Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P4 P5 P6 P7 P8 P9 Total
R1 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R2 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R3 1 1 1 0 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R4 1 0 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R5 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R6 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R7 1 0 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R8 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R9 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R10 1 1 1 0 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R11 0 0 1 0 1 0 2 33,33 Rendah
R12 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R13 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R14 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R15 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R16 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R17 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R18 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R19 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R20 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R21 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R22 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R23 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R24 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R25 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R26 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R27 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R28 1 1 1 0 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R29 1 1 1 1 1 1 6 100 Sangat Tinggi
R30 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R31 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R32 1 0 1 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R33 1 0 0 0 1 1 3 50 Sedang
R34 1 1 1 1 1 1 6 100 Sangat Tinggi
R35 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R36 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R37 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R38 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R39 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R40 0 1 0 0 1 1 3 50 Sedang
R41 0 1 0 0 1 1 3 50 Sedang
R42 0 0 0 0 1 1 2 33,33 Rendah
R43 1 1 1 0 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R44 0 0 1 0 1 0 2 33,33 Rendah
R45 1 0 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R46 1 0 0 0 1 0 2 33,33 Rendah
R47 1 1 0 0 0 1 3 50 Sedang
R48 1 1 1 0 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R49 1 1 0 0 1 0 3 50 Sedang
R50 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R51 1 0 0 0 1 1 3 50 Sedang
R52 1 1 0 1 1 0 4 66, 67 Tinggi
R53 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R54 1 1 0 0 0 1 3 50 Sedang
R55 0 1 1 0 0 1 3 50 Sedang
R56 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R57 0 1 1 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R58 1 1 1 0 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi

103
Kode Nomor Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P4 P5 P6 P7 P8 P9 Total
R59 0 1 1 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R60 0 1 1 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R61 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R62 0 0 1 0 1 1 3 50 Sedang
R63 1 0 0 1 1 0 3 50 Sedang
R64 0 1 1 0 0 1 3 50 Sedang
R65 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R66 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R67 0 0 1 0 1 1 3 50 Sedang
R68 1 0 1 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R69 1 0 0 0 1 1 3 50 Sedang
R70 0 1 0 1 0 1 3 50 Sedang
R71 1 1 0 0 1 0 3 50 Sedang
R72 0 0 0 1 1 1 3 50 Sedang
R73 1 1 1 0 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R74 1 1 1 0 0 1 4 66,67 Tinggi
R75 1 0 0 0 1 0 2 33,33 Rendah
R76 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R77 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R78 0 0 0 0 1 1 2 33,33 Rendah
R79 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R80 1 0 0 0 1 1 3 50 Sedang
R81 1 0 0 0 1 1 3 50 Sedang
R82 0 1 1 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R83 1 0 1 0 1 0 3 50 Sedang
R84 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R85 1 0 1 0 1 0 3 50 Sedang
R86 1 0 1 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R87 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R88 0 1 1 0 0 1 3 50 Sedang
R89 0 1 1 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R90 0 1 1 0 0 1 3 50 Sedang
R91 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R92 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R93 0 1 1 0 0 1 3 50 Sedang
R94 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
R95 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R96 1 1 0 1 1 1 5 83,33 Sangat Tinggi
R97 1 1 0 1 1 0 4 66,67 Tinggi
R98 1 0 1 0 0 1 3 50 Sedang
R99 1 1 0 0 1 1 4 66,67 Tinggi
R100 0 1 0 1 1 1 4 66,67 Tinggi
Total 5666,67
Rata-rata 56,6667 Sedang
Sumber: Data Penelitian, 2015

104
Lampiran 10
PERSENTASE PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH
Kode Nomor Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 Total
R1 3 1 3 4 2 4 3 4 2 3 2 2 2 1 36 64,28 Sedang
R2 2 1 2 2 1 2 2 4 1 2 4 2 2 1 28 50 Rendah
R3 4 2 2 2 2 4 3 3 1 4 4 3 3 2 39 69,64 Sedang
R4 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 24 42,85 Rendah
R5 4 1 4 3 2 2 1 4 2 3 1 1 2 1 31 55,35 Sedang
R6 3 1 2 2 2 1 2 4 2 2 1 1 2 1 26 46,42 Rendah
R7 3 1 3 2 2 1 2 4 2 1 1 1 2 2 27 48,21 Rendah
R8 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 24 42,85 Rendah
R9 4 1 1 2 2 1 1 4 2 2 2 1 2 2 27 48,21 Rendah
R10 3 3 4 2 2 4 4 3 1 3 3 3 2 1 38 67,85 Sedang
R11 2 1 2 4 1 2 1 3 1 2 3 2 1 1 26 46,42 Rendah
R12 4 4 2 2 2 4 1 4 4 4 2 3 4 2 42 75 Tinggi
R13 2 1 2 2 1 1 2 4 1 2 3 1 2 1 25 44,64 Rendah
R14 4 3 4 4 2 3 3 4 1 2 4 4 4 4 46 82,14 Tinggi
R15 3 1 2 2 2 1 1 4 2 2 1 1 2 2 26 46,42 Rendah
R16 4 1 2 2 1 1 1 4 2 3 1 1 2 1 26 46,42 Rendah
R17 3 1 2 3 1 1 2 4 2 2 1 1 2 2 27 48,21 Rendah
R18 4 2 3 4 2 3 2 4 3 2 1 1 2 1 34 60,71 Sedang
R19 4 2 4 3 2 1 2 4 2 3 2 1 2 1 33 58,92 Sedang
R20 3 2 2 3 2 1 1 4 1 2 1 1 2 1 26 46,42 Rendah
R21 3 1 4 3 2 2 2 4 1 3 1 1 3 2 32 57,14 Sedang
R22 3 1 3 2 2 1 1 4 2 3 1 1 2 1 27 48,21 Rendah
R23 4 3 4 4 2 3 3 4 1 2 4 4 4 4 46 82,14 Tinggi
R24 3 1 2 2 3 2 1 4 2 3 1 1 3 1 29 51,78 Rendah
R25 3 1 4 3 2 2 1 4 2 3 2 1 2 2 32 57,14 Sedang
R26 3 3 2 2 2 3 1 4 3 3 2 3 4 2 37 66,07 Sedang
R27 4 1 3 2 3 2 2 4 2 3 2 1 3 2 34 60,71 Sedang
R28 3 1 2 1 2 3 2 3 2 1 3 2 2 1 28 50 Rendah
R29 2 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 23 41,07 Rendah

105
Kode Nomor Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 Total
R30 4 1 2 1 1 2 1 4 1 2 2 1 2 1 25 44,64 Rendah
R31 2 1 1 1 2 1 1 4 1 2 1 1 2 1 21 37,5 Sangat Rendah
R32 2 1 2 2 1 1 1 4 1 2 1 1 2 1 22 39,28 Sangat Rendah
R33 4 1 4 3 2 2 1 4 2 2 1 1 2 2 31 55,35 Sedang
R34 4 4 2 3 2 3 2 4 2 2 3 3 2 3 39 69,64 Sedang
R35 4 1 3 2 2 1 1 4 2 2 2 1 2 1 28 50 Rendah
R36 3 2 2 2 2 1 1 3 1 3 2 3 3 1 29 51,78 Rendah
R37 4 4 2 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 1 34 60,71 Sedang
R38 4 4 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 31 55,35 Sedang
R39 4 2 4 2 1 4 2 3 1 1 1 2 2 1 30 53,57 Rendah
R40 3 4 1 1 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 30 53,57 Rendah
R41 4 3 3 4 4 2 2 4 3 3 2 2 2 3 41 73,21 Tinggi
R42 4 3 2 3 4 4 3 4 2 3 1 1 2 3 39 69,64 Sedang
R43 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 33 58,92 Sedang
R44 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 1 25 44,64 Rendah
R45 3 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 25 44,64 Rendah
R46 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 3 2 2 2 26 46,42 Rendah
R47 3 1 3 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 1 26 46,42 Rendah
R48 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 1 33 58,92 Sedang
R49 3 1 4 3 2 2 1 3 2 3 2 1 2 2 31 55,35 Sedang
R50 3 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 2 27 48,21 Rendah
R51 4 1 3 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 1 28 50 Rendah
R52 3 1 2 1 1 2 1 3 2 2 3 1 2 2 26 46,42 Rendah
R53 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 23 41,07 Rendah
R54 3 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 1 2 2 27 48,21 Rendah
R55 2 1 2 2 1 2 1 4 2 2 1 1 2 1 24 42,85 Rendah
R56 2 1 3 2 1 2 2 3 1 3 2 2 2 1 27 48,21 Rendah
R57 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 24 42,85 Rendah
R58 3 2 3 3 1 2 1 4 2 3 2 2 2 1 31 55,35 Sedang
R59 3 1 2 3 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 24 42,85 Rendah
R60 3 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 26 46,42 Rendah
R61 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 30 53,57 Rendah
R62 3 1 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 2 2 27 48,21 Rendah
R63 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 23 41,07 Rendah

106
Kode Nomor Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 223 Total
R64 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 21 37,5 Sangat Rendah
R65 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 23 41,07 Rendah
R66 3 2 2 3 2 1 1 4 1 2 1 1 2 1 26 46,42 Rendah
R67 3 2 2 2 1 2 1 4 1 2 3 2 2 1 28 50 Rendah
R68 3 1 2 1 1 3 1 3 1 2 3 2 2 1 26 46,42 Rendah
R69 3 1 3 3 2 2 1 3 2 2 1 1 2 1 27 48,21 Rendah
R70 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 3 1 2 1 23 41,07 Rendah
R71 3 1 3 3 2 2 1 3 2 3 2 1 2 2 30 53,57 Rendah
R72 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 1 30 53,57 Rendah
R73 3 3 2 2 2 2 1 4 2 2 3 2 2 2 32 57,14 Sedang
R74 3 1 2 2 2 2 1 4 2 2 3 2 2 2 30 53,57 Rendah
R75 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 23 41,07 Rendah
R76 2 1 2 2 1 2 2 4 1 2 2 2 2 1 26 46,42 Rendah
R77 3 2 3 3 2 3 1 4 2 2 2 2 2 1 32 57,14 Sedang
R78 2 1 2 2 1 2 1 3 1 2 2 1 2 1 23 41,07 Rendah
R79 2 1 2 2 1 2 1 4 2 3 2 1 2 1 26 46,42 Rendah
R80 3 2 3 3 2 2 2 4 2 2 1 1 2 2 31 55,35 Sedang
R81 2 1 2 3 2 2 1 3 2 3 1 1 2 1 26 46,42 Rendah
R82 3 1 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 2 1 25 44,64 Rendah
R83 2 1 2 3 1 2 2 4 2 3 2 1 2 1 28 50 Rendah
R84 3 1 3 3 2 3 1 4 2 3 2 2 3 1 33 58,92 Sedang
R85 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 29 51,78 Rendah
R86 3 1 2 1 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 25 44,64 Rendah
R87 3 2 3 3 1 2 1 4 2 2 1 1 2 1 28 50 Rendah
R88 3 2 3 3 1 3 2 4 2 2 1 1 2 2 31 55,35 Sedang
R89 3 1 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 3 1 30 53,57 Rendah
R90 3 1 3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 2 1 33 58,92 Sedang
R91 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 1 2 1 27 48,21 Rendah
R92 3 1 2 3 2 2 1 3 2 3 1 1 2 1 27 48,21 Rendah
R93 3 1 2 2 1 2 1 3 2 2 3 2 2 2 28 50 Rendah
R94 2 1 2 3 1 2 1 4 1 2 2 1 3 1 26 46,42 Rendah
R95 4 2 2 2 1 3 1 4 2 2 3 2 3 2 33 58,92 Sedang
R96 2 1 2 2 1 2 1 4 1 2 2 1 3 1 25 44,64 Rendah
R97 3 1 2 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 24 42,85 Rendah

107
Kode Nomor Pertanyaan ke- Skor
% Ket.
Res. P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 Total
R98 3 1 3 3 1 2 1 3 2 2 1 1 2 2 27 48,21 Rendah
R99 2 1 2 3 1 2 1 3 2 3 2 1 2 1 26 46,42 Rendah
R100 3 1 2 2 1 2 1 3 2 2 2 1 2 1 25 44,64 Rendah
Total 5138,83
Rata-rata 51,3883 Rendah
Sumber: Data Penelitian, 2015.

108
Lampiran 11
Perhitungan Statistik dengan menggunakan rumus Product Moment

Kode Res. X Y X2 Y2 XY
R1 10 36 100 1296 360
R2 11 28 121 784 308
R3 13 39 169 1521 507
R4 8 24 64 576 192
R5 10 31 100 961 310
R6 14 26 196 676 364
R7 9 27 81 729 243
R8 10 24 100 576 240
R9 10 27 100 729 270
R10 13 38 169 1444 494
R11 6 26 36 676 156
R12 12 42 144 1764 504
R13 11 25 121 625 275
R14 13 46 169 2116 598
R15 11 26 121 676 286
R16 12 26 144 676 312
R17 10 27 100 729 270
R18 10 34 100 1156 340
R19 10 33 100 1089 330
R20 11 26 121 676 286
R21 11 32 121 1024 352
R22 12 27 144 729 324
R23 13 46 169 2116 598
R24 17 29 289 841 493
R25 10 32 100 1024 320
R26 13 37 169 1369 481
R27 13 34 169 1156 442
R28 11 28 121 784 308
R29 10 23 100 529 230
R30 10 25 100 625 250
R31 10 21 100 441 210
R32 9 22 81 484 198
R33 8 31 64 961 248
109
Kode Res. X Y X2 Y2 XY
R34 16 39 256 1521 624
R35 9 28 81 784 252
R36 11 29 121 841 319
R37 12 34 144 1156 408
R38 12 31 144 961 372
R39 11 30 121 900 330
R40 11 30 121 900 330
R41 14 41 196 1681 574
R42 7 39 49 1521 273
R43 13 33 169 1089 429
R44 6 25 36 625 150
R45 9 25 81 625 225
R46 7 26 49 676 182
R47 7 26 49 676 182
R48 12 33 144 1089 396
R49 9 31 81 961 279
R50 12 27 144 729 324
R51 7 28 49 784 196
R52 9 26 81 676 234
R53 8 23 64 529 184
R54 7 27 49 729 189
R55 8 24 64 576 192
R56 10 27 100 729 270
R57 9 24 81 576 216
R58 10 31 100 961 310
R59 9 24 81 576 216
R60 8 26 64 676 208
R61 11 30 121 900 330
R62 7 27 49 729 189
R63 8 23 64 529 184
R64 7 21 49 441 147
R65 10 23 100 529 230
R66 12 26 144 676 312
R67 8 28 64 784 224
R68 8 26 64 676 208

110
Kode Res. X Y X2 Y2 XY
R69 8 27 64 729 216
R70 7 23 49 529 161
R71 9 30 81 900 270
R72 7 30 49 900 210
R73 12 32 144 1024 384
R74 9 30 81 900 270
R75 6 23 36 529 138
R76 12 26 144 676 312
R77 13 32 169 1024 416
R78 6 23 36 529 138
R79 10 26 100 676 260
R80 8 31 64 961 248
R81 9 26 81 676 234
R82 9 25 81 625 225
R83 7 28 49 784 196
R84 12 33 144 1089 396
R85 7 29 49 841 203
R86 8 25 64 625 200
R87 10 28 100 784 280
R88 7 31 49 961 217
R89 10 30 100 900 300
R90 7 33 49 1089 231
R91 10 27 100 729 270
R92 8 27 64 729 216
R93 7 28 49 784 196
R94 11 26 121 676 286
R95 9 33 81 1089 297
R96 12 25 144 625 300
R97 9 24 81 576 216
R98 8 27 64 729 216
R99 10 26 100 676 260
R100 9 25 81 625 225
Jumlah 981 2878 10125 85358 28774

Sumber: Data Penelitian, 2015.

111
Rumus Product Moment:


rxy

2 2 2 2

Keterangan:
N : Banyaknya sampel yang diteliti
X : Variabel X
Y : Variabel Y
X : Jumlah variabel X
Y : Jumlah variabel Y
(Sumber: Arikunto, 2006: 170)

Perhitungan dari hasil penelitian lapangan:


Diketahui:
Responden (N) = 100 orang
X = 981
Y = 2878
X2 = 10125
Y2 = 85358
( X)2 = 962361
( Y)2 = 8282884
XY = 28774


rxy
2

2
2 2

100 (28774 ) 981 2878


rxy
100 (10125 ) 981 100 (85358 ) 2878
2 2

112
2877400 2823318
rxy
1012500 962361 8535800 8282884

54082
rxy
50139 252916
54082
rxy
112609 ,747

rxy 0,480

113
Lampiran 12

114

You might also like