Professional Documents
Culture Documents
TEPUNG PANDAN
SKRIPSI
OLEH :
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
PENGARUH LAMA DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU
TEPUNG PANDAN
SKRIPSI
OLEH :
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
ABSTRACT
This research was aimed to know the effect of time and drying temperature
to the quality of pandanus flour. This research had been performed using Factorial
Completely Randomized Design (CRD) with two factors which were drying time
(T) : 4, 6, 8 hour and drying temperature (P) : 40, 50, 60, 70 0C. The analyzed
parameters were yield, water content, ash, aromatic and colour organoleptic value.
The results showed that drying time gave significant effect on the yield,
water content, ash, aromatic and colour organoleptic value. The drying
temperature gave highly significant effect on the yield, water content, ash,
aromatic and colour organoleptic value. The combination time and drying
temperature had highly significant effect on the yield, water content, ash, aromatic
and colour organoleptic value. The 6 hour drying time and 50 0C drying
temperature 50 0C gave the best and acceptable quality on the pandanus flour.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
ABSTRAK
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
RINGKASAN
terhadap Mutu Tepung Pandan di bimbing oleh Ir. Taufik, M.Sc. selaku ketua
Lengkap (RAL), dengan dua faktor yaitu : lama pengeringan (T): 4, 6, 8 jam dan
suhu pengeringan (P): 40, 50, 60, 70 0C. Banyak kombinasi perlakuan (Tc) adalah
1. Rendemen
sebesar 15,90% dan terendah terdapat pada T3 (lama pengeringan 8 jam), yaitu
sebesar 13,26%.
sebesar 15,70% dan terendah pada P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar
14,08%.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Kombinasi perlakuan lama pengeringan dan suhu pengeringan berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap rendemen. Rendemen tertinggi terdapat pada T1P1
(lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 16,20% dan terendah
pada T3P4 (lama pengeringan 8 jam dan suhu 70 0C), yaitu sebesar 11,59%.
2. Kadar Air
air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu
sebesar 14,05% dan terendah terdapat pada T3 (lama pengeringan 8 jam), yaitu
sebesar 11,24%.
kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu
sebesar 14,54% dan terendah pada P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar
10,54%.
(P<0,01) terhadap kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1P1
(lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 16,68% dan terendah
3. Kadar Abu
abu. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (lama pengeringan 8 jam),
yaitu sebesar 2,48% dan terendah terdapat pada T1 (lama pengeringan 4 jam),
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu.
Kadar abu tertinggi terdapat pada P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar
2,45% dan terendah pada P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 2,09%.
(P<0,01) terhadap kadar abu. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan T3P4
(lama pengeringan 8 jam dan suhu 70 0C), yaitu sebesar 2,58% dan terendah pada
4. Organoleptik Aroma
(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 3,56 dan terendah terdapat pada T3
(suhu pengeringan 400C), yaitu sebesar 3,60 dan terendah pada perlakuan P4
T1P1 (lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 4,00 dan terendah
5. Organoleptik Warna
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 3,58 dan terendah terdapat pada T3
(suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 3,58 dan terendah pada perlakuan P4
T1P1 (lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 4,00 dan terendah
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kekhadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul
skripsi ini adalah Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu
Tepung Pandan.
Bapak Ir. Taufik, M.Sc. selaku ketua dan bapak Ir. Sentosa Ginting, MP. sebagai
kasih pada Ayahanda Ir. H. Mawardi Lubis, Ibunda Hj. Nilawati, Kakanda
Fauzi Abdillah Lubis, dan kepada semua anggota keluarga atas doa, motivasi,
bimbingan, perhatian, kasih sayangnya dan terima kasih banyak juga pada teman-
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Medan, Maret 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Anak ketiga dari lima bersaudara dari Ayahanda Ir. H. Mawardi Lubis dan Ibunda
Hj. Nilawati.
Pada tahun 1990, penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri No. 068085
Medan dan lulus pada tahun 1996. Kemudian memasuki jenjang pendidikan SLTP
di SMP N. 36 Medan dan lulus pada tahun 1999. Selanjutnya penulis memasuki
jenjang pendidikan SLTA di SMU N. 2 Medan dan lulus pada tahun 2002. Setelah
Unta, PT. Pintu Besar Selatan di Berastagi pada bulan juli 2005.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
RINGKASAN................................................................................................. iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
Kegunaan penelitian ............................................................................ 2
Hipotesa Penelitian.............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Pandan (Pandanus amarylifolius)......................................... 4
Komposisi Kimia Daun Pandan .......................................................... 6
Warna dan Aroma Pandan............................................................. 7
Karbohidrat ................................................................................... 8
Lemak ........................................................................................... 9
Protein .......................................................................................... 10
Proses Pembuatan Tepung Pandan ...................................................... 11
Pengeringan .................................................................................. 12
Penggilingan ................................................................................. 14
Pengayakan ................................................................................... 14
Mutu Tepung Pandan ......................................................................... 15
Kegunaan Tepung Pandan .................................................................. 15
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 51
LAMPIRAN ............................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Rendemen (%) ............................................ 28
10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Kadar Air (%) ............................................. 33
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Kadar Abu (%) ............................................ 38
16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Organoleptik Aroma (Numerik) .................. 43
19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Organoleptik Warna (Numerik) ................... 48
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
PENDAHULUAN
Latar Belakang
masyarakat, karena aroma dan cita rasanya yang menyenangkan. Tanaman ini
tanaman hias atau tanaman pagar. Pandan wangi dalam makanan digunakan
dan sering pula ditanam di daerah lain, oleh karena itu, tanaman ini mempunyai
berbagai nama menurut tempat atau daerah tumbuhnya. Antara lain dikenal
dengan nama Seuke Bangau (Aceh), Pandan Jau (Batak), Pandan harum
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
(Sumatera Tengah), Pandan Musang (Minang Kabau), Pandan Rampe (Sunda),
Pandan Rum-Rum (Madura), Pandan Mengi (Bima), Lata Mengi (Sawu), Ponda
(Gorontalo), Bonak (Timor), dan Nao Moni (Ambon). Ditinjau dari segi ekonomi,
sebagai tanaman perkebunan, tanaman hias atau tanaman pagar. Pandan wangi
tetapi penggunaannya masih bersifat tradisional dan mempunyai nilai jual yang
rendah, sehingga penggunaannya masih terbatas karena sifatnya yang tidak tahan
Salah satu solusi dari sekian banyak solusi yang dapat diambil
dalam bentuk yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi, yaitu lebih lama
dalam penyimpanan, mempunyai nilai jual yang tinggi, dan disukai oleh
konsumen, sehingga lebih mudah dalam pemasaran. Salah satu bentuk yang sesuai
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Sebagai Sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Hipotesa Penelitian
dihasilkan.
dihasilkan.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
TINJAUAN PUSTAKA
rerumputan yang tumbuh menjalar. Tanaman ini berupa perdu kecil dan rendah,
panjangnya 40-80 cm. Asal mula tanaman ini tidak diketahui dengan pasti
(www.ristek.go.id, 2006).
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Pandales
Family : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus odoratus
Pandanus amboinensis
Pandanus andamanensium
Pandanus atrocarpus
Pandanus bagea
Pandanus bicormis
Pandanus bidur
Pandanus cariosus
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Di Indonesia dikenal ada tiga jenis pandan wangi, yaitu : Pandanus amarylifolius,
Pulau Jawa, tetapi dikenal dan sering pula ditanam di daerah lain, oleh karena itu,
tanaman ini mempunyai berbagai nama menurut tempat atau daerah tumbuhnya.
Antara lain dikenal dengan nama Seuke Bangau (Aceh), Pandan Jau (Batak),
Rampe (Sunda), Pandan Rum-Rum (Madura), Pandan Mengi (Bima), Lata Mengi
(Sawu), Ponda (Gorontalo), Bonak (Timor), dan Nao Moni (Ambon). Ditinjau
dari segi ekonomi, pandan wangi mempunyai peranan cukup penting, karena
dapat diusahakan sebagai tanaman perkebunan, tanaman hias atau tanaman pagar.
Pandan wangi dalam makanan digunakan sebagai bahan pewangi dan zat pewarna
(www.ugm.ac.id., 2004).
Struktur daun pandan adalah ujung daun berbentuk segitiga lancip, bagian
tepi dan bawah daun berduri. Bagian tengah sampai pangkal daun tidak memiliki
duri lagi (licin dan mengkilap). Di Pulau Jawa sering ditanam di halaman rumah
sebagai tanaman hias. Pandamus latilifolius banyak terdapat di luar Pulau Jawa.
Tanaman ini tumbuh kekar, gemuk, daunnya berwarna hijau lebih lebar dari
digunakan sebagai pemberi cita rasa dan sebagai zat pewarna pada bahan pangan
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dan minuman tradisional. Kedua jenis tanaman pandan wangi ini tidak
maupun dataran tinggi (ketinggian 800 m diatas permukaan alaut), asalkan daerah
tersebut cukup mengandung air. Tanaman ini berkembang biak dengan tunas yang
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa semakin tua umur daun pandan, maka kadar air,
dan lemak semakin rendah, sedangkan kadar abu, kadar karbohidrat dan protein
pemberi cita rasa dan zat pewarna pada makanan-makanan dan minuman
ternyata terdapat juga dalam beras (Oryza sativa). Komponen penyusun aroma
(Buttery, 1983).
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Sejak tiga puluh tahun yang lalu telah diteliti senyawa-senyawa yang
mudah menguap (senyawa volatil) pada beras yang mengandung aroma dan
flavour yang khas. Dari 20-100 komponen senyawa volatil yang teridentifikasi
tidak satu pun diantaranya yang menyebabkan bau khas pada beras yang dimasak
2 asetil-1 pirolin (AP) sebagai suatu senyawa paling penting ditambahkan untuk
ditemukan sebagai senyawa yang sangat besar jumlahnya dari daun pandan
kering. Konsentrasi AP pada daun pandan kering tersebut 10 kali lebih besar dari
pada yang ditemukan pada varietas beras wangi yang digiling dan 100 kali lebih
besar dari yang ditemukan pada beras giling biasa (Laksanalamai, et.al.,1993).
larut dalam alkohol (2 asetil 1-pirollin) atau AP, dimana senyawa aromatis itu
C CH3
pemberi cita rasa dan zat pewarna pada makanan-makanan dan minuman
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
ternyata terdapat juga dalam beras (Oryza sativa). Komponen penyusun aroma
(Buttery, 1983).
digunakan sebagai pewarna, aroma, dan cita rasa. Komponen penyusun aroma
Untuk memperoleh mutu tepung pandan dengan warna dan aroma yang
baik harus diusahakan hingga kadar air 10%. Jika melalui pengeringan dengan
oven vakum, suhu terbaik adalah 60 0C dengan lama pengeringan 1,5 3,5 jam.
Dan untuk pengeringan dengan oven konveksi, suhu terbaik untuk pengeringan
berkisar antara 300C sampai 500C dengan lama pengeringan 3,5-6,5 jam
(www.ajcn.org.2003).
tanaman dari kerusakan, yang umum dilakukan yaitu pengeringan dengan sinar
matahari dan pengeringan dengan udara (uap panas) atau lebih dikenal dengan
metoda oven (oven konveksi dan oven vakum). Kerusakan yang utama pada
bahan hasil pertanian yang dikeringkan adalah terjadinya proses kerusakan warna
Karbohidrat (Pati)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pati adalah homopolimer dari monosakarida yang merupakan sumber
utama energi yang menyusun sebagian besar makanan. Berbagai jenis hasil
Pati tersusun dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, dengan rumus
kimia (C6H10O5)n. Struktur pati terdiri dari dua komponen yaitu amilosa 10-20%
dan amilopektin 80-90%. Amilosa merupakan komponen pati yang tidak larut
dalam air dingin tetapi larut dalam air panas (60-80 0C), mempunyai berat
molekul rata-rata 10.000-60.000 yang terdiri dari rantai satuan glukosa yang
bagian pati yang tidak larut, mempunyai berat molekul rata-rata 60.000-1.000.000
yang terdiri dari rantai satuan glukosa yang dihubungkan pada kedudukan atom
karbon dari rantai cabang 1,6 oleh ikatan -glukosida (Holleman and Aten, 1956).
Bila pati mentah dimasukkan kedalam air dingin, granula patinya akan
menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air yang diserap dan
air pada suhu antara 55-65 0C, merupakan pembengkakan yang sesungguhnya,
dan setelah pembengkakan ini, granula pati dapat kembali seperti semula. Granula
pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi tidak bersifat reversibel lagi.
tiap jenis pati dan merupakan suatu kisaran. Dengan viscometer, suhu gelatinasi
dapat ditentukan. Selain suhu, pembentukan gelatinasi ini dapat juga dipengaruhi
Sifat pati sangat dipengaruhi oleh rasio amilosa dan amilopektin. Rasio ini
unit. Sedangkan glukosa yang berada pada amilopektin mencapai jumlah yang
lebih besar, yaitu antara 5000-40.000 unit, sebanding dengan berat molekul dari
Lemak
Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terpisah dari
suatu fase padat dan fase cair. Kristal dari fase padat terpisah dan dengan tekanan
menggunting atau memisah yang cocok, dapat bergerak sendiri dan lepas dari
kristal lainnya. Jadi lemak mempunyai struktur seperti benda padat plastik, karena
jumlah benda padat dapat berubah-ubah menurut suhu, demikian juga sifat
dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan
bau tengik pada lemak dan minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan bantuan
Protein
umumnya mengandung 50-100 residu asam amino tiap rantai peptida. Protein
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dibentuk melalui kondensasi molekul-molekul protein yang besarnya 100-1000
Walaupun telah di ketahui ada lebih dari 150 macam asam amino, namun
hanya 20 buah yang selalu ditemukan di dalam protein. Tujuh diantaranya adalah
asam amino esensial, artinya harus ada dalam bahan pangan, karena tidak dapat
dan hanya kira-kira 15-17% dari beratnya merupakan nitrogen. Protein merupakan
cadangan. Ada yang dapat larut dan ada yang tidak larut. Protein dibentuk melalui
(Chandler, 1958).
Bila suatu protein dihidrolisis dengan asam, alkali atau enzim akan
dihasilkan campuran asam-asam amino. Sebuah asam amino terdiri dari sebuah
gugus amino, sebuah gugus karboksil, sebuah atom hidrogen, dan gugus R yang
terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai karbon , serta R merupakan
rantai cabang semua asam amino berkonfigurasi L, kecuali glisin yang tidak
bahan padatan yang diperoleh dari proses penggilingan suatu bahan dalam bentuk
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pembuatan tepung pandan umumnya meliputi sortasi, pencucian, pemotongan
non terigu sangat rendah. Terbentuk pula warna coklat karna terjadinya reaksi
pencoklatan non enzimatis, terutama bila mengandung gula pereduksi. Belum lagi
masalah cita rasa produk akhir yang susah dihilangkan (Buckle, et.al., 1987).
Pengeringan
sebagian besar air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya,
tanaman dari kerusakan, yang umum dilakukan yaitu pengeringan dengan sinar
matahari dan pengeringan dengan udara atau uap panas (Kartasapoetra, 1994).
lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat dipakai apabila
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
telah dikeringkan, misalnya tembakau, kopi, teh, dan biji-bijian. Disamping
bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuk, sifat-sifat fisik dan
beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus
tradisional dan telah umum dilakukan oleh petani kita sejak dahulu, yang hasilnya
tergantung kepada faktor iklim. Bahan pangan dapat di keringkan di dalam udara,
dalam uap lewat panas, dalam hampa, dalam gas inert, dan dengan aplikasi panas
jumlahnya cukup banyak, mudah digunakan, dan panas yang berlebihan terhadap
ke dalam bahan pangan yang di keringkan dan membawa uap air yang dibebaskan
dari dalam bahan pangan. Udara yang diperlukan untuk menghantarkan panas ke
dalam bahan pangan untuk menguapkan air yang ada lebih banyak dari pada udara
yang diperlukan untuk mengangkut uap air dari ruangan. Kecepatan pengeringan
dari suatu bahan tergantung pada luas permukaan bahan, kecepatan udara
mengalir, dan suhu. Makin besar luas permukaan dan makin berpori-pori
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
permukaan suatu bahan pangan, maka kecepatan pengeringannya akan semakin
tinggi. Bila kecepatan udara yang mengalir melalui bahan pangan meningkat,
maka kecepatan pengeringan juga akan meningkat. Semakin tinggi suhu udara,
dan semakin besar perbedaan suhu, maka laju pengeringan akan semakin cepat
(Desrosier, 1988).
setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang diambil berasal dari semua
terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan
Penggilingan
Untuk tujuan penghalusan suatu bahan atau hasil pertanian digunakan alat
penggiling. Dalam hal ini metode dasar seperti memukul, menggesek, menumbuk
pada ukuran butir yang ingin dicapai. Batas ukuran butir yang diinginkan dapat
kadar air 10-13%. Tepung dapat diperoleh dari hasil pertanian yang mengandung
reaksi pencoklatan enzimatis. Browning enzimatis banyak terjadi pada buah dan
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
sayur, jika mengalami perlakuan mekanis, dibelah, dipotong atau dikuliti. Tepung
yang rusak cepat menjadi gelap warnanya setelah berhubungan dengan udara,
disebabkan oleh terjadinya konveksi dari senyawa fenol dan fenolase menjadi
Pengayakan
kadar air 10-13%. Bisanya butiran-butiran halus ini diayak sampai 80-100 mesh
untuk memperoleh tekstur tepung yang baik. Pembuatan tepung pandan umumnya
ukuran tertentu agar dapat diolah lebih lanjut atau agar penampilan atau bentuk
hingga kadar air 10%. Jika melalui pengeringan dengan oven vakum, suhu terbaik
adalah 60 0C dengan lama pengeringan 1,5 3,5 jam. Dan untuk pengeringan
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dengan oven konveksi, suhu terbaik untuk pengeringan berkisar antara 30 0C
Pada Tabel 2. dibawah ini, merupakan standart mutu untuk tepung pandan,
Setiap tepung mempunyai sifat fisik dan kimia yang beragam, dipengaruhi
oleh sifat fisik kimia patinya. Sifat-sifat ini sangat mempengaruhi produk
makanan dengan mutu yang lebih baik, ditinjau dari komposisi dan mutu
tepung dari bahan hasil pertanian lain adalah aroma dan warna yang khas pada
tepung ini. Jika dikombinasikan dengan tepung lain dalam pembuatan produk
pangan tentu akan dihasilkan warna dan aroma khas pandan yang rata-rata disukai
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
BAHAN DAN METODA
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pandan wangi
Alat Penelitian
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
- Beaker glass - Blender
- Baskom - Erlenmeyer
- Oven konveksi (biasa) - Loyang Aluminium
- Pisau - Batang Pengaduk
- Timbangan - Muffle
- Telenan - Jam
- Ayakan - Lempengan aluminium foil
Metode Penelitian
T1 = 4 Jam
T2 = 6 Jam
T3 = 8 Jam
P1 = 40 0C
P2 = 50 0C
P3 = 60 0C
P4 = 70 0C
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 3 x 4 = 12, maka jumlah ulangan (n)
Tc(n-1) 15
12(n-1) 15
12n 12 15
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
12n 27
Dimana :
ijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor E pada taraf
()ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor E pada taraf ke-j
ijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor E pada tarap ke-j
Pelaksanaan Penelitian
Daun Pandan dibersihkan terlebih dahulu dan dipilih daun pandan yang
Daun pandan diiris lebih kurang 2 mm, ditimbang sebanyak 100 gram
Pandan yang telah diiris diletakkan pada loyang aluminium dan langsung
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
perlakuan. (lama pegeringan 4, 6, dan 8 jam dan suhu pengeringan 40, 50,
60, 70 0C).
dengan parameter :
1. Rendemen
2. Kadar Air
3. Kadar Abu
Penentuan Rendemen
rumus :
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Disediakan tepung pandan sebanyak 5 gram
kosongnya.
0
Dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam, lalu
Kadar abu ditetapkan dengan cara membakar bahan dalam muffle. Contoh
dibakar dengan suhu 100 0C selama 1 jam dan dilanjutkan dengan suhu 525 0C
selama 2 jam. Didinginkan, kemudian ditimbang dan dihitung kadar abu dengan
a
Kadar abu (%) = x 100 %
b
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 4
Suka 3
Agak Suka 2
Tidak suka 1
Hijau 4
Hijau kecoklatan 3
Coklat kehijauan 2
Coklat 1
Daun Pandan
Sortasi
Pemotongan (2 mm)
Pengayakan
Gambar 2. Skema Pengolahan Tepung Pandan
kadar air, kadar abu, organoleptik aroma dan warna dari tepung pandan yang
Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi terdapat pada
terdapat pada perlakuan T3 (lama pengeringan 8 jam) sebesar 13,26%. Kadar air
tertinggi terdapat pada perlakuan T1, yaitu sebesar 14,05% dan terendah terdapat
pada perlakuan T3, yaitu sebesar 11,24%. Kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan T3, yaitu sebesar 2,48% dan terendah pada perlakuan T1, yaitu sebesar
1,90%. Organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan T1, yaitu sebesar
3,56 dan terendah pada perlakuan T3, yaitu sebesar 2,73. Organoleptik warna
tertinggi terdapat pada perlakuan T1, yaitu sebesar 3,58 sedangkan terendah
Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi terdapat pada
terdapat pada perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C) sebesar 14,08%. Kadar air
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
14,54% dan terendah terdapat pada perlakuan P4, yaitu sebesar 10,54%. Kadar
abu tertinggi terdapat pada perlakuan P4, yaitu sebesar 2,45% dan terendah pada
perlakuan P1, yaitu sebesar 2,09%. Organoleptik aroma tertinggi terdapat pada
perlakuan P1, yaitu sebesar 3,60 dan terendah pada perlakuan P4, yaitu sebesar
2,88. Organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan P1, yaitu sebesar 3,58
Rendemen (%)
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Rendemen (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat, bahwa lama
perlakuan T2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda
sangat nyata dengan perlakuan T3. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan T1
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 15,90% dan terendah pada perlakuan T3
rendemen semakin rendah, ini disebabkan karena air yang diuapkan semakin
banyak. Hal ini sesuai pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu
dan semakin lama waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu
bahan, maka air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan
demikian maka bobot bahan menjadi berkurang dan menghasilkan rendemen yang
tepung yang dihasilkan ditentukan oleh lama dan suhu pengeringan yang
pengeringan yang digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan
rendah.
18
Rendemen (%)
16
14
12
10 = -0.6602T + 18.854
r = -0.8549
8
6
0
0 4 8 10
Lama Pengeringan (Jam)
rendemen tepung pandan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.
berbeda nyata dengan perlakuan P2, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan
P3, dan perlakuan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan P3, dan P4.
pada perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 15,70% dan terendah
disebabkan karena air yang diuapkan semakin banyak. Hal ini sesuai pernyataan
Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu
pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air yang
menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan demikian maka bobot bahan
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
pada www.gigapedia.org., (2007), bahwa rendemen tepung yang dihasilkan
ditentukan oleh lama dan suhu pengeringan yang digunakan dalam pengeringan
maka kadar air bahan akan semakin rendah dan menurunkan bobot bahan,
pada Gambar 4.
15.8
15.6
15.4
15.2 = -0.0538P + 17.854
Rendemen (%)
r = - 0,988
15.0
14.8
14.6
14.4
14.2
13.0
0.0
40 50 60 70 80
Suhu Pengeringan (0C)
Gambar 4. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Rendemen (%)
pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Tabel 7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
Suhu Pengeringan terhadap Rendemen (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 16,20 a A
2 0,518 0,717 T1P2 16,00 a A
3 0,545 0,753 T1P3 15,81 a AB
4 0,561 0,776 T1P4 15,59 ab AB
5 0,578 0,789 T2P1 16,20 a A
6 0,581 0,800 T2P2 15,66 ab AB
7 0,587 0,814 T2P3 15,48 ab B
8 0,590 0,820 T2P4 14,74 b B
9 0,593 0,829 T3P1 14,71 b B
10 0,594 0,834 T3P2 13,81 b BC
11 0,594 0,838 T3P3 12,59 bc BC
12 0,595 0,845 T3P4 11,92 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan
diperoleh dari kombinasi perlakuan T1P1 dan T2P1, yaitu sebesar 16,20% dan
pengeringan yang dilakukan pada suatu bahan maka rendemen semakin rendah,
ini disebabkan karena air yang diuapkan semakin banyak. Hal ini sesuai
pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air
yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan demikian maka bobot
ditentukan oleh lama dan suhu pengeringan yang digunakan dalam pengeringan
bahan sebelum penepungan. Semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
pengeringan yang digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan
18 1 = -0.0203T1 + 17.016
16 r = 0.9989
14
Rendemen (%)
T1 4
12 T2 6
10 T3 8
2 = -0.0455T 2 + 18.023
8 r = -0.9513
Linear (T3 8)
Linear (T2 6)
6 3 = -0.0957T3 + 18.524
Linear (T1 4)
4 r = -0.9887
0 40 60 70 80
0 50
Suhu Pengeringan (0C)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat, bahwa lama
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Kadar Air (%)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (Jam) 0,05 0,01
- - - T1 = 4 Jam 14,05 a A
2 0,448 0,621 T2 = 6 Jam 11,78 b B
3 0,472 0,652 T3 = 8 Jam 11,24 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
berbeda sangat nyata dengan perlakuan T2 dan perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda
nyata dengan perlakuan T3. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1
(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 14,05% dan terendah pada perlakuan T3
Semakin lama pengeringan maka kadar air semakin rendah. Hal ini sesuai
pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air
yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dan pernyataan pada
maka kadar air bahan akan semakin rendah dan menurunkan bobot bahan.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
16
14
0
0 4 6 8 10
Lama Pengeringan (Jam)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa suhu
pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dari
air tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar
Air (%)
LSR Suhu Notasi
Jarak 0 Rataan
0,05 0,01 Pengeringan ( C) 0,05 0,01
- - - P1 = 40 14,54 a A
2 0,448 0,621 P2 = 50 12,80 b B
3 0,472 0,652 P3 = 60 11,54 c C
4 0,486 0,672 P4 = 70 10,54 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2, P3, dan perlakuan P4. Perlakuan P2
berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3, dan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
nyata dengan perlakuan P4. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1
(suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 14,54% dan terendah pada perlakuan P4
Semakin tinggi suhu pengeringan, maka kadar air semakin rendah. Hal ini
sesuai pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin
lama waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka
air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dan pernyataa pada
digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan menurunkan bobot
bahan,
Penurunan kadar air mengikuti garis regresi linear, dapat dilihat seperti
pada Gambar 7
16
14
Kadar Air (%)
12
10
8 = -0.1326P + 19.651
6 r = -0.9848
0
0 40 50 60 70 80
Suhu Pengeringan (0C)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa
pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat
pengeringan terhadap kadar air tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap
Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
Suhu Pengeringan terhadap Kadar Air (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 16,68 a A
2 0,518 0,717 T1P2 14,42 ab AB
3 0,545 0,753 T1P3 13,33 ab B
4 0,561 0,776 T1P4 11,77 b B
5 0,578 0,789 T2P1 13,55 ab B
6 0,581 0,800 T2P2 12,23 b B
7 0,587 0,814 T2P3 11,37 bc BC
8 0,590 0,820 T2P4 9,96 c BC
9 0,593 0,829 T3P1 13,38 ab B
10 0,594 0,834 T3P2 11,76 b B
11 0,594 0,838 T3P3 9,93 c C
12 0,595 0,845 T3P4 9,89 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan
berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air tepung. Kadar air tertinggi
diperoleh dari kombinasi perlakuan T1P1, yaitu sebesar 16,68% dan terendah
diperoleh pada T3P4, yaitu sebesar 9,89%. Pada setiap lama pengeringan
menurun.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan yang
digunakan dalam pengeringan, maka kadar air semakin rendah. Hal ini sesuai
pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air
yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dan pernyataan pada
www.gigapedia.org., (2007), bahwa semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu
pengeringan yang digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan
Hubungan interaksi lama dan suhu pengeringan terhadap kadar air tepung
18 T1 4
T2 6
16
T3 8
14 Linear (T3 8)
Kadar Air (%)
12 Linear (T2 6)
10 Linear (T1 4)
8 1 = -0.4752T 1 + 68.281
6 r = -0.9797
= -0.3691T 3 + 54.018
4 2 = -0.3495T 2 + 54.56 3
r= -0.9013
2 r = 0.9921
0
0 40 50 60 70 80
Suhu Pengeringan (0C)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat, bahwa lama
abu tepung pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11:
Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Kadar Abu (%)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Pengeringan (Jam) 0.05 0.01
- - - T1 = 4 Jam 1.90 b B
2 0.448 0.621 T2 = 6 Jam 2.37 a A
3 0.472 0.652 T3 = 8 Jam 2.48 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
berbeda sangat nyata dengan perlakuan T2 dan perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda
tidak nyata dengan perlakuan T3. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan T3
(lama pengeringan 8 jam), yaitu sebesar 2,48% dan terendah terdapat pada
Peningkatan kadar abu ini terjadi karena semakin lama pengeringan yang
dilakukan terhadap bahan maka jumlah air yang keluar atau teruapkan dari dalam
bahan yang dikeringkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sudarmadji, et.all, (1989), bahwa kadar abu tergantung pada jenis bahan, cara
pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan saat pengeringan. Jika bahan yang
diolah melalu proses pengeringan maka lama waktu dan semakin tinggi suhu
pengeringan akan meningkatkan kadar abu, karena air yang keluar dari dalam
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Hubungan antara lama pengeringan dengan kadar abu tepung pandan yang
3.0
2.5
1.5
= -0.1135T + 2.8429
1.0 r = -0.9516
0.0
0 4 6 8 10
Lama Pengeringan (Jam)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa suhu
abu tepung pandan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar
Abu (%)
LSR Suhu Notasi
Jarak 0 Rataan
0.05 0.01 Pengeringan ( C) 0.05 0.01
- - - P1 = 40 2.09 b B
2 0.448 0.621 P2 = 50 2.19 b A
3 0.472 0.652 P3 = 60 2.27 a A
4 0.486 0.672 P4 = 70 2.45 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C)
berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2, dan berbeda nyata dengan perlakuan P3,
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata
dengan perlakuan P3, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4. Perlakuan P3
berbeda tidak nyata dengan perlakuan P4. Kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 2,45% dan terendah pada
Peningkatan kadar abu ini terjadi karena semakin tinggi suhu pengeringan maka
semakin banyak air yang teruapkan dari bahan yang dikeringkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sudarmadji, et.all, (1989), bahwa kadar abu tergantung pada
jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan saat pengeringan.
Jika bahan yang diolah melalu proses pengeringan maka semakin lama waktu dan
semakin tinggi suhu pengeringan akan meningkatkan kadar abu, karena air yang
Peningkatan kadar abu mengikuti garis regresi linear, dapat dilihat seperti
2.5
Kadar Abu (%)
2.0
1.5
= -0.0144P + 2.9561
1.0 r = -0.913
0.0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa
pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat
pengeringan terhadap kadar abu tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap
Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan Suhu
terhadap Kadar Abu (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - T1P1 1.57 d D
2 0.518 0.717 T1P2 1.78 c C
3 0.545 0.753 T1P3 1.97 c C
4 0.561 0.776 T1P4 2.26 b BC
5 0.578 0.789 T2P1 2.27 b BC
6 0.581 0.800 T2P2 2.33 b B
7 0.587 0.814 T2P3 2.37 b AB
8 0.590 0.820 T2P4 2.50 a A
9 0.593 0.829 T3P1 2.42 b AB
10 0.594 0.834 T3P2 2.44 a A
11 0.594 0.838 T3P3 2.48 a A
12 0.595 0.845 T3P4 2.58 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan
berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu tepung. Kadar abu tertinggi
diperoleh dari kombinasi perlakuan T3P4, yaitu sebesar 2,58% dan terendah
diperoleh pada T1P1, yaitu sebesar 1,57%. Pada setiap lama pengeringan
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, kadar abu semakin tinggi.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Peningkatan kadar abu ini terjadi karena semakin lama waktu dan semakin
tinggi suhu pengeringan maka semakin banyak air yang keluar dari bahan yang
dikeringkan. Hal ini sesuai dengan Sudarmadji, et.all, (1989), bahwa kadar abu
tergantung pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan
saat pengeringan. Jika bahan yang diolah melalu proses pengeringan maka
semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan akan meningkatkan
kadar abu, karena air yang keluar dari dalam semakin besar.
T1 4
T2 6
3,0 T3 8
Linear (T1 4)
Kadar Abu (%)
1 = -0.0115T 1 + 7.71
1,0 2 = -0.0361T 2 + 8.648
r = -0.98
r = -0.8942
0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)
Gambar 11. Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu Pengeringan
terhadap Kadar Abu (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat, bahwa lama
yang dihasilkan.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama pengeringan terhadap aroma
Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Organoleptik Aroma (Numerik)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (Jam) 0,05 0,01
- - - T1 = 4 Jam 3,56 a A
2 0,448 0,621 T2 = 6 Jam 3,34 a A
3 0,472 0,652 T3 = 8 Jam 2,73 b AB
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2 dan berbeda sangat nyata dengan
perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda nyata dengan perlakuan T3. Aroma tertinggi
terdapat pada perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 3,56 dan
kerusakan pigmen-pigmen karena waktu pengeringan yang teralu lama. Hal ini
sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid yang larut dalam alkohol (2 Asetil 1-
dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu pengeringan yang
(coklat).
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Hubungan antara lama pengeringan terhadap aroma tepung pandan yang
4.0
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa suhu
tepung yang dihasilkan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap
Organoleptik Aroma (Numerik)
LSR Suhu Notasi
Jarak 0 Rataan
0,05 0,01 Pengeringan ( C) 0,05 0,01
- - - P1 = 40 3,60 a A
2 0,448 0,621 P2 = 50 3,29 b AB
3 0,472 0,652 P3 = 60 3,07 b B
4 0,486 0,672 P4 = 70 2,88 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2, P3, dan perlakuan P4. Perlakuan P2
berbeda nyata dengan perlakuan P3, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
P4. Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4. Organoleptik aroma
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 3,60
dan terendah pada perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 2,88.
pengeringan yang teralu tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada
karotenoid yang larut dalam alkohol (2 Asetil 1-pirolin (AP)). Dan pernyataan
terjadinya perubahan warna, tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang
terlalu lama dan suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
Gambar 13.
4.0
Organoleptik Aroma (Numerik)
3.5
3.0
2.5
2.0 = -0.0238P + 4.5206
r = 0.9873
1.5
0.0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan Suhu Pengeringan terhadap
Organoleptik Aroma (Numerik)
pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat
Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
dan Suhu Pengeringan terhadap Aroma (Numerik)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 4,00 a A
2 0,518 0,717 T1P2 3,57 ab AB
3 0,545 0,753 T1P3 3,40 ab B
4 0,561 0,776 T1P4 3,27 ab B
5 0,578 0,789 T2P1 3,73 a AB
6 0,581 0,800 T2P2 3,40 ab B
7 0,587 0,814 T2P3 3,20 b B
8 0,590 0,820 T2P4 3,03 b BC
9 0,593 0,829 T3P1 3,07 b B
10 0,594 0,834 T3P2 2,90 bc BC
11 0,594 0,838 T3P3 2,62 c CD
12 0,595 0,845 T3P4 2,33 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan
T1P1, yaitu sebesar 4,00 dan terendah diperoleh pada T3P4, yaitu sebesar 2,33.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pada setiap lama pengeringan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
karena suhu pengeringan yang teralu tinggi dan waktu pengeringan yang terlalu
lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada www.ipb.ac.id. (2007), bahwa
berwarna kuning sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid yang larut dalam
alkohol (2 Asetil 1-pirolin (AP)). Dan pernyataan Buckle, et.all (1987), bahwa
tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu
5
Organoleptik Aroma (Numerik)
T1 4
4
4 T2 6
3 T3 8
0
0 40 50 60 70
Suhu Pengeringan (0C)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Gambar 14. Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu Pengeringan
terhadap Aroma (Numerik)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat, bahwa lama
yang dihasilkan.
Tabel 17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Organoleptik Warna (Numerik)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (Jam) 0,05 0,01
- - - T1 = 4 Jam 3,58 a A
2 0,448 0,621 T2 = 6 Jam 3,27 a A
3 0,472 0,652 T3 = 8 Jam 2,57 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2 dan berbeda sangat nyata dengan
sebesar 3,58 dan terendah pada perlakuan T3 (lama pengeringan 8 jam), yaitu
sebesar 2,57.
Dari Gambar 15. dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan
yang digunakan, maka nilai organoleptik warna semakin menurun, ini disebabkan
karna terjadinya oksidasi pigmen-pigmen yang ada pada pandan, terutama pigmen
klorofil dan karoten. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle, et.all (1987),
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
bahwa pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti terjadinya perubahan
warna, tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu
4.0
Organoleptik Warna (Numerik)
3.5
3.0
2.5
2.0 = -0.2521T + 4.6486
r= -0.9521
1.5
1.0
0 4 6 8 10
Lama Pengeringan (Jam)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa suhu
organoleptik warna tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap perlakuan dapat
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Tabel 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap
Organoleptik Warna (Numerik
LSR Suhu Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (0C) 0,05 0,01
- - - P1 = 40 3,58 a A
2 0,448 0,621 P2 = 50 3,26 b AB
3 0,472 0,652 P3 = 60 2,98 c B
4 0,486 0,672 P4 = 70 2,73 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata
dengan perlakuan P3, dan berbeda sangat nyata dengan P4. Perlakuan P3 berbeda
sangat nyata dengan perlakuan P4. Organoleptik warna tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 3,58 dan terendah pada
Dari Gambar 15. dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan
yang digunakan, maka nilai organoleptik warna semakin menurun, ini disebabkan
karna terjadinya oksidasi pigmen-pigmen yang ada pada pandan, terutama pigmen
klorofil dan karoten. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle, et.all (1987),
warna, tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Penurunan organoleptik warna mengikuti garis regresi linear, seperti pada
Gambar 16.
4.0
1.0
0.5
0.0
0 40 500 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa
pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat
Tabel 19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
Suhu Pengeringan terhadap Warna (Numerik)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 4,00 a A
2 0,518 0,717 T1P2 3,67 ab AB
3 0,545 0,753 T1P3 3,43 ab B
4 0,561 0,776 T1P4 3,20 b B
5 0,578 0,789 T2P1 3,67 ab AB
6 0,581 0,800 T2P2 3,30 b B
7 0,587 0,814 T2P3 3,13 b BC
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
8 0,590 0,820 T2P4 2,97 bc BC
9 0,593 0,829 T3P1 3,07 bc BC
10 0,594 0,834 T3P2 2,80 bc BC
11 0,594 0,838 T3P3 2,37 c C
12 0,595 0,845 T3P4 2,03 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan
tertinggi diperoleh dari kombinasi perlakuan T1P1, yaitu sebesar 4,00 dan terendah
diperoleh pada T3P4, yaitu sebesar 2,03. Pada setiap lama pengeringan
semakin menurun.
5,0
Organoleptik Warna (Numerik)
4,5
4,0
T1 4
3,5
T2 6
3,0 T3 8
0,0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, organoleptik aroma dan warna.
Saran
2. Perlu penelitian lebih lanjut pada berbagai jenis oven pada lama dan suhu
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton, 1978. Ilmu Pangan.
Terjemahan Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.
Handerson, S.M. and R.L. Perry, 1976. Agricultural Process Engineering. The
AVI Publishing Company, Connecticut.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press,
Jakarta.
Lapedes, N.D., 1977. Encyclopedia of Food Agricultural and Nutrition. Mc. Graw
Hill book Company, New York.
Soekarto, S. T., 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, Bogor.
West, E.S. and W.R. Tood, 1964. Text Book of Biochemistry. Mc. Millan Co,
New york.
Winarno, F.G., 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Gizi dan Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
LAMPIRAN
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Lampiran 6. Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Abu (%)
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 11 26.973 3.379 38.069 ** 2.23 3.1
T 2 19.061 0.375 4.221 * 3.4 5.62
T Lin 1 0.919 1.056 11.901 ** 4.26 7.82
T Kuad 1 4.832 0.011 0.127 tn 4.26 7.82
T Kub 1 13.310 0.056 0.634 tn 4.26 7.82
P 3 0.632 1.602 18.052 ** 3.01 4.72
P Lin 1 0.612 4.624 52.101 ** 4.26 7.82
P Kuad 1 0.004 0.180 2.028 tn 4.26 7.82
P Kub 1 0.015 0.002 0.025 tn 4.26 7.82
TxP 6 7.281 4.972 56.023 ** 2.51 3.67
Galat 12 528.526 0.089
Total 35 555.499
Keterangan:
FK = 168,22
KK = 13,781%
** = sangat nyata
*= nyata
tn = tidak nyata
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Rataan 3,21
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009