You are on page 1of 74

PENGARUH LAMA DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU

TEPUNG PANDAN

SKRIPSI

OLEH :

IKHWAN HAFIZ LUBIS


020305010/THP

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
PENGARUH LAMA DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU
TEPUNG PANDAN

SKRIPSI

OLEH :

IKHWAN HAFIZ LUBIS


020305010/THP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

Ir. Taufik , M.Sc Ir. Sentosa Ginting, MP.


Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
ABSTRACT

THE EFFECT ON TIME AND DRYING TEMPERATURE TO


THE QUALITY OF PANDANUS FLOUR

This research was aimed to know the effect of time and drying temperature
to the quality of pandanus flour. This research had been performed using Factorial
Completely Randomized Design (CRD) with two factors which were drying time
(T) : 4, 6, 8 hour and drying temperature (P) : 40, 50, 60, 70 0C. The analyzed
parameters were yield, water content, ash, aromatic and colour organoleptic value.
The results showed that drying time gave significant effect on the yield,
water content, ash, aromatic and colour organoleptic value. The drying
temperature gave highly significant effect on the yield, water content, ash,
aromatic and colour organoleptic value. The combination time and drying
temperature had highly significant effect on the yield, water content, ash, aromatic
and colour organoleptic value. The 6 hour drying time and 50 0C drying
temperature 50 0C gave the best and acceptable quality on the pandanus flour.

Ikhwan Hafiz Lubis


Maret, 2008
Date

Key Words : pandanus flour, drying time, drying temperatur.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
ABSTRAK

PENGARUH LAMA DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU


TEPUNG PANDAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh waktu dan suhu


pengeringan terhadap mutu tepung pandan yang dihasilkan. Penelitian ini
dilaksanaakan menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
dua factor yaitu : lama pengeringan (T): 4, 6, 8 jam dan suhu pengeringan (P): 40,
50, 60, 70 0C. Dengan parameter rendemen, kadar air, kadar abu, organoleptik
aroma dan organoleptik warna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengeringan berpengaruh
berbeda nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, organoleptik aroma dan
warna. Suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen,
kadar ar, kadar abu, nilai organoleptik aroma dan warna. Kombinasi perlakuan
lama dan suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen, kadar
air, kadar abu, nilai organoleptik aroma dan warna. Lama pengeringan 6 jam dan
suhu pengeringan 50 0C memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu tepung
pandan.

Ikhwan Hafiz Lubis


Maret, 2008
Tanggal

Kata Kunci : tepung pandan, lama pengeringan, suhu pengeringan.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
RINGKASAN

IKHWAN HAFIZ LUBIS Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan

terhadap Mutu Tepung Pandan di bimbing oleh Ir. Taufik, M.Sc. selaku ketua

dan Ir. Sentosa Ginting, MP. selaku anggota pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh lama dan suhu

pengeringan terhadap mutu tepung pandan yang dihasilkan.

Penelitian ini dilaksanaakan menggunakan metoda Rancangan Acak

Lengkap (RAL), dengan dua faktor yaitu : lama pengeringan (T): 4, 6, 8 jam dan

suhu pengeringan (P): 40, 50, 60, 70 0C. Banyak kombinasi perlakuan (Tc) adalah

3x4 = 12 dengan banyak ulangan (n) adalah n = 3. Dengan parameter rendemen,

kadar air, kadar abu, organoleptik aroma dan organoleptik warna.

1. Rendemen

Lama pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap

rendemen. Rendemen tertinggi terdapat pada T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu

sebesar 15,90% dan terendah terdapat pada T3 (lama pengeringan 8 jam), yaitu

sebesar 13,26%.

Suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

rendemen. Rendemen tertinggi terdapat pada P2 (suhu pengeringan 50 0C), yaitu

sebesar 15,70% dan terendah pada P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar

14,08%.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Kombinasi perlakuan lama pengeringan dan suhu pengeringan berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap rendemen. Rendemen tertinggi terdapat pada T1P1

(lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 16,20% dan terendah

pada T3P4 (lama pengeringan 8 jam dan suhu 70 0C), yaitu sebesar 11,59%.

2. Kadar Air

Lama pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar

air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu

sebesar 14,05% dan terendah terdapat pada T3 (lama pengeringan 8 jam), yaitu

sebesar 11,24%.

Suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu

sebesar 14,54% dan terendah pada P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar

10,54%.

Kombinasi perlakuan lama dan suhu pengeringan berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1P1

(lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 16,68% dan terendah

pada T3P4, yaitu sebesar 9,89%.

3. Kadar Abu

Lama pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar

abu. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (lama pengeringan 8 jam),

yaitu sebesar 2,48% dan terendah terdapat pada T1 (lama pengeringan 4 jam),

yaitu sebesar 1,90%.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu.

Kadar abu tertinggi terdapat pada P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar

2,45% dan terendah pada P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 2,09%.

Kombinasi perlakuan lama dan suhu pengeringan berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar abu. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan T3P4

(lama pengeringan 8 jam dan suhu 70 0C), yaitu sebesar 2,58% dan terendah pada

T1P1, yaitu sebesar 1,57%.

4. Organoleptik Aroma

Lama pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap

organoleptik aroma. Organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan T1

(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 3,56 dan terendah terdapat pada T3

(lama pengeringan 8 jam), yaitu sebesar 2,73.

Suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

organoleptik aroma. Organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan P1

(suhu pengeringan 400C), yaitu sebesar 3,60 dan terendah pada perlakuan P4

(suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 2,88.

Kombinasi perlakuan lama dan suhu pengeringan berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap organoleptik aroma. Organoleptik aroma tertinggi terdapat pada

T1P1 (lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 4,00 dan terendah

pada T3P4, yaitu sebesar 2,33.

5. Organoleptik Warna

Lama pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap

organoleptik warna. Organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan T1

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 3,58 dan terendah terdapat pada T3

(lama pengeringan 8 jam), yaitu sebesar 2,57.

Suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

organoleptik warna. Organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan P1

(suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 3,58 dan terendah pada perlakuan P4

(suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 2,73.

Kombinasi perlakuan lama dan suhu pengeringan berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap organoleptik warna. Organoleptik warna tertinggi terdapat pada

T1P1 (lama pengeringan 4 jam dan suhu 40 0C), yaitu sebesar 4,00 dan terendah

pada T3P4, yaitu sebesar 2,03.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kekhadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul

skripsi ini adalah Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu

Tepung Pandan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada

Bapak Ir. Taufik, M.Sc. selaku ketua dan bapak Ir. Sentosa Ginting, MP. sebagai

anggota pembimbing atas bimbingannya hingga penyelesaian skripsi ini. Terima

kasih pada Ayahanda Ir. H. Mawardi Lubis, Ibunda Hj. Nilawati, Kakanda

Elvidha Mahni Lubis, Ulfahni Lubis, Adinda Arif Rahman Lubis,

Fauzi Abdillah Lubis, dan kepada semua anggota keluarga atas doa, motivasi,

bimbingan, perhatian, kasih sayangnya dan terima kasih banyak juga pada teman-

teman mahasiswa THP atas motivasi dan bantuannya.

Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaannya.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Medan, Maret 2008

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Ikhwan Hafiz Lubis, lahir di Medan pada tanggal 05 September 1984.

Anak ketiga dari lima bersaudara dari Ayahanda Ir. H. Mawardi Lubis dan Ibunda

Hj. Nilawati.

Pada tahun 1990, penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri No. 068085

Medan dan lulus pada tahun 1996. Kemudian memasuki jenjang pendidikan SLTP

di SMP N. 36 Medan dan lulus pada tahun 1999. Selanjutnya penulis memasuki

jenjang pendidikan SLTA di SMU N. 2 Medan dan lulus pada tahun 2002. Setelah

lulus dari SLTA, penulis melanjutkan jenjang pendidikan di Departemen

Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasail Pertanian, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur PMP (Pemanduan

Minat dan Prestasi) pada tahun 2002.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Agricultural

Technology Moslem (ATM) dan Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian (IMTEP)

pada tahun 2002-2007.

Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Sirup Piramit

Unta, PT. Pintu Besar Selatan di Berastagi pada bulan juli 2005.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT ................................................................................................ i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

RINGKASAN................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................vii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
Kegunaan penelitian ............................................................................ 2
Hipotesa Penelitian.............................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Pandan (Pandanus amarylifolius)......................................... 4
Komposisi Kimia Daun Pandan .......................................................... 6
Warna dan Aroma Pandan............................................................. 7
Karbohidrat ................................................................................... 8
Lemak ........................................................................................... 9
Protein .......................................................................................... 10
Proses Pembuatan Tepung Pandan ...................................................... 11
Pengeringan .................................................................................. 12
Penggilingan ................................................................................. 14
Pengayakan ................................................................................... 14
Mutu Tepung Pandan ......................................................................... 15
Kegunaan Tepung Pandan .................................................................. 15

BAHAN DAN METODA


Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Bahan Penelitian ................................................................................. 17
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 17
Alat Penelitian .................................................................................... 17
Metoda Penelitian ............................................................................... 17
Model Rancangan ............................................................................... 18
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 19
Pengamatan dan Pengukuran Data ...................................................... 19
Penentuan Rendemen .................................................................... 20
Penentuan Kadar Air .................................................................... 20
Penentuan Kadar Abu ................................................................... 20
Uji Organoleptik (Aroma dan Warna) ........................................... 21
Skema Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Parameter yang Diamati........... 23
Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Parameter yang Diamati .......... 24
Rendemen (%)
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Rendemen .......................... 24
Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Rendemen ........................... 26
Pengaruh Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap
Rendemen ...................................................................................... 28
Kadar Air (%)
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Air .......................... 30
Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Air ........................... 31
Pengaruh Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap
Kadar Air ...................................................................................... 33
Kadar Abu (%)
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Abu ......................... 35
Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Abu .......................... 36
Pengaruh Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap
Kadar Abu ................................................................................... 38
Organoleptik Aroma (Numerik)
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Organoleptik Aroma .......... 39
Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Organoleptik Aroma ........... 41
Pengaruh Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap Nilai
Organoleptik Aroma ..................................................................... 43
Organoleptik Warna (Numerik)
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Organoleptik Warna .......... 45
Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Organoleptik Warna ........... 46
Pengaruh Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap Nilai
Organoleptik Warna ...................................................................... 48

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ....................................................................................... 50
Saran ................................................................................................. 50

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 51

LAMPIRAN ............................................................................................... 53

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Komposisi Kimia Daun Pandan dalam 100 gram Bahan ................ 6

2. Faktor Mutu Tepung Pandan Menurut Standar SII .......................... 15

3. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Parameter yang Diamati .... 23

4. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Parameter yang Diamati ...... 24

5. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap


Rendemen (%) ............................................................................... 24

6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap


Rendemen (%)................................................................................ 26

7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Rendemen (%) ............................................ 28

8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap


Kadar Air (%) ................................................................................ 30

9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap


Kadar Air (%)................................................................................. 31

10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Kadar Air (%) ............................................. 33

11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap


Kadar Abu (%) .............................................................................. 35

12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap


Kadar Abu (%) ............................................................................... 36

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Kadar Abu (%) ............................................ 38

14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap


Organoleptik Aroma (Numerik) ..................................................... 40

15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap


Organoleptik Aroma (Numerik) ...................................................... 41

16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Organoleptik Aroma (Numerik) .................. 43

17 Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap


Organoleptik Warna (Numerik) ..................................................... 45

18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap


Organoleptik Warna (Numerik) ...................................................... 47

19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu
Pengeringan terhadap Organoleptik Warna (Numerik) ................... 48

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Gambar 2 Asetil 1-Pironil ............................................................. 7

2. Skema Penelitian ........................................................................... 22

3. Grafik Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Rendemen .............. 26

4. Grafik Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Rendemen ............... 27

5. Grafik Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap


Rendemen ..................................................................................... 29

6. Grafik Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Air ............... 31

7. Grafik Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Air ................ 32

8. Grafik Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap


Kadar Air ...................................................................................... 34

9. Grafik Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Abu ............. 36

10. Grafik Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Abu .............. 37

11. Grafik Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap


Kadar Abu ..................................................................................... 39

12. Grafik Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Aroma .................... 41

13. Grafik Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Aroma .................... 42

14. Grafik Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap


Aroma ........................................................................................... 44
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
15. Grafik Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Warna .................... 46

16. Grafik Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Warna ..................... 48

17. Grafik Interaksi Lama dan Suhu Pengeringan terhadap


Warna ............................................................................................ 49

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pandan merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia dan terdiri

dari bermacam-macam spesies. Pandanus amarylifolius adalah salah satu spesies

pandan yang daunnya berbau (aroma) harum.

Spesies pandan merupakan tanaman perdu merayap yang banyak digemari

masyarakat, karena aroma dan cita rasanya yang menyenangkan. Tanaman ini

banyak di gunakan di negara-negara Asia Tenggara terutama Malaysia dan

Indonesia, khususnya sebagai penambah cita rasa makanan atau minuman,

maupun obat-abatan. Di tinjau dari segi ekonomi, pandan wangi mempunyai

peranan cukup penting karena dapat diusahakan sebagai tanaman perkebunan,

tanaman hias atau tanaman pagar. Pandan wangi dalam makanan digunakan

sebagai bahan pewangi dan pewarna.

Di Indonesia tanaman ini terutama tumbuh di Pulau Jawa, tetapi dikenal

dan sering pula ditanam di daerah lain, oleh karena itu, tanaman ini mempunyai

berbagai nama menurut tempat atau daerah tumbuhnya. Antara lain dikenal

dengan nama Seuke Bangau (Aceh), Pandan Jau (Batak), Pandan harum

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
(Sumatera Tengah), Pandan Musang (Minang Kabau), Pandan Rampe (Sunda),

Pandan Rum-Rum (Madura), Pandan Mengi (Bima), Lata Mengi (Sawu), Ponda

(Gorontalo), Bonak (Timor), dan Nao Moni (Ambon). Ditinjau dari segi ekonomi,

pandan wangi mempunyai peranan cukup penting, karena dapat diusahakan

sebagai tanaman perkebunan, tanaman hias atau tanaman pagar. Pandan wangi

dalam makanan digunakan sebagai bahan pewangi dan zat pewarna.

Pada kenyataannya, walaupun penggunaan pandan ini sudah lama dikenal,

tetapi penggunaannya masih bersifat tradisional dan mempunyai nilai jual yang

rendah, sehingga penggunaannya masih terbatas karena sifatnya yang tidak tahan

lama disimpan dan tidak mampu meningkatkan perekonomian para petani.

Salah satu solusi dari sekian banyak solusi yang dapat diambil

menyelesaikan persoalan tersebut diatas adalah dengan mengubah pandan ke

dalam bentuk yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi, yaitu lebih lama

dalam penyimpanan, mempunyai nilai jual yang tinggi, dan disukai oleh

konsumen, sehingga lebih mudah dalam pemasaran. Salah satu bentuk yang sesuai

adalah dengan mengubah dalam bentuk tepung.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mencoba melakukan

penelitian Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan terhadap Mutu Tepung

Pandan. Dengan harapan dapat memperoleh cara pembuatan tepung pandan

yang bermutu baik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh lama pengeringan dan

suhu pengeringan terhadap mutu tepung pandan yang dihasilkan.

Kegunaan Penelitian
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Sebagai Sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diharapkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

dalam pembuatan tepung pandan yang bermutu baik.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh lama pengeringan terhadap mutu tepung pandan yang

dihasilkan.

Ada pengaruh suhu pengeringan terhadap mutu tepung pandan yang

dihasilkan.

Ada pengaruh interaksi antara lama pengeringan dan suhu pengeringan

terhadap mutu tepung pandan yang dihasilkan..

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Pandan (Pandamus amarylifolius)

Tanaman Pandan wangi (Pandamus amarylifolius Roxb) adalah jenis

rerumputan yang tumbuh menjalar. Tanaman ini berupa perdu kecil dan rendah,

tingginya lebih kurang sampai 1,75 m. Batangnya menjalar, pada pangkalnya

keluar beberapa akar. Daunnya berwarna hijau sampai kekuning-kuningan,

panjangnya 40-80 cm. Asal mula tanaman ini tidak diketahui dengan pasti

(www.ristek.go.id, 2006).

Taksonomi tanaman pandan adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Pandales
Family : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus odoratus
Pandanus amboinensis
Pandanus andamanensium
Pandanus atrocarpus
Pandanus bagea
Pandanus bicormis
Pandanus bidur
Pandanus cariosus

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Di Indonesia dikenal ada tiga jenis pandan wangi, yaitu : Pandanus amarylifolius,

Pandanus latilifolius, dan Pandanus odoratisimus (www.ristek.go.id, 2006)

Spesies pandan merupakan tanaman perdu merayap yang banyak digemari

masyarakat, karena aroma dan citarasanya yang wangi dan menyenangkan.

Tanaman ini banyak di gunakan dinegara-negara Asia Tenggara terutama

Malaysia dan Indonesia, khususnya sebagai penambah citarasa makanan atau

minuman, maupun obat-obatan. Di Indonesia tanaman ini terutama tumbuh di

Pulau Jawa, tetapi dikenal dan sering pula ditanam di daerah lain, oleh karena itu,

tanaman ini mempunyai berbagai nama menurut tempat atau daerah tumbuhnya.

Antara lain dikenal dengan nama Seuke Bangau (Aceh), Pandan Jau (Batak),

Pandan harum (Sumatera Tengah), Pandan Musang (Minang Kabau), Pandan

Rampe (Sunda), Pandan Rum-Rum (Madura), Pandan Mengi (Bima), Lata Mengi

(Sawu), Ponda (Gorontalo), Bonak (Timor), dan Nao Moni (Ambon). Ditinjau

dari segi ekonomi, pandan wangi mempunyai peranan cukup penting, karena

dapat diusahakan sebagai tanaman perkebunan, tanaman hias atau tanaman pagar.

Pandan wangi dalam makanan digunakan sebagai bahan pewangi dan zat pewarna

(www.ugm.ac.id., 2004).

Struktur daun pandan adalah ujung daun berbentuk segitiga lancip, bagian

tepi dan bawah daun berduri. Bagian tengah sampai pangkal daun tidak memiliki

duri lagi (licin dan mengkilap). Di Pulau Jawa sering ditanam di halaman rumah

sebagai tanaman hias. Pandamus latilifolius banyak terdapat di luar Pulau Jawa.

Tanaman ini tumbuh kekar, gemuk, daunnya berwarna hijau lebih lebar dari

Pandamus amarylifolius. Pandan wangi (Pandamus amarylifolius) banyak

digunakan sebagai pemberi cita rasa dan sebagai zat pewarna pada bahan pangan
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dan minuman tradisional. Kedua jenis tanaman pandan wangi ini tidak

memerlukan persyaratan tumbuh yang khusus. Dapat tumbuh didataran rendah

maupun dataran tinggi (ketinggian 800 m diatas permukaan alaut), asalkan daerah

tersebut cukup mengandung air. Tanaman ini berkembang biak dengan tunas yang

tumbuh diantara akar-akarnya (www.lipi.go.id., 2006).

Komposisi Kimia Daun Pandan

Hasil analisa proksimat daun pandan wangi (Pandamus amarylifolius)

dalam 100 gr daun pandan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Pandan Wangi dalam 100 gr bahan


Bahan Kadar Dalam Persen
Air Abu Karbohidrat Protein Lemak
Daun Puncak 85,35 0,95 8,37 2,26 0,73
Daun Sedang 81,74 1,25 10,92 3,15 0,58
Daun Tua 77,41 1,63 14,29 3,67 0,52
Sumber : www.lipi.go.id., 2006.

Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa semakin tua umur daun pandan, maka kadar air,

dan lemak semakin rendah, sedangkan kadar abu, kadar karbohidrat dan protein

semakin meningkat (tinggi) (www.lipi.go.id., 2006).

Pandan wangi (Pandamus amarylifolius) banyak digunakan sebagai

pemberi cita rasa dan zat pewarna pada makanan-makanan dan minuman

tradisional. Tanaman ini mengandung senyawa 2-asetil-1 pirolin. Kandungan ini

ternyata terdapat juga dalam beras (Oryza sativa). Komponen penyusun aroma

pandan wangi berwarna kuning sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid

(Buttery, 1983).

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Sejak tiga puluh tahun yang lalu telah diteliti senyawa-senyawa yang

mudah menguap (senyawa volatil) pada beras yang mengandung aroma dan

flavour yang khas. Dari 20-100 komponen senyawa volatil yang teridentifikasi

tidak satu pun diantaranya yang menyebabkan bau khas pada beras yang dimasak

tersebut. Potensi senyawa-senyawa aromatis pada beras wangi tersebut tidak

dipublikasikan. Buttery, (1983), menemukan dan menetapkan bahwa konsentrasi

2 asetil-1 pirolin (AP) sebagai suatu senyawa paling penting ditambahkan untuk

mengembangkan aroma pada beberapa varietas beras di Asia. Senyawa AP

ditemukan sebagai senyawa yang sangat besar jumlahnya dari daun pandan

kering. Konsentrasi AP pada daun pandan kering tersebut 10 kali lebih besar dari

pada yang ditemukan pada varietas beras wangi yang digiling dan 100 kali lebih

besar dari yang ditemukan pada beras giling biasa (Laksanalamai, et.al.,1993).

Pada Pandan terdapat karbohidrat, protein dan senyawa aromatis yang

larut dalam alkohol (2 asetil 1-pirollin) atau AP, dimana senyawa aromatis itu

mempunyai rumus sebagai berikut :

C CH3

Gambar 1. Rumus Bangun 2 Asetil 1-Pirollin

Warna dan Aroma Pandan

Pandan wangi (Pandamus amarylifolius) banyak digunakan sebagai

pemberi cita rasa dan zat pewarna pada makanan-makanan dan minuman

tradisional. Tanaman ini mengandung senyawa 2-asetil-1 pirollin. Kandungan ini

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
ternyata terdapat juga dalam beras (Oryza sativa). Komponen penyusun aroma

pandan wangi berwarna kuning sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid

(Buttery, 1983).

Tanaman Pandan merupakan jenis tanaman rempah yang banyak

digunakan sebagai pewarna, aroma, dan cita rasa. Komponen penyusun aroma

pandan wangi merupakan senyawa aromatik berwarna kuning sebagai hasil

oksidasi pigmen karotenoid.yang larut dalam alkohol (2 Asetil 1-pirollin (AP)).

Warna Pandan terbentuk dari komponen pigmen klorofil (www.ipb.ac.id, 2007).

Untuk memperoleh mutu tepung pandan dengan warna dan aroma yang

baik harus diusahakan hingga kadar air 10%. Jika melalui pengeringan dengan

oven vakum, suhu terbaik adalah 60 0C dengan lama pengeringan 1,5 3,5 jam.

Dan untuk pengeringan dengan oven konveksi, suhu terbaik untuk pengeringan

berkisar antara 300C sampai 500C dengan lama pengeringan 3,5-6,5 jam

(www.ajcn.org.2003).

Perlakuan pengeringan untuk menghindarkan atau mengurangi hasil

tanaman dari kerusakan, yang umum dilakukan yaitu pengeringan dengan sinar

matahari dan pengeringan dengan udara (uap panas) atau lebih dikenal dengan

metoda oven (oven konveksi dan oven vakum). Kerusakan yang utama pada

bahan hasil pertanian yang dikeringkan adalah terjadinya proses kerusakan warna

(pencoklatan). Untuk mengatasi atau mengurangi kerusakan warna pada bahan

yang dikeringkan ini, umumnya dilakukan perlakuan pendahuluan dengan

perendaman menggunakan larutan natrium metabisulfit (Kartasapoetra, 1994).

Karbohidrat (Pati)
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pati adalah homopolimer dari monosakarida yang merupakan sumber

utama energi yang menyusun sebagian besar makanan. Berbagai jenis hasil

pertanian digunakan sebagai sumber pati (Goutara dan Wijandi, 1975).

Pati tersusun dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, dengan rumus

kimia (C6H10O5)n. Struktur pati terdiri dari dua komponen yaitu amilosa 10-20%

dan amilopektin 80-90%. Amilosa merupakan komponen pati yang tidak larut

dalam air dingin tetapi larut dalam air panas (60-80 0C), mempunyai berat

molekul rata-rata 10.000-60.000 yang terdiri dari rantai satuan glukosa yang

dihubungkan pada kedudukan atom karbon 1,4 -glukosida. Amilopektin adalah

bagian pati yang tidak larut, mempunyai berat molekul rata-rata 60.000-1.000.000

yang terdiri dari rantai satuan glukosa yang dihubungkan pada kedudukan atom

karbon dari rantai cabang 1,6 oleh ikatan -glukosida (Holleman and Aten, 1956).

Bila pati mentah dimasukkan kedalam air dingin, granula patinya akan

menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air yang diserap dan

pembengkakannya terbatas (30%). Peningkatan granula pati yang terjadi di dalam

air pada suhu antara 55-65 0C, merupakan pembengkakan yang sesungguhnya,

dan setelah pembengkakan ini, granula pati dapat kembali seperti semula. Granula

pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi tidak bersifat reversibel lagi.

Perubahan tersebut disebut dengan gelatinasi. Suhu gelatinasi berbeda-beda untuk

tiap jenis pati dan merupakan suatu kisaran. Dengan viscometer, suhu gelatinasi

dapat ditentukan. Selain suhu, pembentukan gelatinasi ini dapat juga dipengaruhi

pula oleh pH larutan (Winarno, 1997).

Sifat pati sangat dipengaruhi oleh rasio amilosa dan amilopektin. Rasio ini

bervariasi tergantung dari sumber patinya. Umumnya pati mengandung 20-25%


Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
amilosa dan 75-80% amilopektin. Jumlah unit glukosa pada amilosa berkisar

antara 500-1000 unit, sebanding dengan berat molekul antara 80.000-2400.000

unit. Sedangkan glukosa yang berada pada amilopektin mencapai jumlah yang

lebih besar, yaitu antara 5000-40.000 unit, sebanding dengan berat molekul dari

800.000 hingga jutaan (West and Todd, 1964).

Lemak

Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terpisah dari

suatu fase padat dan fase cair. Kristal dari fase padat terpisah dan dengan tekanan

menggunting atau memisah yang cocok, dapat bergerak sendiri dan lepas dari

kristal lainnya. Jadi lemak mempunyai struktur seperti benda padat plastik, karena

jumlah benda padat dapat berubah-ubah menurut suhu, demikian juga sifat

plastiknya (Buckle, et.al., 1987).

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara oksigen

dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan

bau tengik pada lemak dan minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan bantuan

senyawa peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya adalah terurainya

asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan

keton (Ketaren, 1986).

Protein

Protein merupakan senyawa-senyawa polimer yang dibangun dari

sejumlah asam-asam amino sebagai unit-unit monomernya. Protein pada

umumnya mengandung 50-100 residu asam amino tiap rantai peptida. Protein

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dibentuk melalui kondensasi molekul-molekul protein yang besarnya 100-1000

kali dari sukrosa (Lapedes, 1977).

Walaupun telah di ketahui ada lebih dari 150 macam asam amino, namun

hanya 20 buah yang selalu ditemukan di dalam protein. Tujuh diantaranya adalah

asam amino esensial, artinya harus ada dalam bahan pangan, karena tidak dapat

disintesa di dalam tubuh (Sulaiman, 1996).

Dalam tanaman, molekul protein sebagian besar disusun dari karbohidrat

dan hanya kira-kira 15-17% dari beratnya merupakan nitrogen. Protein merupakan

konstituen dari protoplasma dan sebagian dari padanya merupakan makanan

cadangan. Ada yang dapat larut dan ada yang tidak larut. Protein dibentuk melalui

kondensasi molekul-molekul protein yang besarnya 100-1000 kali dari sukrosa

(Chandler, 1958).

Bila suatu protein dihidrolisis dengan asam, alkali atau enzim akan

dihasilkan campuran asam-asam amino. Sebuah asam amino terdiri dari sebuah

gugus amino, sebuah gugus karboksil, sebuah atom hidrogen, dan gugus R yang

terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai karbon , serta R merupakan

rantai cabang semua asam amino berkonfigurasi L, kecuali glisin yang tidak

mempunyai asam amino asimetris (Winarno, 1997).

Proses Pembuatan Tepung Pandan

Pembuatan tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tepung adalah

bahan padatan yang diperoleh dari proses penggilingan suatu bahan dalam bentuk

butiran-butiran halus yang mengandung kadar air 10-13%. Tepung dapat

diperoleh dari hasil pertanian yang mengandung karbohidrat yang tinggi.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pembuatan tepung pandan umumnya meliputi sortasi, pencucian, pemotongan

menjadi ukuran kecil (2 mm), pengeringan, penggilingan, dan pengayakan.

Pembuatan tepung secara basah dapat dilakukan dengan penghancuran bahan

dalam keadaan segar (belum dikeringkan), namun kurang ekonomis dibanding

dengan melalui proses pengeringan (www.ajcn.org., 2003).

Masalah teknologi yang sering dihadapi adalah kandungan protein tepung

non terigu sangat rendah. Terbentuk pula warna coklat karna terjadinya reaksi

pencoklatan non enzimatis, terutama bila mengandung gula pereduksi. Belum lagi

masalah cita rasa produk akhir yang susah dihilangkan (Buckle, et.al., 1987).

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan

sebagian besar air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya,

kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai batas hingga mikroorganisme

tidak dapat tumbuh lagi didalamnya (Winarno, 1994).

Perlakuan pengeringan untuk menghindarkan atau mengurangi hasil

tanaman dari kerusakan, yang umum dilakukan yaitu pengeringan dengan sinar

matahari dan pengeringan dengan udara atau uap panas (Kartasapoetra, 1994).

Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume

bahan menjadi lebih kecil, sehingga mempermudah dan menghemat ruang

pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga berkurang sehingga

memudahkan transport, dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi

lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat dipakai apabila

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
telah dikeringkan, misalnya tembakau, kopi, teh, dan biji-bijian. Disamping

keuntungannya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian, yaitu sifat asal

bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuk, sifat-sifat fisik dan

kimianya, penurunan mutu, dan sebagainya. Kerugian lainnya juga disebabkan

beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus

dibasahkan kembali (dehidrasi) sebelum digunakan (Winarno, 1993).

Perlakuan pengeringan yang paling tua adalah pengeringan dengan sinar

matahari. Pengeringan dengan sinar matahari lebih dikenal sebagai pengeringan

tradisional dan telah umum dilakukan oleh petani kita sejak dahulu, yang hasilnya

dapat dikatakan baik, asalkan cara-cara pengeringan yang dianjurkan diikuti

dengan seksama (Kartasapoetra, 1994).

Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

manusia, sehingga dicari upaya-upaya untuk melakukan pengeringan yang tidak

tergantung kepada faktor iklim. Bahan pangan dapat di keringkan di dalam udara,

dalam uap lewat panas, dalam hampa, dalam gas inert, dan dengan aplikasi panas

langsung. Pada umumnya udara dijadikan sebagai medium pengering, sebab

jumlahnya cukup banyak, mudah digunakan, dan panas yang berlebihan terhadap

bahan pangan dapat dikendalikan. Udara digunakan untuk menghantarkan panas

ke dalam bahan pangan yang di keringkan dan membawa uap air yang dibebaskan

dari dalam bahan pangan. Udara yang diperlukan untuk menghantarkan panas ke

dalam bahan pangan untuk menguapkan air yang ada lebih banyak dari pada udara

yang diperlukan untuk mengangkut uap air dari ruangan. Kecepatan pengeringan

dari suatu bahan tergantung pada luas permukaan bahan, kecepatan udara

mengalir, dan suhu. Makin besar luas permukaan dan makin berpori-pori
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
permukaan suatu bahan pangan, maka kecepatan pengeringannya akan semakin

tinggi. Bila kecepatan udara yang mengalir melalui bahan pangan meningkat,

maka kecepatan pengeringan juga akan meningkat. Semakin tinggi suhu udara,

dan semakin besar perbedaan suhu, maka laju pengeringan akan semakin cepat

(Desrosier, 1988).

Pengeringan dapat berlangsung dengan baik, jika pemanasan terjadi pada

setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang diambil berasal dari semua

permukaan bahan terserbut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan

terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan

uap diudara dan waktu pengeringan (Winarno, 1993).

Penggilingan

Untuk tujuan penghalusan suatu bahan atau hasil pertanian digunakan alat

penggiling. Dalam hal ini metode dasar seperti memukul, menggesek, menumbuk

dan sebagainya digunakan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri tergantung

pada ukuran butir yang ingin dicapai. Batas ukuran butir yang diinginkan dapat

dicapai dengan melibatkan perlengkapan pengayakan atau penyortiran dalam

sistem penggiling (Bernasconi, et.al., 1999).

Produk tepung adalah bahan padatan yang diperoleh dari proses

penggilingan suatu bahan dalam bentuk butiran-butiran halus yang mengandung

kadar air 10-13%. Tepung dapat diperoleh dari hasil pertanian yang mengandung

karbohidrat yang tinggi. (Suanto dan Saneto, 1994).

Pada waktu pembuatan tepung dengan cara penggilingan, dapat terjadi

reaksi pencoklatan enzimatis. Browning enzimatis banyak terjadi pada buah dan
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
sayur, jika mengalami perlakuan mekanis, dibelah, dipotong atau dikuliti. Tepung

yang rusak cepat menjadi gelap warnanya setelah berhubungan dengan udara,

disebabkan oleh terjadinya konveksi dari senyawa fenol dan fenolase menjadi

melanin (Apandi, 1984).

Pengayakan

Poduk tepung adalah bahan padatan yang diperoleh dari proses

penggilingan suatu bahan dalam bentuk butiran-butiran halus yang mengandung

kadar air 10-13%. Bisanya butiran-butiran halus ini diayak sampai 80-100 mesh

untuk memperoleh tekstur tepung yang baik. Pembuatan tepung pandan umumnya

meliputi sortasi, pencucian, pemotongan menjadi ukuran kecil (2 mm),

pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Pembuatan tepung secara basah

dapat dilakukan dengan penghancuran bahan dalam keadaan segar (belum

dikeringkan), namun kurang ekonomis dibanding dengan melalui proses

pengeringan (www.ajcn.org., 2003).

Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butiran dengan

ukuran tertentu agar dapat diolah lebih lanjut atau agar penampilan atau bentuk

komersial yang diinginkan (Handerson and Perry, 1976).

Mutu Tepung Pandan ,

Untuk memperoleh mutu tepung pandan yang baik harus diusahakan

hingga kadar air 10%. Jika melalui pengeringan dengan oven vakum, suhu terbaik

adalah 60 0C dengan lama pengeringan 1,5 3,5 jam. Dan untuk pengeringan

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dengan oven konveksi, suhu terbaik untuk pengeringan berkisar antara 30 0C

sampai 50 0C dengan waktu 4-7 jam (www.ajcn.org.2003).

Pada Tabel 2. dibawah ini, merupakan standart mutu untuk tepung pandan,

yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. Standar Mutu Tepung Pandan per 100 gram Bahan


Bahan Kadar Dalam Persen
Air Abu Karbohidrat Protein Lemak
Daun Puncak 10 0,75 7,68 2,06 0,58
Daun Sedang 10 1,15 8,78 2,85 0,38
Daun Tua 10 1,58 13,35 2,89 0,49
Sumber : www.ajcn.org, 2003.

Kegunaan Tepung Pandan

Setiap tepung mempunyai sifat fisik dan kimia yang beragam, dipengaruhi

oleh sifat fisik kimia patinya. Sifat-sifat ini sangat mempengaruhi produk

makanan yang dihasilkan. Mencampur dan mengkombinasikan satu macam

tepung dengan tepung lainnya diharapkan akan dapat menghasilkan produk

makanan dengan mutu yang lebih baik, ditinjau dari komposisi dan mutu

produknya (Sustriniati, et.al., 1995).

Kelebihan atau keutamaan dari tepung pandan dibanding dengan produk

tepung dari bahan hasil pertanian lain adalah aroma dan warna yang khas pada

tepung ini. Jika dikombinasikan dengan tepung lain dalam pembuatan produk

pangan tentu akan dihasilkan warna dan aroma khas pandan yang rata-rata disukai

oleh masyarakat (www.ajcn.org., 2003).

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
BAHAN DAN METODA

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pandan wangi

yang diperoleh dari pajak sore Padang Bulan, Medan.

Waktu dan tempat Penelitian

Penelitian ini diadakan pada bulan Desember 2007 bertempat di

Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Sentral di Fakultas Pertanian

Universitas sumatera Utara.

Alat Penelitian
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
- Beaker glass - Blender
- Baskom - Erlenmeyer
- Oven konveksi (biasa) - Loyang Aluminium
- Pisau - Batang Pengaduk

- Timbangan - Muffle
- Telenan - Jam
- Ayakan - Lempengan aluminium foil

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)

faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu :

Faktor I : Lama Pengeringan (T)

T1 = 4 Jam

T2 = 6 Jam

T3 = 8 Jam

Faktor II : Suhu Pengeringan (P)

P1 = 40 0C

P2 = 50 0C

P3 = 60 0C

P4 = 70 0C

Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 3 x 4 = 12, maka jumlah ulangan (n)

adalah sebagai berikut :

Tc(n-1) 15

12(n-1) 15

12n 12 15
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
12n 27

n 2,4. Jadi untuk ketelitian, maka n = 3

Model Rancangan (Bangun, 2001)

Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

faktorial, dengan model :

ijk = + i + j + ()ij + ijk

Dimana :
ijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor E pada taraf

ke-j dengan ulangan ke-k

: Efek nilai tengah

i : Efek dari faktor A pada taraf ke-i

j : Efek dari faktor E pada taraf ke-j

()ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor E pada taraf ke-j

ijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor E pada tarap ke-j

dengan ulangan ke-k.

Pelaksanaan Penelitian

Daun Pandan dibersihkan terlebih dahulu dan dipilih daun pandan yang

sehat (tidak berpenyakit).

Daun pandan diiris lebih kurang 2 mm, ditimbang sebanyak 100 gram

untuk tiap perlakuan.

Pandan yang telah diiris diletakkan pada loyang aluminium dan langsung

dilakukan pengering dengan menggunakan oven konveksi (biasa) sesuai

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
perlakuan. (lama pegeringan 4, 6, dan 8 jam dan suhu pengeringan 40, 50,

60, 70 0C).

Setelah pengeringan dilakukan penggilingan dan pengayakan 80 mesh.

Lalu dilakukan analisa untuk tiap parameter.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai

dengan parameter :

1. Rendemen

2. Kadar Air

3. Kadar Abu

4. Uji organoleptik (warna dan aroma)

Pengamatan dan Pengukuran Data

Penentuan Rendemen

Tepung pandan yang dihasilkan dikeringkan, kemudian dihaluskan dan

ditimbang untuk mengetahui rendemennya. Rendemen dapat dihitung dengan

rumus :

Berat Kering Tepung


Rendemen = x 100%
Berat Bahan

(Perhitungan berdasarkan berat basah tepung yang dihasilkan)

Kadar Air (Soedarmadji, et.al., 1984)

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Disediakan tepung pandan sebanyak 5 gram

Dimasukkan kedalam Aluminium foil yang telah diketahui berat

kosongnya.
0
Dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam, lalu

dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang dan

dihitung kadar airnya.

Dihitung kadar air tepung dengan rumus, sebagai berikut :

Berat Awal Berat Akhir


Kadar air = x 100%
Berat Awal

Kadar Abu (Soedarmadji, et.al., 1984)

Kadar abu ditetapkan dengan cara membakar bahan dalam muffle. Contoh

yang telah dikeringkan diambil sebanyak 5 g dan dimasukkan dalam muffle

dibakar dengan suhu 100 0C selama 1 jam dan dilanjutkan dengan suhu 525 0C

selama 2 jam. Didinginkan, kemudian ditimbang dan dihitung kadar abu dengan

rumus sebagai berikut :

a
Kadar abu (%) = x 100 %
b

Keterangan : a = berat akhir (g)

b = berat contoh (g)

Uji Organoleptik (Soekarto, 1985)

Penentuan uji organoleptik tehadap warna, dan aroma dilakukan dengan

uji kesukaan terhadap 10 panelis dengan ketentuan sebagai berikut :

Skala Hedonik Aroma

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat suka 4

Suka 3

Agak Suka 2

Tidak suka 1

Skala Hedonik Warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Hijau 4

Hijau kecoklatan 3

Coklat kehijauan 2

Coklat 1

SKEMA PELAKSANAAN PENELITIAN

Daun Pandan

Sortasi

Pemotongan (2 mm)

Ditimbang 100 g bahan untuk tiap

Lama Pengeringan (T) Pengeringan dengan Suhu Pengeringan (P)


T1 = 4 Jam metoda oven biasa P1 = 40 0C
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu P2
Tepung 0
Pandan,
T2
USU=Repository
6 Jam 2009 = 50 C 2007.
0
T3 = 8 Jam P3 = 60 C
Penggilingan P4 = 70 0C

Pengayakan
Gambar 2. Skema Pengolahan Tepung Pandan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum dapat disimpulkan

bahwa perlakuan lama pengeringan memberikan pengaruh terhadap rendemen,

kadar air, kadar abu, organoleptik aroma dan warna dari tepung pandan yang

dihasilkan, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Parameter yang Diamati


Lama Rendemen Kadar Kadar Organoleptik Organoleptik
Pengeringan (%) Air abu Aroma Warna
(Jam) (%) (%) (Numerik) (Numerik)
T1 = 4 15,90 14,05 1,90 3,56 3,58
T2 = 6 15,52 11,78 2,37 3,34 3,27
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
T3 = 8 13,26 11,24 2,48 2,73 2,57

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi terdapat pada

perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 15,90% dan terendah

terdapat pada perlakuan T3 (lama pengeringan 8 jam) sebesar 13,26%. Kadar air

tertinggi terdapat pada perlakuan T1, yaitu sebesar 14,05% dan terendah terdapat

pada perlakuan T3, yaitu sebesar 11,24%. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan T3, yaitu sebesar 2,48% dan terendah pada perlakuan T1, yaitu sebesar

1,90%. Organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan T1, yaitu sebesar

3,56 dan terendah pada perlakuan T3, yaitu sebesar 2,73. Organoleptik warna

tertinggi terdapat pada perlakuan T1, yaitu sebesar 3,58 sedangkan terendah

terdapat pada perlakuan T3, yaitu sebesar 2,57.

Adapun pengaruh suhu pengeringan terhadap parameter yang diamati

dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Parameter yang Diamati


Suhu Rendemen Kadar Kadar Organoleptik Organoleptik
Pengeringan (%) Air abu Aroma Warna
0
( C) (%) (%) (Numerik) (Numerik)
P1= 40 15,70 14,54 2,09 3,60 3,58
P2= 50 15,16 12,80 2,19 3,29 3,26
P3= 60 14,63 11,54 2,27 3,07 2,98
P4= 70 14,08 10,54 2,45 2,88 2,73

Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 15,70% dan terendah

terdapat pada perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C) sebesar 14,08%. Kadar air

tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
14,54% dan terendah terdapat pada perlakuan P4, yaitu sebesar 10,54%. Kadar

abu tertinggi terdapat pada perlakuan P4, yaitu sebesar 2,45% dan terendah pada

perlakuan P1, yaitu sebesar 2,09%. Organoleptik aroma tertinggi terdapat pada

perlakuan P1, yaitu sebesar 3,60 dan terendah pada perlakuan P4, yaitu sebesar

2,88. Organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan P1, yaitu sebesar 3,58

sedangkan terendah terdapat pada perlakuan P4, yaitu sebesar 2,73.

Rendemen (%)
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Rendemen (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat, bahwa lama

pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap rendemen tepung

pandan yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama pengeringan terhadap

rendemen tepung pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5:

Tabel 5. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap


Rendemen (%)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (Jam) 0,05 0,01
- - - T1 = 4 Jam 15,90 a A
2 0,448 0,621 T2 = 6 Jam 15,52 b A
3 0,472 0,652 T3 = 8 Jam 13,26 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 berbeda nyata dengan

perlakuan T2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda

sangat nyata dengan perlakuan T3. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan T1

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 15,90% dan terendah pada perlakuan T3

(lama pengeringan 8 jam), yaitu sebesar 13,26%.

Semakin lama pengeringan yang dilakukan pada suatu bahan maka

rendemen semakin rendah, ini disebabkan karena air yang diuapkan semakin

banyak. Hal ini sesuai pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu

dan semakin lama waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu

bahan, maka air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan

demikian maka bobot bahan menjadi berkurang dan menghasilkan rendemen yang

rendah. Dan pernyataan pada www.gigapedia.org., (2007), bahwa rendemen

tepung yang dihasilkan ditentukan oleh lama dan suhu pengeringan yang

digunakan dalam pengeringan bahan sebelum penepungan. Semakin lama

pengeringan yang digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan

menurunkan bobot bahan, sehingga rendemen tepung yang dihasilkan semakin

rendah.

Hubungan antara lama pengeringan terhadap rendemen tepung pandan

yang dihasilkan, dapat dilihat pada Gambar 3.

18
Rendemen (%)

16
14
12
10 = -0.6602T + 18.854
r = -0.8549
8
6
0
0 4 8 10
Lama Pengeringan (Jam)

Gambar 3. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Rendemen (%)

Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Rendemen (%)


Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa suhu

pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap rendemen

tepung pandan yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh suhu pengeringan terhadap

rendemen tepung pandan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap


Rendemen (%)
LSR Suhu Notasi
Jarak 0 Rataan
0,05 0,01 Pengeringan ( C) 0,05 0,01
- - - P1 = 40 15,70 a A
2 0,448 0,621 P2 = 50 15,16 b A
3 0,472 0,652 P3 = 60 14,63 b AB
4 0,486 0,672 P4 = 70 14,08 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C)

berbeda nyata dengan perlakuan P2, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan

P3, dan perlakuan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan P3, dan P4.

Perlakuan P3 berbeda nyata dengan perlakuan P4. Rendemen tertinggi terdapat

pada perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 15,70% dan terendah

pada perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 14,08%.

Semakin tinggi suhu pengeringan, maka rendemen semakin rendah. Ini

disebabkan karena air yang diuapkan semakin banyak. Hal ini sesuai pernyataan

Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu

pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air yang

menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan demikian maka bobot bahan

menjadi berkurang dan menghasilkan rendemen yang rendah. Dan pernyataan

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
pada www.gigapedia.org., (2007), bahwa rendemen tepung yang dihasilkan

ditentukan oleh lama dan suhu pengeringan yang digunakan dalam pengeringan

bahan sebelum penepungan. Semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan,

maka kadar air bahan akan semakin rendah dan menurunkan bobot bahan,

sehingga rendemen tepung yang dihasilkan semakin rendah.

Penurunan rendemen mengikuti garis regresi linear, dapat dilihat seperti

pada Gambar 4.

15.8
15.6
15.4
15.2 = -0.0538P + 17.854
Rendemen (%)

r = - 0,988
15.0
14.8
14.6
14.4
14.2
13.0

0.0
40 50 60 70 80
Suhu Pengeringan (0C)
Gambar 4. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Rendemen (%)

Pengaruh Interaksi Antara Lama Pengeringan dan Suhu Pengeringan


terhadap Rendemen (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap rendemen tepung yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi lama dan suhu

pengeringan terhadap rendemen tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap

perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 7.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Tabel 7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
Suhu Pengeringan terhadap Rendemen (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 16,20 a A
2 0,518 0,717 T1P2 16,00 a A
3 0,545 0,753 T1P3 15,81 a AB
4 0,561 0,776 T1P4 15,59 ab AB
5 0,578 0,789 T2P1 16,20 a A
6 0,581 0,800 T2P2 15,66 ab AB
7 0,587 0,814 T2P3 15,48 ab B
8 0,590 0,820 T2P4 14,74 b B
9 0,593 0,829 T3P1 14,71 b B
10 0,594 0,834 T3P2 13,81 b BC
11 0,594 0,838 T3P3 12,59 bc BC
12 0,595 0,845 T3P4 11,92 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan

berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap rendemen tepung. Rendemen tertinggi

diperoleh dari kombinasi perlakuan T1P1 dan T2P1, yaitu sebesar 16,20% dan

terendah diperoleh pada T3P4, yaitu sebesar 11,92%.

Semakin lama waktu pengeringan dan semakin tinggi suhu pada

pengeringan yang dilakukan pada suatu bahan maka rendemen semakin rendah,

ini disebabkan karena air yang diuapkan semakin banyak. Hal ini sesuai

pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama

waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air

yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dengan demikian maka bobot

bahan menjadi berkurang dan menghasilkan rendemen yang rendah. Dan

pernyataan pada www.gigapedia.org., (2007), rendemen tepung yang dihasilkan

ditentukan oleh lama dan suhu pengeringan yang digunakan dalam pengeringan

bahan sebelum penepungan. Semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
pengeringan yang digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan

menurunkan bobot bahan, sehingga rendemen tepung yang dihasilkan semakin

rendah. Hubungan interaksi lama dan suhu pengeringan terhadap rendemen

tepung pandan yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5.

18 1 = -0.0203T1 + 17.016

16 r = 0.9989

14
Rendemen (%)

T1 4
12 T2 6
10 T3 8
2 = -0.0455T 2 + 18.023
8 r = -0.9513
Linear (T3 8)
Linear (T2 6)
6 3 = -0.0957T3 + 18.524
Linear (T1 4)
4 r = -0.9887

0 40 60 70 80
0 50
Suhu Pengeringan (0C)

Gambar 5. Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu Pengeringan


terhadap Rendemen (%)

Kadar Air (%)


Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat, bahwa lama

pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air tepung

pandan yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama pengeringan terhadap kadar

air tepung pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8:

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Kadar Air (%)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (Jam) 0,05 0,01
- - - T1 = 4 Jam 14,05 a A
2 0,448 0,621 T2 = 6 Jam 11,78 b B
3 0,472 0,652 T3 = 8 Jam 11,24 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam)

berbeda sangat nyata dengan perlakuan T2 dan perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda

nyata dengan perlakuan T3. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T1

(lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 14,05% dan terendah pada perlakuan T3

(lama pengeringan 8 jam), yaitu sebesar 11,24%.

Semakin lama pengeringan maka kadar air semakin rendah. Hal ini sesuai

pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama

waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air

yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dan pernyataan pada

www.gigapedia.org., (2007), bahwa semakin lama pengeringan yang digunakan,

maka kadar air bahan akan semakin rendah dan menurunkan bobot bahan.

Hubungan antara lama pengeringan terhadap kadar air tepung pandan

yang dihasilkan, dapat dilihat pada Gambar 6.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
16
14

Kadar Air (%)


12
10
8 = -0.7023T + 16.569
r = -0.8879
6

0
0 4 6 8 10
Lama Pengeringan (Jam)

Gambar 6. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Air (%)

Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa suhu

pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dari

tepung yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar

air tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar
Air (%)
LSR Suhu Notasi
Jarak 0 Rataan
0,05 0,01 Pengeringan ( C) 0,05 0,01
- - - P1 = 40 14,54 a A
2 0,448 0,621 P2 = 50 12,80 b B
3 0,472 0,652 P3 = 60 11,54 c C
4 0,486 0,672 P4 = 70 10,54 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C)

berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2, P3, dan perlakuan P4. Perlakuan P2

berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3, dan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
nyata dengan perlakuan P4. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1

(suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 14,54% dan terendah pada perlakuan P4

(suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 10,54%.

Semakin tinggi suhu pengeringan, maka kadar air semakin rendah. Hal ini

sesuai pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin

lama waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka

air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dan pernyataa pada

www.gigapedia.org., (2007), bahwa semakin tinggi suhu pengeringan yang

digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan menurunkan bobot

bahan,

Penurunan kadar air mengikuti garis regresi linear, dapat dilihat seperti

pada Gambar 7

16
14
Kadar Air (%)

12
10
8 = -0.1326P + 19.651
6 r = -0.9848

0
0 40 50 60 70 80
Suhu Pengeringan (0C)

Gambar 7. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Air (%)

Pengaruh Interaksi Antara Lama pengeringan dan Suhu Pengeringan


tehadap Kadar Air (%)

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar air tepung yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi lama dan suhu

pengeringan terhadap kadar air tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap

perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
Suhu Pengeringan terhadap Kadar Air (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 16,68 a A
2 0,518 0,717 T1P2 14,42 ab AB
3 0,545 0,753 T1P3 13,33 ab B
4 0,561 0,776 T1P4 11,77 b B
5 0,578 0,789 T2P1 13,55 ab B
6 0,581 0,800 T2P2 12,23 b B
7 0,587 0,814 T2P3 11,37 bc BC
8 0,590 0,820 T2P4 9,96 c BC
9 0,593 0,829 T3P1 13,38 ab B
10 0,594 0,834 T3P2 11,76 b B
11 0,594 0,838 T3P3 9,93 c C
12 0,595 0,845 T3P4 9,89 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan

berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air tepung. Kadar air tertinggi

diperoleh dari kombinasi perlakuan T1P1, yaitu sebesar 16,68% dan terendah

diperoleh pada T3P4, yaitu sebesar 9,89%. Pada setiap lama pengeringan

menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, kadar air semakin

menurun.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan yang

digunakan dalam pengeringan, maka kadar air semakin rendah. Hal ini sesuai

pernyataan Desrosier, (1988), bahwa semakin tinggi suhu dan semakin lama

waktu pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan, maka air

yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Dan pernyataan pada

www.gigapedia.org., (2007), bahwa semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu

pengeringan yang digunakan, maka kadar air bahan akan semakin rendah dan

menurunkan bobot bahan.

Hubungan interaksi lama dan suhu pengeringan terhadap kadar air tepung

yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8.

18 T1 4
T2 6
16
T3 8
14 Linear (T3 8)
Kadar Air (%)

12 Linear (T2 6)
10 Linear (T1 4)

8 1 = -0.4752T 1 + 68.281
6 r = -0.9797
= -0.3691T 3 + 54.018
4 2 = -0.3495T 2 + 54.56 3
r= -0.9013
2 r = 0.9921

0
0 40 50 60 70 80
Suhu Pengeringan (0C)

Gambar 8. Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu Pengeringan


terhadap Kadar Air (%)

Kadar Abu (%)


Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Abu (%)

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat, bahwa lama

pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu

tepung pandan yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama pengeringan terhadap kadar

abu tepung pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11:

Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Kadar Abu (%)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 Pengeringan (Jam) 0.05 0.01
- - - T1 = 4 Jam 1.90 b B
2 0.448 0.621 T2 = 6 Jam 2.37 a A
3 0.472 0.652 T3 = 8 Jam 2.48 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam)

berbeda sangat nyata dengan perlakuan T2 dan perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda

tidak nyata dengan perlakuan T3. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan T3

(lama pengeringan 8 jam), yaitu sebesar 2,48% dan terendah terdapat pada

perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 1,90%.

Peningkatan kadar abu ini terjadi karena semakin lama pengeringan yang

dilakukan terhadap bahan maka jumlah air yang keluar atau teruapkan dari dalam

bahan yang dikeringkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sudarmadji, et.all, (1989), bahwa kadar abu tergantung pada jenis bahan, cara

pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan saat pengeringan. Jika bahan yang

diolah melalu proses pengeringan maka lama waktu dan semakin tinggi suhu

pengeringan akan meningkatkan kadar abu, karena air yang keluar dari dalam

bahan semakin besar.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Hubungan antara lama pengeringan dengan kadar abu tepung pandan yang

dihasilkan, dapat dilihat pada Gambar 9.

3.0

2.5

Kadar Abu (%)


2.0

1.5
= -0.1135T + 2.8429
1.0 r = -0.9516

0.0
0 4 6 8 10
Lama Pengeringan (Jam)

Gambar 9. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Kadar Abu (%)

Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Abu (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa suhu

pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu

tepung pandan yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar

abu tepung pandan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar
Abu (%)
LSR Suhu Notasi
Jarak 0 Rataan
0.05 0.01 Pengeringan ( C) 0.05 0.01
- - - P1 = 40 2.09 b B
2 0.448 0.621 P2 = 50 2.19 b A
3 0.472 0.652 P3 = 60 2.27 a A
4 0.486 0.672 P4 = 70 2.45 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C)

berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2, dan berbeda nyata dengan perlakuan P3,
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata

dengan perlakuan P3, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4. Perlakuan P3

berbeda tidak nyata dengan perlakuan P4. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 2,45% dan terendah pada

perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 2,09%.

Semakin tinggi suhu pengeringan, maka kadar abu semakin tinggi.

Peningkatan kadar abu ini terjadi karena semakin tinggi suhu pengeringan maka

semakin banyak air yang teruapkan dari bahan yang dikeringkan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Sudarmadji, et.all, (1989), bahwa kadar abu tergantung pada

jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan saat pengeringan.

Jika bahan yang diolah melalu proses pengeringan maka semakin lama waktu dan

semakin tinggi suhu pengeringan akan meningkatkan kadar abu, karena air yang

keluar dari dalam bahan semakin besar.

Peningkatan kadar abu mengikuti garis regresi linear, dapat dilihat seperti

pada Gambar 10.

2.5
Kadar Abu (%)

2.0

1.5
= -0.0144P + 2.9561
1.0 r = -0.913

0.0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)

Gambar 10. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Kadar Abu (%)


Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan Suhu Pengeringan terhadap
Kadar Abu (%)

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa

pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar abu tepung yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi lama dan suhu

pengeringan terhadap kadar abu tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap

perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan Suhu
terhadap Kadar Abu (%)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - T1P1 1.57 d D
2 0.518 0.717 T1P2 1.78 c C
3 0.545 0.753 T1P3 1.97 c C
4 0.561 0.776 T1P4 2.26 b BC
5 0.578 0.789 T2P1 2.27 b BC
6 0.581 0.800 T2P2 2.33 b B
7 0.587 0.814 T2P3 2.37 b AB
8 0.590 0.820 T2P4 2.50 a A
9 0.593 0.829 T3P1 2.42 b AB
10 0.594 0.834 T3P2 2.44 a A
11 0.594 0.838 T3P3 2.48 a A
12 0.595 0.845 T3P4 2.58 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan

berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu tepung. Kadar abu tertinggi

diperoleh dari kombinasi perlakuan T3P4, yaitu sebesar 2,58% dan terendah

diperoleh pada T1P1, yaitu sebesar 1,57%. Pada setiap lama pengeringan

menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, kadar abu semakin tinggi.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Peningkatan kadar abu ini terjadi karena semakin lama waktu dan semakin

tinggi suhu pengeringan maka semakin banyak air yang keluar dari bahan yang

dikeringkan. Hal ini sesuai dengan Sudarmadji, et.all, (1989), bahwa kadar abu

tergantung pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan suhu yang digunakan

saat pengeringan. Jika bahan yang diolah melalu proses pengeringan maka

semakin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan akan meningkatkan

kadar abu, karena air yang keluar dari dalam semakin besar.

Hubungan interaksi lama dan suhu pengeringan terhadap kadar abu

tepung yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 11.

T1 4
T2 6

3,0 T3 8
Linear (T1 4)
Kadar Abu (%)

2,5 Linear (T2 6)


Linear (T3 8)
2,0
3 = -0.0824T 3 + 10.247
1,5 r = -0.8864

1 = -0.0115T 1 + 7.71
1,0 2 = -0.0361T 2 + 8.648
r = -0.98
r = -0.8942

0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)
Gambar 11. Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu Pengeringan
terhadap Kadar Abu (%)

Organoleptik Aroma (Numerik)


Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Aroma (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat, bahwa lama

pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap aroma tepung pandan

yang dihasilkan.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama pengeringan terhadap aroma

tepung pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Organoleptik Aroma (Numerik)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (Jam) 0,05 0,01
- - - T1 = 4 Jam 3,56 a A
2 0,448 0,621 T2 = 6 Jam 3,34 a A
3 0,472 0,652 T3 = 8 Jam 2,73 b AB
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam)

berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2 dan berbeda sangat nyata dengan

perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda nyata dengan perlakuan T3. Aroma tertinggi

terdapat pada perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu sebesar 3,56 dan

terendah pada perlakuan T3 (lama pengeringan 8 jam), yaitu sebesar 2,73.

Penurunan organoleptik aroma ini disebabkan karena terjadinya

kerusakan pigmen-pigmen karena waktu pengeringan yang teralu lama. Hal ini

sesuai dengan pernyataan pada www.ipb.ac.id. (2007), bahwa Komponen

penyusun aroma pandan wangi merupakan senyawa aromatik berwarna kuning

sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid yang larut dalam alkohol (2 Asetil 1-

pirolin (AP)). Dan pernyataan Buckle, et.all (1987), bahwa pengeringan

mempunyai beberapa kelemahan seperti terjadinya perubahan warna, tekstur, rasa

dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu pengeringan yang

terlalu tinggi dapat menyebabkan pigmen-pigmen pada bahan mengalami

oksidasi, sehingga memucatkan pigmen serta dapat menyebabkan bahan gosong

(coklat).

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Hubungan antara lama pengeringan terhadap aroma tepung pandan yang

dihasilkan, dapat dilihat pada Gambar 12.

4.0

Organoleptik Aroma (Numerk)


3.5
3.0
2.5
2.0
1.5 = -0.2073T + 4.4535
r= -0.9294
1.0
0.5
0.0
0 4 6 8 10
Lama Pengeringan (Jam)

Gambar 12. Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Aroma (Numerik)

Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Organoleptik Aroma (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa suhu

pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap aroma tepung

pandan yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh suhu pengeringan terhadap aroma

tepung yang dihasilkan pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap
Organoleptik Aroma (Numerik)
LSR Suhu Notasi
Jarak 0 Rataan
0,05 0,01 Pengeringan ( C) 0,05 0,01
- - - P1 = 40 3,60 a A
2 0,448 0,621 P2 = 50 3,29 b AB
3 0,472 0,652 P3 = 60 3,07 b B
4 0,486 0,672 P4 = 70 2,88 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C)

berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2, P3, dan perlakuan P4. Perlakuan P2

berbeda nyata dengan perlakuan P3, dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
P4. Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4. Organoleptik aroma

tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 3,60

dan terendah pada perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 2,88.

Semakin tinggi suhu pengeringan, maka organoleptik aroma semakin

menurun. Ini disebabkan karena terjadinya kerusakan pigmen-pigmen karena suhu

pengeringan yang teralu tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada

www.ipb.ac.id. (2007), bahwa Komponen penyusun aroma pandan wangi

merupakan senyawa aromatik berwarna kuning sebagai hasil oksidasi pigmen

karotenoid yang larut dalam alkohol (2 Asetil 1-pirolin (AP)). Dan pernyataan

Buckle, et.all (1987), bahwa pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti

terjadinya perubahan warna, tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang

terlalu lama dan suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

pigmen-pigmen pada bahan mengalami oksidasi, sehingga memucatkan pigmen

serta dapat menyebabkan bahan gosong (coklat).

Penurunan organoleptik aroma mengikuti garis regresi linear, seperti pada

Gambar 13.

4.0
Organoleptik Aroma (Numerik)

3.5
3.0
2.5
2.0 = -0.0238P + 4.5206
r = 0.9873
1.5
0.0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)

Gambar 13. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Aroma (Numerik)

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan Suhu Pengeringan terhadap
Organoleptik Aroma (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa

pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap aroma tepung yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi lama dan suhu

pengeringan terhadap organoleptik aroma tepung pandan yang dihasilkan pada

tiap-tiap perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
dan Suhu Pengeringan terhadap Aroma (Numerik)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 4,00 a A
2 0,518 0,717 T1P2 3,57 ab AB
3 0,545 0,753 T1P3 3,40 ab B
4 0,561 0,776 T1P4 3,27 ab B
5 0,578 0,789 T2P1 3,73 a AB
6 0,581 0,800 T2P2 3,40 ab B
7 0,587 0,814 T2P3 3,20 b B
8 0,590 0,820 T2P4 3,03 b BC
9 0,593 0,829 T3P1 3,07 b B
10 0,594 0,834 T3P2 2,90 bc BC
11 0,594 0,838 T3P3 2,62 c CD
12 0,595 0,845 T3P4 2,33 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan

berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap organoleptik aroma tepung pandan

yang dihasilkan. Organoleptik aroma tertinggi diperoleh dari kombinasi perlakuan

T1P1, yaitu sebesar 4,00 dan terendah diperoleh pada T3P4, yaitu sebesar 2,33.
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Pada setiap lama pengeringan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu

pengeringan, organoleptik aroma semakin menurun. Penurunan terjadi lebih

lambat pada perlakuan T1 dibandingkan perlakuan T3.

Penurunan ini disebabkan karena terjadinya kerusakan pigmen-pigmen

karena suhu pengeringan yang teralu tinggi dan waktu pengeringan yang terlalu

lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada www.ipb.ac.id. (2007), bahwa

Komponen penyusun aroma pandan wangi merupakan senyawa aromatik

berwarna kuning sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid yang larut dalam

alkohol (2 Asetil 1-pirolin (AP)). Dan pernyataan Buckle, et.all (1987), bahwa

pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti terjadinya perubahan warna,

tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu

pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pigmen-pigmen pada bahan

mengalami oksidasi, sehingga memucatkan pigmen serta dapat menyebabkan

bahan gosong (coklat).

Hubungan interaksi lama dan suhu pengeringan terhadap aroma tepung

yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 14

5
Organoleptik Aroma (Numerik)

T1 4
4
4 T2 6

3 T3 8

3 1 = -0.071T 1 + 14.58 Linear (T3 8)


2 r = -0.9174 Linear (T2 6)
2 = -0.069T 2 + 13.82
2
r = -0.9726 Linear (T1 4)
1 3 = -0.0745T 3 + 12.285
1 r = -0.9869

0
0 40 50 60 70
Suhu Pengeringan (0C)

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Gambar 14. Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu Pengeringan
terhadap Aroma (Numerik)

Organoleptik Warna (Numerik)


Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Warna (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat, bahwa lama

pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap warna tepung pandan

yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama pengeringan terhadap warna

tepung pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengeringan terhadap
Organoleptik Warna (Numerik)
LSR Lama Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (Jam) 0,05 0,01
- - - T1 = 4 Jam 3,58 a A
2 0,448 0,621 T2 = 6 Jam 3,27 a A
3 0,472 0,652 T3 = 8 Jam 2,57 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 (lama pengeringan 4 jam)

berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2 dan berbeda sangat nyata dengan

perlakuan T3. Perlakuan T2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan T3.

Organoleptik warna tertinggi terdapat pada T1 (lama pengeringan 4 jam), yaitu

sebesar 3,58 dan terendah pada perlakuan T3 (lama pengeringan 8 jam), yaitu

sebesar 2,57.

Dari Gambar 15. dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan

yang digunakan, maka nilai organoleptik warna semakin menurun, ini disebabkan

karna terjadinya oksidasi pigmen-pigmen yang ada pada pandan, terutama pigmen

klorofil dan karoten. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle, et.all (1987),
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
bahwa pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti terjadinya perubahan

warna, tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu

pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pigmen-pigmen pada bahan

mengalami oksidasi, sehingga memucatkan pigmen serta dapat menyebabkan

bahan gosong (coklat).

Hubungan antara lama pengeringan terhadap warna tepung pandan yang

dihasilkan, dapat dilihat pada Gambar 15.

4.0
Organoleptik Warna (Numerik)

3.5
3.0
2.5
2.0 = -0.2521T + 4.6486
r= -0.9521
1.5
1.0

0 4 6 8 10
Lama Pengeringan (Jam)

Gambar 15 Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Warna (Numerik)

Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Organoleptik Warna (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa suhu

pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap warna tepung

pandan yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh suhu pengeringan terhadap

organoleptik warna tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 18.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Tabel 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap
Organoleptik Warna (Numerik
LSR Suhu Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 Pengeringan (0C) 0,05 0,01
- - - P1 = 40 3,58 a A
2 0,448 0,621 P2 = 50 3,26 b AB
3 0,472 0,652 P3 = 60 2,98 c B
4 0,486 0,672 P4 = 70 2,73 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C)

berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata

dengan perlakuan P3, dan berbeda sangat nyata dengan P4. Perlakuan P3 berbeda

sangat nyata dengan perlakuan P4. Organoleptik warna tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 (suhu pengeringan 40 0C), yaitu sebesar 3,58 dan terendah pada

perlakuan P4 (suhu pengeringan 70 0C), yaitu sebesar 2,73.

Dari Gambar 15. dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan

yang digunakan, maka nilai organoleptik warna semakin menurun, ini disebabkan

karna terjadinya oksidasi pigmen-pigmen yang ada pada pandan, terutama pigmen

klorofil dan karoten. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle, et.all (1987),

bahwa pengeringan mempunyai beberapa kelemahan seperti terjadinya perubahan

warna, tekstur, rasa dan aroma. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu

pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pigmen-pigmen pada bahan

mengalami oksidasi, sehingga memucatkan pigmen serta dapat menyebabkan

bahan gosong (coklat).

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Penurunan organoleptik warna mengikuti garis regresi linear, seperti pada

Gambar 16.

4.0

Organoleptik Warna (Numerik)


3.5
3.0
2.5
2.0 = -0.0281P + 4.6822
1.5 r= -0.9962

1.0
0.5
0.0
0 40 500 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)

Gambar 16 Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Warna (Numerik)

Pengaruh Interaksi Antara Lama Pengeringan dan Suhu Pengeringan


terhadap Organoleptik Warna (Numerik)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa

pengaruh interaksi antara lama dan suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap warna tepung yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi lama dan suhu

pengeringan terhadap warna tepung pandan yang dihasilkan pada tiap-tiap

perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengeringan dan
Suhu Pengeringan terhadap Warna (Numerik)
LSR Perlakuan Notasi
Jarak Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - T1P1 4,00 a A
2 0,518 0,717 T1P2 3,67 ab AB
3 0,545 0,753 T1P3 3,43 ab B
4 0,561 0,776 T1P4 3,20 b B
5 0,578 0,789 T2P1 3,67 ab AB
6 0,581 0,800 T2P2 3,30 b B
7 0,587 0,814 T2P3 3,13 b BC
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
8 0,590 0,820 T2P4 2,97 bc BC
9 0,593 0,829 T3P1 3,07 bc BC
10 0,594 0,834 T3P2 2,80 bc BC
11 0,594 0,838 T3P3 2,37 c C
12 0,595 0,845 T3P4 2,03 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda
sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa interaksi lama dan suhu pengeringan

berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap warna tepung. Organoleptik warna

tertinggi diperoleh dari kombinasi perlakuan T1P1, yaitu sebesar 4,00 dan terendah

diperoleh pada T3P4, yaitu sebesar 2,03. Pada setiap lama pengeringan

menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, organoleptik warna

semakin menurun.

Hubungan interaksi lama dan suhu pengeringan terhadap warna tepung

yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 17

5,0
Organoleptik Warna (Numerik)

4,5
4,0
T1 4
3,5
T2 6
3,0 T3 8

2,5 Linear (T3 8)


1 = -0.079T 1 + 15.07
Linear (T2 6)
2,0 r= -0.9914
Linear (T1 4)
1,5
2 = -0.068T 2 + 13.54 3 = -0.106T 3 + 13.53
1,0 r= -0.9554 r = -0.9926

0,0
0 40 50 60 70
0
Suhu Pengeringan ( C)

Gambar 17. Pengaruh Interaksi Antara Lama dan Suhu Pengeringan


terhadap Warna (Numerik)

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh lama pengeingan dan suhu pengeringan

terhadap parameter yang diamati dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lama pengeringan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap rendemen,

kadar air, kadar abu, organoleptik warna, dan organoleptik aroma.

2. Suhu pengeringan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

rendemen, kadar abu, kadar air, organoleptik warna dan aroma.

3. Interaksi lama dan suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, organoleptik aroma dan warna.

4. Tepung pandan yang dihasilkan dengan lama pengeringan T2 (lama

pengeringan 6 jam) dengan suhu pengeringan P2 (suhu pengeringan 50 0C)

memberikan hasil yang lebih baik dan dapat diterima.

Saran

1. Untuk pembuatan tepung dari pandan dianjurkan menggunakan lama

pengeringan 6 jam, pada suhu 50 oC.

2. Perlu penelitian lebih lanjut pada berbagai jenis oven pada lama dan suhu

pengeringan yang berbeda untuk pembuatan tepung dari pandan.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, M., 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Alumni, Bandung.

Bangun, M. K., 2001. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. USU-Press,


Medan

Bernasconi, E., G.H. Gerster, H. Hauster, H. Stauble and E. Schnepter, 1999.


Teknologi Kimia. Diterjemahkan oleh I. Handoyo. Pradnya Paramita,
Jakarta.

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton, 1978. Ilmu Pangan.
Terjemahan Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.

Buttery, 1983. Chemistry and Industry, Chem. Industry, London.

Chandler, H.M., 1958. Evergreen Orchard Lea and Febiger. Philadelphia.

Desrosier, W.N., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Diterjemahan Oleh


M. Muldjohardjo. UI-Press, Jakarta.

Goutara dan S. Wijandi, 1975. Dasar-Dasar Pengolahan Gula I. Departemen


Teknologi Hasil Pertanian. Fatemeta, IPB-Press, Bogor.

Handerson, S.M. and R.L. Perry, 1976. Agricultural Process Engineering. The
AVI Publishing Company, Connecticut.

Holleman, L.W.J. and A. Atten, 1956. Prossesing of Cassava Product in Rural


Industries, FAO-Roma, Italy.

Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta,


Jakarta.

Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press,
Jakarta.

Laksanalamai, V. , Sarath, and Ilangantileke, 1993. Comparison of Aroma


Compound (2 Asetyl-1 Pyroline) in Leaves from Pandan (Pandanus
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
amarylifolius) and Thai Fragrant Rice (Khao Dawk Mali 105), American
Assosiation of Cereal Chemist. Inc, USA.

Lapedes, N.D., 1977. Encyclopedia of Food Agricultural and Nutrition. Mc. Graw
Hill book Company, New York.

Schoch, T. J., 1941. Basical Aspect of Starch Behavior in Journal Cereal


Chemistry Oregon State University, USA.

Soedarmadji, S. , B. Haryono, dan Suhardi, 1989. Prosedur Analisa Untuk Bahan


Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Soekarto, S. T., 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, Bogor.

Soesanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina


Ilmu, Surabaya.

Sulaiman, A.H., 1996. Biokimia untuk Pertanian, USU-Press, Medan.

Sustrinisniati, D., D. Mahdan, H. Wiriano, dan M. Ridwan, 1995. Pengaruh


Pencampuran Tepung dan Pertambahan Carboxyl Methyl Cellulose (CMC)
pada Pembuatan Campuran Siap Pakai untuk Penggorengan, Warta Industri
Hasil Pertanian Vol-2 No 1-2, BBPIHP, Jakarta.

West, E.S. and W.R. Tood, 1964. Text Book of Biochemistry. Mc. Millan Co,
New york.

Winarno, F.G., 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Winarno, F.G., 1994. Enzim pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G., 1997. Kimia Gizi dan Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Http://WWW.ajcn.org./. Pandamus amarylifolius. 2003.

Http://WWW.ipb.ac.id./. Budidaya Tanaman Pandan. 2007.

Http://WWW.gigapedia.org./. Pembuatan Tepung Pandan. 2007.

Http://WWW.lipi.go.id./. Tanaman Pandan. 2006.

Http://WWW.ristek.go.id./. Budidaya Pandan Wangi. 2006

Http://WWW.ugm.ac.id./.Budidaya Tanaman Pandan. 2004.

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengamatan Analisis Rendemen (%)


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
T1P1 16,32 16,14 16,14 48,60 16,20
T1P2 16,00 16,00 16,00 48,00 16,00
T1P3 15,87 15,78 15,78 47,43 15,81
T1P4 15,56 15,60 15,60 46,76 15,59

T2P1 16,13 16,23 16,23 48,59 16,20


T2P2 15,87 15,56 15,56 46,99 15,66
T2P3 15,45 15,50 15,50 46,45 15,48
T2P4 14,88 14,67 14,67 44,22 14,74

T3P1 14,78 14,67 14,67 44,12 14,71


T3P2 14,54 13,45 13,45 41,44 13,81
T3P3 12,67 12,55 12,55 37,77 12,59
T3P4 11,77 12,00 12,00 35,77 11,92
Total 536,14
Rataan 14,89

Lampiran 2. Daftar Analisis Sidik Ragam Rendemen (%)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 11 178,713 3,379 38,069 ** 2,23 3,1
T 2 48,944 0,375 4,221 * 3,4 5,62
T Lin 1 19,570 1,056 11,901 ** 4,26 7,82
T Kuad 1 223,150 0,011 0,127 tn 4,26 7,82
T Kub 1 193,776 0,056 0,634 tn 4,26 7,82
P 3 13,047 1,602 18,052 ** 3,01 4,72
P Lin 1 26,093 4,624 52,101 ** 4,26 7,82
P Kuad 1 0,000 0,180 2,028 tn 4,26 7,82
P Kub 1 13,046 0,002 0,025 tn 4,26 7,82
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
TxP 6 116,722 4,972 56,023 ** 2,51 3,67
Galat 12 23978,247 0,089
Total 35 24156,960
Keterangan:
FK = 7.984,61
KK = 2,000%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata

Lampiran 3. Data Pengamatan Analisis Kadar Air (%)


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
T1P1 16,75 16,80 16,50 50,05 16,68
T1P2 14,45 14,40 14,40 43,25 14,42
T1P3 13,34 13,34 13,30 39,98 13,33
T1P4 12,00 12,00 11,30 35,30 11,77

T2P1 13,56 13,55 13,55 40,66 13,55


T2P2 12,00 12,30 12,40 36,70 12,23
T2P3 11,37 11,35 11,40 34,12 11,37
T2P4 10,00 9,87 10,00 29,87 9,96

T3P1 13,40 13,37 13,37 40,14 13,38


T3P2 11,75 11,78 11,75 35,28 11,76
T3P3 10,00 10,00 9,78 29,78 9,93
T3P4 10,00 9,80 9,87 29,67 9,89
Total 444,80
Rataan 12,36

Lampiran 4. Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Air (%)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 11 148,267 3,379 38,069 ** 2,23 3,1
T 2 53,329 0,375 4,221 * 3,4 5,62
T Lin 1 118,763 1,056 11,901 ** 4,26 7,82
T Kuad 1 218,970 0,011 0,127 tn 4,26 7,82
T Kub 1 284,405 0,056 0,634 tn 4,26 7,82
P 3 80,399 1,602 18,052 ** 3,01 4,72
P Lin 1 158,351 4,624 52,101 ** 4,26 7,82
P Kuad 1 0,481 0,180 2,028 tn 4,26 7,82
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
P Kub 1 78,433 0,002 0,025 tn 4,26 7,82
TxP 6 14,539 4,972 56,023 ** 2,51 3,67
Galat 12 16752,964 0,089
Total 35 16901,231
Keterangan:
FK = 5.495,75
KK = 2,411%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata

Lampiran 5. Data Pengamatan Analisis Kadar Abu (%)


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
T1P1 1.50 1.65 1.55 4.70 1.57
T1P2 1.70 1.85 1.80 5.35 1.78
T1P3 1.90 2.00 2.00 5.90 1.97
T1P4 2.20 2.30 2.29 6.79 2.26

T2P1 2.30 2.30 2.22 6.82 2.27


T2P2 2.32 2.35 2.33 7.00 2.33
T2P3 2.34 2.36 2.40 7.10 2.37
T2P4 2.45 2.50 2.55 7.50 2.50

T3P1 2.43 2.40 2.43 7.26 2.42

T3P2 2.44 2.45 2.44 7.33 2.44

T3P3 2.45 2.48 2.50 7.43 2.48


T3P4 2.56 2.60 2.58 7.74 2.58
Total 80.92
Rataan 2.25

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Lampiran 6. Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Abu (%)
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 11 26.973 3.379 38.069 ** 2.23 3.1
T 2 19.061 0.375 4.221 * 3.4 5.62
T Lin 1 0.919 1.056 11.901 ** 4.26 7.82
T Kuad 1 4.832 0.011 0.127 tn 4.26 7.82
T Kub 1 13.310 0.056 0.634 tn 4.26 7.82
P 3 0.632 1.602 18.052 ** 3.01 4.72
P Lin 1 0.612 4.624 52.101 ** 4.26 7.82
P Kuad 1 0.004 0.180 2.028 tn 4.26 7.82
P Kub 1 0.015 0.002 0.025 tn 4.26 7.82
TxP 6 7.281 4.972 56.023 ** 2.51 3.67
Galat 12 528.526 0.089
Total 35 555.499
Keterangan:
FK = 168,22
KK = 13,781%
** = sangat nyata
*= nyata
tn = tidak nyata

Lampiran 7. Data Pengamatan Analisis Aroma (Numerik)


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
T1P1 4,00 4,00 4,00 12,00 4,00
T1P2 3,50 3,60 3,60 10,70 3,57
T1P3 3,40 3,40 3,40 10,20 3,40
T1P4 3,20 3,30 3,30 9,80 3,27

T2P1 4,00 3,60 3,60 11,20 3,73


T2P2 3,40 3,40 3,40 10,20 3,40
T2P3 3,20 3,20 3,20 9,60 3,20
T2P4 3,10 3,00 3,00 9,10 3,03

T3P1 3,20 3,00 3,00 9,20 3,07


T3P2 2,90 2,90 2,90 8,70 2,90
T3P3 2,75 2,55 2,55 7,85 2,62
T3P4 2,50 2,25 2,25 7,00 2,33
Total 115,55

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Rataan 3,21

Lampiran 8. Daftar Analisis Sidik Ragam Aroma (Numerik)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 11 38,517 3,379 38,069 ** 2,23 3,1
T 2 4,438 0,375 4,221 * 3,4 5,62
T Lin 1 3,834 1,056 11,901 ** 4,26 7,82
T Kuad 1 10,414 0,011 0,127 tn 4,26 7,82
T Kub 1 9,809 0,056 0,634 tn 4,26 7,82
P 3 2,589 1,602 18,052 ** 3,01 4,72
P Lin 1 5,112 4,624 52,101 ** 4,26 7,82
P Kuad 1 0,012 0,180 2,028 tn 4,26 7,82
P Kub 1 2,535 0,002 0,025 tn 4,26 7,82
TxP 6 31,489 4,972 56,023 ** 2,51 3,67
Galat 12 1096,121 0,089
Total 35 1134,638
Keterangan:
FK = 370,88
KK = 9,281%
** = sangat nyata
*= nyata
tn = tidak nyata

Lampiran 9. Data Pengamatan Analisis Warna (Numerik)


Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
T1P1 4,00 4,00 4,00 12,00 4,00
T1P2 3,60 3,70 3,70 11,00 3,67
T1P3 3,50 3,40 3,40 10,30 3,43
T1P4 3,20 3,20 3,20 9,60 3,20

T2P1 3,60 3,70 3,70 11,00 3,67


T2P2 3,10 3,40 3,40 9,90 3,30
T2P3 3,00 3,20 3,20 9,40 3,13
T2P4 2,90 3,00 3,00 8,90 2,97

T3P1 3,20 3,00 3,00 9,20 3,07


T3P2 2,80 2,80 2,80 8,40 2,80
T3P3 2,50 2,30 2,30 7,10 2,37
T3P4 2,10 2,00 2,00 6,10 2,03
Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009
Total 112,90
Rataan 3,14

Lampiran 10. Daftar Analisis Sidik Ragam Warna (Numerik)


SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 11 37,633 3,379 38,069 ** 2,23 3,1
T 2 6,407 0,375 4,221 * 3,4 5,62
T Lin 1 5,334 1,056 11,901 ** 4,26 7,82
T Kuad 1 9,919 0,011 0,127 tn 4,26 7,82
T Kub 1 8,846 0,056 0,634 tn 4,26 7,82
P 3 3,570 1,602 18,052 ** 3,01 4,72
P Lin 1 7,112 4,624 52,101 ** 4,26 7,82
P Kuad 1 0,005 0,180 2,028 tn 4,26 7,82
P Kub 1 3,548 0,002 0,025 tn 4,26 7,82
TxP 6 27,656 4,972 56,023 ** 2,51 3,67
Galat 12 1055,537 0,089
Total 35 1093,170
Keterangan:
FK = 354,07
KK = 9,499%
** = sangat nyata
* = nyata
tn = tidak nyata

Ikhwan Hafiz Lubis : Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pandan, 2007.
USU Repository 2009

You might also like