Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Pada tahun 1994 UP dikembangkan sebagai upaya pencegahan infeksi di rumah sakit yang
berupa penerapan dua tingkat kewaspadaan, yaitu :
BAB II
RUANG LINGKUP
Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian pengendalian infeksi yang tidak terlepas
dari peran masing-masing pihak yang terlibat didalamnya yaitu pimpinan termasuk staf
administrasi, staf pelaksana pelayanan, termasuk staf penunjangnya dan juga para pengguna
pelayanan yaitu pasien dan pengunjung sarana kesehatan tersebut. Program ini hanya dapat
berjalan bila masing-masing pihak menyadari dan memahami peran dan kedudukan masing-
masing.
BAB III
TATA LAKSANA
Prinsip utama Prosedur Kewaspadaan Universal pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene
sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut
dijabarkan menjadi kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diri
3. Pengelolaan alat kesehatan
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan (kecelakaan kerja)
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Kewaspadaan khusus
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap
sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme
multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah
(Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap
dan sementara yang jumlahnya sangat banyak.
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap,
berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan
dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang
dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi.
Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan
lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan
atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa
dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO,
2004).
Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan
bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat
pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS
dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD
menjadi sangat penting untuk melindungi staf .
Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap,
masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif,
bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau
cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini,
bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun
yang enteng (dengan hitungan benang 140/in) adalah bahan yang sering dipakai untuk
pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak
memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang
membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat
untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk
dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan
kontaminasi dapat terlihat.
Macam APD :
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Kaca mata,
4. Topi
5. Apron/celemek
6. Pelindung kaki
7. Gaun pelindung
8. Helm
1. Sarung Tangan.
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.
Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah
penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu
pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
Tanpa Sarung
Apakah kontak
Tangan
dengan darah atau TIDAK
cairan tubuh ?
YA
Apakah kontak Sarung Tangan
dengan pasien ? Rumah Tangga Atau
TIDAK
Sarung Tangan
Bersih
YA
YA
6. Gaun
Gaun digunakan bertujuan untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau
percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.
Jenis Gaun :
- Gaun pelindung tidak kedap air.
- Gaun pelindung kedap air.
- Gaun steril.
- Gaun non steril
Tabel jenis Kegiatan yang memerlukan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung
1. Tanpa luka
Memandikan / bedding
Reposisi K/P
2. Luka terbuka
Memandikan / bedding K/P
Reposisi K/P
3. Perawatan perianal
4. Perawatan mulut K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik K/P
6. Penggantian balutan
Luka decubitus K/P K/P
Cateter intravena K/P K/P
Tindakan Khusus.
Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada daerah Alat yang
kritis dengan selaput steam/termal dan bersih dan kering guna berhubungan
lendir dengan cairan melindungi dari dengan respiratori
desinfektan kontaminasi lingkungan :
tingkat tinggi -LM (laringeal
mask)
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal non
kinkin.
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan alat Simpan dalam keadaan -alatnon invasif
kritis dengan kulit dengan bersih ditempat yang equipment:
menggunakan kering * Bedpan dan
detergent dan urinal.
air .jika * Manset tekanan
menggunakan darah.
desinfektan * bed
gunakan yang * Termometer.
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
2. Pencucian/pembersihan
Adalah suatu proses secara fisik membuang semua kotoran, darah, atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme
untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani
objek tersebut. Proses ini terdiri dari
Setelah dekontamnin
3. Sterilisasi atau DTT
Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bacterial.
Adalah Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry
heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang
digunakan untuk proses sterilisasi.
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif,
tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001).
Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan
alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran
listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap
nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber
panas.
Kondisi Standar Sterilisasi Panas
Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121C; tekanan harus berada pada 106
kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada
suhu yang lebih tinggi pada 132C, tekanan harus berada pada 30 lbs/in; 15 menit untuk
alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in) dapat agak berbeda bergantung pada
sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.
Panas kering:
170C selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di oven,
pemanasan hingga 170C, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam),
atau
160C selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:
Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target
Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih pendek,
hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk alat-alat
individual.
4. Penyimpanan
Sterilisasi