You are on page 1of 2

Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi atau aktivasinya dapat dibagi menjadi

dua, yaitu: resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar.
a. Resin komposit diaktivasi kimia
Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl
peroxide dan pasta yang lainnya berisi aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampur,
amine akan beraksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga
mekanisme pengerasan dimulai
b. Resin komposit diaktivasi oleh sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam bentuk satu
pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk radikal bebas yang terdiri atas
molekul-molekul fotoinisiator dan aktivator amine terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak
disinari, maka kedua komponen tersebut tidak akan bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan
panjang gelombang yang tepat (460-485 nm) dapat merangsang fotoinisiator bereaksi dengan
amine dan membentuk radikal bebas yang memulai proses polimerisasi.

Resin Komposit

Kelebihan Komposit

- Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan menambah
material pengisi.

- Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk memperbaiki
senyuman.

- Tidak mengandung merkuri.

- Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior dengan beban
gigitan yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.
- Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan berbanding
amalgam (Anusavice, 2003).

Kekurangan Komposit

- Kurang daya tahan berbanding amalgam serta tidak begitu kuat dalam menahan tekanan
gigitan pada bagian posterior.

- Bisa terjadi shrinkage apabila material di set, sehingga menyebabkan pembentukan ruang
kecil antara gigi dan bahan tambalan.

- Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.

- Lebih cepat aus dibanding amalgam.

- Tehnik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.

- Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan sukar untuk
mendeteksi karies baru.

- Memerlukan ketrampilan serta biaya tinggi.

Anusavice, Kenneth J. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
Pickard, H.M., Kidd, E.A.M., Smith, B.G.N 2002. Manual Konservasi Restoratif Menurut
Pickard. Edisi 6. Alih bahasa: Narlan Sumawinata. Jakarta : Widya Medika.

You might also like