You are on page 1of 34

Rena Mahardika

Kamis, 18 Juni 2015

PenerapanTaksonomiBloomPadaKemampuanMembaca
SiswaDalamPembelajaranBahasaIndonesia

PENERAPAN TAKSONOMI BLOOM PADA KEMAMPUAN


MEMBACA SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
MAKALAH

Oleh :
Rena Perwitasari (140210402033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini
yang berjudul, Penerapan Taksonomi Bloom Pada Kemampuan Membaca Siswa
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisikan tentang implikasi taksonomi bloom dpada kemampan
membaca siswa yang akan penulis bahas lebih dalam.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

Jember, 11 juni

Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang dituturkan
pihak lain melalui sarana tulisan. Jika dalam kegiatan menyimak diperlukan
pengetahuan tentang sistem bunyi bahasa yang bersangkutan, dalam kegiatan
membaca diperlukan diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya
yang menyangkut huruf dan ejaan.
Kegiatan membaca merupakan aktifitas berbahasa yang bersifat reseptif kedua
setelah menyimak. Hubungan antara penutur (penulis) dengan penerima (pembaca)
bersifat tidak langsung, yaitu melalui lambang tulisan. Penyampaian informasi melalui
saranana tulis untuk berbagai keperluan dalam abad modern ini merupakan suatu hal
yang tak dapat ditinggalkan. Berbagai informasi entah itu berupa berita, cerita,
ataupun ilmu pengetahuan sangat efektif diumumkan melalui sarana tulis, baik dalam
bentuk surat kabar, majalah, surat selebaran, buku-buku cerita, buku pelajaran,
literatur, dan sebagainya. Dengan demikian, aktivitas membaca tentang berbagai
sumber informasi tersebut akan sangat membuka dan memperluas dunia dan horison
seseorang.
Dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang
tidak dapat ditawar-tawar. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa dan
terlebih lagi mahasiswa melalui aktivitas membaca. Keberhasilan studi seseorang akan
sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauaan membacanya. Bahkan setelah
seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kemauan membacanya
tersebut akan sangat memengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah.
Oleh karena itu, pengajaran bahasa yang mempunyai tugas membina dan
meningkatkan kemampuan membaca siswa hendaknya menaruh perhatian yang cukup
terhadap usaha peningkatan kemampuan dan kemamuaan membaca para siswa. Tes
kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif
siswa memahami wacana terulis.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian taksonomi ?
b) Apakah yang dimaksud Taksonomi Tujuan Pendidikan?
c) Apa saja tingkatan atau level proses kognitif menurut teori Taksonomi Bloom?
d) Bagaimanakah Taksonomi Bloom dalam kemampuan membaca?
e) Bagaimana cara penerapan taksonomi bloom dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia tentang kemampuan membaca?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui pengertian Taksonomi
2) Untuk mengetahui Taksonomi Tujuan Pendidikan
3) Mengetahui tingkatan atau level proses kognitif menurut teori Taksonomi Bloom
4) Mengetahui taksonomi Bloom untuk tugas membaca
5) Mengetahui cara penerapan taksnonomi bloom dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia tentang kemampuan membaca

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untukmengklasifikasi
dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu
atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat,
dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan
dalam tiga ranah, yaitu kognitif,afektif, dan psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi,pengetahuan dan keahlian
mentalitas.
Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan.
Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan
fisik.
Ranah kognitif menggolongkandan mengurutkan keahlian berpikiryang
menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-
tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan
mengolah pikirannya sehungga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Mengubah teori kedalam keterampilan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru
sebagai produk inovasi pikirannya.Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat
informasi atau ilmu mengenai konsep itu. Seseorang tidak akan mampu
mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya.

2.2 Taksonomi Tujuan Pendidikan


Proses pembelajaan di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah
sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada
siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak tahu mana
pelajaran yang penting manapun yang tidak.Taksonomi tujuan pendidikan merupaka
suatu kategori tujuan pendidikan yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk
merumuskn tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.
Taksonomi tujuan terdiri domain domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa siswa sebagai tujuan belajar. Saat ini para
ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo,
2005)sebagai tujuan pembelajaran yang dikenal dengan dengan taksonomi Bloom
( Blooms Taxson omy). Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke
dalam 3 ranah, yaitu :
a) Ranah kognitif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman
( comprehension ), penerapan (application),penguraian (analysis), memadukan (
synthesis ), dan penilaian (evaluation);
b) Ranah afektif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan,
minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup:
penerimaan ( receiving/attending ), sambutan ( responding ), penilaian ( valuing ),
pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan
c) .Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
Ranah ini terdiri dari : kesiapan ( set ), peniruan (imitation).
membiasakan ( habitual ), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination).
Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.

2.3 Tingkatan Atau Level Proses Kognitif Menurut Teori


Taksonomi Bloom
Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan Taksonomi BloomTaksonomi
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan kawan pada tahun 1956.
Sejarahnya bermula ketika pada awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi
Psikolog Amerika,sebagai kelanjutan kegiatan serupa tahun 1948, Bloom dan kawan
kawan mengemukakan bahwa presentase terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar
yang banyak disusun di sekolah hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan
mereka. Hapalan tersebut sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berfikir
( menalar, thinking behaviors). Artinya, masih ada taraf lain yang lebih tinggi.
Bloom,Englehart,Furst,Hill,dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956 merumuskan
ada tiga golongan domain kemampuan (intelektual,intellectual behaviors) yaitu
ranah kognitif,afektif,dan psikomotor.Beberapa istilah lain juga menggambarkan hal
yang sama dengan ketiga domain tersebut diantaranya seperti yang di ungkapkan oleh
Ki Hajar Dewantoro, yaitu : cipta, rasa, dan karsa. Selain itu juga dikenal istiah :
penalaran,penghayatan,dan pengamalan. Dalam pendidikan, Taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat),mulai dari tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah dari tingkat yang lebih rendah.
2.3.1CognitiveDomain(RanahKognitif)
Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek
intelektual, Seperti pengetahuan,pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah
kognitif meliputi fungsi memproses informasi,pengetahuan, dan keahlian mentalis.
Ranah kognitif menggolangkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang di harapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap
tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan
mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Mengubah teori keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang
baru sebagai produk inovasi pikirannya.
Bloom membagi Domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari
dua bagian : Bagian pertama beruapa pengetahuan (kategori 1) dan bagian ke dua
berupa kemampuan dan keterampilan intelektual (kategori 2-6).
a) Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Sebagai
contoh, ketika diminta menjelaskan manajeman kualitas, orang yang berada di level ini
bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,karakteristik produk yang
berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dan sebagainya.
b) Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan,
tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. Sebagai contoh, orang dilevel ini
bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dan
sebagainya.
c) Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh,ketika diberi
informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di
tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya
kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
d) Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk
dan membagi bagi atau menstukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenalipola atau hubunganny, dan mampu mengenali serta membedakan
factor penyebab dan akibat dari sebuah scenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini
seseorang akan mampu memilih milih penyebab meningkatnya reject, membanding
bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab kedalam tingkat keparahan yang di timbulkan.
e) Sintesis (synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingakat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah scenario yang sebelumnya tidak terlihat,
dan mampu mengenali data informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi
yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu
memberikan solusi untuk menurunkan tinkat reject diproduksi berdasarkan
pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
f) Evaluasi (Evaluation)
Dikenal dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,
metodologi, deng[an menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang
manager kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk di jalankan
berdasarkan efektifitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis .

2.3.2 AffectiveDomain(RanahAfektif)
Affective Domain berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Pembagian domain
ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
a) Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.Dalam
pengajaran bentuknya berupa perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b) Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada dilingkungannya. Meliputi
perswetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c) Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau
tingkah laku. Penilaian berdasarkan pada internalisai dari serangkain nilai tertentu
yang diekspresikan kedalam tngkah laku.
d) Pengorganisasian (Organization)
Memadukn nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik diantaranya,dan
membentuk suatu system nilai yang komsisten.
e) Krakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a value or value Complex)
Memiliki system nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya hidupnya.
2.3.3PsyicomotorDomain(RanahPsikomotor)
Psyicomotor Domain berisi perilaku perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoprasiakanmesin. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom. tapi oleh
ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
a) Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membatu gerakan.
b) Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c) Respon Terpimpin (Guided Response)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya
imitasi dan gerakan coba-coba.
d) Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
e) Respon Tampak yang Kompleks (Complex overt Response)
Gerakan motoris yang terampil,yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks.
f) Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi.
g) Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu.
2.4 Taksonomi Bloom Dalam Kemampuan Membaca
Pengajaran membaca biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tugas kognitif berupa memahami bacaaan
secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif berhubungan
dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca. Sedang tugas psikomotor berupa
aktifitas fisik siswa sewaktu membaca.
Sikap dan kemauan yang merupakan bagian efektif itu akan sangat mempengaruhi
dua aspek yang lain, kognitif dan psikomotor. Dalam kaitannya dengan pengejaran
membaca di sekolah, kita perlu juga mengukur sikap dan kemauan membaca siswa.
Penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah sikap tidak
mempergunakan teknik tes, melainkan teknik nontes. Tehnik yang dipergunakan dapat
berupa wawancara, angket, pertanyaan dan pernyataan dengan skala bertingkat,
pengamatan, dan sebagainya.
Pelaksanaan penilaian masalah sikap tersebut tentulah tidak semata-mata
ditujukan pada aktivitas membaca saja, melainkan sekaligus dengan berbagai aktivitas
berbahasa yang lain. Dengan demikian, masalah membaca hanya merupakan salah satu
aspek Dari berbagai aspek yang akan dinilai. Penilaian terhadap sikap terhadap
membaca itu hendaklah dilakukan dalam proses pengajaran secara
berkesinambungan, dan bahkan tidak perlu diikutsertakan dalam tes sumatif.

2.5 Penerapan Taksonomi Bloom Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Tentang
Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang
terkandung dalam wacana. Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagai suatu
aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat
ingatan (C1) sampai dengan tingkat evaluasi (C6). Adapun tingkatan-tingkatan tes
kognitif yang di maksud dalam tes kemampuan membaca, antara lain :
1. Kemampuan membaca tingkat ingatan
Kemampuan membaca pada tingkat ingatan hanyalah kemampuan sekedar
menghendaki siswa/responden/testee untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau
konsep yang terdapat di dalam wacana yang diujikan tanpa harus mengerti atau dapat
menilai atau menggunakannya (Ngalim, 2009 : 44). Oleh karena itu, fakta, definisi atau
konsep yang terdapat dalam wacana harus dibaca berkali-kali. Pada hakikatnya tes
tingkat ingatan tersebut hanya sekedar mengenali, menemukan, dan memindahkan
fakta yang ada pada wacana ke lembar jawaban yang dituntut.
Bahan bacaan yang diteskan tidak harus berupa teks prosa saja, melainkan juga
dapat berbentuk dialog (drama) atau pun teks puisi. Oleh karena sifatnya yang hanya
menyebutkan kembali fakta atau definisi yang ada dalam teks, tes tingkat ingatan ini
tidak begitu disarankan, atau paling tidak dibatasi jumlahnya. Dilihat dari segi
bentuknya tipe tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkap pengetahuan hafalan
atau ingatan adalah tipe tes melengkapi (completion type), tipe isian (fill-in) dan tipe
dua pilihan (true-false).
Contoh :
Pemindahan unsur-unsur kebahasaan dari satu bahasa ke bahasa yang lain dapat
menimbulkan pengaruh positif, negatif, dan netral. Pemindahan secara positif terjadi
jika unsur bahasa yang diterima mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan
menghasilkan penampilan yang benar serta membantu kelancaran komunokasi.
Pemindahan yang bersifat menguntungkan inilah yang disebut pemungutan.
Pemindahan yang bersifat negatif terjadi jika unsur-unsur kebahasaan yang diterima
tidak mempunyai kesamaan dengan bahasa penerima dan menghasilkan tindak
berbahasa yang tidak benar karena terjadi dislokasi struktural, dan menyebababkan
terjadinya ganguan komunikasi yang disampaikan. Pemindahan yang bersifat negatif
inilah yang disebut interferensi. Pemindahan yang bersifat netral terjadi jika
pemindahan unsur-unsur kebahasaan itu tidak memengaruhi kelancaran atau
hambatan komunikasi dalam bahasa penerima.
2. Kemampuan membaca tingkat pemahaman
Tes pemahaman ini adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan atau
menuntut siswa/testee untuk dapat memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta
yang diketahuinya dalam wacana yang dibacanya (Ngalim, 2009 : 44). Pemahaman
yang dilakukan pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan
antarhal, sebab akibat, perbedaan dan persamaan antarhal, dan sebagainya.
Penyusunan tes ini hendaklah tidak dilakukan sekedar mengutip kalimat dalam
konteks secara verbatim, melainkan parafrasenya. Dengan demikian siswa tidak
sekedar mengenali dan mencocokan jawaban dengan teks saja melainkan dituntut
untuk dapat memahaminya. Kemampuan siswa memahami dan memilih parafrase
secara tepat merupakan bukti bahwa siswa mampu memahami bacaan yang diujikan.
Butir-butir tes kemampuan membaca hendaklah bersifat memaksa siswa untuk
benar-benar membaca dan memahami bacaan. Artinya, jangan sampai terjadi ada
suatu butir tes yang dapat secara tepat tanpa siswa harus membaca wacana terlebih
dahulu.
3. Kemampuan membaca tingkat penerapan
Dalam tingkat aplikasi atau penerapan, secara umum testee/responden dituntut
kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah
diketahuinyadalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah
penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Absraksi tersebut dapat
berupa ide, teori atau petunjuk teknis (Ngalim, 2009 : 45).
Tes tingkat penerapan (C3) menghendaki siswa untuk mampu menerapkan
pemahamannya (C2) pada situasi atau hal yang lain yang ada kaitannya. Dalam tes ini
siswa dituntut untuk mampu menerapkan atau memberikan contoh baru. Misalnya
tentang suatu konsep, pengertian atau pandangan yang ditunjuk dalam wacana.
Kemampuan siswa memberikan contoh, demonstrasi, atau hal-hal lain yang sejenis
merupakan bukti bahwa siswa telah memahami isi wacana yang bersangkutan.
4. Kemampuan membaca tingkat analisis.
Kemampuan ini menuntut siswa untuk mampu menganalisis atau menguraikan
suatu integritas atau informasi tertentu dalam komponen-komponen atau unsur-unsur
pembentuk wacana, mengenali, mengindentifikasi, atau membedakan pesan dan atau
informasi dan sebagainya yang sejenis. Aktivitas kognitif yang dituntut dalam tugas ini
lebih dari sekedar memahami isi wacana. Pemahaman yang dituntut adalah
pemahaman yang kritis dan terinci sampai pada bagian-bagian yang lebih khusus.
Kemampuan memahami wacana untuk tingkat analisis antara lain berupa
kemampuan menentukan pikiran pokok dan pikiran-pikiran penjelas dalam sebuah
alinea, menentukan kalimat yang berisi pikiran pokok, jenis alinea berdasarkan letak
kalimat pokok, meneunjukan tanda penghubung antar alinea, dan sebagainya.
5. Kemampuan membaca tingkat sintesis
Yang dimaksud dengan sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-
bagian kedalam suatu bentuk yang menyeluruh (Ngalim, 2009 : 46). Dengan
kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal
atau urutan tertentu. Pada tes kemampuan membaca tingkat sintesis ini menuntut
siswa/testee untuk mampu menghubungkan atau menggeneralisasikan antar hal-hal,
konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat didalam wacana. Aktifitas kognitif
tingkat sintesis ini berupa kegiatan untuk menghasilkan komunikasi yang baru,
meramalkan, dan meyelesaikan masalah. Aktivitas kognitif tingkat sintesis merupakan
aktivitas tingkat tinggi dan kompleks. Tes yang diberikan pun menuntut kerja kognitif
yang tidak sederhana, maka pada setiap siswa mampu berpikir atau mengerjakan,
tugas-tugas yang diberikan dengan baik.
Hasil kerja kognitif tingkat sintesis menunjukan cara dan proses berpikir siswa.
Dalam tes sintesis ini lebih tepat diterapkan tes esai dari pada tes objektif. Tes esai
memungkinkan siswa untuk menunjukan kemampuan berpikir yang kreatif,
kemampuan penalaran, kemampuan menghubungkan berbagai fakta dan konsep,
menggeneralisasikan untuk dapat menjawab butir-butir tes tingkat sintesis. Siswa
harus memahami betul masalah yang dihadapuinya. Oleh karena itu, dalam tes tingkat
sintesis dimungkinkan sekali adanya berbagai jawaban siswa yang berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya.
6. Kemampuan membaca tingkat evaluasi
Kemampuan membaca pada tingkat evalusai menuntut siswa mampu
memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya, baik yang
menyangkut isi atau pemasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan wacana
itu sendiri. Penilaian terhadap isi wacana misalnya berupa penilaian terhadap gagasan,
konsep, cara pemecahan masalah bahkan menemukan dan menilai bagaimana
pemecahan masalah sebaiknya.
Seperti halnya tingkat sintesis, tes tingkat evaluasi menuntut kerja kognitif
tingkat tinggi. Tes tingkat ini sangat baik untuk melatih dan mengukur cara dan proses
berpikir siswa. Oleh karena itu, tes bentuk esai yang memungkinkan siswa berpikir dan
menalar secara kreatif lebih tepat daripada tes bentuk objektif.
Tes esai tingkat evaluasi memungkinkan siswa menunjukan kemampuan berpikir
dan menalar secara kreatif. Kriteria jawan betul ditentukan berdasrkan ketepatan isi,
pengorganisasian (pengungkapan) isi, penyimpulan, kelogisan, alasan, dan ketepatan
bahasa. Oleh karena itu, penilaian terhadap tes esai ini bersifat sangat kompleks, dan
adakalanya sulit dihindarkan unsur subjektivitas penilai.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi
dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu
atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat,
dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan
dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Proses pembelajaan di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah
sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada
siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak tahu mana
pelajaran yang penting manapun yang tidak.Taksonomi tujuan pendidikan merupaka
suatu kategori tujuan pendidikan yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk
merumuskn tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.
Taksonomi tujuan terdiri domain domain kognitif, afektif dan psikomotor. Berbicara
tentang taksonomi perilaku siswa siswa sebagai tujuan belajar.
3. Bloom,Englehart,Furst,Hill,dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956 merumuskan
ada tiga golongan domain kemampuan (intelektual,intellectual behaviors) yaitu
ranah kognitif,afektif,dan psikomotor. Taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan
secara hirarkis (bertingkat),mulai dari tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah dari tingkat yang lebih rendah.
4. Pengajaran membaca biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom, yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Tugas kognitif berupa memahami bacaaan secara
tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca. Tugas afektif berhubungan dengan
sikap dan kemauan siswa untuk membaca. Sedang tugas psikomotor berupa aktifitas
fisik siswa sewaktu membaca.
5. Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang
terkandung dalam wacana. Kegiatan memahami informasi itu sendiri sebagai suatu
aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat
ingatan (C1) sampai dengan tingkat evaluasi (C6). Kemampuan membaca adalah
kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana. Kegiatan
memahami informasi itu sendiri sebagai suatu aktivitas kognitif dapat dilakukan atau
dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat ingatan (C1) sampai dengan tingkat
evaluasi (C6). Adapun tingkatan-tingkatan tes kognitif yang di maksud dalam tes
kemampuan membaca, antara lain : tes kemampuan membaca tingkat ingatan,
pemahaman, analisis, sintesis dan sintesis.

DAFTAR PUSTAKA
Buchori. 1963. Teknik Evaluasi, diktat kuliah pada FKIP Unpad.
Purwanto, M. Ngalim. 2009. Prinsif-Prinsif dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : Rosdakarya.
Surachmad, Winarno. Petunjuk Evaluasi Mengajar, diktat dari IKIP Bandung.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka landasan untuk
pembelajaran, pengajaran, dan asesmen: Revisi taksonomi pendidikan
Bloom.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Diposkan oleh Rena Mahardika di 21.01


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidakadakomentar:
PoskanKomentar
Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Rena Mahardika
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

2015 (10)
o Juni (2)
Penerapan Taksonomi Bloom Pada Kemampuan Membaca S...
Resume Kurikulum 2013
o Mei (8)

Template Ethereal. Gambar template oleh Juxtagirl. Diberdayakan oleh Blogger.

Yohanes Sigit Tri Wahyudi


Kamis, 28 Mei 2015
Menerapkan Teori taksonomi Bloom dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia

Tugas Makalah Perkembangan Belajar Peserta Didik 2


MENERAPKAN TEORI BLOOM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
Dosen Pengampu : E. D. Mayasari., S. Psi., M.A

Disusun oleh:
1. Irina Susilaningrum 131134025
2. Ristiana Putri 131134032
3. Yohanes Sigit Tri wahyudi 131134036
4. Azalia Vidyacitra 131134080
5. Margareta Aprilia Husadani 131134137
6. Mara Gandhi 131134138
7. Agnes Devi Rianingsih 131134169
8. Deviani Retno M 131134241

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat berbagai macam teori dalam perkembangan peserta didik salahsatunya adala
h Taksonomi Bloom. Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasaYunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan,
jaditaksonomi memiliki arti hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Pencetusistilah
ini adalah Benjamin Samuel Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan.Beliau melakukan penelitian dan pengembangan mengen
ai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini Bloom
mengklasifikasikan menjadi tiga kemampuan intelektualyaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dalam pembelajaran tidak hanyamenggunakan teori menghafal. Ha
falan merupakan tingkat terendah dalam berfikir (thinking behaviors). Tentu masih banyak
level lagi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang
kompeten dalam bidangnya. Model Taksonomi Bloom yang sudah direvisi telah memetakan
proses kognitif yang terjadidalam pembelajaran kedalam 6 level yang paling rendah sampai
level yang paling tinggi yaitu mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
mencipta. (Anderson, 2001 : 66-88) Tentu jika kita ingin menciptakan pola pikir yang
berkualitasperlu diterapkan teori ini bagi siswa supaya mereka mampu berpikir secara kreatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tingkatan atau level proses kognitif menurut teori Taksonomi Bloom?
2. Bagaimana cara menerapkan teori Taksonomi Bloom dalam proses pembelajaranBahasa
Indonesia tentang pantun?
C. Tujuan
1. Mengetahui tingkatan atau level proses kognitif menurut teori Taksonomi Bloom.
2. Mengetahui cara penerapan teori Taksonomi Bloom dalam proses pembelajaranBahasa
Indonesia tentang pantun.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Taksonomi Bloom Dalam Proses Pembelajaran
Pada tahun 1956, Bloom mengklasifikasikan dimensi proses
kognitif dalamenam kategori. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam 3 domain :
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi tentang perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian dan ketrampilan berpikir.
2. Affektive Domain (Ranah Afektif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan pada aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek ketrampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin.
4. Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif yang
merupakan proses kognitif yang digunakan siswa untukmengetahui berbagai hal.
Dimensi pengetahuan merupakan jenispengetahuan yang akan dipelajari oleh siswa.
Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif yang
merupakan proses kognitif yang digunakan siswa untukmengetahui berbagai hal.
Dimensi pengetahuan merupakan jenispengetahuan yang akan dipelajari oleh siswa.

Teori Taksonomi Bloom :


1. Remember (mengingat)
Yaitu menemukan kembali pengetahuan yang relevan yang sudahdiketahui sebelumnya.
Tujuannya adalah menghafal untuk mengingatmateri pembelajaran.

a. Mengidentifikasi
Mengingat kembali pengetahuan yang sudah pernah didapat.
Ketika siswa mendapatkan informasi baru mereka dapat mengaitkandengan pengetahuan
yang sebelumnya sudah didapat.
b. Mengingat kembali
Mengingat kembali pengetahuan yang relevan dari ingatan.
2. Understand (mengerti)
Mengartikan materi pembelajaran dari komunikasi, lisan,
tertulis dangrafik. Tujuannya untuk mengerti dan memahami pembelajaran.
a. Memahami
Dapat mengklarifikasi, menggambarkan serta mengatakandengan ungkapan yang
berbeda.
b. Menjelaskan dengan contoh-contoh
Dapat menjelaskan materi dengan berbagai contoh dan media
pembelajaran supaya mudah dimengerti.
c. Membuat Klasifikasi (membuat kategori, membuat penggolongan)
Siswa dapat mengenali ciri-ciri yang relevan dan cocok dengankonsep tertentu.
d. Membuat ringkasan (Membuat abstraksi, membuat generalisasi)
Membuat abstraksi tentang tema-tema pembelajaran tertentu.
e. Menyimpulkan (menarik konklusi, memprediksi)
Menarik kesimpulan yang logis dan relevan dari informasi yang tersedia.
f. Membandingkan
Menemukan hubungan antara ide, objek, dan semacamnya.
g. Menjelaskan
Menemukan hubungan sebab-akibat dari suatu masalah.
3. Apply (Menerapkan)
Menerapkan ilmu yang sudah didapat untuk berlatih dan memecahkanmasalah.
a. Melaksanakan
Menerapkan prosedur tertentu sebagai latihan untukmengerjakan suatu tugas yang
sudah dikenali sebelumnya.
b. Menerapkan
Menerapkan prosedur tertentu untuk memecahkan masalah yang
belum diketahui sebelumnya.
4. Analize (menganalisis)
Membagi-bagi materi ke dalam bagian-bagian itu yang salingberhubungan.
5. Evaluate (mengevaluasi)
Membuat penilaian atas dasar kriteria atau standar tertentu.
6. Create (mencipta)
Membuat kombinasi baru, menciptakan yang baru, membuat desainbaru,
menyusun karangan, serta memainkan suatu peran.

Menerapkan Teori Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Dalam hal ini akan diulas mengenai teori Bloom yang
akan dikaitkan dalampembelajaran Bahasa Indonesia. Kami mengambil sampel sub tema 3
Manusia dan Lingkungan kelas V SD.
1. Mengingat (Remember)
Guru mengajak siswa dalam pelajaran untuk mengingat kembali pengetahuan yang
sebelumnya mereka dapat. Siswa secara aktif menyebutkan apa yang
merekaketahui tentang pengertian pantun, unsur-unsur pantun, jenis-jenis pantun. Guru
berusaha membuka memori ingatan siswa untuk diingat kembali.
Siswa diajak untukmembuat buket dari kertas bekas yang isinya tentang materi pantun agar
merekamudah untuk mengingatnya.
2. Memahami (Understand)
Setelah siswa sudah mendapatkan materi dari guru,
diharapkan untuk bisamemahami apa itu pantun.
Mereka mampu menginterpretasikan sebuah benda ataulingkungan untuk mereka jadikan pan
tun. Misalnya guru menggambar sebuahpemandangan di
papan tulis maka siswa diharapkan mampu untukmenginterpretasikan ke dalam sebuah pantu
n.
3. Menerapkan (Apply)
Kemudian siswa diajak untuk menerapkan ilmu yang sudah mereka dapatkan. Dari
pelajaran yang
sebelumnya siswa sudah mampu menjelaskan apa itu pantun dandapat memahami materi sert
a perbedaan pantun. Dalam bab ini siswa sudah mampuuntuk menerapkan materi yang
sudah didapat yaitu membacakan dan berbalas pantun.
Siswa tidak hanya mengerti materi saja namun harus bisa mengimplementasikan di
dalam kelas. Baik dinilai dari sikap,
intonasi serta ekspresi dalam membacakan. Siswabelum diajarkan untuk membuat sendiri na
mun dengan melihat contoh-contoh pantunmereka dapat memahami dan membaca pantun di
dalam kelas.
4. Analisis (Analize)
Guru dapat membantu siswa untuk menganalisis pantun yang mereka bacakan.
Siswa diajak membuat tabel perbedaan untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik. Guru
membagi siswanya menjadi beberapa kelompok dengan cara memberikan emotikon yang
berbeda kepada siswa. Emotikon yang sama itulah kelompok mereka. Dari tiap-
tiap emotikon sudah ada daftar analisis apa yang harus mereka cari. Guru
menyiapkanbeberapa pilihan pantun untuk mereka analisis.
5. Evaluasi (Evaluate)
Setelah siswa selesai menganalisis guru
melakukan evaluasi dengan berdiskusibersama. Dari berbagai kelompok dengan tema pantun
yang berbeda disatukan dalam forum diskusi bersama sehingga masing-
masing siswa mampu memahaminya. Telahdisiapkan pantun dengan tema lingkungan sekitar,
untuk teman sebaya, serta alam.Siswa juga diajak untuk menilai teman lain, guru
mempersiapkan rubrik sebagaipenilaian.
6. Mencipta (Create)
Sampai di sini, siswa sudah bisa untuk membuat
pantun sendiri dengandibekali wawasan serta praktik yang sudah dilakukan. Masing-
masing siswa diberitugas untuk membuat pantun bebas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingkatan atau level proses kognitif menurut teori Taksonomi Bloom dibagi menjadi enam
level, yaitu:
a. Remember (mengingat) adalah menemukan kembali pengetahuan yang relevan yang sudah
diketahui sebelumnya. Tujuannya adalah menghafal untuk mengingat materi pembelajaran.
b. Understand (mengerti) adalah mengartikan materi pembelajaran dari komunikasi, lisan,
tertulis dan grafik. Tujuannya untuk mengerti dan memahami pembelajaran.
c. Apply (menerapkan) adalah menerapkan ilmu yang sudah didapat untuk berlatih dan
memecahkan masalah.
d. Analize (menganalisis) adalah membagi- bagi materi kedalam bagian-bagian itu yang saling
berhubungan.
e. Evaluate (mengevaluasi) adalah yaitu membuat penilaian atas dasar kriteria atau standar
tertentu. Kriteria yang biasa digunakan misalnya kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Tidak semua bentuk penilaian bersifat evaluatif. Penilaian baru bersifat evaluatif
kalau didasarkan pada kriteria yang didefinisikan dengan jelas.
f. Create (mencipta) adalah menyatukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk suatu
keseluruhan yang koheren atau keseluruhan yang fungsional; menyusun kembali unsur-unsur
tertentu untuk membentuk suatu pola atau struktur yang baru.
2. Penerapan teori Taksonomi Bloom dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia tentang
pantun adalah yang pertama dalam level remember(mengingat), yaitu menemukan
kembali pengetahuan yang relevan yang sudah diketahui sebelumnya. Tujuannya adalah
menghafal untuk mengingat materi pembelajaran. Pada level kedua
yaitu understand(mengerti) yaitu menginterpretasikan sebuah benda atau lingkungan untuk
mereka jadikan pantun. Level ketiga yaitu apply (menerapkan) Menerapkan ilmu yang sudah
didapat untuk berlatih dan memecahkan masalah. Tentunya menerapkan teori tentang pantun
dan menerapkannya dengan cara mengajak anak atau siswa-siswa untuk membuat
pantun. Pada level yang keempat yaitu analize (menganilisis) Membagi-bagi materi kedalam
bagian-bagian itu yang saling berhubungan. Pada level kelima
yaituevaluate (mengevaluasi) Membuat penilaian atas dasar kriteria atau standar tertentu.
Pada level yang terakhir yaitu level keenam create (mencipta) Membuat kombinasi baru,
menciptakan yang baru, membuat desain baru, menyusun karangan, serta memainkan suatu
peran. Yaitu dengan cara anak-anak diajak untuk dapat membuat atau menciptakan pantun
yang merupakan hasil dari pemikirannya sendiri.

DAFTAR REFERENSI

Anderson, L. W., &Krathwohl, D. R. (Eds). (2001) A taxonomy of learning, teaching, and assessment : A
revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. New York:Longman.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran,
dan asesmen: Revisi taksonomi pendidikan Bloom.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Diposkan oleh Yohanes Sigit Tri Wahyudi di 20.23
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Yohanes Sigit Tri Wahyudi


Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2015
(16)
o
Mei (16)

Video
Kemampuan
Berbicara
Tugas Mata
Kuliah
Pendid...

Hasil Wawancara
Mata Kuliah
Pendidikan
Religiusita...

Analisis
Perbedaan
materi Kelas 1
SD Semester 2
pa...

Observasi Anak
Berkebutuhan
Khusus
"Cerebral
Palsy...

Penilaian
Portofolio

Tim Debat PGSD


USD Juara 2
dalam Lomba
Debat
PIMPE...

Klasisfikasi
Hewan
Berdasarkan
Jenis
Makanannya

Menerapkan Teori
taksonomi
Bloom dalam
Pembelajara...

Makalah PKn
"Peranan
Nilai"

Joseph Lister

Permainan
Tradisional
(Pathok Lele)

Observasi Proses
Pembelajaran
di SD Negeri 1
Patal...

Pendekatan Whole
Language

Observation
Mathematic
Learning in
Elemantary
Scho...

Perumusan
Indikator
dalam Suatu
Pembelajaran

Makalah Media
Pembelajaran
Berbasis ICT

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Desak Putu Rimang Narayani


Posts (RSS) Comments (RSS)
Home
Artikel
Tugas TIK
Kurikulum 2013
Taksonomi Bloom
Posted on 17.02 - by Desak Rimang

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa.


Peran evaluasi dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Evaluasi dalam
proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa
dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran. Sebagai bagian yang sangat penting dari sebuah proses
pembelajaran, evaluasi dalam proses pembelajaran hendaknya dirancang dan
dilaksanakan oleh guru.
Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui tarap kesiapan daripada anak-anak
untuk menempuh suatu pendidikan tertentu, untuk mengetahui seberapa jauh hasil
yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang telah dilaksanakan, mengetahui
apakah suatu mata pelajaran yang diajarkan dapat kita lanjutkan atau dengan
bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi lagi bahan-bahan pelajaran yang
telah lampau, menafsirkan apakah seorang anak telah cukup matang untuk kita
lepaskan dalam masyarakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi, dan lain sebagainya.
Evaluasi dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan pemberian tes
ataupun melalui nontes. Menurut Arikunto, tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan. Tes yang baik digunakan adalah tes yang valid,reliabel dan objektif. Valid
artinya sesuai dengan keadaan senyatanya. Reliabel artinya ajeg, tidak berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Sedangkan objektif artinya tidak ada unsur subjektif yang ada dalam tes.
Tes yang diberikan kepada siswa harus mengacu pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Jadi penting bagi seorang guru untuk memahami ranah-ranah tersebut. Dalam hal ini perlu mengetahui
tentang taksonomi Bloom baik taksonomi Bloom lama maupun taksonomi Bloom revisi.

PEMBAHASAN

1. Sejarah Taksonomi Bloom


Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi
dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau
aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang
pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses
pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih
doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai
konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam
sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for the Evaluation of Educational
Achievement, the IEA dan mengembangkan the Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis
(MESA) program pada University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of
Research and Development Committees of the College Entrance Examination Board dan The President of
the American Educational Research Association. Ia meninggal pada 13 September 1999. Sejarah
taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika,
Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya
meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari
konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat
terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang
harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka
konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur
hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka
konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual
(intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di
antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu,
juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari
tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap
tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya
dalam ranah kognitif, untuk mencapai pemahaman yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
pengetahuan yang ada pada tingkatan pertama.

2. Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dengan Taksonomi Bloom Revisi


1) Taksonomi Bloom Lama
Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu
beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan
afektif; dan (3) kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku menurut Bloom ini (Blooms
Taxonomy/Learning Taxonomy ), di atas menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan, terutama
kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam taksonomi Bloom ada 4 yaitu:
1) Prinsip Metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar
2) Prinsip Psikologis
Taksonomi hrndaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang
3) Prinsip Logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten

4) Prinsip Tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan
pendidikan hendaknnya menggambarkan corak yang netral.
Adapun ranah yang digunakan dalam taksonomi ini yaitu: Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah
Psikomotor.
A. Ranah Kognitif
Ranah kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :
1. Pengetahuan (knowledge) C1

Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan
pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep,
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan. Dilihat dari objek yang diketahui
(isi) pengetahuan dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Mengetahui sesuatu secara khusus :
Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan mengenal atau mengingat kembali istilah atau

konsep tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal
Mengetahui fakta tertentu yaitu mengenal atau mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang tempat,

sumber informasi, kejadian masa lalu, kebudayaan masyarakat tertentu, dan ciri-ciri yang tampak dari
keadaan alam tertentu.
b) Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu :
Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman
Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu proses, arah dan gerakan suatu gejala atau fenomena

pada waktu yang berkaitan.


Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas, kelompok, perangkat atau

susunan yang digunakan di dalam bidang tertentu, atau memproses sesuatu.


Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta, prinsip, pendapat atau perlakuan.
Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk mencari, menemukan atau

menyelesaikan masalah.
Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu, yaitu ide, bagan dan pola yang

digunakan untuk mengorganisasi suatu fenomena atau pikiran.


Mengetahui prinsip dan generalisasi
Mengetahui teori dan struktur.

Kata Operasional yang digunakan pada C1 yaitu:


Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar,
Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca,
Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan,
Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis.
2. Pemahaman (comprehension) C2
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti, merupakan kegiatan mental intelektual
yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui
seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-
temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga
membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi :
a) Translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalkan
simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan atau grafik;
b) Interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal
maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep
atau prinsip tertentu jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau
mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat dikatakan telah mengerti
konsep tentang motivasi kerja dan dia telah dapat membedakannya dengan konsep tentang motivasi
belajar; dan
c) Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada
siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan
mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari
prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut
adalah urutan bilangan prima, maka kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
Kata operasional : (C2) :
Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan,
Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan,
Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas,
Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
3. Penerapan (application) C3

Siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep,
hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan
menerapkannya secara benar.
Kata operasional : (C3)
Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi,
Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan,
Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan,
Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan,
Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan
4. Penguraian (analysis) C4

Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut,
melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong
suatu pernyataan. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :
a) Menganalisis unsur:
1) Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit pada suatu pernyataan
2) Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.
3) Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.
4) Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan mekanisme perilaku antara individu
dan kelompok.
5) Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang mendukungnya
b) Menganalisis hubungan
1) Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide dengan ide.
2) Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan suatu pernyataan.
3) Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang mendasari suatu pendapat atau
tesis atau argumen-argumen yang mendukungnya
4) Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada.
5) Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan argumen guna membedakan mana
pernyataan yang relevan mana yang tidak.
6) Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu argumen.
7) Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang penting dan yang tidak penting di
dalam perhitungan historis
c) Menganalisis prinsip-prinsip organisasi
1) Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat
2) Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka memahami maknanya.
3) Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis, sudut pandang atau ciri
berfikirnya dan perasaan yang dapat diperoleh dalam karyanya.
4) Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam meyusun suatu materi yang bersifat persuasif
seperti advertensi dan propaganda.
Kata operasional : (C4)
Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci,
Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah,
Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit,
Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer.
5. Memadukan (synthesis) C5

Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi
suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini.
Contoh: memilih nada dan irama dan kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik
yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan logo organisasi
Kata operasional : (C5)
Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode,
Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan,
Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas,
Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas,
Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
6. Penilaian (evaluation) C6

Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat tak
bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria
pembenaran yang digunakan, yaitu :
a. Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan memperhatikan konsistensi atau
kecermatan susunan secara logis unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
b. Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang
bersumber di luar objek yang diamati., misalnya kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau
kecocokannya dengan kebutuhan pemakai.
Kata operasional : (C6)
Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan,
Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci,
Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan
B. Ranah Afektif
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadap moral, yang terdiri dari :
1. Penerimaan (receiving/attending)
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu :
Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus

(fenomena atau objek yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi
perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian

pada stimulus yang bersangkutan.


Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin perhatian itu hanya

tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja.


2. Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan,

menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati
peraturan lalu lintas.
Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di

dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang

berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak
dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek
yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya
3. Penilaian (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus
yang dihadapi. Penilaian terbagi atas empat tahap sebagai berikut :
1. Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk
menanggapi secara lebih intensif.
2. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value)yang dinyatakan dalam usaha
untuk mencari contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memiliki yang
memuaskan.
3. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari
rangkaian pengalaman.
4. Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang,
menunjukkan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
4. Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap
komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai.
Proses ini terjadi dalam dua tahapan, yakni :
Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-

asumsi yang mendasari suatu moral atau kebiasaan.


Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan

tingkat preferensinya. Dalam sistem nilai ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai
pada tingkat yang amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan seterusnya
menurut urutan kepentingan.atau kesenangan dari diri yang bersangkutan.
5. Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai Kalau pada tahap
pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam
diri yang bersangkutan. Artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap
karakterisasi, sistem itu selalu konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu :
Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut pandang tertentu.
Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri pada

kepribadian diri yang bersangkutan


Kata operasional :
1. Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati
2. Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi, Menyambut,
Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak
3. Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai,
Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang
4. Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan,
Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
5. Karakteristik nilai : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan,
Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan
C. Ranah Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri
dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan (imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan
(adaptation) dan (e) menciptakan (origination).

Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu
yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan
diri dengan situasi, menjawab pertanyaan.
Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun
belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa
meniru kata-kata orang tanpa mengerti artinya.

Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa harus melihat contoh,
sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.

Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan
kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu dilaksanakan.

Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya.

Kata operasional nya :

1. Menirukan : Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur,


Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan,
Mengonstruksi

2. Memanipulasi : Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih,


Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi,
Mencampur

3. Pengalamiahan : Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan,


Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus

4. Artikulasi : Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan,


Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang

2. Taksonomi Bloom Revisi


Bila diperhatikan pada dimensi proses kognitif maka tetap, terdapat 6 tingkatan yang serupa
dengan 6 tingkatan dari Bloom, tetapi ada perubahan pada tingkatan pertama (C1) yang pecah menjadi
dua dan memunculkan dimensi pengetahuan, dan aspek kata kerja. Selain itu, terjadi perubahan pada
C5 dan C6, yakni C5 menjadi evaluate atau mengevaluasi dan C6 menjadicreate atau
menciptakan. Penggunaan dimensi itu memperjelas adanya taksonomi belajar, mengajar dan
asesmen. Jadi tidak lagi taksonomi tujuan pendidikan, sedangkan aspek tujuan akan berada dalam
petak-petak koordinat itu. Perhatikan skema Taksonomi Belajar, Mengajar dan Asessmen berikut ini.

Dimensi Dimensi Proses Kognitif (K)


Pengetahuan 1)Menging 2)Mengerti 3)Mengaplikasik 4)Menganalis 5)Mengevalua 6)Menciptaka
(P)
at (Understan an (Apply) is (Analyze) si (Evaluate) n (Create)
(Remember d)
)
Pengetahuan
Faktual (Factual
Knowledge) K1,P1

Pengetahuan
Konseptual(Conceptu K3.P2
al Knowledge)
3. Pengetahuan
Prosedural
(Procedural K6,P4
Knowledge)

4. Pengetahuan
Metakognitif(Metaco
gnitive Knowledge)

A. Dimensi proses kognitif


Dimensi pertama dalam dimensi kognitif terdiri atas 6 buah tingkatan, yaitu:
1. Mengingat (remember): Mengingat (memanggil) kembali pengetahuan yang relevan dari memori
jangka panjang.
a) Mengenal/ mengidentifikasi (Recognizing /identifying)
Menempatkan pengetahuan di memori jangka panjang konsisten dengan materi yang diajarkan.
Contoh: 1) Mengenal bahwa sudut siku-siku besarnya 90o.
2) Mengenal simbol
b. Mengingat/ memanggil kembali (Recalling /retrieving).
Menelusuri pengetahuan yang relevan memori jangka panjang
Contoh: 1) Mengingat bahwa sudut siku-siku besarnya 90o.
, , 2) Mengingatl simbol:

2. Mengerti (understand): Mengkonstruk makna dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan,
tertulis, dan grafis.
a. Menginterpretasikan (Interpreting: Clarifying, paraphrasing, repre-senting, translating)
Contoh: Menginterpretasikan suatu diagram batang yang diberikan.
b. Memberikan contoh (Exemplifying: Illustrating, instantiating)
Contoh: Memberikan contoh bilangan prima
c. Mengklasifikasikan (Classifying: Categorizing, subsuming)
Contoh: 1) Mengklasifikasikan beberapa bangun yang termasuk bangun ruang sisi datar.
2) Mengelompokkan sekumpulan bilangan dalam bilangan rasional dan bukan rasional
d. Merangkum (Summarizing: Abstracting, generalizing)
Contoh: Merangkum sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bangun segiempat dari penjelasan yang diberikan
e. Menyimpulkan (Inferring: Concluding, extrapolating, interpolating, predicting).
Contoh: Menyimpulkan bahwa belahketupat merupakan jajargenjang yang sisi-sisinya sama panjang.
f. Membandingkan (Comparing: Contrasting, mapping, matching)
Contoh: 1) Membandingkan bilangan 0,35 dan .

2) Perbedaan bilangan rasional dengan pecahan


g. Menjelaskan (Explaining: Constructing causative models)
Contoh: Menjelaskan mengapa dua bangun datar kongruen atau tidak.
3. Mengaplikasikan (apply), Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu (yang
diberikan)
a. Mengelola/Melakukan: Menggunakan prosedur pada tugas/latihan yang sudah dikenal, siswa memiliki
langkah-langkah urutan tertentu (Executing/carrying out:Using a procedure on familiar tasks/exercises,
has a fixed sequence of steps).
Contoh: Menggunakan rumus dalam menghitung volume limas segiempat yang diketahui panjang
rusuk sisi alas dan tingginya.
b. Mengimplementasikan: Menggunakan prosedur pada tugas/latihan kenal, siswa harus memilih teknik
atau metode dan sering mengubah urutan (Implementing: Using a procedure on unfamiliar
tasks/problems, student has to select technique or method and often change sequence ).
Contoh: Menggunakan integral untuk menentukan luas daerah tertentu.
4. Menganalisis (analyze): Memecah materi ke dalam bagian-bagian penyusunnya, dan menentukan
bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain.
a. Membedakan : Misal bagian-bagian yang relevan dari bagian-bagian yang tidak relevan (Differentiating:
e.g. the relevant from the irrelevant parts.
Contoh: Membedakan persamaan parabola dan hiperbola.
b. Mengorganisasikan: Suatu cara yang unsur-unsurnya cocok dan berfungsi dalam keseluruhan
struktur (Organizing: The ways that elementsfit orfunction within the overall structures).
Contoh: Bagaimana prosedur mengalikan dua bilangan dengan tiga digit.
c. Menandai: Menggarisbawahi tujuan atau perspektif (Attributing:The underlying purpose or perspective).
Contoh: Menandai hal-hal yang penting dari suatu bacaan dengan cara menggarisbawahi.
5. Mengevaluasi (evaluate): Melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu.
a. Memeriksa: menguji konsistensi atau kesalahan internal pada suatu operasi atau
produk (Checking: Testing for internal consistencies or fallacies in an operation or product).
Contoh: Memeriksa valid tidaknya suatu argumen yang diberikan.
b. Mengkritisi: menilai suatu produk atau operasi berdasarkan kriteria atau standar yang
ditetapkan (Critiquing: Judging a product or operation based on externally imposed criteria and
standards).
Contoh: Memberikan penilaian mengapa penggunaan metode tertentu lebih baik daripada metode yang
lain dalam memecahkan masalah.
6. Menciptakan (create): Menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama untuk membangun
suatu keseluruhan yang logis dan fungsional, dan mengatur elemen-elemen tersebut ke dalam pola atau
struktur yang baru.
a. Membangkitkan/Menghipotesiskan: Menemukan kriteria tertentu(Generating/Hypothesizing: meeting
certain criteria).
Contoh: Menghipotesiskan kecenderungan suatu data.
b. Merencanakan/mendesain: Menemukan solusi (Planning /Designing: devising a solution).
Contoh: Merencanakan langkah-langkah pembuktian teorema yang lain.
c. Menghasilkan/membuat: Membuat produk asli berdasarkan pola 6a dan
6b) (Producing/Constructing: Constructing an original product based on 6a and 6b).
Contoh: Menghasilkan jaring-jaring kubus yang berbeda dari jaring-jaring kubus yang dicontohkan.

B. Dimensi pengetahuan
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri atas 4 buah tingkatan, yaitu:
1. Pengetahuan Faktual (Factual Knoweledge): Pengetahuan tentang elemen dasar yang harus diketahui
siswa untuk mengenal suatu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan masalah di dalamnya.
a. Pengetahuan tentang istilah (Knowledge of terminology).
Contoh: Pengetahuan simbol 2009, >, <
b. Pengetahuan tentang rincian dan unsur tertentu.(Knowledge of specific details and elements).
Contoh:Pengetahuan tentang 4 x 3 = 12
2. Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge): Pengetahuan tentang hubungan timbal balik
antara elemen-elemen dasar dalam suatu struktur yang memungkinkan elemen-elemen tersebut
berfungsi secara bersama-sama.
a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori/penggolongan (Knowledge of classifications and categories).
Contoh: Pengetahuan tentang pengertian bilangan bulat atau pengertian segitiga

b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi (Knowledge of principles and


generalizations).

Contoh: Pengetahuan tentang prinsip dari silogisme, modus ponen, atau modus tollens

c. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur (Knowledge of theories, models, and
structures).

Contoh: Pengetahuan tentang teorema Pythagoras.


3. Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge): Pengetahuan tentang bagaimana melakukan
suatu hal, metode dan inquiri, dan kriteria untuk menggunakan suatu keterampilan, algoritma, teknik
dan suatu metode.

a. Pengetahuan tentang keterampilan dan algoritma tertentu (Knowledge of subject-


specific skills and algorithms).

Contoh: Pengetahuan tentanga lgoritma untuk menentukan akar kuadrat suatu bilangan.

b. Pengetahuan tentang teknik dan metode tertentu (Knowledge of subject-specific


techniques and methods).

Contoh: Pengetahuan tentang bagaimana cara melukis segitiga samasisi.

c. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur


yang tepat (Knowledge of criteria for determining when to use appropriate procedures).
Contoh: Pengetahuan tentang aturan yang digunakan dalam melakukan operasi campuran dari
beberapa bilangan.
4. Pengetahuan Metakognitif (Metacognitive Knowledge):Pengetahuan kognisi secara umum seperti
kesadaran dan pengetahuan tentang kognisinya itu sendiri.
a. Pengetahuan Strategis (Strategic Knowledge) adalah pengetahuan strategi umum untuk belajar, berpikir
dan pemecahan masalah.

Contoh:
1) Mengetahui bahwa menggunakan strategi mengerjakan soal-soal matematika berbeda dengan membuat
puisi.
2) Menyadari bahwa belajar di perpustakaan lebih produktif daripada belajar di rumah.
b. Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang cocok
(Knowledge about cognitive tasks, including appropriate contextual and conditional knowledge)
Contoh: Mengetahui bahwa penggunaan metode pemfaktoran bentuk kuadrat tertentu mempunyai
kelebihan atau kekurangan dibandingkan dengan metode yang lain.
c. Pengetahuan tentang diri sendiri (Self-knowledge).
Contoh: Menyadari bahwa materi tertentu sudah dipahami dan materi lain belum dipahami.

PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Sejarah Taksonomi Bloom yakni Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein
yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi
atas prinsip dasar atau aturan. Pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi
Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga
yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih
dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah
kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
2) Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dengan Taksonomi Bloom Revisi, yaitu pada dimensi proses kognitif
maka tetap, terdapat 6 tingkatan yang serupa dengan 6 tingkatan dari Bloom, tetapi ada perubahan
pada tingkatan pertama (C1) yang pecah menjadi dua dan memunculkan dimensi pengetahuan, dan
aspek kata kerja. Selain itu, terjadi perubahan pada C5 dan C6, yakni C5 menjadi evaluate atau
mengevaluasi dan C6 menjadi create atau menciptakan. Penggunaan dimensi itu memperjelas
adanya taksonomi belajar, mengajar dan asesmen. Jadi tidak lagi taksonomi tujuan pendidikan,
sedangkan aspek tujuan akan berada dalam petak-petak koordinat itu.

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugrah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Perbedaan TAksonomi Bloom Lama dengan Taksonomi Bloom Revisi dengan
baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi
tugas perkuliahan Evaluasi Pendidikan dan memaparkan kepada para pembaca agar mengetahui lebih
jelas tentang taksonomi Bloom lama dan taksonomi Bloom revisi. Penulis menyadari bahwa karya tulis
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang mendukung guna kesempurnaan pembuatan karya tulis selanjutnya. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat.

Singaraja, Oktober 2013


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN...............................................................................................1
PEMBAHASAN..................................................................................................2
1. Sejarah TAksonomi Bloom .. 2
2.... Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dengan
...... Taksonomi Bloom Revisi........................................................................... 3
1. Taksonomi Bloom Lama........................................................................ 3
2. Taksonomi Bloom Revisi....................................................................... 13
PENUTUP............................................................................................................20
Simpulan...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

rikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


atmawati, Sri. 2013. Dimensi Pengetahuan (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Tersedia pada: file:/// dimensi
pengetahuan revisi taksonomi pendidikan bloom mari belajar fisika.htm. Diakses pada tanggal: 20
oktober 2013.
Gunawan, Imam, dkk. tt. Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif:Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,Pengajaran,
Dan Penilaian. Tersedia pada: file:///Taksonomi-Bloom-Revisi-Ranah-Kognitif-Kerangka-Landasan-untuk-
Pembelajaran-Pengajaran-Penilaian. htm. Diakses pada tanggal: 20 Oktober 2013.
atminingsih, Yuni. 2012. Mengenal Revisi Taksonomi Bloom Oleh Anderson Dan Krathwohl. Tersedia pada: file-mengenal-
revisi-taksonomi-bloom-oleh.html. Diakses pada tanggal: 20 Oktober 2013.
udrajat, Ahmad. 2008. Taksonomi Bloom. Tersedia pada: file:/// TaksonomiBloomtentangPENDIDIKAN.htm. Diakses
pada tanggal: 20 Oktober 2013.
aufik, Ahmad. 2012. Taksonomi Bloom dan Revisi. Tersedia pada:file:///taksonomi-bloom-dan-revisi.html. Diakses pada
tanggal: 20 Oktober 2013.


You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback
from your own site.
0 Response to "Taksonomi Bloom"

Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

divine-music.info

Mengenai Saya
Desak Rimang
Lihat profil lengkapku

Desak Rimang Narayani


Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog
2014 (10)
2013 (2)
o Desember (2)
Taksonomi Bloom
Essay "Maraknya Kekerasan Anak di Sekolah"

Blog Archive
2014 (10)
2013 (2)
o Desember (2)
Taksonomi Bloom
Essay "Maraknya Kekerasan Anak di Sekolah"

Search

Sponsored

Desak Rimang Narayani


Wordpress Theme designed by DT Website Templates | Bloggerized by Fresh-layout

You might also like