You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

dinyatakan dengan istilah gemuk atau berat badan berlebih (Anderson,

2011).Menurut World Health Organization (WHO,2013) mendefinisikan

obesitas adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan

risiko bagi kesehatan. Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang

berbeda, namun demikian keduanya sama-sama menunjukan adanya

penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh, yang ditandai dengan

peningkatan nilai Indek Massa Tubuh (IMT) di atas normal (Misnadiarly,

2007)
Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari

10 (sepuluh) anak di dunia mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada

anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Hal ini di

dukung penelitian Bier (2007) yang menuliskan bahwa lebih dari 9 juta anak

di dunia berusia 6 tahun ke atas mengalami obesitas.


Sejak tahun 1970, obesitas kerap meningkat di kalangan anak, hingga

tahun 2007 angkanya terus melonjak dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun

dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga kali lipat pada anak usia 6-11

tahun. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008-

2010, kasus obesitas di seluruh dunia bertambah lebih dari dua kali lipat sejak

1980. Pada tahun 2008, lebih dari 200 juta orang laki-laki dan hampir 300 juta

perempuan mengalami obesitas, serta hampir 43 juta anak dibawah usia 5


tahun kelebihan berat badan pada tahun 2010, dan pada tahun 2014 obesitas

tela mencapai proporsi epidemik global yang mana sedikitnya 2,8 juta orang

meninggal setiap tahunnya akibat obesitas.


Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu

penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi

kebutuhannya (Soetjiningsih, 2012). Faktor utama penyebab obesitas

tersebut ialah kebiasaan hidup sehari-hari, seperti pola makan, aktivitas fisik,

dan pola tidur yang diterapkan pada anak dan akan memicu beberapa masalah

penyakit, masalah fisik, psikologis dan isolasi sosial pada anak (Arisman,

2010). Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama

di kota-kota besar (Jakarta, Surabaya, Manado, Medan, Yogjakarta) masalah

kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kejadian obesitas,

meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan

mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi

pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan

(Khomsan,2007).
Terjadinya perubahan kebiasaan dari makan secara teratur menjadi

pola makan yang kurang terstruktur, yang lebih menyukai konsumsi kudapan

dengan produk makanan siap saji dan minuman ringan ketimbang makan

sampai kenyang dengan selang waktu yang lebih panjang. Makanan yang

dikonsumsi tersebut kaya lemak dan karbohidrat dengan indeks glikemik

tinggi, serta kurang mengandung sumber karbohidrat yang lambat diserap dan

kurang mikronutrien. Akibat kebiasaan ini mekanisme pengendalian nafsu

makan menjadi kurang efektif sehingga dampak kualitas dan kuantitas


makanan yang di hasilkan lebih berpengaruh terhadap kecenderungan

obesitas (Barasi, 2009). Kebiasaan makan anak, sangat dipengaruhi

oleh kebudayaan setempat dan gaya hidup keluarga (Soetjiningsih,2012).

Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat ( Departemen Kesehatan ( Depkes 2011),Di negeri dengan keadaan

sosial ekonomi yang maju , obesitas merupakan peyakit gizi yang penting.

Obesitas lebih menonjol di daerah kota/urban dari pada di daerah pedesaan/ rural

(Berhman et al,2007).

Nutrisi bagi bayi dan anak merupakan pondasi bagi pertumbuhan

badan yang sehat serta akan mendukung perkembangan yang sehat. Pada

tahun pertama kehidupan bayi nutrisi yang sangat penting (Meadow dan

Neweel,2005). Tidak perlu diragukan lagi Air Susu Ibu (ASI) sebagai

makanan bayi yang baik (Notoatmodjo,2007). ASI dan susu formula bayi

berfungsi sebagai satu-satunya sumber nutrisi bagi bayi selama 4-6 bulan

pertama kehidupan (Leleiko dan Chao,2006 dalam Alperset al,2006).


Insidensi obesitas pada masa anak berhubungan kuat dengan variabel

keluarga, termasuk obesitas orang tua , status sosial ekonomi yang lebih

tinggi,bertambahnya pendidikan orang tua, ukuran keluarga kecil dan pola

aktivitas keluarga (Berhman et al, 2000). Bila salah satu orang tuanya yang

obesitas,maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan bila

kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80% (Soetjiningsih, 1995).
Kejadian overweight dan obesitas menjadi masalah diseluruh dunia

karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak, baik di

negara maju maupun negara berkembang (Hadi,2008). Di seluruh dunia,


prevalensi kegemukan telah mengalamipeningkatan lebih dari dua kali lipat

antara tahun 1980 hingga 2008. Pada tahun 2008,10% pria dan 14% wanita di

dunia mengalami kegemukan tingkat berat dengan IMT 30kg/m 2,

dibandingkan dengan data penderita pada tahun 1980 yakni 5% untuk pria

dan 8% untuk wanita.


Kegemukan tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa, tetapi

juga pada anak-anak. Penelitian yang dilakukan di Malaysia, menunjukkan

bahwa prevalensi obesitas mencapai6,6% untuk kelompok umur 3-5 tahun

dan menjadi13,8% pada kelompok umur 7 tahun (Ismail& Tan,1998).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi kegemukan

di Indonesia mencapai 9,2% pada anak usia 6-12 tahun. Kegemukan,baik pada

kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu persen setiap

tahunnya. Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah

14,0%, terjadi peningkatan yang bermakana dibandingkan prevalensi

kegemukan tahun 2007,yaitu 12,2% (Balitbangkes, 2010).


Berdasarkan WHO (2010) sekitar 43 jutaanakusia di

bawahusiadibawah 5 tahunmengalamiobesitas, dantahun 2015 adasekitar 51

jutaanakdenganusia 1-5 tahunmengalamiobesitas,setidaknya 2,8 juta orang

meninggal setiap tahun sebagai akibat dari overweightatau obesitas.


Menurut WHO (2014), di Negara Asia, jumlah anak remaja dengan

overweight terbanyak yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Kejadian

overweight dan obesitas di Negara Malaysia sebesar 20,7% dan 5,8% tahun

1996 dan meningkat menjadi 47,9% dan16,3% pada tahun 2006. Di Filipina,

prevalensi overweight dan obesitas pada tahun 1998 sebesar15,8% dan 2,7%,

meningkat menjadi 24% dan 4,3% pada tahun 2006 (Hadi,2015).


Berdasarkan Laporan Gizi Global dan Global Nutrition Report (2014)

Indonesia termasuk ke dalam Negara yang memiliki 3 permasalahan gizi

sekaligus, yaitu stunting (pendek ), wasting (kurus), dan juga overweight

(obesitas ).
Data Riskesda (2011) jumlah anak balita yang mengalami obesitas

sebanyak 12,2% usia 0-5 tahun 2012 sebanyak 11,9% balita ,tahun 2013

sebanyak 11,9% tahun 2014 sebanyak 12% dan tahun 2015


Berdasarkan profil Dinkes Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012

jumlahbalita yang mengalami obesitassebesar7,2%, tahun 2013 sebesar 7,0%,

tahun 2014 sebesar 7,4%, 2015 sebesar 7,6% dantahun 2016 sebesar 7,4%.
Data profilDinkesKabupatenPolewaliMandartahun 2012

jumlahanakbalita yang mengalamiobesitassebesar 6,4%, tahun 2013 sebesar

6,0%, tahun 2014 sebesar 6,8%, tahun 2015 sebesar 7,2% dantahun 2016

sebesar 6,9%.
Data PuskesmasPekkabataKabupatenMandarjumlahanakbalitaumur 3-

5 tahun yang mengalamiobesitastahun 2012 sebanyak86 anak (9,0%), tahun

2013 sebanyak 106 (8,9%), tahun 2014 sebanyak 116 (9,2%), tahun 2015

sebanyak 122 (9,5%).


Penelitian yang dilakukan oleh Hughesetal(2011) diInggris,

menyatakan bahwa insidensi obesitas selama empat tahun terakhir lebih tinggi

pada usia 7-11 tahun dari pada usia11-15 tahun. Selain itu, secara dramatikal

terjadi peningkatan insidensi obesitas di U.S (BhattacharyadanBundorf, 2005).


Orang-orang dengan kegemukan menghadapi risiko morbiditas yang

meningkat dan dengan demikian harus mencegah kenaikan berat badan yang

lebih lanjut (Gibney,2008). Para ahli berkeyakinan bahwa kegemukan pada

usia anak akan menimbulkan masalah yang berkelanjutan pada usia remaja
dan dewasa,yaitu penyakit hipertensi,stroke, diabetes dan berbagai kelainan

atau penyakit kronis lainnya (Yatim, 2008).


Peran serta orang tua memegang peranan penting dalam penangan anak

obesitas. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas

karena pencegahan lebih mudah daripada pengobatan. Pencegahan harus

dimulai sejak dini dengan menerapkan hidup sehat dalam keluarga

(Misnadiarly, 2007 ). Institute of Medicine Amerika Serikat tahun 2011

merekomendasikan pentingnya aktifitas fisik yang ringan, moderate dan keras,

selam 15 menit dalam periode 1 jam atau sama dengan 3 jam setiap hari.

Kegemukan bukan lagi masalah estetika bukan pula masalah genetik dan

masalah lingkungan tapi masalah manajemen berat badan yang kurang tepat

yang dapat dirubah dengan pengatahuan yang benar melalui pola hidup yang

sehat, seperti istirahat teratur, pola makan yang sehat dan aktivitas yang

seimbang (Pulungan, 2011).


Berdasarkan masalah tersebut diatas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas

Pada Anak balita usia 3-5 tahum di Wilayah Kerja Puskesmas Pekkabata
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas

pekkabata pada tanggal 26 november 2016 dari 20 orangtua (ibu) didapatkan

data 10 ibu (50%) memberikan makanan pokok > 3 kali sehari, 6 ibu (30%)

memberikan 2 kali sehari dan 4 ibu (20%) memberikan 1 kali sehari. Adapun

jenis makanan yang biasa anak makan adalah nasi, mie instan dan daging

sebagian ada yang menambahkan sayuran. Karena lokasinya padat penduduk

serta banyaknya warung dan jajanan sekolah, selain makanan pokok orangtua

juga memberikan makanan tambahan setelah sarapan seperti susu cair


sebanyak 14 ibu (70%), sedangkan untuk es krim dan susu kedelai masing-

masing 6 ibu (30%).


Aktivitas yang biasa anak lakukan di rumah adalah dari 12 ibu

(60%) menjawab bermain dengan menonton televisi, 4 ibu (20%) menjawab

bermain game, 2 ibu (10%) menjawab berlari-lari, dan 2 ibu (10%) menjawab

naik turun tangga. Di sela-sela menonton televisi biasanya 10 anak (50%) di

selingi camilan, 6 anak (30%) suka minum susu cair dan sisanya 4 anak (20%)

hanya diam.
Pola tidur anak sehari sebanyak 8 ibu (40%) menjawab tidur anak

lebih dari 12 jam/hari, dan 4 ibu (20%) menjawab antara 10 12 jam/hari

sedangkan 2 ibu (10%) menjawab anaknya tidur kurang dari 10 jam/ hari,

dansebanyak 6 ibu (30%) mengaku anaknya jarang sekali tidur siang. Para ibu

mengakui bahwa makanan yang di konsumsi kurang sehat karena faktor

banyaknya menu jajanan atau camilan yang ada dilingkungan sehingga

mempengaruhi konsumsi anak, selain itu dengan kesibukan orangtua anak

lebih banyak mengahabiskan untuk menonton televisi sehingga membuat anak

malas untuk beraktivitas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu apakah faktor pola makan,

faktor pola aktivitas fisik anak, dan pola tidur anak memiliki hubungan dengan

terjadinya obesitas pada anak balita usia 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Pekkabata Kabupaten Polewali Mandar ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
UntukMengetahui faktor yang berubungan dengan kejadian

obesitas pada anak balita usia 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas

pekkabata.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui apakah faktor pola makanberhubungan

dengan kejadian obesitas pada Anak balita usia 3-5 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Pekkabata Kabupaten Polewali

Mandar
1.3.2.2 Untuk mengetahui apakah faktor aktivitas fisik anak

berhubungan dengan kejadian obesitas pada Anak balita usia 3-

5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Pekkabata Kabupaten

Polewali mandar

1.3.2.3 Untuk mengetahui apakah faktor pola tidur anak berhubungan

dengan kejadian obesitas pada Anak balita usia 3-5 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Pekkabata Kabupaten Polewali

Mandar
1.3.2.4 Untuk menganalisis hubungan faktor pola makan anak, faktor

aktivitas fisik anak, dan pola tidur anak dengan kejadian

obesitas pada anak balita usia 3-5 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Pekkabata Kabupaten Polewali Mandar.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau

bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.


1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Orang Tua
Sebagai masukan dan pedoman dalam pemberian asupan

gizi anak serta memperhatikan tumbuh kembang anak pada usia

balita terutama anak balita usia 3-5 tahun.

1.4.2.2 Bagi peneliti


Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti

dalam memperluas wawasan mengenai cara yang tepat untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak balita terutama anak balita

usia 3-5 tahun.


1.4.2.3 Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan dan bahan masukan bagi praktisi

kesehatan lainnya dalam melaksanakan penelitian tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada anak

balita usia 3-5 tahun.


1.4.2.4 Bagi Puskesmas.
Sebagai bahan bacaan dan referensi dalam memberikan

pendidikan kesehatan/penyuluhan tentang bagaimana agar anak,

utamanya anak balita terhindar dari obesitas.

1.4.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya.


Sebagai bahan rujukan dan referensi bagi

penelitiselanjutnyadalammelakukakanpenelitianmengenaifaktor
yangberhubungandengankejadianobesitaspadaanakbalitausia 3-5

tahun.

You might also like