You are on page 1of 7

BELAJAR MENENGOK KE BELAKANG

PANCASILA, CITA-CITA PROKLAMASI, DAN UUD 1945


Prolog dan Epilognya

Oleh:
Gunawan Wiradi

I. Pengantar
1. Menguraikan dan membahas tema tersebut di atas bukanlah hal yang mudah dan
sederhana, karena untuk itu diperlukan suatu kesadaran sejarah, kepekaan politik,
dan tersedianya bahan rujukan yang memadai.
2. Sayangnya saya bukan sejarahwan, dan kebetulan perpustakaan pribadi saya sedang
berantakan karena dibongkar dalam rangka dipindahkan ke Sajogyo Institute
(Sains), sehingga kesulitan untk mencari bahan-bahan penting.
3. Dengan demikiran, uraian dalam tulisan ini sama sekali tidak berpretensi sebagai
tulisan ilmiah karena setiap cerita ataupun pernyataan tidak dicantumkan dengan
rujukan tertentu, melainkan semata-mata didasarkan atas ingatan saja. Alur
uraiannya pun sekedar mengikuti gerak ingatan itu saja.
4. Baik proses sejarah yang mendahului suatu peristiwa (prolog), maupun proses
perkembangan selanjutnya (epilog), dapat merupakan cerita yang pendek, tapi bisa
juga mencakup kurun waktu yang panjang. Dalam belajar memahami seluk beluk
Proklamasi 1945, Pancasila dan UUD 1945, rasanya perlu mengulas baik prolognya
maupun epilognya yang mencakup jangka waktu yang panjang. Tetapi sebelum
sampai kesana, tulisan ini akan mulai dulu dengan sedikit ulasan ciri-ciri
kegaduhan tentang Pancasila.

II. Kegaduhan Tentang Pancasila


1. Sepanjang sejarahnya sampai saat ini, wacana yang bernuansa perdebatan tentang
Pancasila dapat dibedakan menjadi dua masa, yaitu pada masa sebelum lahirnya
Orde Baru, dan masa kekuasaan Orde Baru. Ciri perbedaannya kurang lebih sebagai
berikut.
2. Sebelum Orde Baru, yang diperdebatkan adalah tafsiran mengenai makna isi
Pancasila sebagai dasar negara. Cara menulis istilah tersebut pun diperdebatkan,
karena dianggap berimplikasi terhadap maknanya (Panca Sila, atau Pancasila).
Perdebatan ini terutama terjadi antara kekuatan-kekuatan politik yang bersebrangan
ideologinya. Tetapi perdebatan saat itu walaupun sempat meruncing dan bikin geger
tetapi relative hanya sebentar karena kemudian reda, karena masih ada Bung Karno
yang bagaimana pun juga semua pihak masih mengakui beliau lah pencetus
Pancasila.
3. Selama masa Orde Baru, kegaduhan itu berciri lain. Bukan hanya tafsiran makna,
tetapi juga terutama mengenai masalah siapa sebenarnya yang dianggap sebagai
pencetus Pancasila. Alm. Prof. Dr. Nugroho Notosusanto berpandangan bahwa
penggali Pancasila adalah tiga orang yaitu Bung Karno, Moh Yamin dan Soepomo.
Walaupun dengan klaim sebagai karya ilmiah, tulisan tersebut sebenarnya lemah
dilihat dari sudut ilmiah. Namun tidak banyak sejarahwan yang berani
membantah. Seingat saya, hanya empat orang (alm. Prof. Dr. Sartono K, Dr.
Abdurrahman Suromihardjo, Drs. Ruben Nalenan, dan Dr. Mudjanto), dan mereka
ini pun menyampaikan bantahannya dengan samar-samar. Hal ini bisa dimengerti
karena pada hakekatnya pandangan Nugroho Notosusanto tersebut dilatarbelakangi
oleh kebijakan pemerintah Orde Baru untuk melakukan proses de-Soekarnoisasi.
Sekarang kita coba dulu melihat sejarah perjuangan kemerdekaan selayang pandang.

III. Sekitar Perang Dunia Ke II


1. Meletunya PD-II dimulai ketika secara mendadak tentara Nazi Jerman menduduki
Polandia pada tahun 1939 (bulan September), dengan gerakan cepat kilat
blitzkrieg. Dan dalam waktu relative singkat pula, tahun 1941 hampir seluruh
Eropa telah diduduki tentara Jerman, termasuk Perancis. Sementara itu, tahun 1931
Jepang menduduki Mancuria.
2. Di Asia, Perancis mempunyai tiga tanah jajahan yang dikenal sebagai Indo-China
(Vietnam, Laos dan Kambodja). Dengan dikuasainya Perancis oleh Jerman, maka
logikanya Indo-China tentu akan dikuasai pula oleh Jerman, meskipun pada tahun
1931 (8 tahun sebelum Jerman menduduki Polandia) Jepang sudah menduduki
Mancuria, tetapi di Asia secara keseluruhan perang itu belum besar. Jepang itu
kebutuhan minyaknya diimpor dari Amerika dan dari Indo-China. Khawatir bahwa
Indo-China akan dicaplok oleh Jerman. Maka Jepang lalu menduduki Indo-China,
tetapi tidak dengan perang melainkan menyelundup lewat Thailand. Amerika
marah, dan menghentikan ekspor minyak ke Jepang. Hubungan Amerika-Jepang
menjadi tegang dan akhirnya tanggal 7 Desember 1941 Jepang menyatakan
perang dengan Amerika. Pearl Harbour di Hawai dibombardir.
3. Kebutuhan jepang akan minyak tidak cukup jika hanya mengandalkan dari Indo-
China, apalagi dalam suasana perang dengan Amerika. Maka akhirnya Jepang
menyerang juga Indonesia. Di Eropa, negeri Belanda diduduki tentara Jerman dan
pemerintah Belanda lari ke Inggris. Bulan Desember 1941, Raja Belanda (Ratu
Wilhelmina) menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia, dengan maksud agar
rakyat Indonesia melawan Jepang. Tapi ternyata pada bulan Maret 1942 Belanda di
Indonesia kalah dan menyerah kepada Jepang.

IV. Jaman Pendudukan Jepang


1. Dari sejak semula, Jepang memegang prinsip bahwa seandainya Jepang menang,
Indonesia tidak akan diberi kemerdekaan, melainkan akan dijadikan bagian dari
Kekaisaran Jepang (Dai Nippon) dalam rangka Asia Timur Raya (lih. Aiko
Kurasawa Inomata, dalam Taufik Abdullah, 1997). Sedangkan negeri-negeri lain di
Asia, seperti Filipina, Birma, China, Thailand, walaupun dengan pemerintahan
boneka, sudah merdeka sejak 1943. Hal ini amat mengecewakan para pemimpin
Indonesia, terutama Bung Karno.
2. Ketika pada bulan November, 1943 di Tokyo diadakan Konferensi Asia Timur
Raya, negeri-negeri merdeka tersebut diundang sebagai peserta penuh. Bahkan
angkatan darat merdeka dari India pun diundang walaupun hanya sebagai
peninjau. Tapi Indonesia sama sekali tidak diundang. Lagi, hal ini mengecewakan
para tokoh Indonesia. Sebagai sekedar kompensasi, segera setelah selesai konferensi
tersebut, taiga orang tokoh Indonesia (Bung Karno, Bung Hatta, dan Ki Hajar
Dewantara) diundang ke Jepang untuk bertemu dengan Kaisar Jepang dan Perdana
Menteri Jenderal Tojo. Tapi lagi-lagi, mereka dikecewakan.
3. Di Asia, tentara sekutu terutama terdiri dari tentara Amerika Serikat, Australia, dan
Belanda. Makin lama Jepang makin terdesak. Ketika situasi perang semakin
memburuk, maka cabinet Jepang jatuh dan Perdana Menteri Tojo digantikan oleh
Jenderal Koiso pada tanggal 1 Juli 1944. Sejak saat itu, prinsip kebijakan Jnderal
Tojo sudah tidak dipakai lagi. Pemberian kemerdekaan bagi Indonesia mulai dibahas
kemungkinan-kemungkinannya.
4. Yang menjadi kendala dalam masalah Indonesia adalah bahwa sisa-sisa pandangan
Tojo masih ada penganutnya di kalangan pemerintah Jepang. Sejak Juli sampai
Agustus 1944 itu, beberapa kali dilakukan pertemuan antara para pejabat tinggi
untuk membahas soal Indonesia. Dari semula, Kementrian Luar Negeri dan
Angkatan Darat Divisi ke-16 yang menduduki Pulau Jawa cenderung setuju dengan
Indonesia merdeka. Tapi sebaliknya, Angkatan Darat Divisi ke-25 yang menduduki
Sumatera, dan Angkatan Laut (baik markas besarnya maupun pimpinan local di
Makassar) menolak gagasan Indonesia merdeka. Bahkan pada detik-detik terakhir,
mereka hanya setuju memberikan kemerdekaan kepada Pulau Jawa saja. Namun
pada awal September 1944, sebagai hasil konferensi tingkat tinggi, diputuskanlah
bahwa Perdana Menteri Koiso akan mengumumkan Deklarasi yang menyatakan
bahwa Indonesia akan dimerdekakan dikelak kemudian hari. Namun karena
tiadanya consensus diantara petinggi Jepang, maka Deklarasi Koiso tersebut taka da
kelanjutan langkah kongkritnya
5. Kurang lebih setahun sebelumnya, yaitu bulan Oktober 1943, diperkenalkan suatu
kedudukan yang disebut Sanyo, yaitu semacam penasehat yang terdiri dari orang-
orang Indonesia di tiap kepala departemen dalam Gunseikan (semacam gubernur
militer). Semula diangkat hanya sembilan Sanyo. Belakangan, yaitu November 1944
sebagai tindak lanjut dari deklarasi Kaiso, anggota Sanyo ditambah menjadi 19
orang. Dewan Sanyo diketuai oleh Mr sartono.
6. Sementara itu, di bulan November 1944 itu, Pulau Leyte di Filipina sudah direbut
oleh tentara Sekutu dan pada tanggal 23 Februari 1945 Ibukota Manila jatuh
ditangan Sekutu. Empat hari sebelumnya, yaitu 19 Februari 1945, tentara Amerika
menyerbu ke Iwo Jima (benter terakhir pertahanan Jepang). Berbagai perkembangan
tersebut memaksa Jepang untuk mengulang janjinya memberi kemerdekaan kepada
Indonesia. Namun karena janji itu belum juga diikuti dengan langkah nyata, maka
para tokoh nasionalis Indonesia mendesak kepada Jepang agar pada tanggal 1 Maret
1945 (yaitu hari ulang tahun dari apa yang saat itu dikenal sebagai Hari Jawa
Baru) mengambil langkah nyata
7. Itulah sebabnya, pada tanggal 1 Maret 1945 Jenderal Harada mengumumkan
rencana dibentuknya Dokoritsu Jumbi Chosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI). Pernyataan ini dibuat bukan atas
perintah Pemerintah ataupun Markas Besar Angkatan Darat di Tokyo, tetapi atas
prakarsa AD-Divisi ke-16. Pimpinan AD-Divisi ke-16 ini didorong oleh para aktivis
indonsesia, terutama kaum muda.
8. Tetapi pengumuman tersebut juga tidak cepat diikuti langkah nyata. Mungkin karena
mendapat tentangan keras dari Angkatan Laut, maka diciptakan kesan bahwa
Angkatan Darat di Jawa terpaksa mengikuti kehendak rakyat Indonesia, jadi
bukan kehendak Jepang. Dua bulan harus berlalu sebelum akhirnya terbentuk
BPUPKI, yaitu tanggal 29 April 1945. Rencana Jepang, prosedurnya pun bertahap,
dibentuk BPUPKI dulu (sifatnya penyelidikan), baru kemudian akan dibentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Niat ini ditentang keras oleh
Dewan Sanyo (yang anggotanyanya semua orang Indonesia).
9. Ringkasnya BPUPKI, yang diketuai oleh Dokter Rajiman Widyodiningrat itu
akhirnya mulai bersidang selama 4 hari, mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Anggota BPUPKI itu berjumlah 63 orang yang terdiri atas satu ketua, dua orang
wakil ketua, dan 60 anggota biasa, ditambah dengan dihadiri oleh 7 orang Jepang
sebagai peninjau, yang tuasnya hanya mendengarkan, dan tidak boleh turut
berbicara, sesuai dengan perintah atasan mereka. Sidang babak ke-2 akan dilakukan
sekitar sebulan kemudian, yaitu tanggal 10-17 Juli 1945.
10. Dalam sidang babak pertama itu, ketua BPUPKI, Dokter Rajiman widyodiningrat
membuka dengan sebuah pertanyaan, negara Indonesia Merdeka yang akan kita
bentuk itu landasan dasarnya apa? Ternyata sampai tanggal 31 Mei, tak ada anggota
yang secara jelas menjawab pertanyaan tersebut. Sebenarnya, jauh hari sebelum
BPUPKI resmi terbentuk, pihak Jepang sendiri sudah memberi peluang kepada para
terpelajar Indonesia untuk menjawab persoalan landasar dasar tersebut. Seingat
saya, pada masa itu ada lebih dari serratus artikel-artikel di berbagai surat kabar
yang berisi sumbang saran dari para cerdik-pandai Indonesia, memenuhi saran
Jepang itu. Isinya amat beragam, tapi banyak yang kurang lengkap atau kurang
mendasar.

V. Lahirnya Pancasila dan UUD 1945


1. Dalam sidang BPUPKI selama tiga hari pertama (yaitu dari tgl. 29 Mei s/d 31 Mei,
1945), ternyata walaupun berbagai pandangan telah dikemukakan oleh berbagai
anggota, tetapi belum ada yang menjawab pertanyaan ketua tersebut di atas (yaitu
landasan/dasar falsafah, atau Philosophische grondslag Indonesia merdeka itu
apa?)
2. Pada sidang tgl. 1 Juni 1945, Alm. Bung Karno mendapat giliran untuk
menyampaikan pandangannya, menjawab pertanyaan Ketua tersebut di atas. Pidato
Bung Karno inilah yang kemudian dikenal sebagai lahirnya Pancasila, yaitu berisi
lima dasar negara. Dalam pidato itu urutan dan istilah yang dipakai oleh Bung
Karno berbeda dari urutan dan istilah sila-sila yang kita kenal sekarang. Saat itu,
urutan dan istilahnya:
1. Kebangsaan atau nasionalisme
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Kerakyatan atau demokrasi
4. Keadilan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Sebelum sidang babak pertama itu berakhir dibentuk suatu panitia kecil untuk
merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar negara, berdasarkan pidato Bung
Karno tgl. 1 Juni itu, dan (rencananya) untuk menjadikan dokumen itu nantinya
sebagai teks Proklamasi Indonesia Merdeka.
4. Dari panitia kecil itu dipilih lagi 9 orang untuk melaksanakan tugas tsb. Mereka ini
adalah:
- Ir. Soekarno
- Drs. Mohammad Hatta
- Mr. A. A. Maramis
- Abikusno Tjokrosnyoso
- Abdulkahar Muzahir
- H. Agus Salim
- Mr. Achmad Subardjo
- K.H. Wachid Hasim
- Mr. Mohammad Yamin
Naskah hasil perumusan mereka ini disetujui pada tgl. 22 Juni 1945, yang
kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta.
5. Naskah Piagam Jakarta itu mula-mula direncanakan sebagai Declaration of
Independence nya Indonesia. Karena itu di dalamnya ada kalimat maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Tetapi karena kemudian
ternyata Proklamasi Kemerdekaan dilakukan tgl. 17 Agustus 1945, dan naskah
tersebut di atas yang semula direncanakan lebih panjang, maka karena tergesa-gesa,
naskah tersebut lalu dimasukkan sebagai Mukadimah UUD-1945, tanpa mencoret
kalimat tersebut di atas (karena lupa).
6. Naskah asli Piagam Jakarta itu juga mengandung kalimat: Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya. Dalam
Mukadimah UUD-45 tujuh kata-kata dalam kalimat tersebut dihilangkan, karena
ada keberatan dari pihak lain yang tidak beragama Islam.
7. Dalam sidang BPUPKI (babak kedua: tgl.10 sampai 17 Juli 1945) itu, dibahas juga
sejumlah masaah seperti bentuk negara, siapa Kepala Negara, dll. Sebenarnya,
Jepang setengah melarang agar masalah Wilayah Indonesia Merdeka tidak
dibahas. Tetapi ternyata BPUPKI berani membahasnya. Apalagi sidang-sidang
BPUPKI itu dihadiri juga oleh tiga orang pejuang Malaya yang dipimpin oleh
Ibrahim Jacob (saat itu, rakyat Malaya memang terpikat oleh gerakan kemerdekaan
yang ada di Indonesia, dan cenderung ingin bergabung dengan Indonesia). Dalam
membahas masalah wilayah (teritori), terdapat tiga opsi (pilihan), yaitu wilayah
Indonesia merdeka itu adalah:
a. Bekas jajahan Belanda saja.
b. Malaya, seluruh Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Jawa, Timor-Timur, semua
masuk, tetapi Maluku dan Irian tidak masuk.
c. Seluruhnya masuk (inilah yang dimaksud Indonesia Raya)
Setelah diperdebatkan, dan dilakukan pemungutan suara maka pilihan jatuh ke butir
(c) yaitu Indonesia Raya. Hasil pemilihan suara:
- Yang pilih (a), ada 19 suara
- Yang pilih (b), ada 6 suara
- Yang pilih (c), ada 39 suara
- Dua orang lagi abstain
8. Jadi, atas dasar hasil pemungutan suara itu, maka berarti BPUPKI sepakat bahwa
Indonesia Merdeka yang akan diproklamasikan nanti adalah Indonesia Raya.
Kesepakatan inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa di kemudian hari, yaitu
ketika tahun 1963 Inggris membentuk negara Malaysia, maka Bung Karno
melancarkan kampanye Ganyang Malaysia.
9. Seperti telah disebutakan di depan, sebenarnya Jepang melarang BPUPKI
membahas masalah teritori karena hal ini masih dalam pertimbangan mengingat
sikap keras dari pihak Angkatan Laut Jepang tidak setuju dengan kemerdekaan
Indonesia. Tetapi akhirnya para petinggi Jepang mencapai consensus pada tgl. 29
Juli 1945 saat menentukan dibentuknya PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Ditentukan bahwa wilayah Indonesia Merdeka adalah bekas Hindia
Belanda.
10. Dalam sidang-sidang BPUPKI babak kedua, yaitu 10 Juli sampai 17 Juli, 1945,
banyak terjadi perdebatan-perdebatan yang keras dan panas mengenai berbagai hal,
termasuk masalah menyusun Undang-Undang Dasar. Pertentangan yang tajam
antara mereka yang menginginkan negara Islam dan mereka yang berpadangan
sekuler kemudian dapat didamaikan oleh isi pidato Bung Karno yaitu azas/dasar
Pancasila. Inilah sebabnya ketika kemudian diawal Agustus 1945 dibentuk PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), maka dalam menyusun UUD, isi
Piagam Jakarta dimasukkan sebagai Mukadimahnya, dengan mencoret tujuh kata
(seperti telah disinggung di depan).

VI. Cita-Cita Proklamasi 1945 dan Penyimpangannya


1. Ada yang mempertanyakan, apa sebenarnya yang menjadi cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 1945 itu? Sebenarnya secara implisit, cita-cita itu sudah tercermin
dalam berbagai rumusan resmi maupun pernyataan para tokoh perjuangan
kemerdekaan. Namun jika boleh ditafsirkan, cita-cita pokoknya nya adalah
membangun bangsa baru, yang bernama Bangsa Indonesia, uamg bebas dan
merdeka.
2. Cita-cita pokok itu dijabarkan menjadi cita-cita turunannya, adalah mencakup
beberapa aspek, antara lain:
a. Bentuk negara adalah Republik (Res Publica)
b. Landasan dasar negara adalah Pancasila, yang dapat dibedakan landasan
politik dan landasan moral
c. Sistem ketatanegaraannya adalah khas Indonesia
d. Dalam suasana Perang Dingin saat itu, Indonesia tidak akan memihak
salah satu blok. (jadi cita-cita Non-Blok). Inilah yang dimaksud dengan
bebas.
e. Secara politis anti-Nekolim.
3. Yang dimaksud dengan khas Indonesia adalah bahwa sistem ketatanegaraan kita
tidak sepenuhnya menganut Trias Politica. Misalnya, lembaga tertinggi negara
adalah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).
4. UUD-1945 itu disusun dalam suasana tergesa-gesa, mendesak, dank arena itu awal
para perumus menyadari bahwa isinya hanya yang pokok-pokok saja. Pokok nya
aja dulu!, begitu kata seorang tokoh saat itu. Nantinya, diharapkan aka nada UUD
yang dibuat oleh wakil-wakil rakyat hasil pemilihan umum.
5. Kita semua menyadari bahwa jaman itu selalu berubah. Perubahan itu merupakan
produk dari interaksi nya berbagai faktor. Ada perubahan-perubahan yang wajar,
tetapi ada juga perubahan-perubahan yang sengaja atau tak sengaja, dapat disebut
sebagai penyimpangan dari cita-cita semula. Tak mudah dan tak sederhana untuk
mengulas masalah penyimpangan itu.
6. Karena itu, disini sekedar disebut saja penyimpangan yang paling pokok, yaitu:
- Dari segi ideologi, kita tidak lagi bebas.
- Dari segi ketata-negaraan sistem atau strukturnya tidak lagi seperti yang
dicita-citakan oleh panitia pendiri R.I
Akan terlalu panjang kiranya jika berbagai penyimpangan itu secara rinci
diutarakan disini (Nanti dalam sesi tanya jawab, kita dapat membahasnya dengan
lebih cermat).

You might also like