Professional Documents
Culture Documents
MODUL
PENATARAN PELATIH
OLAHRAGA
TINGKAT DASAR
KATA SAMBUTAN
Salam Olahraga!
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Modul Penataran Pelatih Olahraga Tingkat Dasar yang merupakan
produk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat untuk
mewujudkan pelatih yang memiliki: (1) pemahaman IPTEK keolahragaan,
(2) mampu menjalankan program latihan dengan baik dan benar, serta
(3) mempunyai kompetensi dalam melatih atlet guna meningkatkan
pencapaian prestasi puncak tingkat nasional dan internasional, dalam
membawa harkat dan martabat bangsa serta mengharumkan bangsa,
dapat diselesaikan penyusunannya dengan baik dan tepat waktu.
Modul Penataran ini merupakan penjabaran dari Buku Pedoman
Penataran Pelatih yang telah diterbitkan KONI Pusat sebagai pedoman
maupun acuan dasar penyampaian materi dari setiap jenjang/tingkatan
penataran pelatih olahraga: baik tingkat dasar, muda, madya, maupun
utama, terutama pada mata pelajaran yang sifatnya umum. Modul ini
diharapkan akan bermanfaat bagi Induk Organisasi Cabang Olahraga,
KONI Provinsi/Kabupaten/Kota maupun pemangku kepentingan di bidang
olahraga, untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelatih sesuai
dengan materi yang telah disusun oleh para praktisi di bidang kepelatihan
dengan perkembangan IPTEK keolahragaan modern.
Penataran ini sangat penting, karena berkaitan dengan penyiapan
salah satu SDM tenaga olahraga khususnya pelatih, dimana diharapkan
akan diperoleh pelatih-pelatih yang berkualitas dan berdedikasi tinggi
dengan potensi & kompetensi tinggi, yang mampu merencanakan dan
melaksanakan perubahan penampilan, potensi dan kinerja optimal atlet
guna meraih prestasi terbaik guna mengharumkan nama dan martabat
bangsa serta negara.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
petunjuk dan meridhoi setiap langkah kita, demi kemajuan dan kejayaan
keolahragaan nasional.
i
Modul Penataran Pelatih Tingkat Dasar
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya proses penyusunan, penyempurnaan dan pemutakhiran
Modul Penataran Pelatih Olahraga Tingkat Dasar yang merupakan
penjabaran dari Buku Pedoman Penataran Pelatih Olahraga. Materi ini
disusun dalam bentuk modul-modul untuk mempermudah dalam
penyampaian materi secara lisan maupun praktek lapangan oleh
pemateri maupun instruktur serta untuk memberikan standar tentang
berbagai dasar keilmuaan yang menjadi kompetensi pelatih tingkat dasar
yang diakreditasi oleh KONI Pusat.
Diharapkan dengan mempelajari materi modul ini, para pelatih
dapat memahami dan mengimplementasikan berbagai prinsip-prinsip
latihan secara sistematik dengan landasan ilmiah dan menyesuaikan
dengan perkembangan IPTEK keolahragaan yang semakin pesat,
sebagai pedoman beraktivitas di lapangan.
Modul yang sederhana tapi sistematis ini, merupakan bagian yang
sangat mendasar dari materi selanjutnya dengan tingkat kompetensi
yang lebih tinggi (tingkat muda, tingkat madya, dan tingkat utama),
diharapkan mudah dipahami dan dicerna oleh para pelatih. Oleh karena
itu, modul ini disusun dengan prinsip sederhana, mudah, dan praktis
untuk diimplementasikan di kelas maupun di lapangan, disesuaikan
dengan kemampuan pelatih.
Modul ini disusun atas dasar dari Buku yang diterbitkan oleh
LANKOR dan disempurnakan oleh berbagai pihak dengan keahliannya
masing-masing, baik dari Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas
Negeri Malang, dan rekan-rekan dari KONI Pusat. Perlu disadari bahwa
modul ini masih jauh dari sempurna, untuk itu berbagai masukan, saran,
pendapat, dan kritik yang membangun agar lebih sempurnanya modul ini,
sangat diharapkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
petunjuk dan meridhoi setiap langkah kita, dan diharapkan modul ini
sebagai acuan pedoman pendidikan dan pelatihan atau penataran pelatih
olahraga tingkat dasar pemangku kepentingan di bidang olahraga.
ii
Modul Penataran Pelatih Tingkat Dasar
DAFTAR ISI
iv
Modul Penataran Pelatih Tingkat Dasar
Daftar Gambar
Gambar 1 Dimensi Keilmuan dalam Kepelatihan Olahraga 2
Gambar 2 Anti-Doping dan Narkoba (IOC) 6
Gambar 3 Overload menghasilkan overkompensasi 18
Gambar 4 Pembebanan dan overkompensasi 18
Gambar 5 Hukum Reversibilitas kebugaran yang progresif 19
Gambar 6 Tahap latihan (adaptasi dari Bompa) 23
Gambar 7 Rasio antar indikator beban latihan 24
Gambar 8 Mikrostruktur otot rangka yang terdiri dari beberapa
miofibril, dan miofibril terdiri dari beberapa sarkomer 29
Gambar 9 Kandungan glikogen pada serabut otot ST dan FT
selama latihan lari cepat dan daya tahan 33
Gambar 10 Kontribusi sistem energi berdasarkan waktu aktifitas
(Thompson: 1991) 43
Gambar 11 Energi predominan berkaitan dengan waktu kegiatan
(Thompson: 1991) 44
Gambar 12 Perbedaan tingkat arousal yang optimal pada atlet 51
Gambar 13 Unsur dasar kemampuan fisik (Thompson:1991) 81
Gambar 14 Hubungan antar kemampuan fisik (Thompson:1991) 81
Gambar 15 Kebutuhan fisik antara pelari marathon dan tolak peluru
(Thompson:1991) 82
Gambar 16 Pembebanan pada kekuatan maksimal 83
Gambar 17 Pembebanan pada daya tahan kekuatan 84
Gambar 18 Pembebanan pada kekuatan kecepatan 84
Gambar 19 Berbagai pembebanan kekuatan (Thompson: 1991) 85
Gambar 20 Piramid tunggal dan piramid ganda 86
Gambar 21 Variasi metode piramid dalam latihan berbeban 86
Gambar 22 Proses latihan jangka panjang 94
Gambar 23 Dasar periodisasi latihan 95
Gambar 24 Garis volume dan intensitas latihan 97
Gambar 25 Periodisasi dengan kerangka waktu (bulan dan minggu) 98
Gambar 26 Pengaturan beban latihan mingguan untuk atlet pemula
(Thompson: 1991) 99
Gambar 27 Pengaturan beban mingguan untuk atlet senior (Thompson:
1991) 100
Gambar 28 Blanko siklus mikro 101
Gambar 29 Urutan beban pada sesi latihan 102
Gambar 30 Periodisasi dengan unsur latihan 104
Gambar 31 Siklus pelaksanaan latihan 105
v
Modul Penataran Pelatih Tingkat Dasar
Daftar Tabel
vi
Penataran tingkat dasar
MODUL I
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang peran dan tanggung jawab, tipe kepemimpinan
serta falsafah olahraga bagi pelatih dan atlet.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Memahami peran dan tanggung jawab seorang pelatih;
2. Mengidentifikasi tipe kepemimpinan dan falsafah kepelatihan olahraga;
3. Membandingkan berbagai tipe kepempimpinan;
4. Menjelaskan falsafah kepelatihan olahraga;
5. Menghindari kecurangan-kecurangan dalam berolahraga (penyalah
gunaan doping, pemalsuan dokumen, dll.)
C. Metode Penyajian
1. Ceramah;
2. Tanya jawab;
3. Penugasan (perorangan/kelompok);
4. Presentasi.
D. Materi
1. Falsafah Kepelatihan
1
Penataran tingkat dasar
Dari berbagai pendapat tentang batasan latihan olahraga yang
memiliki berbagai kesamaan, maka dalam buku ini batasan latihan
merupakan proses jangka panjang yang sistematik dan berkelanjutan
untuk meningkatkan kinerja atlet sesuai dengan cabang olahraga yang
dipilihnya. Kinerja atlet dalam hal ini tentu saja mencakup berbagai faktor
seperti: fisik, teknik, taktik, dan psikis, dalam upaya menuju pencapaian
potensi optimal atlet yang disebut dengan prestasi.
Mengingat atlet yang menjadi subjek dalam proses latihan adalah
manusia, maka pelatih tidak dapat dengan begitu saja melaksanakan
proses latihan tanpa memiliki kompetensi dasar yang baik, agar tidak
terjadi korban dalam proses latihan yang sedang berlangsung. Untuk itu
diperlukan pemahaman yang baik dan komprehensif tentang prinsip-
prinsip dasar latihan dan bagaimana melaksanakan latihan secara
sistematik dan terprogram.
Prinsip dan sistematika serta program yang baik dalam melakukan
proses latihan inilah yang memungkinkan berbagai pencapaian prestasi
terbaik dan pemecahan rekor dapat terjadi dari tahun ke tahun.
Sebaliknya, gagalnya pelatih menjalankan tugasnya dengan mengabaikan
hal tersebut di atas akan mengakibatkan para atlet mengalami
kemandegan prestasi (stagnasi dan burn out), atau keluar dari olahraga
(drop-out) yang disebabkan oleh cedera, mengalami berbagai penyakit,
atau kebosanan yang tidak teratasi, serta berbagai masalah psikologis
yang lain.
Untuk memahami dan mendalami serta mengimplementasikan
dengan lebih komprehensif proses fasilitasi atlet dalam berlatih untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, pelatih perlu mempelajari berbagai
ilmu yang diperlukan seperti pada gambar di bawah ini.
2
Penataran tingkat dasar
Melihat gambar di atas bahwa melatih bukanlah tugas yang ringan
dan tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Oleh karena itu pembekalan
tentang berbagai kompetensi keilmuan diperlukan untuk memberi
bekal yang baik bagi pelatih yang memenuhi persyaratan. Pada bab-bab
selanjutnya dalam modul ini akan berisi mengenai kandungan berbagai
keilmuan di atas.
2. Peran Pelatih
Pelatih tidak hanya memiliki peran tunggal sebagai pengajar
keterampilan para atletnya, tetapi juga memiliki peran yang cukup banyak
dimana peran ini hanya dimiliki oleh profesi pelatih. Berbagai peran dalam
mengemban tugasnya dapat berupa sebagai:
a. Guru, mengajar dan mendidik atlet agar menjadi manusia yang
berilmu, cerdas, dan mampu menjadi manusia yang berkarakter,
bermoral, dan bermanfaat.
b. Instruktur, memberikan instruksi yang harus dilakukan oleh atlet dan
memberikan koreksi serta umpan balik menuju gerakan yang efisien.
c. Orangtua, pelatih perlu memberikan kasih sayang dan berbagai
nasihat serta perhatian dan perlindungan yang baik kepada atletnya,
agar merasa tentram dan nyaman dalam melaksanakan latihan.
d. Teman, sebagai teman menerima aduan dan keluhan serta
curahan hati para atletnya agar mampu memberikan solusi yang
tepat, sehingga atlet merasa percaya diri dan mengalami kemajuan
sosial yang baik.
e. Motivator, dalam proses latihan yang lama dan penuh ujian serta
tantangan, pelatih perlu memotivasi atletnya agar tetap berlatih untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
f. Administrator, pelatih perlu mengelola latihan dan melakukan
pencatatan berbagai peristiwa dan data yang telah dicapai baik dalam
latihan maupun pertandingan agar perkembangan atlet dapat
terpantau dengan baik.
g. Ilmuwan, pengembangan keilmuan merupakan tanggung jawab
pelatih agar tidak terjadi malpraktik dalam proses latihan. Pelatih
punya tanggung jawab untuk menjadikan pendekatan keilmuan
menjadi implementasi nyata dalam latihan.
h. Murid/siswa, proses belajar sepanjang hayat merupakan prinsip
yang harus tetap dipegang oleh pelatih agar perkembangan yang
terjadi dalam dunia kepelatihan selalu menjadi kebutuhan untuk
dipelajari dari berbagai sumber.
i. Agen jurnalist, setiap keberhasilan dan masalah yang muncul dalam
proses latihan/pertandingan menjadi tanggung jawab pelatih untuk
menyampaikan dengan tepat kepada media massa/pers.
j. Disipliner, disiplin adalah jalan pertama menuju keberhasilan,
sehingga pelatih memiliki tanggung jawab untuk menerapkan disiplin
bagi para atletnya agar mampu menghargai waktu, perilaku, dan
setiap jerih payah yang dilakukan bersama dalam rangka mencapai
karakter manusia yang baik.
3
Penataran tingkat dasar
3. Falsafah Latihan
Secara sederhana falsafah diartikan sebagai cara pandang terhadap
situasi dan kejadian dalam kehidupan kita (Thompson, 1991:11). Dengan
kegiatan olahraga kita dituntun untuk melakukan pertimbangan dan
keputusan yang sesuai dengan prinsip kehidupan yang harmonis, sesuai
dengan filosofi Nation and character building.
Kegiatan olahraga mengandung berbagai aktivitas yang melibatkan
berbagai pihak seperti atlet, pelatih, wasit, organisator, penonton, dan
pihak-pihak lain seperti media masa dan sebagainya. Semua pihak
memiliki peran sesuai dengan posisinya yang dilaksanakan untuk
menjamin kegiatan olahraga dapat berlangsung dengan harmonis dan
mencapai tujuan yang diharapkan.
Memahami filsafat berarti pelatih perlu menyadari bahwa:
a. Prestasi adalah hasil usaha keras tetapi jujur untuk mencapai potensi
optimal atlet dengan proses latihan yang tepat.
b. Pelatih memiliki berbagai peran dan kewajiban untuk
mengembangkan atlet menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani,
mental dan spritual, bukan hanya sekedar mencapai prestasi tinggi.
4
Penataran tingkat dasar
Sesuai Pasal 85 UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional (SKN), maka:
a. Doping dilarang dalam semua kegiatan olahraga;
b. Setiap Induk Organisasi Cabang Olahraga dan/atau Lembaga
Organisasi Olahraga Nasional wajib membuat peraturan doping dan
disertai sanksi;
c. Pengawasan doping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Pemerintah.
Ada 2 (dua) pengertian doping, yaitu:
a. Adanya zat terlarang (menurut daftar WADA) di dalam tubuh seorang
atlet;
b. Penggunaan, upaya-upaya yang dilarang WADA oleh seorang atlet
untuk meningkatkan prestasinya.
5
Penataran tingkat dasar
b. Gaya Kepemimpinan
Ada berbagai upaya yang dilakukan para ahli untuk mengenali
karakteristik pemimpin berdasarkan gaya yang ditampilkan. Pelatih
sebagai seorang pemimpin memiliki gaya tertentu yang pada
dasarnya dapat diklasifikasi berdasarkan gaya kepemimpinan pada
umumnya.
Pate dkk.(1984) mengemukakan 2 macam klasifikasi gaya
kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan Autoritarian versus
Demokratis; dan gaya kepemimpinan berpusat pada orang versus
Berorientasi Tugas. Adapun karakteristik, kelebihan, dan kelemahan
setiap gaya tersebut adalah sebagai berikut:
1) Gaya Kepemimpinan Autoritarian
Mengontrol orang lain menggunakan autoritasnya.
Menggerakkan orang lain dengan cara memerintah.
Berusaha segala sesuatu berjalan sesuai kemauan sendiri.
Berbuat dengan cara tidak personal.
Menghukum anggota yang keliru atau menyimpang.
Menentukan sesuatu berdasarkan pembagian kerja.
Menetapkan bagaimana sesuatu harus dikerjakan.
Kelebihannya:
- Dapat efektif bila pemimpin berstatus jauh lebih tinggi
dibanding pengikutnya.
- Cocok untuk situasi yang memerlukan keseriusan dan
kedisiplinan.
- Cocok untuk situasi dimana pengikut kurang memiliki rasa
percaya diri dan merasa perlu perlindungan dari pemimpin.
Kelemahannya:
- Banyak peserta yang merasa tertekan.
- Tidak dapat diperoleh saran dan masukan dari pengikut yang
sebenarnya dapat bermanfaat.
2) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Berbuat secara bersahabat dan bersifat personal.
Melibatkan semua anggota dalam perencanaan.
7
Penataran tingkat dasar
Memperbolehkan anggota saling berinteraksi tanpa harus
minta ijin.
Mau menerima saran dan masukan.
Tidak berusaha mendominasi dalam percakapan.
Kelebihannya:
- Kebanyakan pengikut merasa dihargai.
- Dapat meningkatkan kekompakan dan persatuan.
- Berpeluang lebih besar untuk menanamkan nilai-nilai
pendidikan.
Kelemahannya:
- Tidak cocok untuk situasi yang mengharuskan pengambilan
keputusan secara cepat.
- Tidak cocok untuk situasi yang memerlukan disiplin ketat
dan agresivitas dalam penyelesaian tugas.
- Penggunaan waktu kurang efisien.
2) Faktor Pengikut
Kualitas perilaku kepemimpinan yang baik memerlukan
pemahaman tentang para pengikutnya atau orang-orang yang
dipimpin. Masalah yang kompleks, apakah kepemimpinan yang
baik menyebabkan pengikutnya berbuat baik, atau sebaliknya
pengikut yang baik menyebabkan kepemimpinan menjadi efektif,
memang sulit untuk dijawab secara pasti. Namun demikian dapat
diyakini bahwa kepribadian, sifat, watak, dan perilaku pengikut
mempunyai pengaruh yang besar terhadap efektivitas pemimpin.
Beberapa sifat pengikut yang penting untuk dipertimbangkan
adalah:
Kebutuhan berafiliasi.
Kebutuhan mencapai sesuatu.
Mengharapkan hadiah (reward).
Kebutuhan untuk tidak tergantung.
Penerimaan pada autoritas.
Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity).
11
Penataran tingkat dasar
8) Berusahalah mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam berbagai
situasi yang akan berpengaruh terhadap usahanya
mempengaruhi orang-orang.
9) Kembangkan suatu pendekatan rencana induk dalam
kepemimpinan untuk mencapai sasaran dan tujuan secara
konsisten.
10) Berikan pengalaman berlatih bagi pemimpin masa depan.
13
Penataran tingkat dasar
3) Mempertimbangkan pendapat orang lain, seperti dalam hal:
Kepentingan orangtua terhadap program olahraga antara lain:
- Keselamatan.
- Kesenangan.
- Melayani keinginan anak.
- Keterlibatan famili.
- Kesuksesan.
- Mengembangkan olahraga.
Hasil yang diharapkan administrator dari program olahraga
meliputi:
- Memperoleh penghasilan.
- Mengikuti kejuaraan.
- Pencapaian personal.
- Kepuasan melihat atlet perprestasi.
- Dapat melibatkan anak-anaknya.
14
Penataran tingkat dasar
1) Mengajarkan kepada para atlet bahwa peraturan dalam
olahraga merupakan kesepakatan bersama yang tak seorangpun
boleh tidak melaksanakan atau melanggarnya.
2) Ketika dimungkinkan, sekelompok atlet diberi kesempatan yang
masuk akal untuk sukses.
3) Hindari terjadinya atlet berbakat bermain berlebihan, atlet perlu
sama rata dan berhak mendapat waktu yang sama.
4) Pastikan bahwa peralatan dan fasilitas memenuhi standar
keselamatan dan sesuai dengan usia dan kemampuan atlet.
5) Kembangkan rasa hormat tim terhadap kemampuan lawan,
juga terhadap keputusan official dan pelatih tim lawan.
6) Ikutilah saran dokter ketika menentukan kapan atlet yang
cedera diijinkan kembali berlatih atau mengikuti kompetisi.
7) Buatlah komitmen personal untuk menjaga diri selalu
menyampaikan prinsip-prinsip pelatihan yang benar, dan prinsip-
prinsip pertumbuhan-perkembangan yang dikaitkan dengan para
atlet.
E. Evaluasi
NO SOAL Y T
1. Tanggung jawab pelatih adalah mengusahakan
v
kemenangan atlet nya dengan segala cara.
2. Keuntungan dari gaya kepelatihan demokratis adalah
v
atlet dapat mengembangkan interaksi secara wajar.
3. Kepemimpinan otoriter tidak bisa digunakan dalam segala
v
situasi.
4. Menurut teori Trait, faktor bakat adalah yang menentukan
v
seseorang menjadi pelatih yang baik.
5. Organisasi Cabang Olahraga Nasional wajib membuat
peraturan doping meskipun tidak harus memberikan v
sanksi.
6. Gaya Kepemimpinan Otoriter cocok untuk situasi dimana
v
pengikut kurang memiliki rasa percaya diri dan merasa
15
Penataran tingkat dasar
NO SOAL Y T
perlu perlindungan dari pemimpin.
7. Salah satu kelemahan Gaya Kepemimpinan demokratis
v
adalah penggunaan waktu kurang efisien.
8. Pelatih dapat mengembangkan filosofinya sesuai dengan
v
pengalaman.
9. Filosofi merupakan seperangkat pemandu yang
v
menjadikan pelatih selalu bijaksana dalam bertindak.
10. Filosofi pelatih dapat terbentuk dari gagasan,
pengetahuan, dan harapan-harapan tentang masa v
depannya.
---------------o0o---------------
16
Penataran tingkat dasar
MODUL II
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang hukum, prinsip dan sistematika latihan dalam
rangka meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet semaksimal mungkin.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menjelaskan tentang tujuan latihan.
2. Menjelaskan tentang hukum latihan antara lain: overload, reversibilitas,
kekhususan.
3. Menjelaskan tentang prinsip latihan antara lain: pedagogik, individual,
keterlibatan aktif, dan variasi latihan.
4. Menjelaskan tentang sistematika latihan antara lain: pentahapan latihan
dan pembebanan latihan.
C. Metode Penyajian
1. Ceramah;
2. Tanya jawab;
3. Penugasan (perorangan/kelompok);
4. Presentasi.
D. Materi
Setiap kejadian di dalam kehidupan ini merupakan gejala alam yang
selalu mengikuti berbagai hukum atau prinsip yang mendasari terjadinya
sebab akibat (hubungan dan kausalitas), atau aksi reaksi. Proses latihan
merupakan sebuah keniscayaan yang tidak terhindarkan untuk menganut
hukum dan prinsip tertentu yang secara empirik dan keilmuan telah terbukti
dan teruji secara jelas seiring dengan berkembangnya ilmu kepelatihan. Oleh
karena itu hasil latihan tidak selalu positif dan optimal bila pembebanan tidak
diberikan dengan kaidah hukum dan prinsip-prinsip latihan yang benar.
Beberapa hukum dan prinsip latihan dimaksud sebagai berikut :
1. Hukum Latihan
a. Hukum Overload
Tubuh manusia memiliki sifat adaptasi terhadap setiap
perlakuan yang dikenakan terhadapnya, termasuk beban latihan. Bila
tubuh dengan tingkat kebugaran tertentu diberikan beban latihan
dengan tingkat intensitas yang ditetapkan, maka tubuh akan
mengadaptasi dengan rangkaian proses sebagai berikut: proses awal
17
Penataran tingkat dasar
setelah pembebanan adalah kelelahan dan memerlukan istirahat;
setelah beristirahat dengan kurun waktu tertentu maka tubuh akan
kembali bugar namun dengan tingkat kebugaran yang lebih baik
dari sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3 di bawah
ini. Peningkatan kebugaran melalui adaptasi dari hukum overload ini
disebut dengan overkompensasi.
b. Hukum Reversibilitas
Hukum reversibilitas menuntut atlet untuk berlatih secara
berkelanjutan dan progresif. Latihan yang berkelanjutan akan
menghasilkan tingkat kebugaran yang semakin meningkat, sebaliknya
bila latihan dihentikan maka kebugaran atlet akan menurun. Gambar
5 merupakan gambaran dari hukum revesibilitas, dimana atlet
melakukan latihan secara teratur dan berkelanjutan sehingga
menghasilkan kemajuan kebugaran yang progresif.
18
Penataran tingkat dasar
c. Hukum Kekhususan
Hukum kekhususan memberikan tuntunan bahwa beban latihan
yang diberikan kepada atlet harus sesuai dengan kebutuhan terhadap
kemampuan dan keterampilan fisik (biomotor abilities) cabang
olahraganya dan kondisi objektif dari atlet tersebut seperti umur
kronologis, dan umur perkembangannya, kemampuan fisik dan
mentalnya saat itu, serta ciri khas yang dimiliki atlet yang tidak
atau sulit diubah namun tidak mengurangi kinerjanya.
Hukum kekhususan juga memberikan tutntutan pada pelatih
untuk memahami sepenuhnya kondisi atlet terhadap cabang olahraga
yang ditekuninya, kelemahannya, kekuatannya serta peluang dan
tantangan bagi atlet yang diasuhnya untuk dapat mencapai prestasi.
2. Prinsip Latihan
a. Prinsip Pedagogik
Latihan pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang
bertujuan untuk membantu individu dalam meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotornya. Prinsip pedagogik ini
mengarahkan latihan untuk mengikuti berbagai kaidah yaitu
multilateral, pengembangan kesehatan, kebermanfaatan, kesadaran,
sistematik, dan gradual.
Prinsip pedagogik sangat penting untuk menjalankan latihan
menuju kepada perkembangan yang lengkap melalui kegiatan
multilateral pada umur tertentu, mencapai prestasi tanpa
mengorbankan kesehatan fisik maupun psikis atlet, latihan yang
bermanfaat untuk tidak hanya mengetahui dan memahami, tetapi
atlet perlu untuk mampu bagaimana menerapkan dan hidup bersama
dengan orang lain. Dengan prinsip pedagogik ini pelatih dituntut
untuk memberikan kesadaran yang penuh akan setiap beban latihan
yang diberikan kepada atlet dengan segala manfaat positif maupun
dampak negatifnya sehingga setiap latihan yang diberikan perlu
dirancang secara sistematik dan meningkat secara gradual untuk
menjamin semua unsur pedagogik dapat dicapai.
19
Penataran tingkat dasar
b. Prinsip Individual
Setiap atlet merupakan individu yang unik dan tidak ada dua
individu yang tepat sama di dunia ini. Hal ini mengandung
konsekuensi terhadap bagaimana individu tersebut mereaksi beban
latihan. Beban latihan yang sama tidak akan direaksi dengan sama
oleh atlet yang berbeda, oleh karena itu pelatih perlu memahami
setiap atlet secara individual. Individu ini juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti; faktor keturunan, umur latihan dan umur
perkembangan. Prinsip ini juga berkaitan dengan hukum
kekhususan yang berimplementasi pada latihan yang khusus bagi
setiap atlet. Hukum dan prinsip inilah yang memunculkan adanya
beban luar dan beban dalam.
Beban luar adalah beban yang diberikan dari luar atlet, misalnya
oleh pelatih diprogramkan lari 4 x 400m dengan waktu @ 90 detik.
Sedangkan beban dalam adalah beban fisiologis dan psikologis atlet
setelah mendapatkan beban luar sebagai reaksi dan adaptasi
internalnya, seperti: denyut nadi, perubahan warna kulit, dan
sebagainya. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa dua
orang yang berbeda diberikan beban luar yang sama akan mereaksi
secara berbeda yang ditunjukkan dengan denyut jantungnya, kadar
laktat dalam darahnya, sehingga wajar bila atlet yang satu mengalami
kelelahan lebih dahulu daripada atlet yang lain. Sebaliknya bila atlet
diminta untuk berlari dengan beban dalam yang sama (denyut
nadi 160/menit) maka waktu yang dicapai (beban luar) untuk berlari
1200m akan berbeda.
20
Penataran tingkat dasar
d. Prinsip Variasi
Latihan merupakan proses jangka panjang, oleh karena itu
diperlukan kegembiraan dan kesenangan dalam berlatih agar tidak
terjadi kebosanan dan atlet meninggalkan latihan. Pemberian variasi
dalam latihan merupakan cara yang baik untuk memberikan
kesempatan bagi atlet untuk menikmati latihan dengan rasa senang
dan gembira. Variasi yang diberikan oleh pelatih dalam latihan dapat
berupa:
1) Tempat latihan yang berganti-ganti, misalnya di stadion, di ruang
latihan beban, di alam bebas, di pantai, bukit, tempat rekreasi,
dan sebagainya yang dapat memberikan suasana baru bagi atlet.
2) Metode latihan yang bervariasi. Untuk tujuan latihan yang sama
pelatih dapat menggunakan metode berbeda, misalnya latihan
kecepatan dapat diberikan dengan metode repetisi, namun dapat
juga dengan metode permainan. Latihan kekuatan dapat
diberikan dengan metode pembebanan (besi) dan dapat pula
dengan medicine ball, partnerwork, dan sebagainya.
3) Suasana latihan, yaitu dengan memberikan berbagai situasi
lapangan yang berbeda dengan mendatangkan klub lain untuk
berlatih bersama, atau berlatih dalam kondisi keramaian yang
ada di lapangan, dan sebaliknya.
3. Sistematika Latihan
Latihan yang baik adalah latihan yang dirancang secara
sistematis dengan mengikuti berbagai karakteristik cabang olahraganya,
ketersediaan waktunya, dan atlet yang akan dibinanya. Beberapa aspek
penting untuk menentukan sistematika latihan dapat disampaikan melalui
beberapa pendekatan sebagai berikut:
a. Pentahapan latihan
Prestasi puncak pada seorang atlet sering dicapai pada usia di
atas 20 tahun yang biasa disebut sebagai usia emas (golden age),
pada beberapa cabang olahraga bahkan prestasi puncak dapat
bertahan sampai usia mendekati 30 tahun. Dengan demikian, latihan
merupakan proses yang panjang dan lama sehingga dilakukan
secara sistematik dengan membagi menjadi beberapa tahap sebagai
berikut:
1) Tahap Latihan Dasar
Merupakan tahap latihan awal yang harus dilewati oleh atlet
muda sebelum masuk dalam spesialisasi pada satu-satunya
cabang yang akan ditekuni. Harus diakui bahwa pencarian bakat
bukanlah hal yang mudah tanpa melalui pelaksanaan aktifitas
pada berbagai gerakan motorik, kecabangan olahraga, maupun
kemampuan kondisi fisik yang sesuai. Oleh karena itu dengan
melakukan berbagai aktifitas dalam latihan dasar yang berprinsip
21
Penataran tingkat dasar
multilateral maka dimungkinkan atlet muda dapat diidentifikasi
bakatnya sejak dini. Selain itu kesamaptaan jasmani atlet pada
tingkat kebugaran yang memadai pada usia muda sangat
mendukung proses latihan untuk tahap selanjutnya.
Tujuan pada tahap latihan dasar ini adalah memberikan
landasan yang baik kepada atlet muda berkaitan dengan
aspek fisik, mekanik, psikologi dan moral sebagai prekondisi
untuk mencapai hasil yang baik melalui kemampuan
pengembangan, keterampilan, dan karakter.
Sasaran yang harus dicapai pada tahap latihan dasar
ini adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan kondisioning dan koordinasi;
b) Pengembangan pola gerak dasar olahraga yang akan
dituju/ditekuni;
c) Kesiapan berlatih dan pembentukan kepribadian yang baik
seperti kesiapan, persahabatan, team spirit, disiplin,
kejujuran, solidaritas, kemauan dan bekerja keras untuk
berlatih;
d) Menanamkan pengalaman pada latihan dan kompetisi
dengan sikap yang baik seperti persahabatan pertama,
pertandingan kemudian;
e) Menemukan bakat atlet dan mengembangkannya kepada
arah yang benar.
22
Penataran tingkat dasar
3) Tahap Prestasi Tinggi
Tahap ini merupakan bagian yang terakhir dari seluruh
proses latihan. Tujuan pada tahap ini adalah kemampuan atlet
untuk mengikuti kejuaraan nasional dan internasional serta
mencatatkan prestasi terbaik. Sasaran latihan pada tahap ini
adalah prestasi tinggi.
Tahap
Prestasi
Tinggi hp
Tahap spesialisasi
lanjutan
Tahap Pembinaan
dasar Multilateral
b. Pembebanan Latihan
Beban latihan dapat dilihat dari berbagai perspektif baik dari sisi
beban sebagai kombinasi dari fungsi volume, intensitas, recovery,
dapat juga ditinjau dari sisi indikator latihannya, dan dapat dilihat dari
bagian yang terkena beban dalam fungsi tubuh manusia. Di bawah
ini akan diuraikan beban latihan ditinjau dari beberapa perspektif dan
bagaimana beban tersebut secara sistematik diberikan dengan
pedomannya.
1) Unsur-unsur beban
Setiap latihan memiliki indikator latihan yaitu indikator:
fisik, teknik, taktik, dan mental. Keempat unsur latihan ini
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Harmonisasi dari kemampuan keempat indikator tersebut akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap prestasi. Keempat
indikator ini dapat diimplementasikan pada beban latihan dengan
indikator dan karakteristik yang berbeda, dengan kebutuhan yang
berbeda sesuai dengan cabang olahraga dan nomor-nomornya.
Misalnya nomor lompat dalam cabang olahraga atletik memiliki
kebutuhan yang sangat besar pada indikator fisik dan teknik,
namun olahraga permainan seperti bola voli memerlukan
indikator taktik yang lebih indikator. Untuk itu pelatih harus
mampu mengidentifikasi indikator unsur tersebut dengan benar.
2) Indikator Beban
Untuk menentukan beban latihan tersebut tepat atau tidak,
berat atau ringan, dapat dilihat dari tiga indikator yaitu:
23
Penataran tingkat dasar
a) Volume
Volume menunjukkan jumlah pembebanan dengan satuan
kilometer, meter, kilogram, dan waktu dalam menit atau detik.
b) Intensitas
Intensitas latihan menunjuk pada persentase beban dari
kemampuan maksimalnya, misalnya mengangkat beban
dengan 90% dari kemampuan maksimal atlet.
c) Pemulihan (recovery)
Waktu dan bentuk kegiatan yang diperlukan untuk melakukan
pulih asal setelah melakukan pembebanan, baik dalam seri,
set, maupun antar sesi.
E. Penugasan
Berikan contoh-contoh latihan pada cabang olahraga yang anda tekuni
berkaitan dengan pembebanan berikut ini:
1. Unsur beban: Fisik Kekuatan dengan rasio: Intensitas tinggi, volume
rendah dan pemulihan lama.
2. Unsur beban: Fisik Kekuatan dengan rasio: Intensitas rendah, volume
tinggi dan istirahat pendek.
3. Unsur beban: Teknik dasar dengan rasio: Intensitas sedang volume
sedang istirahat sedang.
24
Penataran tingkat dasar
4. Unsur beban: Teknik lanjutan dengan rasio: Intensitas tinggi volume
rendah dan pemulihan lama.
5. Contoh yang lain
F. Evaluasi
NO SOAL Y T
1. Peningkatan komponen kondisi fisik melalui adaptasi dari
v
hukum overload disebut dengan overcompentation.
2. Hukum kekhususan memberikan tuntunan bahwa beban
latihan harus menyesuaikan umur kronologis, umur
v
perkembangan, kemampuan fisik, mental, serta ciri khas
yang dimiliki atlet.
3. Beban dalam adalah beban yang diberikan oleh pelatih
kepada atlet, misalnya oleh pelatih diprogramkan lari 4 x v
400m dengan waktu @ 90 detik.
4. Tahap latihan dasar merupakan tahap penghubung
v
menuju tahap prestasi tinggi.
5. Pada cabang olahraga tertentu, tahap latihan lanjutan
dimulai pada usia sekitar 14 tahun dengan salah satu
v
sasaran latihan memperkuat kemauan (will power)
berlatih.
6. Indikator beban latihan dapat dilihat dari perspektif volume,
v
intensitas dan recovery.
7. Berlatih dalam kondisi keramaian yang ada di lapangan
dan sebaliknya, dapat dilakukan sebagai variasi suasana v
latihan.
8. Kegiatan mental dan intelektual, yaitu bagaimana atlet
dapat melaksanakan aktifitas fisik dengan kesempatan v
yang sama pada setiap sesi latihan.
9. Akibat langsung dari pembebanan adalah kelelahan. v
10. Untuk tujuan latihan yang sama, pelatih dapat
v
menggunakan metode berbeda.
---------------o0o---------------
25
Penataran tingkat dasar
MODUL III
FISIOLOGI OLAHRAGA
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang sistem kerja otot rangka, tipe serabut otot,
hubungan serabut otot dengan latihan, kelelahan otot, dan sistem energi
latihan.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menjelaskan tentang sistem kerja otot rangka.
2. Menjelaskan tentang tipe serabut otot (muscle fibers).
3. Menjelaskan hubungan serabut otot dengan latihan
4. Menjelaskan tentang penyebab terjadinya kelelahan otot terhadap atlet.
5. Mengetahui sistem energi predominan pada berbagai cabang olahraga.
C. Metode penyajian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penugasan (perorangan/kelompok)
4. Presentasi
D. Materi
Fisiologi olahraga merupakan bagian dari anatomi, anatomi adalah
suatu ilmu yang mempelajari struktur organisme atau morfologi, sehingga kita
dapat mempelajari struktur dasar dari berbagai bagian tubuh dan
hubungan di antara mereka, sedangkan fisiologi adalah ilmu yang
mempelajari fungsi tubuh. Dalam fisiologi kita mempelajari bagaimana sistem
organ tubuh, jaringan-jaringan dan kerja sel serta bagaimana fungsi mereka
bila terintegrasi untuk mengatur lingkungan internal kita. Oleh karena fisiologi
terfokus pada fungsi dari struktur, kita tidak dapat dengan mudah memahami
fisiologi tanpa mengerti anatomi terlebih dahulu.
Fisiologi latihan mempelajari bagaimana struktur dan fungsi tubuh
kita berubah apabila kita melakukan latihan yang akut maupun latihan
yang kronis. Fisiologi olahraga merupakan aplikasi lebih jauh dari konsep
fisiologi latihan terhadap pelatihan (training) dan meningkatkan performa
berolahraga atlet. Jadi fisiologi olahraga berasal dari fisiologi latihan.
Tubuh manusia harus melakukan berbagai penyesuaian yang diperlukan
dalam serangkaian interaksi yang komplek dengan melibatkan berbagai
sistem tubuh, seperti:
1. Sistem tulang sebagai kerangka gerak dasar melalui gerakan otot;
26
Penataran tingkat dasar
2. Sistem kardiovaskluler (jantung dan pembuluh darah) mengirimkan zat-
zat gizi ke berbagai sel-sel tubuh dan mengangkut limbah hasil
metabolisme;
3. Sistem kardiovaskuler dan respiratori (jantung, pembuluh darah
dan pernafasan) secara bersama-sama menyampaikan oksigen ke
seluruh sel dalam tubuh dan membuang karbondioksid;
4. Sistem integumentari (kulit) membantu mempertahankan temperatur
tubuh dengan melakukan pertukaran panas antara tubuh dengan
lingkungan sekitarnya;
5. Sistem urinari membantu mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit dan dalam waktu yang relatif lama melakukan pengaturan/
regulasi tekanan darah;
6. Sistem pesyarafan dan endokrin (kelenjar) secara langsung
mengkoordinir seluruh kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
28
Penataran tingkat dasar
Aspek Struktural
Diameter serabut otot kecil besar besar
Afnitas troponin terhadap Kalsium jelek baik baik
Pengembangan Retikulum Sarkoplasma jelek baik baik
Kepadatan Mitokhondria tinggi tinggi tinggi
Kepadatan Kapiler tinggi menengah rendah
Kandungan Mioglobin tinggi menengah rendah
Energi Dasar
Timbunan fosfokreatin rendah tinggi tinggi
Timbunan glikogen rendah tinggi tinggi
30
Penataran tingkat dasar
Tipe Serabut Otot
Sifat-sifat
ST FTa FTb
Timbunan trigliserida tinggi menengah rendah
Aspek Enzimatik
Tipe miosin lambat cepat cepat
Aktivitas miosin ATPase rendah tinggi tinggi
Aktivitas enzim glikolitik rendah tinggi tinggi
Aktivitas enzim oksidatif tinggi tinggi rendah
Aspek Fungsional
Kekuatan kontraksi rendah tinggi tinggi
Waktu kontraksi lambat cepat cepat
Waktu relaksasi lambat cepat cepat
Produksi tenaga rendah tinggi tinggi
Efisien energi tinggi rendah rendah
Daya tahan tinggi rendah rendah
Elastisitas rendah tinggi tinggi
Persentase pada Tungkai
Pelari jarak jauh 80 14 5
Pelari jarak pendek 23 48 28
Kandungan glikogen pada serabut otot FTa dan FTb, dan FTb saja,
pertama-tama tidak berubah. Kemudian, terjadi penurunan pada
kombinasi serabut otot FTa dan FTb dan akhirnya pada serabut otot FTb.
Hal ini menunjukkan perbedaan kekuatan ambang pada penggunaan
serabut otot. Secara singkat, bahwa intensitas latihan mampu
33
Penataran tingkat dasar
mengerahkan lebih dulu serabut otot ST dan FTa. Walaupun intensitas
latihan tetap dipertahankan pada 75% dari VO2max, pengaruh kelelahan
memerlukan pengerahan serabut otot FTb, sehingga latihan tetap dapat
dilanjutkan.
Penemuan ini tidak bertentangan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh ahli sebelumnya, yang pada umumnya serabut otot ST
dikerahkan selama latihan dengan intensitas yang rendah dan serabut
otot FT selama latihan dengan intensitas yang tinggi. Yang lebih penting,
hasil-hasil dari penemuan itu menunjukkan bahwa serabut otot ST
selalu dikerahkan pada permulaan latihan yang tergantung kepada
intensitas, durasi, atau kelelahan yang terjadi, baru kemudian FTa dan
FTb ikut berperan. Untuk latihan dengan intensitas moderat, pengerahan
serabut otot adalah berturut-turut ST dan FTa, baru kemudian serabut
otot FTb dipergunakan, apabila kegiatan tersebut dilanjutkan.
Untuk latihan dengan intensitas yang tinggi, serabut otot ST, FTa
dan FTb dikerahkan dengan lebih cepat, tetapi pada kegiatan yang
memerlukan kegiatan habis-habisan (all-out power), seluruh serabut otot
dikerahkan dalam waktu yang secepat mungkin (Gollnick, P. D., dkk.,
1974., dan Vollestad, N. K., dkk., 1984). Banyak penelitian dilakukan
mengenai sifat-sifat tipe serabut otot olahragawan yang dengan
cemerlang memenangkan suatu kejuaraan besar, baik olahraga yang
bersifat kecepatan (lari cepat), dan olahraga yang bersifat daya tahan
(lari jarak jauh). Dalam laporan-laporan yang disampaikan sebagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa, olahragawan cepat memiliki
persentase serabut otot FT yang lebih tinggi dan pada olahragawan daya
tahan memiliki persentase ST yang lebih tinggi. Begitu juga hasil-hasil
penelitian tentang profil enzim anaerobik lebih besar pada pelari cepat
dan enzim aerobik lebih besar pada olahragawan daya tahan.
Tetapi harus diingat, bahwa keberhasilan di dalam suatu kejuaraan
tidak hanya ditentukan oleh kandungan serabut-serabut otot yang
dimilikinya, tetapi juga harus dilihat atau ditinjau dan faktor-faktor yang
mendukung.
Bagaimana tentang perbedaan komposisi dan ukuran otot
olahragawan laki-laki dan perempuan? Costill, D. L., dkk., (1976), dan
Prince, F. P., dkk., (1977) menemukan tidak ada perbedaan distribusi
serabut otot atau sifat-sifat histokimia antara kedua jenis kelamin.
Umumnya, persentase serabut otot ST dan enzim-enzimnya sama tinggi
dengan persentase serabut otot FT dan enzim-enzimnya pada pelari
cepat dan pelari jarak jauh, baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Gregor, R. J., dkk., (1979) terhadap
olahragawan elit wanita (atletik) tentang komposisi tipe serabut otot,
secara proposional sama dengan pria, akan tetapi pada wanita ukuran
relatif serabut otot ST tehadap serabut otot FT cenderung lebih besar dari
pria.
34
Penataran tingkat dasar
Kecenderungan ukuran otot, bagaimanapun juga, pada nomor-
nomor tertentu, sama antara pria dan wanita, yaitu: nomor-nomor yang
memerlukan power yang besar dan kurang daya tahan menghubungkan
dengan ukuran relatif, lebih besar pada serabut otot FT. Hubungan di
dalam ukuran relatif ada, karena serabut otot FT lebih kecil pada
olahragawan yang mempunyai spesialisasi nomor daya tahan, dan
ukuran serabut otot ST nya sama untuk tipe olahragawan yang berbeda
(Gregor, R. J., dkk., 1979). Kesimpulannya, distribusi serabut otot dan
sifat-sifat enzimatik otot yang dimiliki antara wanita dan pria adalah sama.
Perubahan Aerobik
- Meningkatnya kandungan glikogen.
- Meningkatnya oksidasi glikogen.
- Meningkatnya jumlah dan ukuran mitokhondria.
- Meningkatnya aktivitas enzim siklus krebs dan ETS (elektron transports
system).
- Meningkatnya simpanan glikogen otot.
- Meningkatnya oksidasi lemak.
- Meningkatnya simpanan trigliserida otot.
- Meningkatnya persediaan lemak sebagai bahan bakar.
- Meningkatnya aktivitas enzim yang terlibat di dalam aktivitas transport, dan
pemecahan asam lemak.
Perubahan Anaerobik
- Meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC.
- Meningkatnya simpanan ATP dan PC dalam otot.
- Meningkatnya aktivitas enzim yang membentuk dan memecah ATP (ATP
turn over enzymes).
- Meningkatnya kapasitas glikolitik.
37
Penataran tingkat dasar
8. Kemungkinan Letak dan Penyebab Kelelahan Otot
Di dalam tubuh, otot atau sekelompok otot dapat mengalami
kelelahan, karena kegagalan salah satu atau keseluruhan perbedaan
mekanisme neuromuskuler yang terlibat didalam kontraksi otot.
Sebagai contoh, kegagalan otot untuk berkontraksi secara sadar, dapat
terjadi karena:
a. Syaraf motorik yang menyarafi serabut-serabut otot didalam kesatuan
motorik untuk mengirikan rangsangan-rangsangan persyarafan
(nervous impulses).
b. Persimpangan neuromuskuler (neuromuscular junction)
memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan dari syaraf
motorik ke serabut- serabut otot.
c. Mekanisme kontraksi itu sendiri untuk menghasilkan tenaga, dan
d. Sistem syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan
memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan ke otot.
Kebanyakan penelitian mengenai kelelahan otot lokal tercurah
kepada neuromuscular junction, mekanisme kontraktil, dan sistem syaraf
pusat, sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap kemungkinan syaraf
motorik sebagai letak dan penyebab kelelahan tidak begitu banyak.
40
Penataran tingkat dasar
latihan yang lama (Fox, E. L., dkk., 1989) meliputi:
1) Rendahnya tingkatan/level glukose darah, menyebabkan
pengosongan cadangan glikogen hati.
2) Kelelahan otot lokal disebabkan karena pengosongan
cadangan glikogen otot.
3) Kekeringan (dehidrasi) dan kurang elektrolit, menyebabkan
termperatur tubuh meningkat.
4) Rasa jenuh.
d. Faktor-faktor Lain
Beberapa faktor lain sebagai tambahan, tetapi kurang
diperhatikan, yang mungkin mempunyai andil terhadap kelelahan otot
adalah kurangnya oksigen dan tidak memadainya aliran darah di
serabut-serabut otot.
43
Penataran tingkat dasar
Dari gambar di atas dapat lebih diilustrasikan pada gambar di
bawah ini.
E. Penugasan
Identifikasi beberapa hal di bawah ini sesuai dengan cabang olahraga anda:
1. Jenis serabut otot yang manakah (cepat atau lambat) yang diperlukan
secara dominan pada cabang olahraga anda, dan sistem energi yang
mana?
44
Penataran tingkat dasar
2. Uraikan teknik cabang olahraga anda menjadi beberapa gerakan teknik
dasar dan identifikasikan otot-otot dominan yang bekerja pada gerakan
tersebut.
F. Evaluasi
NO SOAL Y T
1. Otot-otot rangka mengkonsumsi sebagian besar oksigen
dan paling banyak membutuhkan darah selama latihan v
berat (heavy exercise).
2. Serabut otot putih lebih cocok atau sesuai untuk kegiatan
yang berlangsung dalam waktu yang lama dan kontraksi v
yang lambat.
3. Latihan tidak akan dapat merubah persentase serabut otot
v
merah dan putih.
4. Ukuran serabut otot dapat ditingkatkan dengan latihan
v
beban.
5. Kelelahan dapat diartikan lemahnya performa intelektual,
v
motorik, dan kegagalan menghasilkan tenaga.
6. Terjadinya kelelahan otot banyak disebabkan oleh
v
penumpukan asam laktat.
7. Sistem energi aerobik dalam kerjanya tidak memerlukan
oksigen dan bekerja pada aktivitas dengan intensitas v
tinggi.
8. Gerakan start pada sprinter merupakan contoh dari
v
penggunaan sistem anaerobik alaktik.
9. Marathon merupakan contoh olahraga yang
v
menggunakan sistem energi aerobik.
10. Contoh aktivitas yang menggunakan sistem energi
anaerobik adalah aktivitas dengan intensitas yang relatif v
tinggi dan volume rendah.
---------------o0o--------------
45
Penataran tingkat dasar
MODUL IV
PSIKOLOGI OLAHRAGA
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang peran psikologi bagi atlet dalam upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan prestasi baik dalam proses latihan
maupun pada menjelang dan sesudah menghadapi suatu pertandingan.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menjelaskan pentingnya psikologi olahraga dalam menghadapi segala
resiko yang mungkin terjadi pada pertandingan.
2. Meningkatkan kinerja atlet, baik sebelum, masa pertandingan maupun
sesudah pertandingan.
3. Memberikan strategi dan teknik-teknik untuk mengoptimalkan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki atlet.
4. Menyiapkan atlet dalam kondisi optimal, rileks dan fokus menghadapi
pertandingan.
C. Metode Penyajian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penugasan (perorangan/kelompok)
4. Presentasi
D. Materi
Para atlet banyak yang mengalami rasa cemas ketika akan menghadapi
suatu pertandingan atau pada saat pertandingan, perasaan cemas mudah
timbul apabila atlet tidak dipersiapkan untuk menghadapi tekanan, dilanda
ketakutan akan gagal yang berlebihan. Sukses atau gagal pada hakekatnya
lebih banyak ditentukan oleh perasaan atlet itu sendiri. Atlet yang kalah tidak
selalu merasa gagal apabila ia sudah merasa berbuat sebaik-baiknya atau
dapat memecahkan rekornya sendiri, meskipun masih harus mengakui
keunggulan lawan. Kalah dan merasa gagal akan melanda si atlet bila ia
menetapkan harapannya lebih tinggi dari kemampuannya atau kurang
memperhitungkan kekuatan lawan.
Zeigarnik effect sangat dipengaruhi situasi. Dalam olahraga, situasi waktu
atlet mengalami kekalahan termasuk situasi penonton yang mencemoohkan,
media masa yang mencaci-maki, dll. Juga situasi kejiwaan atlet itu sendiri
yang mungkin merasa harus menang tapi ternyata diluar dugaan harus
menelan kekalahan yang menyakitkan.
46
Penataran tingkat dasar
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut di atas, pelatih perlu membuat
program latihan dengan psikologi olahraga yang bertujuan untuk
mempersiapkan para atlet untuk mengahadapi segala resiko yang mungkin
terjadi dalam menghadapi suatu pertandingan maupun perlombaan. Psikologi
otahraga mempunyai peran yang sangat panting bagi atlet untuk
meningkatkan kinerja baik sebelum, masa pertandingan maupun pasca
pertandingan, hal ini terkait dengan situasi bila mengalami kemenangan atau
kegagalan sudah siap untuk menghadapinya dengan baik.
Peran psikologi olahraga bagi atlet sangat penting dalam upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan prestasi baik dalam proses latihan
maupun pada menjelang dan sesudah menghadapi pertandingan. Pelatih
harus pandai mengatur strategi dan jeli membaca situasi perkembangan
perilaku atlet selama mengikuti proses latilan, kadangkala atlet akan merasa
bosan, jenuh dan mungkin akan mengalami kekecewaan terhadap apa yang
telah dililakukan. Hal ini bisa mengakibatkan atlet mengalami berbagai
masalah secara psikis, maka peran pelatih sebagai orang tua kedua sangat
dibutuhkan untuk memulihkan tekanan mental yang dihadapi atlet.
Seperti kita ketahui salah satu kompetensi seorang pelatih sebelum
menyatakan siap menjadi seorang pelatih adalah menguasai dan memahami
betul tentang psikologi olahraga, sebab salah satu tugas penting pelatih dan
pskilogi olahraga adalah memberikan strategi dan teknik-teknik untuk
mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, baik saat berlatih
maupun bertanding. Mengetahui potensi diri bukanlah satu-satunya yang
harus dipelajari oleh atlet melainkan juga oleh orang yang bukan atlet.
Penting bagi pelatih untuk mengetahui bahwa penampilan buruk atlet
selama kompetisi adalah konsekuensi dari konsekuensi yang belebihan dan
kurang optimalnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Hal ini
merupakan salah satu tugas dan fungsi pelatih dalam menanamkan dan
memberikan perlakuan secara psikologi kepada atlet baik semasa latihan
maupun menjelang kompetisi dan pasca kompetisi.
Gejala umum psikologi yang dimiliki oleh para atlet selama
mempersiapkan proses latihan, selama pertandingan dan pasca pertandingan
meliputi berbagai hal sebagai berikut:
- Bosan (Bored)
- Cemas
- Demam Lapangan (Nervous)
- Tegang (Stress)
- Percaya Diri (Self Confidence)
- Senang (Fun)
- Puas (Satisfy)
- Bangga (Proud)
- Kecewa (Disappointed)
47
Penataran tingkat dasar
Hal-hal tersebut di atas akan dialami oleh para atlet, maka peran pelatih
sangat penting dalam mengeloladan mengaturstrategi agar gejala umum
psikologi di atas dapat diminimalisir dan dikendalikan menjadi hal positif yang
akan mendukung proses latihan menuju suatu kompetisi.
Tujuan dari tulisan ini adalah sebagai bahan pegangan dan pertimbangan
serta informasi bagi para pelatih ketika menangani atlet dalam mempersiapkan
proses latihan menuju kompetisi. Tekanan yang meningkat dalam kompetisi
dapat menyebabkan atlet bereaksi secara mental dan fisik. Reaksi itu dapat
secara negatif mempengaruhi kemampuan pencapaian prestasi mereka.
Mereka bisa menjadi sangat tegang dan jadi pemarah, detak jantung
bertambah cepat, muncul keringat dingin, kecemasan berlebihan saat
kompetisi dan tidak fokus ke pertandingan.
Salah satu tugas penting pelatih adalah mengatasi berbagai hal negatif di
atas. Makin kompetitifnya persaingan membuat psikologi olahraga semakin
berperan berkembang. Atlet dituntut bisa mengatasi berbagai tekanan untuk
mempertahankan prestasi. Salah satu hal yang dipelajari adalah bagaimana
pelatih mampu membawa atlet rileks menghadapi pertandingan dan fokus
tanpa kekuatiran. Psikologi olahraga menjadi obat mujarab dalam
memenangkan pertandingan, khususnya melawan ketakutan pada diri sendiri.
1. Motif Berprestasi
Motivasi muncul karena adanya sumber yang mendorong manusia
untuk berusaha. Sumber motivasi ada dua yaitu motivasi yang berasal
dari dalam manusia itu sendiri (instrinsik) dan motivasi yang berasal dari
luar manusia (ekstrinsik) atau sering disebut juga sebagai faktor internal
dan eksternal. Motivasi instrinsik adalah dorongan untuk berbuat berasal
dari dalam diri yang bersangkutan, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan untuk berbuat lebih disebabkan oleh pengaruh dari luar
individu.
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki seseorang
untuk mewujudkan hasil kerja yang melebihi hasil kerja orang lain.
Dorongan itu merupakan tenaga dari dalam diri manusia yang
menyebabkannya berbuat sesuatu. Besarnya dorongan untuk berprestasi
tergantung pada besarnya harapan yang ingin dicapai, kuatnya potensi
yang menimbulkan motivasi, kepuasan yang ingin dicapai. Ketiga
komponen inilah yang menimbulkan motivasi. Motivasi berprestasi
merupakan hasil interaksi antara usaha, kepuasan, dan ganjaran.
Teori kebutuhan mengemukakan bahwa salah satu kebutuhan
manusia adalah kebutuhan berprestasi. Manusia yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi, memerlukan pekerjaan yang membuatnya puas,
memanfaatkan peluang untuk tumbuh kembang, senang apabila dapat
merubah tantangan menjadi kesempatan menginginkan otonomi dalam
pelaksanaan tugas, selalu mengharapkan terbuka terhadap masukan.
Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan dipaksa untuk lebih
sering dan lebih dulu mengatasi persoalan sendiri daripada orang lain
48
Penataran tingkat dasar
yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Lebih lanjut dikemukakan pula
bahwa kebutuhan akan prestasi adalah keinginan untuk mengungguli
atau berhasil dalam situasi persaingan.
Prinsip tentang motivasi berprestasi adalah setiap orang memiliki
motivasi berprestasi, tetapi hanya beberapa yang konsisten lebih terarah
pada prestasi itu daripada orang lain. Orang yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi cenderung untuk bertingkah laku sebagai berikut: (1)
jika ditantang akan berusaha makin keras untuk menghasilkan sesuatu
lebih baik; (2) jika berhasil memenangkan persaingan dengan mencapai
standar yang ditentukan akan merasa puas; (3) lebih suka pada
pekerjaan dengan tingkat resiko moderat; (4) apabila menerima umpan
balik yang cepat dan tepat akan menunjukkan aktivitas kerja yang lebih
giat, (5) menyadari bahwa pencapaian prestasi besar itu diperoleh dalam
waktu singkat dan dengan mudah, sehingga secara mental akan lebih
suka berusaha dan bertarung secara gigih; (6) apabila menghadapi
rintangan, segera memikirkan alternatif cara untuk mengatasinya; (7)
lebih senang memilih rekan yang terbukti ahli, meskipun pribadinya
belum dikenalnya secara jelas; (8) tidak memperhatikan orang lain
terhadap dirinya melainkan lebih memperhatikan usaha untuk mengatasi
rintangan, (9) akan bersungguh-sungguh terlibat dalam tugasnya dan
tidak berhenti memikirkan tugasnya sampai selesai.
Karakter motivasi berprestasi memiliki empat komponen dasar yaitu;
keinginan, kepuasan, keyakinan dan usaha keras. Situasi yang
mendorong munculnya motivasi berprestasi adalah komponen dasar
keinginan dan kepuasan. Hal ini terjadi apabila ada standar kualitas,
situasi bersaing dan ada keinginan untuk bekerja cepat dan baik.
Keinginan untuk bekerja keras hingga berhasil merupakan
gambaran dari komponen dasar usaha keras. Hal ini mencerminkan
tanggung jawab dari seorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.
Lebih lanjut situasi yang mendukung komponen dasar 'keyakinan diri'
adalah terselesaikannya tugas yang mempunyai tingkat kesulitan
moderat dan resiko yang timbul diperkirakan dapat diatasi, sehingga
memberikan peluang bekerja dengan rekan yang kompeten, memberikan
peluang untuk mendapat umpan balik.
Dengan demikian konstruksi motivasi berprestasi adalah: (a)
keinginan; (b) kepuasan; (c) usaha keras; dan (d) keyakinan diri. Kempat
indikator tersebut mengandung standar kualitas, situasi persaingan,
keinginan bekerja lebih cepat dan baik, bertanggung jawab, berani
menerima tantangan dan suka memecahkan masalah.
Dalam olahraga, seorang atlet akan lebih sering membandingkan
prestasinya dengan atlet lainnya. Untuk dapat maju atau meningkat,
modal utama bagi atlet adalah harus memiliki keinginan untuk berprestasi
lebih baik, keinginan atau motifasi berprestasi inilah yang akan
mendorong atlet untuk selalu berusaha memecahkan rekor dan
49
Penataran tingkat dasar
mencapai prestasi setinggi-tingginya. Untuk mengembangkan motivasi
atlet secara mendalam kiranya perlu diketahui sifat-sifat motif sebagai
berikut:
a. Merupakan sumber penggerak dan pendorong dari dalam diri
subyek, yang terorganisasi.
b. Terarah pada tujuan tertentu secara selektif.
c. Untuk mendapat kepuasan atau menghindari hal-hal yang tidak
menyenangkan.
d. Dapat disadari atau tidak disadari.
e. lkut menentukan pola kegiatan.
f. Bersifat dinamik.
g. Merupakan ekspresi dari suatu emosi atau afeksi.
h. Ada hubungan dengan unsur kognitif dan konatif.
Motivasi merupakan determinan sikap dan kinerjanya. Strategi
dalam memelihara motivasi dalam proses latihan menuju suatu
kompetisi.
2. Percaya diri
Rasa percaya diri adalah hasil dari perbandingan tujuan dan
kemampuan yang dimiliki atlet akan memiliki self confidence jika mereka
mempercayai kemampuan untuk mencapai tujuan (You only achieve
what you believe). Rasa percaya diri seorang atlet dapat dilihat. dari
kegigihannya mengejar sesuatu ketika perencanaan meleset dari
perkiraan dan antusiasme yang ditunjukkan. Jika menemukan hal itu,
bersikaplah positif. Sebagai pelatih, harus menunjukkan rasa tanggung
jawab baik saat sukses maupun gagal.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri, seorang atlet dapat
menggunakan mental imagary untuk memvisualisasikan penampilan
primanya untuk mengingat dan merasakannya kembali, membayangkan
berbagai skenario dan bagaimana bisa menggunakan skenario strategi
untuk bisa meraih hasil yang ditargetkan. Dan untuk dapat berprestasi
harus ada kepercayaan pada diri atlet bahwa ia sanggup dan mampu
untuk mencapai prestasi yang diinginkan.Jelas bahwa percaya diri sendiri
merupakanmodal utama untuk berprestasi Cratty (1973) mengemukakan
bahwa atlet pada umumnya lebih sering menghadapi situasi tegang
dibandingkan bukan atlet. Ketegangan dapat menimbulkan rasa cemas
(anxiety) dan dalam hal ini dibutuhkan kepercayaan diri untuk dapat
mengatasi keadaan tersebut.
Kepercayaan pada diri sendiri merupakan hal yang sangat penting
dalam pembinaan mental atlet. Percaya pada diri sendiri akan
menimbulkan rasa aman. Kepercayaan pada diri sendiri biasanya
berhubungan dengan "emotional security", makin mantap kepercayaan
pada diri sendiri maka makin mantap pula emotional security-nya, hal ini
akan terlihat pada sikap dan tingkah laku yang tidak mudah bimbang,
tenang, tegas dan sebagainya.
50
Penataran tingkat dasar
Sukses yang pernah dicapai seseorang atlet akan menumbuhkan
rasa percaya diri oleh karena itu perlu sekali atlet-pemula mendapat
kesempatan mengenyam kemenangan. Suatu kekalahan juga tidak harus
mengakibatkan kerugian pada usaha menanamkan rasa percaya diri
pada diri sendiri. Hal ini tergantung pada kemampuan pelatih dan
pembina dalam mengadakan pendekatan dan teknik menimbulkan
motivasi, misalnya menunjukkan kelemahan dan kelebihan lawan, di
samping itu juga menunjukkan rasa puas atas hasil yang dicapai atlet.
Over confidence atau rasa percaya diri pada diri sendiri yang
berlebihan juga dapat terjadi pada diri atlet, misalnya pada atlet yang
mempunyai sifat terlalu optimis dan kebetulan selalu menang bertanding
di daerahnya. Over confidence berhubungan erat dengan sifat-sifat
kepribadian atlet yang bersangkutan. Segi negatif yang sering terjadi
pada atlet Over confidence sering menganggap enteng lawan. Karena
harapan sukses terlalu tinggi maka apabila mengalami kekalahan, atlet
yang bersangkutan akan lebih mudah mengalami frustasi.
Perasaan kurang percaya pada diri sendiri jelas merupakan
tumpuan yang lemah untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya. Kurang
percaya pada diri sendiri berarti meragukan kemampuan sendiri. Hal ini
merupakan bibit ketegangan pada waktu menghadapi pertandingan atau
menghadapi lawan yang seimbang dan ketegangan tersebut jelas
merupakan bibit kekalahan. Kegagalan yang dialami atlet yang kurang
percaya diri akan mudah menimbulkan putus asa dan apabila dituntut
untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi tetapi tidak berhasil, akan
dapat menyebabkan timbulnya frustasi. Menurut Robert N. Singer (1984)
menghadapi atlet yang kurang percaya diri sendiri (lack of confidence),
pelatih dapat membantu atlet merasakan identitas dirinya (sense of
identity), yaitu memahami keadaan yang terjadi pada dirinya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas diperlukan pengelolaan
kecemasan (arousal) agar terjadi titik optimal antara kekhawatiran dan
keyakinan untuk rnenang sehingga atlet merasa adanya getaran fisik
maupun psikis yang optimal untuk dapat mencapai performa yang baik.
Di bawah ini digambarkan dua orang atlet dengan perbedaan titik optimal
arousalnya.
5. Penguasaan Emosi
Penguasaan emosi dilakukan dengan latihan untuk menjaga
stabilitas emosional menghindarkandiri dari rasa jemu (boredom),
kelelahan mental (mental fatique) dan mengontrol gejala-gejala fisiologis
52
Penataran tingkat dasar
yang terjadi sebagai akibat terjadinya fluktuasi emosional. Latihan
penguasaan emosi atau emotional control sangat penting bagi setiap atlet.
Karena fluktuasi emosional akan sangat berpengaruh pada proses
fisiologis dan kondisi mental secara keseluruhan sehingga jelas akan
berpengaruh terhadap penampilan dan kinerja atlet.
Latihan penguasaan emosional dapat dilakukan antara lain dengan:
a. Latihan meningkatkan kesadaran dan penguasan fisik, yang dikenal
dengan body awareness. Latihan ini biasanya dilakukan untuk
mengetahui dan John D. Lawter (1972) mengemukakan bahwa dalam
keadaan overstress mendiagnosa pengaruh psikologis terhadap
perubahan sisiologis. Salah satu cara yang cukup terkenal adalah
dengan biofeedback.
b. Meningkatkan stabilltas emosional, yaitu dengan latihan penguasaan
diri untuk meredam kemarahan, rasa tidak puas atas keputusan wasit
sehingga dapat menguasai ketegangan ototnya, meskipun dalam
keadaan tidak puas atau terganggu stabilitas emosinya.
c. Menghindarkan rasa jemu (boredom) dan kelelahan mental (mental
fatique) dapat dilakukan dengan latihan relaksasi, membiarkan atlet
dapat mengisi waktu luang dengan baik, menciptakan berbagai variasi.
Fluktuasi emosional juga akan mempengaruhi aspek-aspek kejiawaan
yang lain (kognisi dan konasi) dan kematangan emosional akan
mempengaruhi stabilitas psikis atlet. Seorang atlet yang dapat
mengendalikan emosi atau dapat menguasai diri dalam situasi
pertandingan yang penuh ketegangan akan dapat menunjukkan
prestasi yang tinggi. Threshold yaitu tingkatan batas ambang
ketegangan akan terjadi interferensi (gangguan) dalam penampilan
seorang atlet. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh permainan yang
seimbang dan wasit yang berat sebelah atau penonton yang dianggap
merupakan lawan. Dalam keadaan semacam ini kematangan emosi
atlet akan diuji, mungkin permainannya menjadi agak kacau untuk
sementara atau menjadi kacau sama sekali untuk kemudian diakhiri
dengan kekalahan.
6. Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali
keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini dilakukan agar atlet
dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu
maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya maka
atlet dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara
mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hai-hal yang
telah dilakukannya sehingga memungkinkan untuk mengulangi
penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk.
53
Penataran tingkat dasar
Oleh karena itu pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk
memiliki buku catatan harian mengenai latihan dan pertandingan. Atlet
untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan diri sendiri baik dari segi fisik,
teknik maupun mental. Koreksi diperlukan jika menurut pelatih ada hal-hal
yang tidak sesuai atau ada yang kurang. Biasakan agar atlet mengisi buku
tersebut dengan teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di dalam bukunya hal-
hal yang intinya sebagai berikut: target jangka panjang, menengah dan
pendek dalam latihan dan pertandingan. Sesuatu yang dilakukan dan
dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan, suatu gerakan atau
penampilan yang mengesankan, catatan mengenai kelemahan dan
kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya, hasil
dan jalannya pertandingan, hasil yang mengganggu emosi atau membuat
penampilan jadi buruk, penghargaan yang didapat atas suatu
keberhasilan. Menuju suatu kompetisi yang dipersiapkan dengan
perencanaan dan persiapan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang
sesuai dengan target dan tujuan.
Oleh karena itu, pelatih harus dapat mengoptimalkan dan
memberdayakan psikologi olahraga dalam suatu proses latihan,
pertandingan dan pasca pertandingan agar atlet dapat mengoptimalkan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki menjadi hal positif.
Hal-hal tersebut di atas merupakan alternatif dan bahan bagi para
pelatih ketika menangani para atlet yang akan menjalani proses latihan
pertandingan dan pasca pertandingan.
E. Penugasan
Kasus 1
Seorang atlet yang mengalami gangguan motivasi, diskusikan dan temukan
alternatif solusi pemecahannya.
Kasus 2
Seorang atlet yang kehilangan kepercayaan diri dan penuh rasa tegang dan
khawatir menghadapi pertandingan, diskusikan dan temukan alternatif solusi
pemecahannya.
Kasus 3
Seorang atlet muda sangat berbakat yang temperamental dan tidak dapat
mengendalikan emosi dalam pertandingan sehingga sering mendapatkan
peringatan wasit, diskusikan dan temukan alternatif solusi dan jalan terbaik
untuk mengoptimalkan dia.
F. Evaluasi
NO SOAL Y T
1. Salah satu kompetensi seorang pelatih sebelum menyatakan
v
siap menjadi seorang pelatih adalah menguasai dan
54
Penataran tingkat dasar
NO SOAL Y T
memahami betul tentang psikologi olahraga.
2. Salah satu tugas penting pelatih adalah memberikan strategi
dan teknik-teknik untuk mengoptimalkan kemampuan dan v
keterampilan atlet, baik saat berlatih maupun bertanding.
3. Peran pelatih kurang penting dalam merancang strategi agar
gejala umum seperti cemas, demam lapangan, tegang, v
kecewa dapat diminimalisir.
4. Latihan penguasaan emosi sangat penting bagi setiap
atlet, karena akan sangat berpengaruh pada proses
v
fisiologis dan kondisi mental secara keseluruhan, sehingga
akan berpengaruh terhadap penampilan dan kinerja atlet.
5. Rasa percaya diri seorang atlet dapat dilihat dari
kegigihannya mengejar sesuatu ketika perencanaan
v
meleset, maka sebagai pelatih harus menunjukkan rasa
tanggung jawab baik saat sukses maupun gagal.
6. Atlet yang memiliki disiplin diri sadar untuk melakukan
latihan sendiri tanpa ada yang memerintah dan mengawasi,
atlet sudah mempunyai rasa tanggung jawab untuk menepati v
dan mendukung nilai-nilai yang dianggap baik dan tepat
untuk dilakukan.
7. Evaluasi diri untuk mengenali keadaan yang terjadi pada
atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya v
pada saat yang lalu maupun saat ini.
8. Pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku
v
catatan harian mengenai latihan dan pertandingan.
9. Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan dipaksa
untuk lebih sering dan lebih dulu mengatasi persoalan sendiri
v
daripada orang lain yang memiliki motivasi berprestasi
rendah.
10. Untuk dapat berprestasi optimal, seorang atlet tidak harus
v
memiliki motivasi interinstik yang tinggi.
---------------o0o---------------
55
Penataran tingkat dasar
MODUL V
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang pengertian, teori-teori pertumbuhan dan
perkembangan gerak yang diperlukan pelatih agar mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menjelaskan beberapa teori pertumbuhan dan perkembangan gerak.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan gerak.
3. Menjelaskan konsep gerakan tubuh, pengertian dan klasifikasi
keterampilan gerak, serta unsur-unsur yang membentuk gerakan terampil.
4. Menjelaskan proses dan kondisi belajar gerak.
5. Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran gerak dalam
olahraga.
C. Metode penyajian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penugasan (Perorangan/kelompok)
4. Presentasi
D. Materi
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Gerak
Pokok bahasan pada modul ini tentang teori pertumbuhan dan
perkembangan, terutama mengenai kecenderungan sifat pertumbuhan
fisik dan perkembangan gerak yang terjadi pada diri manusia pada
umumnya sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu juga disajikan
tentang kebutuhan akan aktivitas fisik pada setiap fase perkembangan
agar terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Sajian materi ajar
disesuai dengan keperluan pelatih olahraga, oleh karena yang disajikan
diutamakan tentang pertumbuhan dan perkembangan mulai masa anak-
anak dan adolesensi. Bahasan tentang usia dewasa dan usia lanjut hanya
sepintas saja.
Pengetahuan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan gerak
merupakan sebagian landasan ilmiah yang sangat diperlukan oleh pelatih
olahraga agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Dengan
memahami sifat pertumbuhan dan perkembangan pada setiap fase
perkembangan, akan memberikan kemungkinan bagi pelatih untuk
56
Penataran tingkat dasar
memberi perlakuan para atletnya dengan lebih baik. Oleh karena itu para
pelatih perlu memahami bahasan yang disajikan dalam naskah ini.
3. Teori Perkembangan
a. Teori Kematangan (Maturational Theory):
1) Perubahan biologis yang terjadi pada diri manu menunjukkan
perkembangan yang teratur mengikuti tahap urutan tertentu.
2) Kecepatan perkembangan pada setiap tahap tidak sama pada
setiap individu.
3) Faktor internal lebih menentukan dibanding faktor eksternal dalam
mempengaruhi perkembangan individu.
57
Penataran tingkat dasar
Fase Perkembangan Batasan Usia
2) Aktivitas beregu:
a) Permainan atau perlombaan beregu.
b) Menari berkelompok membentuk formasi tertentu.
3) Aktivitas Mencoba-coba:
a) Menyelesaikan tugas dengan cara dan kemampuan masing-
masing.
b) Melakukan gerak bebas dan tari kreatif.
4) Perubahan Fisiologis:
a) Penurunan denyut nadi bazal.
b) Penurunan temperatur tubuh bazal.
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Peningkatan volume pernafasan, kapasitas vital, dan kapasitas
pernafasan maksimum.
62
Penataran tingkat dasar
Program olahraga pada masa pertumbuhan perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pertimbangan Fisiologis:
a) Olahraga untuk meningkatkan volume jantung, volume paru-
paru, jumlah haemoglobin, volume darah, ambilan oksigen
maksimum (V02 Max), pertumbuhan organ tubuh, proses
metabolisme.
b) Pada masa adolesensi adaptasi sistem peredaran darah dan
pernafasan dalam berolahraga sangat baik, sehingga efektif
untuk meningkatkan prestasi olahraga.
2) Pertimbangan Kesehatan:
a) Olahraga hendaknya dapat memberi rangsangan
perkembangan semua organ tubuh secara proporsional dan
merata.
b) Olahraga dilakukan dalam berbagai bentuk gerakan yang
melibatkan otot-otot secara merata.
c) Latihan beban untuk meningkatkan kekuatan melalui kontraksi
isometrik sebaiknya tidak dilakukan karena dapat berpengaruh
negatif terhadap perkembangan skeletal, jaringan pengikat,
dan persendian.
d) Program latihan untuk usia kurang dari 10 tahun sebaiknya
ditekankan pada pengembangan koordinasi neuromuskular,
kemudian sesudahnya berangsur-angsur pada peningkatan
kemampuan aerobik dan anaerobik.
e) Pada usia 12-14 tahun ditingkatkan pembinaan ketahanan
secara bertahap, dan sesudahnya ditingkatkan latihan
kekuatan dan kecepatan sejalan dengan tingkat kematangan
skeletal.
63
Penataran tingkat dasar
7) Usia 20-30 tahun dapat dikatakan sebagai usia prestasi puncak,
walaupun ada yang mencapai sebelum atau sesudahnya, tetapi
jumlahnya sedikit.
8) Kekuatan maksimal baik laki-laki maupun perempuan umumnya
dicapai pada usia 21-25 tahun.
9) Daya tahan fisik maksimal umumnya dicapai sesudah usia
pencapaian kekuatan maksimal.
10) Prestasi puncak dalam olahraga dapat dipertahankan sementara
waktu lamanya berprestasi dipengaruhi oleh faktor-faktor
kebiasaan hidup, lingkungan, dan latihan.
b. Penurunan kemampuan karena penuaan
1) Penurunan kemampuan terjadi karena penurunan kualitas fungsi
organ-organ tubuh.
2) Mulainya terjadi penurunan kualitas fungsi setiap organ tubuh tidak
secara bersamaan, dan tidak sama pada setiap individu.
64
Penataran tingkat dasar
3) Kemampuan perseptual
Kemampuan perseptual adalah kemampuan
menginterpretasi stimulus yang diterima oleh organ indera.
Kemampuan perseptual berguna untuk memahami segala
sesuatu yang ada disekitar, sehingga seseorang mampu berbuat
atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan situasi yang
dihadapi. Misalnya ketika seseorang sedang bermain bola, ia
dapat melihat bola dan memahami situasi bolanya, sehingga ia
dapat memainkan bola sesuai dengan situasinya.
Kemampuan perseptual yang erat hubungannya dengan olah
gerak tubuh ada 5 macam, yaitu:
a) Kemampuan persepsi kinestetik;
b) Kemampuan persepsi visual;
c) Kemampuan persepsi auditori;
d) Kemampuan persepsi taktil;
66
Penataran tingkat dasar
e) Kemampuan koordinasi.
Kemampuan persepsi kinestetik adalah kemampuan
mengiterpretasi rasa posisi dan gerak tubuh atau bagian tubuh,
merupakan fungsi dari indera yang berada pada otot, sendi, dan
tendon, yang berguna untuk merasakan posisi dan gerakan
yang benar dan yang salah, sehingga memungkinkan seseorang
mampu meningkatkan keterampilan geraknya.
Kemampuan persepsi visual adalah kemampuan
menginterpretasi stimulus yang diterima oleh mata sehingga
mengerti tentang apa yang dilihat, merupakan fungsi dari indera
penglihat, dan berguna untuk mengenali obyek yang dilihat,
sehingga memungkinkan seseorang merespon terhadap obyek
yang dihadapi.
Kemampuan persepsi auditori adalah kemampuan
menginterpretasi stimulus yang diterima oleh telinga, sehingga
mengerti tentang apa yang didengar, merupakan fungsi dari
indera pendengar, berguna untuk mengenali suara yang didengar,
sehingga memungkinkan seseorang merespon makna suara yang
didengar.
Kemampuan persepsi taktil adalah kemampuan
menginterpretasi stimulus yang diterima oleh indera peraba atau
sentuhan pada kulit, merupakan fungsi dari indera peraba
yang berada pada permukaan kulit, berguna untuk mengenali
keadaan suatu obyek yang diraba, dipegang, atau menyentuh
kulitnya, sehingga memungkinkan seseorang merespon atau
memanipulasi suatu obyek yang diraba.
Kemampuan koordinasi adalah kemampuan memadukan
persepsi atau pengertian yang diperoleh dalam
penginterpretasian stimulus oleh beberapa kemampuan
perseptual kedalam pola gerak tertentu yang sinkron dan
terintegrasi, merupakan fungsi dari sistem syaraf pusat dan sistim
penggerak tubuh, berguna untuk memadukan respon organ-organ
tubuh dalam mengantisipasi stimulus yang diterima, sehingga
memungkinkan seseorang mengembangkan keteramplan
geraknya.
4) Kemampuan fisik
Kemampuan fisik atau kemampuan biomotor adalah
kemampuan fungsi sistem organ-organ tubuh dalam melakukan
aktivitas fisik.
Kemampuan fisik sangat diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan gerak tubuh, dan membentuk gerakan yang
terampil. Kemampuan fisik dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
67
Penataran tingkat dasar
a) Ketahanan (endurance);
b) Kekuatan (strength);
c) Kecepatan (speed);
d) Fleksibilitas (flexibility);
e) Kelincahan (agility).
Kemampuan biomotor ini dikaji lebih dalam pada modul
tersendiri (Pengembangan Kondisi fisik).
5) Gerak keterampilan
Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola
atau bentuk tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol
sebagian atau seluruh tubuh, yang dapat dikuasai melalui proses
belajar.
Seseorang yang mampu melakukan gerakan keterampilan
dengan efektif dan efisien dapat disebut terampil. Dikatakan
efisien jika tenaga yang dikeluarkan dalam melaksanakan
gerakan sekecil mungkin, tanpa mengeluarkan tenaga yang tidak
perlu dikeluarkan. Dikatakan efektif jika pelaksanaan gerakan
sesuai dengan kemauan atau tujuan yang ingin dicapai.
69
Penataran tingkat dasar
Keterampilan gerak:
(1) Diperoleh dari proses belajar gerak.
(2) Untuk mencapai tingkat keterampilan tertentu
memerlukan waktu yang lamanya tidak sama pada setiap
individu, tergantung pada bakat yang dimiliki.
(3) Makin kompleks gerakan yang dipelajari, makin lama
waktu belajar yang diperlukan.
70
Penataran tingkat dasar
(2) Keterampilan gerak serial, adalah keterampilan gerak
diskret yang dilakukan berulang-ulang, misalnya gerak
guling depan beberapa kali berturut-turut.
(3) Keterampilan gerak kontinyu, adalah keterampilan gerak
yang merupakan rangkaian gerakan yang dilakukan
secara berlanjut, misalnya gerakan berenang.
Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak
dapat dikategikan menjadi 2 yaitu:
(1) Keterampilan gerak tertutup adalah keterampilan gerak
yang dilakukan pada lingkungan yang stabil dan dapat
diprediksi, dilakukan karena stimulus dari dalam diri
pelaku, tanpa dipengaruhi stimulus dari luar. Misalnya
berjalan, berlari, melempar.
(2) Keterampilan gerak terbuka adalah keterampilan gerak
yang dilakukan dalam kondisi yang terus berubah-ubah,
dilakukan selain karena stimulus dari dalam juga
dipengaruhi oleh stimulus dari luar. Misalnya bermain
sepakbola, bertinju.
d. Kemampuan yang membentuk keterampilan gerak
Diperlukan berbagai macam kemampuan agar seseorang
mampu melakukan keterampilan gerak yang baik. Secara garis besar
dapat dikemukakan ada 3 kelompok kemampuan yang diperlukan
yaitu: 1) kemampuan fisik; 2) kemampuan mental; dan 3) kemampuan
emosi.
1) Kemampuan fisik:
a) Kekuatan dan power
b) Ketahanan
c) Kecepatan dan kelincahan
d) Fleksibilitas
e) Ketajaman indera
2) Kemampuan mental:
a) Memahami keterampilan yang akan dilakukan
b) Kecepatan memahami stimulus
c) Kecepatan membuat keputusan
d) Memahami hubungan jarak (spasial)
e) Menaksir obyek yang bergerak
f) Menaksir irama
g) Mengingat rasa gerak (memori kinestetik)
h) Memahami mekanika gerakan
i) Berkonsentrasi
3) Kemampuan emosi:
a) Ketiadaan faktor emosi yang mengganggu
b) Adanya kebutuhan dan keinginan belajar atau melakukan
71
Penataran tingkat dasar
gerakan
c) Memiliki sikap positif terhadap prestasi
d) Memiliki kontrol diri
72
Penataran tingkat dasar
3) Fase otonom atau fase akhir
Fase otonom merupakan puncak pencapaian keterampilan
gerak. Pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara
otonom dan otomatis. Gerakan yang otonom adalah gerakan
dapat dilakukan walaupun pada saat yang bersamaan pelaku
melakukan aktivitas kognitif selain gerak yang dilakukan.
Misalnya pemain bolavoli dapat menyemes dengan baik sambil
memperhatikan posisi pengeblok dan mencari daerah yang
kosong. Sedangkan gerakan yang otomatis adalah gerakan yang
dilakukan seolah-olah dengan sendirinya. Misalnya pesilat yang
spontan menangkis ketika ada serangan.
Gerak yang otonom dan otomatis dapat terbentuk melalui
proses berlatih atau praktik berulang-ulang dalam jangka waktu
relatif lama.
d) Pemberian umpan-balik
(1) Umpan-balik adalah informasi yang diperoleh pelajar
setelah praktik gerak, sudah benar atau masih salah, dan
kesalahan yang dilakukan.
(2) Umpan-balik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu umpan-balik
internal dan umpan-balik eksternal.
(3) Umpan-balik internal berasal dari diri pelajar sendiri,
yaitu umpan-balik kinestetik yang berbentuk rasa gerak.
(4) Umpan-balik eksternal berasal dari luar diri pelajar, yaitu
dari pelatih, dari teman latihan, atau hasil pelaksanaan
gerakan yang direkam atau dapat dilihat langsung.
(5) Umpan-balik yang diberikan oleh pelatih dapat
disampaikan secara klasikal dan secara individual di sela-
sela waktu praktik.
(6) Umpan-balik secara klasikal diberikan bila kebanyakan
pelajar melakukan kesalahan yang sama.
(7) Umpan-balik secara individual diberikan kepada pelajar
yang melakukan kesalahan tertentu.
(8) Pemberian umpan-balik jangan terlalu banyak menyita
waktu, karena dapat mengganggu kesempatan praktik.
74
Penataran tingkat dasar
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, materi
belajar sebaiknya dengan urutan:
- Dari yang mudah ke yang semakin sulit
- Dari yang sederhana ke yang semakin kompleks
- Dari yang ringan ke yang semakin berat
- Ditahapkan berdasarkan keserupaan karakteristik stimulus
dan respon gerakan, sehingga dapat terjadi transfer positif
Transfer positif adalah terjadinya pengaruh penguasaan
gerakan yang telah dipelajari sebelumnya dapat mempermudah
penguasaan gerakan yang dipelajari kemudian. Transfer positif
dapat terjadi bila gerakan yang sedang dipelajari memiliki
karakteristik stimulus dan respon yang serupa dengan gerakan
yang dipelajari sebelumnya, atau setidak-tidaknya serupa
responnya. Kebalikan transfer positif adalah transfer negatif yang
berarti penguasaan gerakan sebelumnya mempersulit
penguasaan gerakan sesudahnya.
75
Penataran tingkat dasar
c) Keselamatan pelajar
d) Kemenarikan
e) Kenyamanan
4) Metode mengajar
Metode mengajar atau cara-cara dan prosedur dalam
mengajarkan suatu materi belajar gerak perlu dipilih sesuai
dengan karakteristik materi belajar dan tujuan yang ingin
dicapai. Ada beberapa metode mengajar yang dapat dipilih,
diantaranya yang penting adalah:
a) Metode keseluruhan dan bagian
Metode keseluruhan merupakan pendekatan mengajar
dimana materi belajar yang berupa rangkaian beberapa
gerakan diajarkan secara keseluruhan sekaligus. Pelajar
mempraktekkan gerakan secara keseluruhan juga.
Metode bagian merupakan pendekatan mengajar dimana
materi belajar yang berupa rangkaian beberapa gerakan
diajarkan secara bertahap bagian demi bagian. Pelajar
mempraktikkan gerakan bagian demi bagian.
Pemilihan penggunaan kedua metode tersebut
didasarkan pada pertimbangan kompleksitas gerakan dan
keeratan hubungan antar bagian gerakan.
Semakin kompleks atau semakin banyak bagian
rangkaian gerakan, cenderung cocok menggunakan metode
bagian. Sedangkan semakin erat hubungan antar bagian
dalam rangka rangkaian gerakan, cenderung lebih cocok
menggunakan metode keseluruhan.
Dalam prakteknya, kedua metode tersebut digunakan
secara kombinasi. Pertimbangan pengkombinasiannya dapat
digambarkan dalam tabel berikut.
F. Penugasan
Sesuai dengan cabang olahraga yang anda tekuni, diskusikan
permasalahan berikut ini:
1. Bagaimana melatihkan teknik gerakan dasar olahraga pada atlet pada usia
kanak-kanak (kecil dan besar)?
2. Buatlah lomba atau pertandingan yang sesuai dengan usia pertumbuhan
dan perkembangan anak, dari masa anak besar sampai pada masa
adolesensi.
G. Evaluasi
NO SOAL Y T
1. Pada fase awal belajar gerak, pelatih sebaiknya memberi
umpan balik hanya pada saat atlet selesai melakukan v
gerakan.
78
Penataran tingkat dasar
NO SOAL Y T
2. Gerakan pertama yang dikuasai manusia adalah gerak
v
reflek.
3. Berdasarkan banyaknya elemen gerak, keterampilan gerak
dapat diklasifikasi menjadi 2, yaitu: keterampilan tertutup dan v
keterampilan terbuka.
4. Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak yang
v
dilakukan dalam lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi.
5. Praktik lama tetapi tidak sering (praktik padat) akan
menghasilkan peningkatan lebih baik daripada praktik v
singkat tetapi sering (praktik terdistribusi).
6. Sesuai dengan fase kognitif seorang pelatih dapat
menggunakan video slow motion, hal ini bertujuan agar v
konsep gerak dipahami atlet secara benar.
7. Berdasarkan kondisi lingkungan, keterampilan gerak dapat
diklasifikasi menjadi 2 yaitu: keterampilan sederhana dan v
keterampilan kompleks.
8. Teori kematangan menyatakan faktor internal lebih
menentukan dibanding faktor eksternal dalam v
mempengaruhi perkembangan individu.
9. Pada masa adolesensi (remaja), adaptasi sistem peredaran
darah dan pernafasan dalam berolahraga sangat baik, v
sehingga efektif untuk meningkatkan prestasi olahraga.
10. Program latihan untuk usia lebih dari 12 tahun sebaiknya
ditekankan pada pengembangan koordinasi neuromuskular,
v
kemudian berangsur-angsur pada peningkatan kemampuan
aerobik dan anaerobik.
---------------o0o---------------
79
Penataran tingkat dasar
MODUL VI
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang dasar-dasar kemampuan kondisi fisik umum dan
bagaimana mengembangkannya.
Setelah mempelajari modul ini para pelatih mampu:
1. Menyebutkan berbagai macam dasar kemampuan kondisi fisik.
2. Mengidentifikasi kebutuhan kemampuan kondisi fisik sesuai dengan
cabang olahraga.
3. Menerangkan dan mempraktikkan metode pengembangan kondisi fisik.
4. Membandingkan berbagai metode peningkatan kondisi fisik.
C. Metode penyajian
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Penugasan (perorangan/kelompok)
4. Praktik lapangan
D. Materi
1. Pengembangan Kondisi Fisik
a. Kesegaran jasmani (fitness)
Salah satu tujuan utama dalam latihan adalah meningkatkan
kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani itu sendiri memiliki arti:
kemampuan individu dalam menghadapi tugas sehari-hari tanpa
adanya kelelahan yang berarti. Jadi antara individu satu dengan yang
lain memiliki kebutuhan tingkat kesegaran jasmani yang berbeda.
Seorang atlet nasional jelas memerlukan tingkat kesegaran jasmani
yang lebih tinggi dibanding dengan dengan pekerja kantor.
b. Unsur-unsur kesegaran jasmani
Unsur kesegaran jasmani disamping kesehatan secara medis
adalah kemampuan biomotor atau kondisi fisik. Dasar utama dari
unsur kondisi fisik menurut Thompson ada 5 yaitu: kecepatan,
kekuatan, daya tahan, koordinasi dan fleksibilitas.
80
Penataran tingkat dasar
81
Penataran tingkat dasar
Gambar 15. Kebutuhan Fisik antara Pelari Marathon dan Tolak Peluru
(Thompson:1991)
82
Penataran tingkat dasar
a) Kekuatan maksimal
Kekuatan maksimal adalah kemampuan untuk melawan
tahanan secara maksimal. Batasan ini tidak diperhitungkan
seberapa cepat gerakan untuk melawan tahanan tersebut
tetapi seberapa besar tahanan yang dapat dilawan.
Untuk melatih kekuatan maksimal ada beberapa
metode yang dapat digunakan, namun pada prinsipnya
adalah menggunakan beban dengan intensitas yang tinggi
(berat) dan pengulangan/ repetisi yang sedikit.
83
Penataran tingkat dasar
beban repetisi
ringan banyak
beban repetisi
sedang cepat
4x
3x
1x 100% 2x
1x
23 x 95%
1x
3-4 x 90%
2x
3x
6 x 85%
4x
95%
90% 4X
90%
70% 8X
(3) Superset
Sistem ini dilakukan seperti pada sistem set, tetapi
setiap satu set dengan satu gerakan pada otot agonis,
kemudian diikuti satu set yang lain pada otot
antagonisnya. Misalnya setelah melakukan squat diikuti
leg-curl.
(4) Split routines
Pada sistem ini, atlet melakukan latihan untuk
bagian otot tertentu pada satu sesi latihan, kemudian
pada sesi latihan yang lain melakukan latihan untuk
86
Penataran tingkat dasar
bagian otot yang lain. Misalnya: Untuk hari Senin atlet
melakukan latihan untuk otot-otot lengan dan bahu
dan hari Kamis untuk otot-otot tungkai, dst.
(5) Multi poundage dan burn out
Kedua sistem latihan ini memiliki kemiripan
dimana pada dasarnya atlet mengangkat beban dari
intensitas tinggi dan ulangan sedikit dilanjutkan dengan
penurunan intensitas dengan ulangan makin banyak.
Pada multi poundage repetisi tidak dibatasi dengan
bilangan tetapi sampai atlet lelah, sedangkan pada burn
out ulangan sampai 20 kali. Bila dicermati kedua sistem
ini sebenarnya kebalikan dari pelaksanaan sistem
piramid, sehingga ada yang menyebut piramid terbalik.
(6) Metode sirkuit
Metode sirkuit atau circuit training adalah latihan
dengan menggunakan beberapa pos exercise yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
kekuatan secara menyeluruh pada tubuh atlet.
Pos-pos pada sirkuit diatur dengan urutan yang
bergantian antara tubuh bagian bawah dan atas, agonis
dan antagonisnya sedemikian rupa sehingga tidak ada
kelelahan yang terakumulasi pada otot lokal tertentu. Hal
ini memungkinkan atlet untuk melaksanakan seluruh pos
latihan sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
(7) Plyometrics
Plyometrics adalah metode latihan untuk kekuatan
kecepatan (power) dengan menggunakan beban utama
badan atlet itu sendiri yang bertujuan untuk
menghubungkan kekuatan maksimal yang telah dimiliki
oleh atlet ke dalam aplikasi gerakan cepat dan kuat
(powerful) sesuai dengan sifat cabang olahraga tertentu.
Plyometrics dilakukan dengan melakukan gerakan
lompat-lompat dengan satu atau dua kaki, baik tanpa
rintangan maupun dengan rintangan. Kaidah latihan
dengan plyometrics adalah sebagai berikut:
(a) Dilakukan untuk atlet dewasa.
(b) Dilaksanakan setelah fase latihan kekuatan maksimal.
(c) Kontak anggota badan dengan tanah (landasan)
harus sesingkat mungkin untuk mendapatkan hasil
latihan yang efektif.
(d) Waktu pelaksanaan (durasi) tidak lebih dari 5 detik
(sejauh atlet mampu melakukan kontak tanah dengan
cepat).
87
Penataran tingkat dasar
(e) Pelaksanaan lebih dari 5 detik ditujukan untuk daya
tahan-kekuatan-kecepatan (Power endurance) bagi
cabang-cabang olahraga tertentu yang memiliki
kebutuhan khusus.
2. Kecepatan
88
Penataran tingkat dasar
Kecepatan reaksi, adalah waktu antara datangnya stimulus dengan
gerakan awal. Misalnya waktu reaksi seorang sprinter pada saat di balok
start adalah sejak pistol berbunyi (aba-aba ya!!) dengan sprinter
menjejakkan kaki ke balok start.
Untuk melatih kecepatan reaksi dapat dilakukan dengan
memberikan stimulus berupa pendengaran, penglihatan dan sentuhan
kepada atlet untuk mereaksi. Rangsang pendegaran dapat berupa
bunyi peluit, tepukan, atau suara-suara yang lain. Rangsang penglihatan
dapat berupa mengangkat tangan, melempar bola kearah atlet untuk
ditangkap atau dipukul, dan sebagainya, sedangkan rangsang sentuhan
dapat dilakukan dengan menyentuh atlet belakang agar atlet tidak bisa
melihat dan mendengar.
Pelatih dapat melakukan berbagai latihan reaksi dengan berbagai
cara seperti: variasi posisi rangsang, jarak antara posisi persiapan
dengan rangsang yang diberikan, keras lemahnya rangsang, dan
berbagai gerakan awal sebelum rangsang diberikan.
Quickness, merupakan waktu yang menghubungkan antara reaksi
dengan dimulainya gerakan menuju pada kecepatan (Martens:2004). Jadi
quickness cenderung pada gerakan akselerasi tahap awal, dimana
waktunya adalah sangat singkat antara 1 sampai 3 detik. Pengembangan
quickness dapat dilakukan dengan melakukan gerak reaktif seperti loncat
cepat, mengejar benda (bola) bergerak, bergerak cepat mengikuti
instruksi pelatih (depan, belakang, kanan, kiri) dalam satu gerakan
terputus.
Kelincahan (Agilitas) merupakan kemampuan untuk bergerak,
berhenti, dan mengubah kecepatan serta mengubah arah dengan cepat
dan tepat (Martens;2004). Untuk menjadi lincah atlet perlu kuat, cepat,
terampil, dan seimbang. Untuk mengembangkan kelincahan pelatih dapat
memberikan latihan bergerak cepat melewati tanda-tanda yang telah
dipasang sedemikian rupa. Latihan juga dapat diberikan dengan
memberikan instruksi arah yang tidak terputus (kanan-kiri-depan-
belakang). Kelincahan dapat dipandang sebagai kompleksitas dari
quickness.
3. Daya Tahan
Daya tahan adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan dalam
jangka waktu yang lama tanpa adanya kelelahan yang berarti. Daya tahan
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Daya tahan aerobik, sering disebut juga dengan aerobic fitness
dimana dalam proses kegiatan diperlukan O2, karena dilakukan
dalam jangka yang lama seperti lari jarak jauh dan balap sepeda.
Pengembangan dayatahan aerobik dapat dilakukan dengan: lari jauh
(long-slow distance training), lari tempo, lari interval (extensive
interval), fartlek, cross country dan bentuk-bentuk latihan yang lain.
89
Penataran tingkat dasar
b. Daya tahan anaerobik, sering disebut dengan anaerobic capacity atau
kapasitas anaerobik dan dalam aplikasi cabang olahraga tertentu
disebut dengan daya tahan kecepatan. Untuk melatih kapasitas
anaerobik dapat digunakan latihan sprint (lari cepat) dengan jarak
tertentu dengan waktu di atas 5 sampai 120 detik. Metode yang
digunakan adalah: lari ulangan (repetition run), lari tempo, dan lari
interval (intensive interval). Di bawah ini disajikan tabel untuk latihan
daya tahan.
Intensitas Frekuensi/ %
Metode Latihan Durasi % aerobik
(% DNadi) Minggu anaerobik
Lari jauh 70-80% 1-2 x 95% 5%
90
Penataran tingkat dasar
Pada pengembangannya, stretching pasif ini dikombinasi dengan
kontraksi otot sebelumnya yang disebut dengan PNF (Proprioceptive
Neuromuscular Fasilitation) dimana otot pada persendian yang akan
distretch dikontraksikan lebih dahulu, kemudian dirilekskan dan diulur.
(kontraksi-releksasi-stretching)
5. Koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan berbagai gerakan
pada berbagai tingkat kesulitan dengan cepat, tepat dan efisien. Ini berarti
bahwa atlet yang memiliki tingkat koordinasi yang baik tidak hanya
mampu melakukan keterampilan gerak dengan baik tetapi juga mampu
mengatasi tugas latihan dengan cepat.
Untuk mengembangkan koordinasi diperlukan waktu yang cukup.
Latihan gerakan koordinasi dasar seperti lari, lompat, lempar, dan
sebagainya dapat dimulai dari usia 8-11 untuk perempuan dan 8-13 untuk
laki-laki. Sampai pada usia dewasa latihan koordinasi tetap penting untuk
mempertahankan keseimbangan koordinasi karena latihan yang sudah
menjurus pada kekhususan cabang olahraga
Untuk pembahasan lebih lanjut pada latihan koordinasi dapat dilihat
pada Modul tentang Belajar Gerak.
E. Penugasan
Sesuai dengan cabang olahraga yang anda tekuni berikanlah analisis berikut
ini:
1. Kemampuan fisik yang mana yang dibutuhkan oleh cabang olahraga
anda dengan kategori (4. sangat dibutuhkan; 3. Dibutuhkan; 2. cukup
dibutuhkan; 1. kurang dibutuhkan).
2. Berikan contoh-contoh bentuk gerakan latihan kekuatan, kecepatan, dan
dayatahan yang paling cocok dengan cabang olahraga anda.
3. Buatlah sirkuit training untuk daya tahan kekuatan dengan 8 gerakan.
F. Evaluasi
NO SOAL Y T
---------------o0o---------------
92
Penataran tingkat dasar
MODUL VII
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang dasar-dasar penyusunan program latihan secara
teratur, sistematis, dan terencana untuk mencapai sasaran latihan.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para pelatih mampu:
1. Memahami program jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek.
2. Memahami fungsi dan tujuan dari fase persiapan, fase kompetisi dan fase
transisi.
3. Memahami beberapa tipe siklus mikro.
4. Melaksanakan penyusunan sesi/unit latihan
C. Metode penyajian
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
3. Penugasan
4. Presentasi
D. Materi
1. Program Latihan
Pelatih mempunyai tugas yang penting dan prioritas yaitu menyusun
pogram latihan. Dengan adanya program latihan, seorang pelatih dapat
melakukan tugasnya secara teratur dan sistematis serta terencana untuk
mencapai sasaran latihan melalui tahap-tahap yang diinginkan. Tanpa
adanya program latihan, pelatih tidak akan mampu bekerja dengan baik
dan benar, diumpamakan pelatih berada ditengah hutan belantara tanpa
mengenal arah dan tujuan. Untuk itu, suatu keharusan bagi pelatih untuk
menyusun program latihan yang akan dipergunakan sebagai
panduan/pedoman dalam pelaksanaan tugasnya.
Pelatih yang masih baru, biasanya akan mengalami kesulitan untuk
menyusun program latihan, mengingat mereka tidak memiliki kemampuan
yang integral tentang ilmu pengetahuan pendukung dan pengalaman
melatih yang memadai. Oleh karena itu, materi program latihan ini akan
menyajikan proses penyusunan program latihan secara sederhana, agar
mudah dipahami dan dilaksanakan.
93
Penataran tingkat dasar
a. Program jangka panjang
Latihan merupakan proses jangka panjang, diperlukan waktu
antara 8 sampai 12 tahun bagi pelatih untuk menciptakan atlet
berprestasi nasional dan internasional. Proses pencapaian prestasi
tinggi yang membutuhkan jangka waktu pendek, hanya dapat
dicapai oleh atlet yang memiliki bakat istimewa. Para atlet yang
dilatih secara spartan mungkin dapat mencapai prestasi tinggi namun
hanya mampu bertahan dalam jangka pendek atau mungkin akan
drop-out sebelum waktunya karena cedera atau burn-out.
Dalam prinsip latihan telah dipelajari bagaimana latihan
dilakukan melalui pentahapan (dasar-lanjutan-tinggi), untuk itu perlu
perencanaan latihan secara bertahap yang memerlukan waktu relatif
panjang (8-12 tahun atau lebih) sehingga disebut dengan Program
Latihan Jangka Panjang. Gambar di bawah ini menunjukkan
bagaimana proses pentahapan latihan dan rekomendasi isi latihan
serta berbagai prekondisi dan kompetisi yang dapat diikuti oleh atlet
sesuai dengan tahap latihannya. Gambar di bawah ini diberikan
secara umum, bagi cabang-cabang olahraga tertentu memiliki
kekhususannya masing-masing.
Kegembiraan, Sekolah/penjas
pengembangan
(8-14thn) Tahap Dasar
jasmani-rohani-sosial.
Pembinaan Multilateral
Komp: Festival
RINCIAN PROGRAM
95
Penataran tingkat dasar
Dari diagram di atas nampak bahwa ada periode persiapan-
kompetisi dan transisi serta fase persiapan umum, khusus, pre
kompetisi dan main kompetisi serta transisi. Rangkaian tersebut di
atas disebut satu siklus besar (macro cycle). Dalam satu tahun
(periodisasi) untuk atlet junior diharapkan hanya satu puncak, akan
tetapi untuk atlet advance dapat terdiri dari dua macro (dua puncak),
dan bahkan dapat pula terdiri dari tiga macro (tiga puncak).
Berikut diuraikan bagaimana isi masing-masing periode dalam
periodisasi tersebut:
1) Periode Persiapan
Periode persiapan adalah awal periode dimana memerlukan
waktu yang paling panjang di antara periode yang lain. Pada
periode persiapan program latihan dikembangkan melalui
pengembangan volume latihan yang bergerak dengan persentase
yang semakin naik lebih dahulu daripada intensitas latihan.
Volume meningkat dan mencapai puncaknya pada pertengahan
fase persiapan khusus dan kemudian menurun sampai pada
periode kompetisi dan transisi. Sedangkan intensitas latihan
meningkat pelan di bawah garis volume pada persiapan umum.
Pada persiapan khusus pertengahan dimana volume mulai
menurun, garis intensitas masih meningkat sehingga menjadi
sama dan kemudian lebih tinggi dari garis volume.
Latihan pada fase persiapan umum di banyak cabang
olahraga cenderung berisi mengenai teknik dasar atau perbaikan
teknik secara bagian dari kelemahan teknik yang ada pada fase
kompetisi sebelumnya. Pembinaan kondisi fisik diarahkan pada
pembinaan otot-otot seluruh tubuh dan pembinaan daya tahan
otot dan cardiovascular. Fase persiapan umum ini merupakan
fase yang mendasari fase-fase selanjutnya.
Pada fase persiapan khusus, isi latihan mulai mengarah
pada pembangunan otot khusus sesuai dengan cabang olahraga
dan sistem energi yang dominan.
Bentuk gerakan-gerakan kompetisi sudah nampak pada
fase ini sehingga atlet sudah dapat mengikuti try-out (latih
tanding) atau kejuaraan yang tidak penting sebagai sarana
evaluasi latihan.
2) Periode kompetisi
Pada periode kompetisi volume latihan semakin menurun,
namun intensitas latihan meningkat mendekati puncak. Ini berarti
bahwa latihan berorientasi pada kompetisi yang akan dihadapi.
Pada fase prekompetisi, atlet banyak melakukan uji-coba
sehingga kematangan bertanding d a n kepercayaan diri
meningkat. Fase ini menjadi pengantar ke kompetisi utama
96
Penataran tingkat dasar
dimana semua kemampuan fisik, mental, teknik, dan taktik atlet
dimunculkan secara optimal pada kompetisi utama.
3) Periode transisi
Periode transisi merupakan periode terpendek, dimana atlet
diberi kesempatan untuk melakukan regenerasi dari beban latihan
yang telah dilaksanakan selama periode dan fase sebelumnya. Isi
latihan pada periode ini biasanya istirahat aktif dengan melakukan
kegiatan gerak yang menyenangkan yang bukan menjadi cabang
olahraganya.
Untuk mengatur volume dan intensitas latihan dapat
dilakukan dengan garis volume dan intensitas pada periodisasi
berikut:
Intensitas:
2. Siklus Mikro
Istilah siklus mikro atau microcycle berasal dari bahasa Yunani
micros, yang artinya kecil, dan bahasa Latin cyclus yang artinya
serangkaian kejadian. Siklus mikro dilakukan tiap minggu atau 3 sampai 7
hari di dalam program pelatihan tahunan.
Siklus mikro adalah bagian dalam periode dan fase latihan yang
diimplementasikan dalam program latihan mingguan. Pelatih harus
mampu menyusun program latihan mingguan/siklus mikro sesuai dengan
periode dan fase dalam periodisasi latihan. Dalam diagram periodisasi
siklus mikro dapat dinotasikan pada bagian atas periode sebagai berikut:
97
Penataran tingkat dasar
Dari gambar di atas dapat dilihat pada bulan Januari terdapat empat
minggu yaitu minggu pertama sampai dengan minggu keempat. Ini berarti
bahwa bulan Januari ada 4 siklus mikro. Sedangkan periode persiapan
dimulai pada bulan Januari dan berakhir pada bulan April minggu kedua.
Pada dasarnya siklus mikro (program latihan mingguan) terdiri
dari sesi latihan atau latihan harian. Program latihan mingguan disusun
setiap minggu dengan mempertimbangkan berbagai hal. Program latihan
mingguan bermanfaat untuk menentukan jumlah hari latihan dan jumlah
sesi latihan (frekuensi latihan). Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam menyusun program mingguan adalah sebagai berikut:
a. Usia kronologis dan usia pertumbuhan dan perkembangan anak
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses berlatih
adalah pertumbuhan fisik dan mental serta usia latihan (waktu yang
diperlukan untuk berlatih). Semakin cepat pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan usia latihan yang semakin lama, hari dan
sesi latihan yang diberikan kepada siswa dapat ditingkatkan.
b. Periode dan fase
Untuk menyusun latihan mingguan perlu diketahui periode dan
fase latihan mingguan yang disusun. Periode dan fase perlu
disesuaikan dengan grafik intensitas dan volume latihannya.
c. Pengaturan beban latihan
Untuk memberikan beban secara proporsional kepada atlet perlu
memperhatikan pengaturan beban latihan. Dengan pengaturan beban
latihan yang tepat, atlet dapat mengadaptasi dan mengalami
kompensasi akibat latihan yang dilakukan. Untuk memberikan ilustrasi
pengaturan beban latihan selama seminggu dapat dilihat pada gambar
25 di bawah ini.
98
Penataran tingkat dasar
99
Penataran tingkat dasar
100
Penataran tingkat dasar
BLANGKO LATIHAN MINGGUAN
B
S
R
I
Keterangan : B: Berat, S : Sedang, R: Ringan, I: Istirahat Pelatih,
-----------------------
3. Sesi Latihan
Sesi latihan adalah beban latihan yang diberikan kepada atlet dalam
satu pertemuan yang terdiri dari satu atau lebih unit latihan. Unit-unit
latihan bisa berupa unit latihan teknik, fisik, mental atau gabungan dari
beberapa unit latihan tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
para pelatih dalam menyusun sesi latihan adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan sesi latihan harus memperhatikan grafik beban latihan
pada siklus mikro (latihan mingguan).
b. Menentukan tujuan latihan khusus pada sesi tersebut. Tujuan utama
latihan teknik dapat berbentuk latihan fisik, teknik atau latihan yang
lain. Secara rinci tujuan itu perlu diketahui untuk menentukan bentuk
latihan yang akan dilaksanakan.
c. Sesi latihan perlu disusun secara baik agar berjalan secara efektif.
Susunan sesi latihan diatur sebagai berikut:
a. Pemanasan
Bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh dan mempersiapkan otot
untuk melaksanakan kegiatan inti latihan. Pemanasan dilakukan
secara umum dan kemudian khusus sesuai dengan isi latihan inti
yang akan dilaksanakan.
b. Latihan inti yang dapat berisi latihan teknik, fisik saja, mental atau
latihan taktik saja, atau gabungan dari hal-hal tersebut dengan
mendahulukan latihan teknik yang diikuti dengan latihan yang lain
dengan kaidah seperti pada diagram di bawah. Pada diagram tersebut
101
Penataran tingkat dasar
dapat dilihat bila ada dua unsur latihan, maka yang letaknya di atas
didahulukan.
c. Penenangan
Bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh ke kondisi normal dan
siap melaksanakan kegiatan normal.
Koordinasi / teknik
Kekuatan, Kecepatan,Power
Kondisioning
Pemanasan : 20 Menit
1. Lari keliling lapangan voli 5 putaran dengan berbagai gerak lari (kedepan, samping,
belakang, silang, hopping, dll
2. Peregangan statis dan dinamis.
Inti : 60 menit
1. Teknik passing bawah (berpasangan 2 orang 40 pass, 3 orang 30 pass, 4
orang 20 pass)
2. Teknik spike & passing bawah (berpasangan 2 orang 30 spikes, 3 orang 25
spikes, 4 orang 20 spikes)
3. Teknik spike dengan net bola dipegang (30 spikes)
4. Bermain sederhana
Penenangan : 10 menit
102
Penataran tingkat dasar
4. Unsur dan Isi/unit Latihan
Di atas telah diuraikan dari periode, fase, siklus mikro dan sesi
latihan yang merupakan satu runtutan terminologi praktis dalam
menyusun program latihan. Namun pelatih sering mengalami hambatan
saat akan menuangkan perencanaan tersebut dalam sebuah sesi
latihan yang mengandung unit-unit latihan misalnya: unit latihan teknik
dasar, unit kekuatan, mental dan taktik, dan sebagainya.
Unit-unit latihan tersebut sebenarnya merupakan implementasi
dari unsur latihan yang perlu dirancang dalam sebuah latihan. Adapun
unsur-unsur latihan tersebut adalah: (a). fisik, (b). teknik, (c). taktik, (d).
mental. Masing-masing unsur latihan tersebut telah dibahas pada
materi tersendiri dalam buku ini. Yang akan disajikan pada bab ini
adalah bagaimana menempatkan unit latihan tersebut pada sebuah
periodisasi latihan.
Setelah kita dapat mengisi blangko periodisasi dan merancang
periode, fase, kerangka waktu dalam bulan dan minggu (mikro),
selanjutnya perlu dicantumkan unsur-unsur latihan dalam blangko
tersebut secara garis besar.
Pencantuman unsur-unsur latihan dalam blangko periodisasi
akan memudahkan pelatih dalam menyusun siklus mikro dan sesi
latihan.
Pada diagram di bawah ini dapat dilihat unsur-unsur latihan
dalam periodisasi.
Setelah unsur latihan dimasukan dalam blangko periodisasi,
maka pelatih diharapkan mampu mengisi keperluan dari masing-
masing unsur latihan sesuai dengan periode dan fase latihannya.
Dengan demikian isi latihan dapat dirancang sesuai dengan periode,
fase dalam periodisasi.
Perlu dipahami bahwa latihan bersifat khusus, baik terhadap
masing-masing atlet maupun terhadap masing-masing cabang
olahraga, oleh karena itu kebutuhan terhadap unsur dan unit latihan
bias sangat berbeda. Kebutuhan akan unsur latihan pada sprinter bias
sangat jauh berbeda dengan pelari marathon, atau permainan
sepakbola. Oleh karena itu pelatih harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan akan unsur dan isi dalam program latihan yang
dibimbingnya.
103
Penataran tingkat dasar
Persiapan Kompetisi
Transisi
Pers. umum Pers. khusus Pre Komp. Main Komp.
Fisik
T
T
Mental
104
Penataran tingkat dasar
Evaluasi Pelaksanaan 2
105
Penataran tingkat dasar
4/1/2014 dst......
106
Penataran tingkat dasar
Tes dan evaluasi dilakukan setiap akhir bulan/pada masa siklus dimana pelatih
menyelesaikan sasaran latihan tertentu seperti: kekuatan, dayatahan,
kecepatan atau teknik, dan sebagainya. Tes dan evaluasi lebih rinci dapat
dilihat pada bab lain buku ini.
E. Penugasan
Sesuai dengan cabang olahraga yang anda tekuni silakan membuat sesi
latihan harian dan/atau latihan mingguan pada:
1. Periode persiapan umum
2. Periode persiapan khusus
3. Periode pra-kompetisi
4. Periode kompetisi
F. Evaluasi
NO SOAL Y T
1. Menyiapkan atlet menuju multi event nasional dan internasional
v
melalui program latihan jangka panjang 8-12 tahun.
2. Program Latihan jangka pendek adalah perencanaan latihan
v
dalam 1 tahun.
3. Fase persiapan umum adalah fase mengembangkan kemampuan
fisik dimana volume latihan tinggi dan intensitas sedang, v
sehingga di fase ini dapat melakukan uji coba.
4. Fase kompetisi adalah fase meningkatkan kemampuan
keterampilan atlet dan pengalaman bertanding, ciri yang
v
dikembangkan adalah volume latihan tinggi dan intensitas latihan
juga tinggi.
5. Fase transisi adalah fase yang cukup singkat waktunya dengan
v
tujuan untuk pemulihan.
6. Siklus mikro adalah kumpulan dari sesi latihan selama 1 minggu,
dimana pengaturan beban latihan (training load) di atur v
berdasarkan kebutuhan pada fase latihan.
7. Pemanasan adalah aktivitas untuk meningkatkan suhu tubuh
secara umum dan khusus yang bertujuan untuk mengurangi v
resiko cedera.
109
Penataran tingkat dasar
NO SOAL Y T
8. Sesi latihan yang terdiri dari latihan fisik dan teknik, dilaksanakan
v
dengan urutan latihan fisik terlebih dahulu.
9. Pendinginan atau cold down adalah salah satu bagian dari sesi
v
latihan yang kurang penting.
10. Untuk mengejar prestasi yang cepat, latihan harus disusun
v
dengan beban latihan yang berat terus setiap hari.
---------------o0o---------------
110
Penataran tingkat dasar
MODUL VIII
A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang pemahaman tentang tes, pengukuran dan evaluasi
latihan. Setelah mempelajari modul ini diharapkan para pelatih mampu:
1. Memahami dan mengerti tentang definisi tes, pengukuran dan evalusi.
2. Memahami prinsip-prinsip evaluasi.
3. Memahami langkah-langkah dalam membuat evaluasi.
4. Memahami manfaat dan kegunaan tes dan pengukuran.
5. Memahami kriteria pemilihan tes
6. Melakukan tes dan pengukuran secara sederhana.
C. Metode penyajian
1. Ceramah.
2. Diskusi tanya jawab.
3. Penugasan.
4. Praktik
D. Materi
1. Tes dan Evaluasi Latihan
Para ahli kepelatihan berpendapat untuk menjadi pelatih yang baik, lebih
dahulu dia harus menjadi guru yang baik. Dengan kata lain dapat dikatakan:
pelatih itu sama dengan guru ditambah tugas lain atau disebut guru plus (+).
Oleh National Coaching Foundation dalam terbitannya tentang "The Coach at
Work dinyatakan, bahwa pelatih itu tidak sekedar memberi instruksi atau
mengajar atau melatih tetapi mencakup ketiga-tiganya, dan bahkan lebih dari
itu.
Tiga tahapan utama yang perlu dimiliki bagi setiap pelatih ialah
kemampuan: 1) menyusun program, 2) melaksanakan program, dan 3) mengkaji
hasil program. Untuk tahapan-tahapan tersebut perlu pemilikan pengetahuan,
111
Penataran tingkat dasar
112
Penataran tingkat dasar
3) Evaluasi/Penilaian
Evaluasi ialah suatu proses menilai tentang hasil-hasil pengukuran
kaitannya dengan tujuan yang dicapai. Pengukuran hanya berguna,
apabila hal itu dapat mengetahui kemajuan yang diperoleh dalam
mencapai tujuan atau sasaran (Safrit). Evaluasi ialah proses penilaian
tentang keefektifan pencapaian tujuan pendidikan (Bovard, Cozen, dan
Hagman).
Menurut Larson dan Yocom, evaluasi berkaitan dengan proses
dalam kegiatan-kegiatan pendidikan atau pelatihan. Hal ini berarti,
evaluasi mencakup keseluruhan proses termasuk materi program,
kepemimpinan, prasarana, sarana, keikutsertaan peserta dalam
pelaksanaan, pengadministrasian atau hasil. Evaluasi berkaitan dengan
bagaimana tujuan dari program tersebut tercapai.
Untuk kejelasannya, kita dapat mengatakan bahwa tes adalah satu
bentuk saja dalam pengumpulan data. Tes biasanya dilakukan secara
formal. Sedangkan pengukuran dapat dilaksanakan baik secara formal
atupun tidak formal. Tes dan pengukuran memberikan informasi
terhadap suatu tindakan yang dilakukan dengan menyisihkan waktu
tertentu.
Fungsi utama pengukuran adalah untuk mengumpulkan data;
sedangkan fungsi utama evaluasi adalah untuk perbaikan dalam
pelatihan atau pendidikan. Tegasnya, pengukuran dan evaluasi dalam
kegiatan pelatihan hanya dibenarkan apabila hasilnya adalah untuk
perbaikan proses atau hasil pelatihan.
Mengenai ruang lingkup, pengukuran lebih luas dibandingkan
dengan tes, karena tes adalah satu bentuk saja dari alat pengukuran
yang ada. Sebagai seorang pelatih, dalam mengevaluasi program
hendaknya menggunakan berbagai alat ukur yang dikuasai. Evaluasi
lebih luas dibandingkan dengan pengukuran. Dalam evaluasi, selain tes
dengan pengukuran yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
dan informasi, juga dapat melalui wawancara, angket pertanyaan,
observasi, daftar cek atupun catatan khusus (anecdotal record). Data
yang diperoleh dari hasil pengukuran bersifat obyektif; sedangkan yang
diperoleh dari hasil wawancara, angket, observasi, daftar cek bersifat
subyektif.
113
Penataran tingkat dasar
b. Prinsip-prinsip evaluasi
Dalam mengevaluasi suatu kegiatan hendaknya mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1) Bertahap. Evaluasi dilakukan sejak tahapan awal sampai dengan akhir
pelaksanaan. Dan setiap tahap tersebut dievaluasi untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahannya. Semua itu sangat berguna untuk langkah
berikutnya.
2) Bersambungan. Evaluasi dilakukan secara berencana dan mengikuti
tahapan yang berlaku dan dilakukan terus menerus untuk rnemperoleh
gambaran .tentang perubahan penampilan dan perilaku setiap atlet
sebagai hasil kegiatan latihan yang berlangsung.
3) Menyeluruh. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh yang menyangkut
semua aspek kegiatan dan kepribadian atlet. Hal itu meliput aspek fisik,
keterarnpilan, mental, sosial maupun emosional. Dalam kegiatan
olahraga aspek fisik yang penting antara lain kesehatan, kekuatan,
kecepatan, kelincahan, dayatahan otot, dayatahan pernafasan dan lain-
lainnya. Dalam permainan sepakbola aspek keterampilan misalkan:
keterampilan menggiring bola, menembak ke gawang, mengontrol bola,
mengoperkan kepada teman. Aspek mental termasuk memiliki semangat
juang tinggi, tidak mudah patah semangat, tahan menghadapi kesulitan
dan masalah selama mengikuti kegiatan, seringkali unggul sewaktu
menghadapi saat-saat yang kritis. Aspek sosial dan emosional termasuk
kemarnpuan berkomunikasi dan kerja sama dengan teman-teman lain,
dapat menerima pendapat ataupun kritik dari teman, tidak mudah marah
yang tidak pada tempatnya, dapat menahan diri bila mendapat ejekan
orang luar dan lain-lainnya. Evaluasi bersifat menyeluruh karena hal itu
mencakup proses kegiatan maupun hasilnya.
4) Objektif. Penilaian yang objektif menggambarkan aspek-aspek
sebenarnya yang hendak diukur dan mencerminkan tingkat keberhasilan
yang sebenamya. Kebenaran diperoleh bilamana digunakan alat atau
instrumen yang cocok dan dilakukan oleh penilai atau petugas yang
berkompeten.
c. Langkah-Langkah dalam evaluasi
lstilah evaluasi pengertiannya sarna dengan penilaian. Dua kata ini
pemakaiannya saling bergantian. Pengertian langkah-langkah sama dengan
tahapan. Dalam pelaksanaan evaluasi ada empat langkah atau tahapan
yang harus dilalui, yaitu:
114
Penataran tingkat dasar
1) Menentukan tujuan
Langkah awal yang harus ditempuh ialah menentukan tujuannya.
Tujuan harus jelas untuk memberi arahan secara pasti. Tujuan itu harus
dirumuskan dengan tegas dan jelas untuk memudahkan kegiatan yang
dilakukan. Rumusan tujuan menggambarkan pula ruang lingkup yang
memberi batasan.
2) Mengumpulkan data dan informasi
Setelah tujuan ditentukan, langkah berikutnya ialah bagaimana
mengumpulkan data dan atau informasi berdasar batasan yang berlaku.
Untuk memperoleh data dan atau informasi diperlukan alat atau
instrumen yang sesuai. Untuk itu dapat menggunakan alat atau
instrumen yang tersedia; sedangkan bila belum ada hendaknya
instrumen tersebut dibuat lebih dahulu.
3) Mengolah data dan menyimpulkan hasil
Setelah data dan atau informasi terkumpul, harus diseleksi dahulu;
mana yang dapat digunakan dan mana yang harus dibuang. Hanya yang
memenuhi syarat untuk diolah. Pengolahannya berdasar sifat data dan
atau informasi. Pengolahan yang sederhana dapat dengan penghitungan
persentase. Bila data tersebut berbentuk sejumlah bilangan dapat diolah
dengan statistik.
4) Menyusun laporan
Hasil suatu evaluasi atau penilain hanya akan bermakna apabila
disusun dalam bentuk laporan tertulis. Dengan laporan tertulis akan
mudah dan dapat dibaca oleh orang lain dan disimpan sebagai dokumen
yang sewaktu-waktu dapat diperoleh kembali.
d. Kegunaan Tes dan Pengukuran
Banyak alasan, mengapa seorang pelatih perlu melakukan pengetesan
dan pengukuran. Pengukuran yang hanya sekedar untuk memperoleh data
dan atau informasi hanya akan membuang- buang waktu, tenaga, dan biaya.
Telah diutarakan di atas, bahwa tujuannya harus jelas dan tegas. Beberapa
kegunaan dan manfaat yang diperoleh bagi atlet maupun pelatih dari hasil
pengukuran, ialah:
1) Menentukan tingkat kemampuan. Pengetesan dan pengukuran
bermanfaat untuk mengetahui secara pasti kemampuan seseorang
dalam sekelompok atlet atau dilihat tingkat individu atlet itu sendiri.
115
Penataran tingkat dasar
116
Penataran tingkat dasar
117
Penataran tingkat dasar
118
Penataran tingkat dasar
119
Penataran tingkat dasar
120
Penataran tingkat dasar
mengandung arti, bahwa tes itu harus mengukur unsur-unsur penting bagi
cabang olahraga yang terkait. Kriteria kedua, tes itu harus reliabel atau
akurat. Kriteria ini berarti adanya keseragaman atau akurasi antara hasil
pengukuran pertama dengan hasil pengukuran ulangannya atau kedua.
Dengan catatan kondisi sewaktu pengetesan pertama dan sewaktu tes
kedua dalam keadaan lebih kurang sama. Kriteria ketiga ialah, tuntunan
pelaksanaan yang baku. Tuntunan yang baku ini berlaku bagi atet yang di
tes (testi) maupun bagi pelatih atau orang yang mengetes (tester).
121
Penataran tingkat dasar
122
Penataran tingkat dasar
a. Vertical-jam
5. Power atau Kekuatan eksplosif b. Lompat jauh tanpa awalan
c. Lompat jauh
a. Lari bolak-balik
6. Kelincahan b. Lari zig-zag
c. Tes Boomerana
a. Togok fleksi kedepan
7. Fleksibilitas
b. Togok fleksi kebelakang
a. Menendang bola melambung
8. Koordinasi b. Smash bolavoli
c. Lempar-tangkap bola
a. Jalan di balok keseimbangan
9. Keseimbangan
b. Berdiri satu kaki mata terbuka/tertutup
123
Penataran tingkat dasar
a. Memanah
10. Ketepatan I Akurasi b. Menembak
c. Shot bolabasket
F. Evaluasi
NO SOAL Y T
Pengertian tes adalah suatu teknik pengukuran dan evaluasi
1. v
untuk mendapatkan informasi tentang kondisi atlet.
Pengukuran adalah alat untuk menilai capaian yang berkaitan
2. v
dengan tujuan yang ingin dicapai
Membandingkan hasil tes dari beberapa atlet merupakan
3. v
kegiatan evaluasi
Salah satu prinsip evaluasi adalah melakukan tes secara
4. v
periodik.
124
Penataran tingkat dasar
NO SOAL Y T
Hasil data tes dan pengukuran tidak dapat digunakan sebagai
5. v
evaluasi program latihan.
Kriteria dalam evaluasi adalah kesahihan (validitas),
6. keterandalan (reliabilitas), objektivitas, norma, dan tuntunan v
pelaksanaan baku.
Pengulangan tes yang dilakukan dengan hasil yang sama
7. menunjukan bahwa instrument yang digunakan mempunyai v
tingkat validitas yang tinggi.
Reliabilitas adalah ketika melakukan pengukuran kecepatan
8. v
dengan lari 30 meter.
Norma adalah pedoman dimana hasil suatu pengukuran
9. v
dibandingkan dengan standar tertentu.
Untuk mengetahui dayaledak/power otot tungkai dapat
10. v
dilakukan dengan tes Leg dynamometer.
---------------o0o---------------
125