You are on page 1of 3

Peperangan Khaibar

Khaibar adalah suatu daerah yang subur yang dikelilingi oleh benteng-benteng kaum Yahudi. Benteng
tersebut merupakan benteng terakhir di Jazirah Arabiah. Awalnya, orang-orang yahudi Khaibar tidak
memperlihatkan permusuhan terhadap kaum Muslimin, sampai pemuka Bani Nadhir bergabung dengan
mereka setelah terusir dari Madinah. Setelah itu, babak baru hubungan antara mereka dengan kaum
Muslimin dimulai. Diantara pemuka Bani Nadhir yang menonjol yang bergabung dengan yahudi di
Khaibar adalah Sallm bin Abi al-Huqaiq, Kinnah bin Abi al-Huqaiq dan Huyai bin Akhtb.

Mereka bergabung di Khaibar dengan membawa kebencian terhadap kaum Muslimim. Oleh karena itu di
saat ada kesempatan untuk menyerang kaum Muslimin, mereka tidak menyia-nyiakannya. Lebih dari
itu, mereka bukan hanya menunggu kesempatan bahkan mereka aktif memprovokasi kaum Quraisy
untuk menyerang kaum Muslimin dan suku-suku sekitar Mekah. Perang Ahzab atau Perang Khandaq
merupakan buah dari provokasi mereka. Dalam kondisi genting, saat kaum Muslimin berhadapan
dengan pasukan sekutu kala itu, lagi-lagi mereka berhasil membujuk Bani Quraizhah untuk mengingkari
perjanjian damai dengan Raslullh. Oleh karena itu, Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
memberikan sangsi berat ke Bani Quraizhah setelah pasukan sekutu memutuskan kembali.

Perdamaian Hudaibiyyah, perjanjian gencatan senjata antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy yang
terjadi setelah perang Quraizhah, menjadi kesempatan bagi kaum Muslimin untuk membereskan bibit
(dendam bani Khaibar) yang bisa mengganggu stabilitas kaum Muslimin di masa yang akan datang.
Allh Azza wa Jalla telah menjanjikan harta rampasan yang banyak, jika kaum Muslimin menyerang dan
bisa mengalahkan kaum yahudi Khaibar[1]

SEJARAH PEPERANGAN:
Para Ulama sejarah berpendapat tentang kapan peperangan ini berkecamuk.

1. Ibnu Ishaq[1] menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi pada bulan Muharram tahun ke-7 Hijriyah.

2. al-Wqidi[3] menyatakan pada bulan Safar atau Rabiul Awwal pada tahun ke-7 Hijriyah sekembalinya
kaum Muslimin dari perjanjian Hudaibiyyah.

3. Ibnu Saad[4] berpendapat bahwa peperangan ini berkecamuk pada bulan Jumadil Ula tahun ke-7.

4. Imam az-Zuhri dan Imam Mlik mengatakan bahwa itu terjadi pada bulan Muharram pada tahun ke-6
Hijriyah[5] .

Jika diperhatikan, perbedaan Ibnu Ishq dan al-Wqidi selisihnya tidak jauh, hanya dua bulan. ,
demikian juga perbedaan mereka berdua dengan Imam az-Zuhri dan Mlik, yang disebabkan perbedaan
mereka dalam menentukan permulaan tahun hijriyah. Ibnu Hajar[6] rahimahullah telah merajihkan
perkataan Ibnu Ishaq atas perkataan al-Wqidi.

Pasukan kaum Muslimin berjalan menuju Khaibar dengan semangat keimanan membaja meski mereka
tahu kekokohan benteng bani Khaibar, ketangguhan pasukan mereka serta kelengkapan peralatan
perang mereka. Kaum Muslimin terus bertakbir, bertahlil dengan suara keras, sehingga Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam mengingatkan mereka dengan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam :

Sesungguhnya kalian berdoa kepada Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan sesungguhnya
Dia selalu bersama kalian

Saat berangkat, kaum Muslimin menempuh jalan yang terletak antara Khaibar dan Ghatfan untuk
mencegah bani Ghatafan agar tidak membantu kaum yahudi Khaibar karena saat itu mereka masih
memusuhi kaum Muslimin.

JALANNYA PEPERANGAN
Kaum Muslimin sudah memasuki dan berada di wilayah Khaibar sebelum terbit fajar. Setelah
menunaikan shalat Shubuh di daerah itu, penyerangan dilakukan sebelum matahari terbit. Kejadian di
pagi buta itu tentu sangat mengejutkan penduduk Khaibar yang baru memulai aktifitas mereka. Mereka
berlarian seraya berkata, "Muhammad dan prajuritnya. Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pun
bersabda :

Allh Akbar, Khaibar akan runtuh. Sungguh jika kami turun di medan untuk melawan suatu kaum maka
buruklah pagi hari orang-orang yang kami peringati[7]
Orang-orang Yahudi berlarian dan berlindung di balik benteng-benteng mereka, kemudian kaum
Muslimin mengepung mereka. Bani Ghatfan berusaha menolong bani Khaibar, sekutu mereka. Namun
setiap kali mereka bergerak, mereka khawatir kaum Muslimin berbalik arah menyerang mereka sehingga
harta dan keluarga mereka terancam. Akhirnya mereka mengurungkan niat untuk membantu[8] .
Sementara itu, kaum Muslimin mulai berhasil menaklukkan benteng-benteng Yahudi Khaibar. Benteng
pertama yang jatuh ke tangan kaum Muslimin adalah benteng Nim dan as-Shab di daerah Nathat
kemudian benteng Abi Nizar di daerah as-Syiq. Kedua daerah ini bagian sebelah timur laut Khaibar.
Kemudian benteng al-Qamsh yang sangat kokoh di daerah al-Kutaibah. Benteng ini dihuni oleh putra
Abul Huqaiq. Setelah itu, kaum Muslimin mampu menguasai dua benteng lagi di al-Wathih dan Sullim.

PENAKLUKAN BENTENG NAIM


Kemenangan demi kemenangan yang diraih kaum Muslimin dalam perang Khaibar tidak didapatkan
dengan mudah. Kaum Muslimin mendapatkan perlawanan sengit ketika berusaha menaklukan benteng-
benteng itu. Misalnya, saat menaklukkan benteng Naim seorang sahabat Nabi yang bernama Mahmud
bin Maslamah al-Anshri gugur sebagai syahid. Penaklukkan benteng ini membutuhkan waktu sepuluh
hari.[9] Saat pengepungan kaum Muslimin dipimpin oleh Abu Bakar As-Shiddiq, namun saat itu Allh
belum memberikan kemenangan. Ketika kaum Muslimin mulai terasa lelah, Raslullh Shallallahu alaihi
wa sallam memberi semangat dengan memberitahukan bahwa besok Allh Azza wa Jalla akan
menyerahkan bendera kepada oang yang dicintai oleh Allh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya dan dia akan
mendatangkan kemenangan. Keesokan harinya, usai melaksanakan shalat Shubuh, Raslullh
Shallallahu alaihi wa sallam memberikan panji perang kepada Ali Radhiyallahu anhu dan Allh Azza wa
Jalla memberikan kemenangan melalui beliau Radhiyallahu anhu

Sebelumnya, Raslullh telah mewasiatkan kepada Ali Radhiyallahu nhu agar mengajak orang-orang
Yahudi untuk memeluk Islam terlebih dahulu. Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda
kepada Ali Radhiyallahu anhu :

: :




Demi Allh, sungguh Allh memberi hidayah kepada seseorang dengan perantaramu itu lebih bagimu
daripada unta merah." Ketika Ali bertanya kepada beliau Shallallahu alaihi wa sallam , "Wahai Raslullh
atas dasar apa aku memerangi memerangi mereka?" Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam menjawab,
"Perangilah mereka hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar
kecuali Allh dan Muhammad adalah utusan Allh, dan jika mereka telah melakukan hal itu maka
terlaranglah bagimu darah-darah dan harta-harta mereka kecuali dengan cara yang haq dan
perhitungannya di sisi Allh.[10]

Pada saat pengepungan, seorang pemuka sekaligus ksatria kaum Yahudi tampil dan menantang duel.
Orang ini yang menyebabkan wafatnya 'Amir bin al-akwa Radhiyallahu anhu. Setelah itu, Ali
Radhiyallahu anhu tampil meladeninya dan berhasil membunuhnya. Kematian orang ini rupanya
berdampak buruk pada mental kaum Yahudi yang selanjutnya menjadi sebab kekalahan mereka dan
akhirnya benteng N'im jatuh ke tangan kaum Muslimin.

PENAKLUKAN BENTENG AS-SHAB DAN QALAH ZUBAIR


Setelah berhasil menaklukkan benteng N'im, kaum Muslimin bergerak menuju benteng ash-Shab.
Benteng dihuni oleh 500 personil pasukan perang. Untuk menaklukkan benteng ini, kaum Muslimin
memerlukan waktu tiga hari. Kemudian setelah itu, kaum Muslimin mengarahkan serangan mereka ke
benteng Qal'ah az-Zubeir. Benteng ini menjadi tempat pelarian kaum Yahudi yang melarikan diri dari
benteng Nim dan ash-Shab dan benteng-benteng lain yang sudah ditaklukan oleh kaum Muslimin.
Kaum Muslimin mengepung benteng tersebut dan memutus saluran air yang memasok kebutuhan
mereka. Kondisi ini memaksa mereka untuk turun ke medan dan berperang. Dalam waktu tiga hari,
benteng ini pun berhasil dikuasai oleh kaum Muslimin. Dengan takluknya benteng ini, maka berakhirlah
kekuasan Yahudi di daerah Natthah yang selalu berada dibaris terdepan dalam memusuhi kaum
Muslimin.

PENAKLUKAN BENTENG UBAY


Setelah berhasil menumpas kekuatan kaum Yahudi yang senantiasa mengganggu kaum Muslimin di
daerah Natthah, kaum Muslimin melanjutkan misi mereka dengan mengarahkan penyerangan ke daerah
asy-Syiq. Benteng Ubay di daerah ini menjadi sasaran pertama. Tembok benteng dan para penghuninya
tidak mampu menahan gempuran kaum Muslimin. Akhirnya benteng berhasil dikuasai dan sebagian
penghuninya melarikan diri ke benteng Nazr. Mengetahui hal ini, kaum Muslimin bergerak cepat
menyerang benteng Nazar. Tidak beberapa lama, benteng ini pun berhasil dikuasai kaum Muslimin.
Akhirnya penduduk Yahudi yang tersisa melarikan diri ke benteng terakhir dan terkuat yaitu benteng al-
Qams yang sangat kokoh dan benteng al-Wathh dan benteng as-Sullim. Di tempat ini mereka
menghimpun kekuatan mereka. Kaum Muslimin memusatkan kekuatan untuk mengepung mereka.
Pengepungan berlangsung selama 14 hari dan akhirnya meminta damai.

Demikianlah penaklukan kota Khaibar melalui pertempuran sengit berdasarkan penelitian dari kronologi
kejadian. Dalam riwayat Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Dawud dijelaskan bahwasannya
Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam menaklukkan Khaibar melalui pertempuran sengit. Sebuah
pertempuran yang menelan korban 93 dari pihak musuh dan 20 Muslim[11] atau15 Muslim.[12]

Sumber :
as-Siratun Nabawiyah fi dhauil Kitab Mashdiril Ashliyyah
as-siratun Nabawiyah ash-Shahihah

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XVI/1433H/2012.]


_______
Footnote
[1]. Silahkan baca firman Allh Azza wa Jalla dalam al-Qur'an, surat al-Fath, ayat ke-18 s/d 21.
[2]. Ibnu Hisym, 3/455 dengan riwayat mu'allaq
[3]. al-Maghzi, 2/634
[4]. Ath-Thabaqt, 2/106
[5]. Ibnu 'Askir, Trkh Dimasyq, 1/33
[6]. Fathul Bri,16/41
[7]. Fathul Bri, 3/288, no. 610
[8]. Ibnu Ishq, Ibnu Hisym 3/458 dan al-Wqidy 2/650
[9]. al-Wqidi, 2/657
[10]. HR. Muslim, 4/1872, no. 1405
[11]. Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Ishq
[12]. Sebagaimana disebutkan oleh al-Wqidi.

You might also like