You are on page 1of 9

A; Pengertian

Kehamilan Postmatur/post date adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42
minggu dihitung berdasarkan rumus Neegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Menurut standart Internasional dari American Collage of Obstetricians and
Gynocologist (1977), kehamilan jangka panjang atau pro longed pregnancy ialah kehamilan
yang terjadi dalam jangka waktu lengkap 42 minggu (294 hari) atau lebih, yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir, yang dimaksud lengkap 42 minggu adalah 41 minggu 7 hari, jika
41 minggu 6 hari belum bisa dikatakan lengkap 42 minggu. Kehamilan yang terjadi dalam
jangka waktu lebih dari 40 minggu sampai 42 minggu disebut kehamilan lewat tanggal atau
post date pregnancy.
Kehamilan Post Matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu
dihitung berdasarkan rumus Naegle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Mochtar, 2005)

B; Etiologi
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga
penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin sehingga tidak
ada kontraksi. Ada beberapa teori yang diajukan sebagai penyebab kehamilan post date,
antara lain sebagai berikut:
1; Pengaruh Progesteron : Penurunan hormone progesteron dalam kehamilan
dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memicu
proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas pada uterus
terhadap oksitosin, sehingga beberapa sumber menduga bahwa terjadinya
kehamilan post term adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
2; Teori Oksitosin : Pemakaian oksitosin pada induksi persalinan pada kehamilan post
term memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai
salah satu factor penyebab kehamilan post date.
3; Teori Kostisol/ACTH : janin dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi
tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-
tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesteron akan berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat
bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi
dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4; Saraf Uterus : tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah janin
masih tinggi, kesemuanya diduga sebagai penyebab dari kehamilan post date ini.
5; Herediter : Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan
pada kehamilan berikutnya. Morgen (1999) seperti dikutip chunningham,
mengatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm pada saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan
mengalami kehamilan posterm juga.

C; Patofisiologi dan pathway


1; Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput,
mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan
maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat
sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup
panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan
karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia
gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat
akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup
mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia
41, 42, dan 43 minggu masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti.
Sindrom ini terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta
meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang
menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
2; Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada agar
skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa terjadi
penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm mungkin terus
bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa beras pada sat
lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak
terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun
kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38 dan 42 minggu.
3; Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan
diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif
terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan
ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi ketika
kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran mekonium
oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang merupakan
penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom aspirasi
mekonium.
4; Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna yang
seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan janin
terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu atau lebih,
demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas meningkatkan
secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan. Memang,
seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada kehamilan memanjang
merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang jumlahnya relatif
kecil ini.
5; Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan memanjang
karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu mempunyai serviks
yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah indicator prognostic yang
penting untuk keberhasilan induksi dalam persalinan.
D; Manifestasi Klinis
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara obyektif
dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
c. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat.

E; Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien CPD, antara lain :
a; USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas plasenta.
b; KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
c; Penilaian warna ait ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes tekanan
oksitosin
d; Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %

F; Penatalaksanaan Medis
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan postmatur
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1; Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau
bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari
postmatur ini.
2; Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
3; Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian
besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan
baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.

Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila


keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
1; Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin
dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio
sesarea.
2; Induksi Persalinan.
Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang
biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu mekanik dan kimia.
Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglandin
yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.
a; Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti
menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan
ketuban.
b; Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang diberikan
dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina, diinfuskan, atau pun
disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama setelah salah satu cara
kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan datangnya kontraksi

G; Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1; Pengkajian
Data Subjektif
a; Identitas
Meliputi nama ibu,nama suami, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor telepon
b; Riwayat Perkawinan
Meliputi suami ke-, usia kawin, lama perkawinan
c; Keluhan utama
Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu
Gerakan janin makin berkurang dan kadang- kadang berhenti sama sekali
Berat badan ibu mendatar atau menurun
Air ketuban berkurang.
d; Riwayat menstruasi
Mengkaji menarche, lamanya, warna darah, flour albus, lama flour albus,
siklus menstruasi, jumlah darah, sifat darah, warna darah, bau darah.
e; Riwayat obstetrik
Mengkaji riwayat obstetrik dahulu meliputi kehamilan, persalinan, nifas, anak,
serta KB yang pernah digunankan termasuk didalamnya riwayat TT serta
penyakit yang dialami.
f; Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang dirasakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan
sebagai identifikasi masalah pasien, banyaknya pemeriksaan antenatal (ANC)
yang dilakukan.
g; Riwayat kesehatan
Mengkaji penyakit kronis, penyakit menular, dan penyakit menahun yang
mungkin diderita pasien yang dapat mempengaruhi kehamilan post date.
h; Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji masalah yang berkaitan dengan faktor genetik, sebagai identifikasi
penyakin yang diturunkan oleh orang lain.
i; Pola kebiasaan yang mungkin dilakukan
Mengkaji kebiasaan pasien sehari-hari seperti pengkonsumsian minum-
minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, dan merokok.
j; Keadaan Psiko sosial
Mengkaji keadaan psikologis dan sosial ibu berkaitan kehamilan sekarang.

k; Latar belakang sosial budaya


Meliputi pola nutrisi, pola istirahat dan tidur, pola aktifitas, pola eliminasi,
pola personal hiegiens, pola seksualitas pasien.
l; Pengetahuan dan kemampuan
Meliputi nutrisi masa hamil, aktifitas masa hamil, istirahat, seksualitas,
personal hiegynies, tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan.
Data Objektif

a; Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum di mana kesadaran pasien
sangat penting dinilai dengan melakukan anamesa. Selain itu, pasien sadar
akan menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga
mencakup pemeriksaan tanda-tanda bital, berat badan, tinggi badan yang
bertujuan mengetahui keadaan pasien.
b; Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Mata : pemeriksaan konjungtiva, dan seklera untuk menentukan ibu
anemia atau tidak.
Muka : pemeriksaan untuk mengetahui apakah ibu edema atau tidak
Leher : pemeriksaan pada daerah leher apakah ada pembesaran kelenjar
(kelenjar limfe, kelenjar tiroid), dan apakah ada bendungan bena
jugularis atau tidak.
Dada : pemeriksaan bagaimana bentuk dada, warana dada, termasuk
pemeriksaan pada payudara apakah simetris, keadaan puting susum
apakah ada tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, areola
mamae, colostrum).
Abdomen : dilihat oembesaran abdomen apakah sesuai dengan usia
kehamilannya atau tidak, apakah ada luka bekas operasi, striae
gravidarum, linea alba atau linea nigra.
Genetalia : dikaji persebaran rambut pubis, apakah genetalia bagian
luar oedema atau tidak, apakah ada pengeluaran pervagina atau tidak,
apalah ada tanda-tanda PMS.
(Ekstremitas : pemeriksaan ekstremitas atas maupun bawag untuk
mengkaji apakah ada oedema, apakah ada varises pada kedua tungkai,
apakah pergerakan bebas atau tidak.
2; Palpasi
Abdomen : mengkaji gerakan janin apakah normal, berkurang atau
berhenti sama sekali. Dengan menggunakan cara palpasi Leopold :
a; Leopold I : untuk menentukan TFU, dan bagian apa yang ada di
fundus
b; Leopold II : untuk menentukan bagian apa yang terdapat di kanan kiri
rahim ibu
c; Leopold III : untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bagian
bawah rahim ibu (presentasi), dan apakah bagian terendah janin sudah
masuk PAP atau belum. Jika bagian terendah janin sudah masuk PAP,
maka dapat dilanjutan pemeriksaan leopold IV
d. Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh masuknya bagian
ternjah janin ke dalam PAP.
3. Auskultasi
Untuk mendengar denyut jantung janin (dengan frekuensi normal 120 kali
permenit sampai 160 kali permenit), irama teratur atau tidak, intensitas
kuat/ sedang/ lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka denyut
jantung janin biasanya kurang dari batas normal (120 kali per menit atau
lebihdari 160 kali per menit) dengan irama tidak teratur.
4. Perkusi
Pemeriksaan reklek patela kanan dan kiri yang berkaitan dengan
pemenuhan vitamin B atau penyakit saraf, inteksikasi magnesium sulfat.

Pemeriksaan penunjang :
a. USG untuk menilai kehamilan, oligohidramniom, derajar maturitas
plasenta
b. KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi tekanan,
dinilai apakah relatif atau tidak dari tes tekanan oksitosin
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik lebih dari 20%
3; Diagnosa keperawatan
A; Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber
informasi
B; Resiko cedera berhubungan dengan
C; Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan
4; Rencana Keperawatan

1 Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Ansietas berhubungan denganNOC : NIC :


ancaman status kesehatan 1; Anxiety self control Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : 2; Anxiety level kecemasan)
Perasaan gelisah yang tak jelas 3; Coping a; Gunakan pendekatan yang
dari ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai respon Kriteria hasil : menenangkan
autonom (sumner tidak spesifik Klien mampu b; Nyatakan dengan jelas
atau tidak diketahui oleh mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
individu); perasaan keprihatinan mengungkapkan gejala pasien
disebabkan dari antisipasi cemas c; Jelaskan semua prosedur dan
terhadap bahaya. Sinyal ini Mengidentifikasi, apa yang dirasakan selama
merupakan peringatan adanya mengungkapkan dan prosedur
ancaman yang akan datang dan menunjukkan tehnik d; Temani pasien untuk
memungkinkan individu untuk untuk mengontol memberikan keamanan dan
mengambil langkah untuk cemas mengurangi takut
menyetujui terhadap tindakan Vital sign dalam batas e; Berikan informasi faktual
Ditandai dengan normal mengenai diagnosis,
Gelisah Postur tubuh, ekspresi tindakan prognosis
Insomnia wajah, bahasa tubuh f; Dorong keluarga untuk
Resah dan tingkat aktivitas menemani anak
Ketakutan menunjukkan g; Lakukan back / neck rub
Sedih berkurangnya h; Dengarkan dengan penuh
Fokus pada diri kecemasan perhatian
Kekhawatiran i; Identifikasi tingkat
Cemas kecemasan
j; Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
k; Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
l; Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
m; Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :


Definisi : Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
Tidak adanya atau kurangnya process 1; Berikan penilaian tentang
informasi kognitif sehubungan Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
dengan topic spesifik. Behavior tentang proses penyakit yang
Kriteria Hasil : spesifik.
Batasan karakteristik : Pasien dan keluarga 2; Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan penyakit dan bagaimana hal
Memverbalisasikan adanya pemahaman tentang ini berhubungan dengan
masalah penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi,
Ketidakakuratan mengikuti prognosis dan program dengan cara yang tepat.
instruksi. pengobatan 3; Gambarkan tanda dan gejala
Perilaku tidak sesuai. Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang
Faktor yang berhubungan : prosedur yang tepat
keterbatasan kognitif. dijelaskan secara benar 4; Gambarkan proses penyakit,
nterpretasi terhadap informasi Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan 5; Identifikasi kemungkinan
yang salah kembali apa yang penyebab, dengna cara yang
kurangnya keinginan untuk dijelaskan perawat/tim tepat
mencari informasi. kesehatan lainnya. 6; Sediakan informasi pada
tidak mengetahui sumber- pasien tentang kondisi,
sumber informasi dengan cara yang tepat
7; Hindari jaminan yang
kosong
8; Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9; Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10; Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11; Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12; Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13; pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14; pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

3 Resiko cedera berhubungan NOC NIC :


dengan Risk Control Environment management
(manajemen lingkungan)
Kriteria Hasil : 1; Sediakan lingkungan yang
Klien bebas dari cedera aman untuk pasien
Klien mampu 2; Identifikasi kebutuhan
menjelaskan cara keamanan pasien, sesuai
untuk mencegah dengan kondisi fisik dan
cedera fungsi kognitif pasien dan
Klien mampu riwayat penyakit terdahulu
menjelaskan faktor pasien
resiko dari 3; Menghindarkan lingkungan
lingkungan/perilaku yang berbahaya
personal. 4; Memasang side rail tempat
Mampu memodifikasi tidur
gaya hidup untuk men 5; Menyediakan tempat tidur
cegah injury yang nyaman dan bersih
Menggunakan fasilitas 6; Menempatkan saklar lampu
kesehatan yang ada ditempat yang mudah
dijangkau oleh pasien
7; Membatasi pengunjung
8; Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
9; Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10; Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
11; Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit

You might also like