Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
1.2 Denisi
Urtikaria merupakan suatu reaksi vaskuler pada kulit yang timbul mendadak
dcngan gambaran lesi yang eritem, edema, dan sering disertai rasa gatal.
Umunmya ukuran lesi dan bentuknya belvariasi dari beberapa milimeter sampai
plakat. Lesi dapat timbul pada kulit atau membran mukosa.(2)
Urtikaria merupakan reaksi vaskular dari kulit, berwama merah atau kcputihan
akibat edema interseluler lokal yang terbatas pada kulit atau mukosa. (3,4)
1.3 Sinonim
1.4 Epidemiologi
1
SHELDON (1951), menyatakan bahwa umur rata-rata penderita urtikara adalah
35 tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60
tahun. (1)
1.5 Etiologi
Obat
Makanan
Peran makanan lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi
imunologik. Makanan berupa protein atau bahan lain yang dicampurkan
kedalamnya sepei zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering
menimbulkan urtikaria alergika. Contoh telur, ikan. kacang, udang, coklat, tomat,
arbei, babi, keju, bawang, dan semangka, bahan yang dicampukan seperti asam
2
nitrat, asam benzoate, ragi. CHAMPION 1969 melaporkan 2% urtikaria yang
kronik disebabkan oleh makanan. (1,6)
Gigitan serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, hal ini
lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe selular (tipeIV). Tetapi venom
dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktivkan komplemen. Nyamuk,
kepinding, dan serangga lainnya, menimbulkan urtikaria bentuk popular disekitar
tempat gigitan biasanya sembuh sendiri setelah beberapa hari, minggu, bulan.(1)
Bahan Fotosensitizer
Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang dan
aerosol umumnya lebih mudah menimbulkan umlkaria alergi (tipe I). Reaksi ini
sering dijumpai pada penderita atopi dan diseitai gangguan napas. (1)
Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil,
air liur binatang, tumbuh-turnbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect
repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan
bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria. TUFT (1975)
melaporkan urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang terjadi;
karena kontak dengan antibiotik umumnya menimbulkan dermatitis kontak.
Urtikaria akibat kontak dengan klorida kobal, indikator warna pada tes provokasi
keringat, telah dilaporkan oleh SMTH (1975). (l)
Trauma Fisik
Trauma sik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang
benda dingin; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar UV, radiasi, dan panas
pembakaran; faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang
3
menetes atau semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang- ulang contohnya
pijatan, keringat, pekerjaan berat, demam, dan emosi menyebabkan urtikaria sik,
baik secara imunologik maupun non imunologik klinis biasanya terjadi di tempat
yang mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria setelah goresan dengan beda
tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut
dermograsme atau fenomena Darier. (1)
Infeksi
Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikaria
menunjukkan gangguan psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis
menghambat eritema dan urtika. Pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu
kulit dan ambang rangsang eritema meningkat. (1)
Genetik
Faktor genetik juga berperan penting pada unikaria dan angioedema, walaupun
jarang menunjukkan penurunan autosomal dominan. Di antaranya ialah
angioneurotik edemavherediter, familial cold urticaria, familial localized heat
urticaria, vibratory angioedema, heredo-familiai syndrome ofurticaria deafness
and amyloidosis, dan erythropoieticprotoporphyria. (1)
4
Penyakit sistemik
Tabel 1.2
Etiologi urtikaria
Sumber: Rooks Textbook of Dermatology, Eight Edition
5
Tabel 1.2
Peyebab urtikaria
Sumber: Rooks Textbook of Dermatology, Eight Edition
1.6 Klasikasi
a. Urtikaria lokal
b. Urtikaria generalisata
c. Angioedema
6
4. Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadi urtikariam (1)
a. Urtikaria Imunologik
a. Pada atopi
b. Urtikaria Nonimunologik
1.7 Patogenesis
7
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator, misalnya histamin, kinin, serotonin, slow reacting
substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel mast dan atau
basol. Selain itu terjadi pula inhibisi proteinase oleh enzim proteolitik, misalnya
kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. (1,3,6)
Pada yang non imunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosine mono
phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan
kimia seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-obatan seperti morn,
kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan
kolinergik, misalnya asetilkolin, dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit secara tidak
diketahui mekanismenya, langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk
melepaskan mediator. Fakor sik, misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X,
dan pemijatan, dapat secara langsung merangsang sel mast. Beberapa keadaan,
misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol dapat merangsang langsung pada
pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas. (1,2)
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang
kronik, biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basol karena
adanya reseptor Fc, bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE, maka
terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas
8
tampak pada reaksi tipe I (analaksis), misalnya alergi obat dan makanan.
Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara
alernatif menyebabkan pelepasan analaktoksin (C3a, C5a) yang mampu
merangsang sel mast dan basol, misalnya tampak akibat venom atau toksin
bakteri. (1,2)
Gambar 1.1
Aktivasi sel mast
Sumber: Fitzpatricks, 2008, Dennatology in General Medicine. Seventh Edition
9
Gambar 1.2
Perjalanan pembentukan bradikinin
Sumber: Fitzpatricks, 2008, Dermatology in General Medicine. Seventh Edition
Gambar 1.3
Approach to the patients with urticaria/angioedema
Sumber: Fitzpatricks, 2008, Dennatology in Geneml Medicine. Seventh Edition
10
1.8 Gambaran Klinis
11
perut, diare, muntah-muntah, dan nyeri kepala; dijumpai pada umur 15-25 tahun.
Urtikaria akibat obat ataumakanan umunya timbul secara akut dan generalisata. (1)
Gambar 1.4
Makula Eritema pada Urtikaria
Sumber: Fitspatrick s Dermatology in General Medicine
1. Pemeriksaan darah, urin, feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi
yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglubulin dan cold
hemolysin perlu diperiksa pada urtikria dingin. (1,2)
2. Pemeriksaan gigi, telinnga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu
untuk menyingkirkan adanya infeksi lokal.
3. Pemeriksaan IgE, eosinol, dan komplemen.
4. Tes kulit, meskipun terbatas kegunaamya dapat dipergunakan untuk
membantu diagnosis. Uji gores (Scratch test) dan uji tusuk (prick test),
serta tes intrdermal dapat dipergunakan untuk mencari alergen inhalan,
makanan dermatot, dan kandida.
5. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu.
6. Perneriksaan histopatologik, walau tidak selalu diperlukan, dapat
membantu diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler
di papila dermis, geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen
membengkak. Pada tingkat permulaan tidak tampak inltrasi seluler dan
pada tingkat lanjut terdapatinltrasi leukosit, terutama di sekitar pembuluh
darah.
12
7. Pada urtikaria sik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel
8. Suntikan mecholyl intradennal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria
kolinergik.
9. Tes dengan es.
10. Tes dengan air hangat.
1.10 Diagnosis
1.12 Penatalaksanaan
13
reseptor H1 tetapi non sedasi, golongan ini disebut sebagai antihistamin
nonklasik. (1)
Pada umumnya efek antihistamin telah terlihat dalam waktu 15-30 menit
setelah pemakaian oral, dan mencapai puncaknya pada 1-2 jam, sedangkan lama
kerjanya bervariasi dari 3-6 jam. (1)
1. Antihistamin H1
a. Diphenhydramine HCl im
Dewasa : 10-20 mg/dosis, sehan' 3-4 kali
Anak I 0,5 mg/kg/dosis, sehan' 3-4 kali
b. Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 3 kali
Anak : 0,09 mg/kg/dosis, sehari 3 kali
c. Hydroxyzine HC1
Dewasa : 25 mg/dosis, sehari 3-4 kali
Anak : 0,5 mg/kg/dosis, sehari 3 kali
Terbaik untuk urtikaria kronis, urtikaria dermograk, dan urtikaria
kolinergik
Mempunyai efek antistress. Dapat dikOII1b1l12lS1 dengan
anthlstamln H1 lainnya
d. Cyproheptadine HC1
Dewasa I 4 mg/dosis, sehari 3-4 kali
Lebih efektif untuk urtikaria dingin
e. Loratadine 10 mg/dosis sehari 1 kali
f. Cetirizine 10 mg/dosis seha 1 kali
2. Kombinasi antihistamin H1 dan antihistamin H2 (Tablet cimetidine 200-
400 mg, sehari 2-4 kali atau 800 mg sehari 1 kali waktu tidur malam)
Untuk urtikaria dematograk, urtikaria dingin, dan urtikaria kronis.
3. Kortikosteroid
a. Prednisone
Anak : 1 mg/kg/hari
b. Dexamethasone
14
Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 3 kali
15
Gambar 1.5
Manajemen Urtikaria
Sumber: Rooks Textbook of Dennatology, Eight Editlon
1.13 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
16
7. Burns, Tony. Breathnach, Stephen. Cox, Neil. Grifths, Christopher, 2010,
Rooks Textbook of Dennatology, Eight Edition, Wiley-Blackwell, Page:
22.1-22.30.
17