You are on page 1of 8

UNIVERSITAS INDONESIA

HUKUM AGRARIA

PERBANDINGAN UU NO 16 TAHUN 1985 DAN UU NO 20 TAHUN

2011 TENTANG RUMAH SUSUN.

oleh:

Nama : Muhammad Hanivan


Maulana
NPM : 1606960750

MAGITER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

SALEMBA

2017
PERBANDINGAN UU NO 16 TAHUN 1985 DAN UU NO 20 TAHUN 2011
TENTANG RUMAH SUSUN.

1. Asas
Asas-Asas pada UU Rusun 2011 lebih kompleks, dengan hal itu
diharapkan mampu memberikan fondasi yang lebih baik daripada UU
rusun 1985, maksud dari masing-masing asas tersebut dijelaskan bagian
penjelasan.

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 2 Pasal 2
Pembangunan rumah susun Penyelenggaraan rumah susun
berlandaskan pada asas berasaskan pada:
kesejahteraan umur keadilan dan a. kesejahteraan;
pemerataan, serta keserasian dan b. keadilan dan pemerataan;
keseimbangan dalam perikehidupan. c. kenasionalan;
d. keterjangkauan dan
kemudahan;
e. keefisienan dan kemanfaatan;
f. kemandirian dan kebersamaan;
g. kemitraan;
h. keserasian dan keseimbangan;
i. keterpaduan;
j. kesehatan;
k. kelestarian dan berkelanjutan;
l. keselamatan, kenyamanan, dan
kemudahan; dan
m. keamanan, ketertiban, dan
keteraturan.

2. Klasifikasi Rumah Susun


UU Rusun 2011 mengklasifikasikan rusun menjadi 4 macam,
sedangkan UU Rusun1985 tidak mengenal adanya klasifikasi rumah susun.

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Tidak mengenal klasifikasi rumah
susun. Pasal 1 angka:
7. Rumah susun umum adalah rumah
susun yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
8. Rumah susun khusus adalah rumah
susun yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan khusus.
9. Rumah susun negara adalah rumah
susun yang dimiliki negara dan
berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian, sarana pembinaan keluarga,
serta penunjang pelaksanaan tugas
pejabat dan/atau pegawai negeri.
10. Rumah susun komersial adalah
rumah susun yang diselenggarakan
untuk mendapatkan keuntungan.

3. Tujuan
UU Rusun 2011 memiliki tujuan yang lebih banyak dan memperhatikan
aspek-aspek yang belum diperhatikan UU Rusun 1985.

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 3
(1) a. memenuhi kebutuhan Pasal 3
perumahan yang layak bagi rakyat, Penyelenggaraan rumah susun
terutama golongan masyarakat yang bertujuan untuk:
berpenghasilan rendah, yang menjami a. menjamin terwujudnya rumah susun
kepastian hukum dalam yang layak huni dan terjangkau dalam
pemanfaatannya; b. meningkatkan lingkungan yang sehat, aman,
daya guna dan hasil guna tanah di harmonis, dan berkelanjutan serta
daerah pekotaan dengan menciptakan permukiman yang
memperhatikan kelestarian sumber terpadu guna membangun ketahanan
daya alam dan menciptakan ekonomi, sosial, dan budaya;
lingkungan pemukiman yang lengkap, b. meningkatkan efisiensi dan
serasi, dan seimbang efektivitas pemanfaatan ruang dan
(2) Memenuhi kebutuhan untuk tanah, serta menyediakan ruang
kepentingan lainnya yang berguna bagi terbuka hijau di kawasan perkotaan
kehidupan masyarakat, dengan tetap dalam menciptakan kawasan
mengutamakan ketentuan ayat (1 permukiman yang lengkap serta
huruf a). serasi dan seimbang dengan
memperhatikan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;
c. mengurangi luasan dan mencegah
timbulnya perumahan dan
permukiman kumuh;
d. mengarahkan pengembangan
kawasan perkotaan yang serasi,
seimbang, efisien, dan produktif;
e. memenuhi kebutuhan sosial dan
ekonomi yang menunjang kehidupan
penghuni dan masyarakat dengan
tetap mengutamakan tujuan
pemenuhan kebutuhan perumahan dan
permukiman yang layak, terutama bagi
MBR;
f. memberdayakan para pemangku
kepentingan di bidang pembangunan
rumah susun;
g. menjamin terpenuhinya kebutuhan
rumah susun yang layak dan
terjangkau, terutama bagi MBR dalam
lingkungan yang sehat, aman,
harmonis, dan berkelanjutan dalam
suatu sistem tata kelola perumahan
dan permukiman yang terpadu; dan h.
memberikan kepastian hukum dalam
penyediaan, kepenghunian,
pengelolaan, dan kepemilikan rumah
susun.

4. Aturan Pemasaran Rumah Susun

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 18
(1) Satuan rumah susun yang telah Pasal 42
dibangun baru dapat dijual untuk (1) Pelaku pembangunan dapat
dihuni setelah mendapat izin melakukan pemasaran sebelum
kelayakan untuk dihuni dari pembangunan rumah susun
Pemerintah Daerah yang dilaksanakan.
bersangkutan. (2)Dalam hal pemasaran dilakukan
sebelum pembangunan rumah
susun dilaksanakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pelaku
pembangunan sekurang-kurangnya
harus memiliki:
a. kepastian peruntukan ruang;
b. kepastian hak atas tanah;
c.kepastian status penguasaan
rumah susun;
d.perizinan pembangunan rumah
susun; dan
e. jaminan atas pembangunan
rumah susun dari lembaga
penjamin.
(3)Dalam hal pemasaran dilakukan
sebelum pembangunan rumah
susun sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), segala sesuatu yang
dijanjikan oleh pelaku
pembangunan dan/atau agen
pemasaran mengikat sebagai
perjanjian pengikatan jual beli
(PPJB) bagi para pihak.

5. Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dan Tanah Wakaf


Dalam UU No. 20 Tahun 2011 dimungkinkan membangun rumah susun di
atas tanah wakaf dan tanah Negara.

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 7 ayat (1) Pasal 17
Rumah susun hanya dapat Rumah susun dapat dibangun di
dibangun di atas tanah hak milik, atas tanah: a. hak milik;
hak guna bangunan, hak pakai atas b. hak guna bangunan atau hak
tanah Negara atau hak pengelolaan pakai atas tanah negara; dan
c. hak guna bangunan atau hak
sesuai dengan peraturan
pakai di atas hak pengelolaan.
perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 18
Selain dibangun di atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17, rumah susun umum dan/atau
rumah susun khusus dapat
dibangun dengan:
(a) pemanfaatan barang milik
negara/daerah berupa tanah; atau
(b) pendayagunaan tanah wakaf.

6. Bukti Kepemilikan atas Rumah Susun


Dalam UU Rusun 2011 dikenal adanya SKBG, sedangkan pada UU Rusun
1985 hanya dikenal SHMSRS.

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 9 Pasal 47 ayat (1)
(1) Sebagai tanda bukti hak milik Sebagai tanda bukti kepemilikan
atas satuan rumah susun atas sarusun di atas tanah hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal milik, hak guna bangunan, atau hak
8 diterbitkan sertifikat hak milik pakai di atas tanah negara, hak
atas satuan rumah susun. guna bangunan atau hak pakai di
atas tanah hak pengelolaan
diterbitkan SHM sarusun
Pasal 48 ayat (1)
Sebagai tanda bukti kepemilikan
atas sarusun di atas barang milik
negara/daerah berupa tanah atau
tanah wakaf dengan cara sewa,
diterbitkan SKBG sarusun.

7. Rusun sebagai objek jaminan

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 12 ayat (1) Pasal 47 ayat (5)
Rumah susun berikut tanah tempat SHM sarusun dapat dijadikan
bangunan itu berdiri serta benda jaminan utang dengan dibebani hak
lainnya yang merupakan atau tanggungan sesuai dengan
kesatuan dengan tanah tersebut ketentuan peraturan perundangan-
dapat dijadikan jaminan hutang undangan.
dengan :
a. dibebani hipotik, jika tanahnya Pasal 48 ayat (4)
tanah hak milik atau hak guna SKBG sarusun sebagaimana
bangunan; dimaksud pada ayat (1) dapat
b. dibebani fidusia, jika tanahnya dijadikan jaminan utang dengan
tanah hak pakai atas tanah Negara. dibebani fidusia sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangundangan.

8. Jual Beli Rumah Susun


Dalam UU Rusun 2011 dimungkinkan melakukan penjualan sebelum
pembangunan selesai dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, yang
mana hal tersebut tidak dimungkinkan dalam UU Rusun 1985.

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 18 Pasal 43
(1) Satuan rumah susun yang telah (1) Proses jual beli sarusun sebelum
dibangun baru dapat dijual untuk pembangunan rumah susun selesai
dihuni setelah mendapat izin dapat dilakukan melalui PPJB yang
kelayakan untuk dihuni dari dibuat di hadapan notaris.
Pemerintah Daerah yang
bersangkutan. Pasal 44
(1) Proses jual beli, yang dilakukan
sesudah pembangunan rumah
susun selesai, dilakukan melalui
akta jual beli (AJB)

Persyaratan yang harus dipenuhi


dalam hal penjualan sebelum
pembangunan belum selesai:
Pasal 43 ayat (2)
PPJB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan setelah
memenuhi persyaratan kepastian
atas:
a. status kepemilikan tanah;
b. kepemilikan IMB;
c. ketersediaan prasarana, sarana,
dan utilitas umum;
d. keterbangunan paling sedikit
20% (dua puluh persen); dan
e. hal yang diperjanjikan.

Pasal 42 ayat (2)


Dalam hal pemasaran dilakukan
sebelum pembangunan rumah
susun dilaksanakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pelaku
pembangunan sekurang-kurangnya
harus memiliki:
a. kepastian peruntukan ruang;
b. kepastian hak atas tanah;
c. kepastian status penguasaan
rumah susun;
d. perizinan pembangunan rumah
susun; dan
e. jaminan atas pembangunan
rumah susun dari lembaga
penjamin.

9. Peruntukan bagi Masyarakat berpenghasilan rendah


Dalam UU Rusun 2011 ditegaskan bahwa Rusun komersial harus
menyediakan rumah susun umum sekurang-kurangnya 20% dari total luas
lantasi rumah susun. Hal tersebut dikarenakan salah satu tujuan rumah
susun adalah memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah.

UU No.16 Tahun 1985 UU No.20 Tahun 2011


Pasal 5 ayat (1) Pasal 1 angka 7
Rumah susun dibangun sesuai Rumah susun umum adalah rumah
dengan tingkat keperluan dan susun yang diselenggarakan untuk
kemampuan masyarakat terutama memenuhi kebutuhan rumah bagi
bagi yang berpenghasilan rendah. masyarakat berpenghasilan rendah.

Pasal 11 ayat (1) Pasal 16 ayat (2)


Pemerintah memberikan Pelaku pembangunan rumah susun
kemudahan bagi golongan komersial sebagaimana dimaksud
masyarakat yang berpenghasilan pada ayat (1) wajib menyediakan
rendah untuk memperoleh dan rumah susun umum sekurang-
memiliki satuan rumah susun. kurangnya 20% (dua puluh persen)
dari total luas lantai rumah susun
komersial yang dibangun.

Pasal 97
Setiap pelaku pembangunan rumah
susun komersial dilarang
mengingkari kewajibannya untuk
menyediakan rumah susun umum
sekurang-kurangnya 20% (dua
puluh persen) dari total luas lantai
rumah susun komersial yang
dibangun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2).

Pasal 109
Setiap pelaku pembangunan rumah
susun komersial yang mengingkari
kewajibannya untuk menyediakan
rumah susun umum sekurang-
kurangnya 20% (dua puluh persen)
dari total luas lantai rumah susun
komersial yang dibangun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
97 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun atau
denda paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh
miliar rupiah).

You might also like