You are on page 1of 4

Model Perubahan Kebijakan

A. Teori Rasional Komprehensif


Model Rasionalitas ekonomi melihat seorang atau kelompok pengambil
keputusan dalam pembuatan kebijakan menimbang besarnya biaya yang di
keluarkan dengan manfaat yang di dapatkan sebagai efisiensi dari penggunaan
sumbar daya yang dimiliki. Semakin besar manfaat kebijakan, dan semakin
sedikit biaya, semakin besar kemungkinan kebijakan akan dipilih. Dalam
kenyataan, agar menjadi rasional dan pada saat yang sama komprehensif, suatu
pilihan harus memenuhi kondisi seperti berikut ini, yang disebut sebagai teori
rasional-komprehensif dalam pembuatan keputusan:
1. Pembuat keputusan individual atau kolektif harus mengidentifikasi
masalah kebijakan yang diterima sebagai konsensus oleh semua pelaku
kebijakan yang relevan
2. Pembuat kebijakan individual atau kolektif harus mendefinisikan dan
mengurutkan secara konsisten tujuan dan sasaran yang pencapaiannya
mencerminkan pemecahan masalah.
3. Pembuat keputusan individual atau kolektif harus mengidentifikasi semua
pilhan kebijakan yang dapat memeberi kontribusi terhadap pencapaian
masing-masing tujuan dan sasaran.
4. Pembuat keputusan individual atau kolektif harus meramalkan semua
konsekuensi yang akan dihasilkan oleh seleksi setiap alternatif.
5. Pembuat keputusan individual atau kolektif harus membandingkan setiap
pilihan dalam hal akibatnya terhadap pencapaian setiap tujuan dan
sasaran.
6. Pembuat keputusan individual atau kolektif harus memilih alternatif yang
memaksimalkan pencapaian tujuan.

B. Rasionalitas Terbaik kedua


Dalam teori pilihan sosial dikenal ada sebuat Arrows impossibility
theorem. Teori ini menunjukan bahwa mustahil bagi pembuat keputusan dalam
masyarakat demokratis untuk memenuhi kondisi teori rasional komperhensif.
Salah satu kesimpulan dari teori ini adalah bahwa pilihan-pilihan individu tidak
dapat di agergasikan melalui prosedur pengambilan suara terbanyak untuk
menciptakan keputusan kolektif yang akan menghasilkan solusi tunggal yang
terbaik bagi semua kelompok. Arrow menujuk lima kondisi yang masuk akal dari
setiap prosedur keputusan yang demokratis:
1. Tidak ada pantangan pilihan, yakni setiap kombinasi yang mungkin dari
preferensi individu harus sepenuhnya diperhitungkan dalam
mengembangkan suatu pilihan kolektif;
2. Tidak ada penentangan terhadap pilihan kolektif, yakni pilihan kolektif
haruslah konsisten merefleksikan pilihan individual;
3. Terbebas dari alternatif yang tidak relevan, yakni semua pilihan harus
dibatasi dari satuan alternatif yang bebas dari (tidak relevan dengan)
semua alternatif lainnya;
4. Kedaulatan warga negara, yakni pilihan kolektif haruslah tidak dibatasi
oleh pilihan-pilihan sebelumnya; dan
5. Tidak ada kesewenang-wenangan, yakni tidak ada seorang atau suatu
kelompokpun yang menentukan hasil pilihan kolektif dengan
memaksakan pilihan mereka terhadap yang lain.

C. Teori Inkremental Terputus-putus


Inkremental sendiri berarti kebijakan yang mengalami perubahan sedikit-
sedikit. Model ini memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan
kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu dengan hanya menambah atau
merubahnya (modifikasi) sedikit-sedikit. Analisis dengan model inkremental ini
memberikan jalan berbeda dari rasional-komprehensif (sinoptis), selain
menawarkan kemudahan dalam analisis karena tidak perlu melakukan analisis
secara cermat dan teliti, cukup melihat kebijakan yang telah ada kemudian
disesuaikan dengan permasalahan yang terus berubah, cukup melakukan utak-
atik penyesuaian, hal tersebut sudah merupakan analisis. Kebijakan dibuat oleh
perumus kebijakan tanpa harus melihat atau meneliti dengan komperehensif,
sehingga dari alternatif yang ada secara singkat diputuskan untuk dijadikan
kebijakan dan kegiatannya menjadi terus menerus, karena kebijakan yang dibuat
tidak ada yang benar-benar untuk dijadikan pemecahan masalah secara
keberlanjutan, hanya untuk masalah yang hadir sekarang. Hal yang paling
mendasar dari model inkramental adalah dari adanya keterbatasan-keterbatasan
yang ada dalam pembuat keputusan, maka model inkremental hanya
memusatkan perhatiannya pada modifikasi atas kebijakan yang ada sebelumnya.
. Menurut teori inkremental, para pembuat keputusan individu atau
kolektif/kelompok:
1. Mempertimbangkan hanya tujuan yang secara inkremental berbeda (yaitu
sedikit berbeda) dengan keadaan yang ada (status quo).
2. Membatasi jumlah konsekuensi yang diramal dari setiap alternatif.
3. Membuat penyesuaian secara timbal balik dalam hal tujuan dan sasaran
di satu pihak, dan alternatif pada pihak lainnya.
4. Secara terus-menerus memformulasikan kembali masalahdan karena
itu tujuan, sasaran, dan alternatifsesuai dengan perolehan informasi-
informasi baru.
5. Menganalisis dan mengevaluasi alternatif-alternatif dan langkah-langkah
yang berurutan, sedemikian rupa sehingga pilihan-pilihan diubah secara
terus menerus sepanjang waktu, daripada dibuat pada satu titik waktu
sebelum tindakan diambil.
6. Secara terus menerus memperbaiki masalah-masalah sosial yang ada,
daripada menyelesaikan masalah secara tuntas pada titik waktu tertentu.
7. Berbagi tanggung jawab untuk analisis dan evaluasi dengan banyak
kelompok dalam masyarakat, sehingga proses pembuatan pilihan-pilihan
kebijakan terbagi-bagi atau terputus-putus.

D. Bounded Rationality
Rasionalitas Terbatas adalah gagasan bahwa dalam pengambilan
keputusan, rasionalitas individu dibatasi oleh informasi yang mereka miliki,
keterbatasan kognitif pikiran mereka, dan jumlah waktu yang terbatas mereka
harus membuat keputusan. Hal ini diusulkan oleh Herbert A. Simon sebagai
dasar alternatif untuk pemodelan matematika pengambilan keputusan, seperti
yang digunakan dalam ilmu ekonomi dan disiplin terkait, melengkapi rasionalitas
sebagai optimasi, yang memandang pengambilan keputusan sebagai proses
sepenuhnya rasional untuk menemukan pilihan yang optimal diberikan informasi
yang tersedia. Cara lain untuk melihat rasionalitas dibatasi adalah bahwa, karena
pengambil keputusan tidak memiliki kemampuan dan sumber daya untuk sampai
pada solusi optimal, mereka malah menerapkan rasionalitas mereka hanya
setelah sangat disederhanakan pilihan yang tersedia.. Dengan demikian
pembuat keputusan adalah satisficer, seseorang mencari solusi yang
memuaskan daripada yang optimal.
E. Mix Scanning
Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni
setuju terhadap kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori
rasional komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa
kelemahan yang terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-
keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model inkremental
akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang
mampu mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu
kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara
politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.
Lebih lanjut dengan memusatkan perhatiannya pada kepentingan/tujuan jangka
pendek dan hanya berusaha untuk memperhatikan variasi yang terbatas dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada sekarang, maka model inkremental
cenderung mengabaikan peluang bagi perlunya pembaruan sosial (social
inovation) yang mendasar. Oleh karena itu gaya inkremental dalam pembuatan
keputusan cenderung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo,
sehingga merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan keputusan itu
sendiri.

F. Rasionalitas eroterik
Rasional erotetik merujuk pada suatu proses mempertanyakan dan
menjawab, atau dengan kata lain, interogasi nalar. Rasional erotetik
mendasarkan diri pada proses induktif dalam berbagai bentuknya.

G. Critical convergence
Dalam membuat konteks kebijakan Critical Converge Dalam membuat,
pembuat keputusan individu atau kelompok berinteraksi dari waktu ke waktu
untuk mengatur agenda dan merumuskan kebijakan. Keberhasilan penbuatan
kebijakan tergantung pada kemampuan untuk mengenali saat-saat kritis dengan
memperhatikan aliran-masalah, kebijakan, dan politik

H. Punctuated equilibrium
Kebijakan Punctuated equilibrium diibaratkan seperti evolusi biologis.
Kebijakan melibatkan perubahan yang relatif kecil selama jangka waktu yang
lama. Ada keseimbangan stabil, dinamis antara kebijakan, tetapi dari waktu ke
waktu ada perubahan mendadak dan mungkin ireversibel. Secara berkala,
guncangan eksternal menghasilkan keyakinan politik baru dan sikap, termasuk
rasa takut, dan hasilnya ini perubahan besar dan mendadak dalam kebijakan

You might also like