You are on page 1of 91

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI SECARA UMUM

DI KALIMANTAN TENGAH

I. GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH.

Kalimantan Tengah propinsi dengan wilayah terluas nomor tiga di Indonesia ditandai
dengan lahan yang membentang luas sejauh mata memandang yang sebagian
besar ditutupi tumbuh-tumbuhan / vegetasi tropis yang amat beragam jenisnya.
Infrastruktur perekonomian yang masih langka antara lain ditandai dengan jalan
darat tersedia amat terbatas kapasitasnya. Penduduk yang tersebar dengan
kerapatan yang amat rendah per kilometer persegi dalam wilayah yang amat luas
hidup dengan tenang tanpa banyak terpengaruh derap perubahan global.

Sejak berdirinya propinsi ini pada tahun 1957, perubahan nyata yang amat dominan
di daerah ini adalah pada lahan hutannya yang mengalami degradasi mutu hutan
alam tropis yang semakin berkurang nilai komersialnya, nilai tambah dari eksploitasi
hutan dan sumberdaya alam lainnya yang amat diharapkan dapat kembali dalam
bentuk percepatan pembangunan segala bidang di daerah ini tidak secara alamiah
terjadi. Pola ekonomi yang dominan dari proses investasi di daerah ini adalah pola
hit and run dan backwash effects atau divestasi. Kualitas investasi yang masih
semu ditandai dengan bahan mentah di bawa ke luar daerah ini dan nilai tambahnya
sebagian kecil kembali melalui kebaikan hati pemerintah pusat dan sebagian lainnya
tidak diketahui rimba dan manfaatnya.

Birokrasi dan masyarakatnya yang terbatas aksesnya di tingkat Nasional, hampir


tidak dapat berperan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dapat menstimulir
peluang-peluang pembangunan daerah yang lebih luas dan berdampak ganda.

Kini propinsi dengan luas wilayah nomor tiga di Indonesia ini telah melalui berbagai
periode pembangunan Nasional dan masyarakatnya di daerah terpencil tidak
mengetahui dan sebagian dari mereka ada juga yang telah menjadi penonton yang
setia terjadinya derap perubahan yang signifikan pada kawasan-kawasan lain di
Indonesia.

A. Kondisi Geografis.

1. Luas Wilayah :

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah mencapai + 153.


564 Km2 atau 1,5 kali pulau Jawa yang merupakan provinsi ke tiga terluas
wilayahnya di Indonesia setelah Kalimantan Timur dan Propinsi Papua.

Adapun luas wilayah tersebut terdiri dari :

Hutan belantara . . . . . . . . . . . . . . . . . : 126. 200 Km2

Rawa-rawa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . : 18.125 Km2

Sungai, Danau dan Genangan . . . . . .: 4.563 Km2

Lahan lainnya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . : 4.676 Km2

2. Letak dan batas wilayah .

Provinsi Kalimantan Tengah terletak ditengah-tengah pulau Kalimantan dan


dapat dijadikan sebagai titik poros penghubung atau interconnection antara
provinsi-provinsi lainnya di pulau Kalimantan, disamping itu letaknya juga
dekat dan berhadapan langsung dengan laut/ pulau Jawa.

Hal ini tentu berpotensi dan memberikan peran yang sangat penting untuk
suatu prospek kegiatan pembangunan dan pengembangan perekonomian
Kawasan Pulau Kalimantan dimasa yang akan datang, khususnya yang
menyangkut rencana realisasi kesepakatan para Gubernur se- Kalimantan
untuk membangun jalan Trans Kalimantan dan jalur jalan Kereta Api di
Kalimantan yang akan merupakan satu kesatuan dengan jalur yang ada di
Kalimantan wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam sehingga merupakan
satu kawasan Pulau Kalimantan / Borneo.

Batas Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah meliputi :

Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat dan


Kalimantan Timur

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur dan Selatan

Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat.

B. Pemerintahan

Wilayah Kerja Administrasi Pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah ini meliputi :

1). Kota Palangka Raya dengan ibukota Palangka Raya.

2). Kabupaten Kotawaringin Barat dengan ibukota Pangkalan Bun

3). Kabupaten Kotawaringin Timur dengan Ibukota Samp[it

4). Kabupaten Kapuas dengan ibukota Kuala Kapuas.

5). Kabupaten Barito Selatan dengan ibukota Buntok.

6). Kabupaten Barito Utara dengan ibukota Muara Teweh.

7). Kabuapetn Lamandau dengan ibukota Nanga Bulik

8). Kabupaten Sukamara dengan ibukota Sukamara.

9). Kabuapaten Seruyan dengan ibukota Kuala Pembuang.

10). Kabupaten Katingan dengan ibukota Kasongan


11). Kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun .

12). Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukota Pulang Pisau.

13). Kabupaten Barito Timur dengan ibukota Tamiang Layang

14). Kabupaten Murung Raya dengan ibukota Puruk Cahu.

C. Penduduk

Jumlah penduduk Kalimantan Tengah Tahun 2003: 1.834. 365. Jiwa,

terdiri dari :

Laki- Laki : 935.526 Jiwa.

Perempuan : 898.839 Jiwa.

Penyebaran penduduk dengan kepadatan 13 jiwa / Km2

D. Sekilas Infrastruktur yang tersedia di Kalimantan Tengah :

1. Jalan darat :

Terdapat dua jalan darat poros utama yang merupakan jalan lintas
Kalimantan yaitu poros tengah dan poros selatan sepanjang 3.741.05 km.
yang terdiri dari :

Jalan Nasional sepanjang : 1.707.57 Km.

Jalan Propinsi sepanjang : 1.050.26. Km.

Serta ribuan kilometer jalan kolektor/penghubung lainnya dan rencana


pembuatan jalan koridor lintas perkebunan, jalan perusahaan eks HPH
maupun jalan daerah-daerah potensial.
Dan prioritas pembangunan jalan lain yang masih harus dibangun adalah:
983.22. Km.

Peran dan fungsi jalan darat adalah sebagai sarana penghubung antar /
lintas Provinsi, kabupaten dan kota serta beberapa Kecamatan yang ada di
Kalimantan Tengah , disamping itu pengembangan dan pembangunannya
diarahkan adalah sebagai upaya untuk membuka isolasi bagi daerah-daerah
pedalaman / terpencil yang dimungkinkan untuk dibangun jalan darat
dengan masud untuk meningkatkan kegiatan perekonomian didaerah dan
memperlancar distribusi perdagangan barang dan jasa angkutan darat.
serta orang/penumpang.

2. Pelabuhan Laut :

Tersedia pelabuhan laut untuk sarana jasa Perdagangan, angkutan


penumpang dan barang ( ekspor dan import maupun lokal ) yakni :

Pelabuhan Laut Kumai di Kabupten Kotawaringin Barat.

Pelabuhan Laut Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Pelabuhan Pulang Pisau di Kabupaten Pulang Pisau.

Pelabuhan Kapuas .di Kabupaten Kapuas

Pelabuhan Sukamara.di Kabupaten Sukamara.

Pelabuhan Kuala Pembuang di Kabupaten Seruyan.

Pelabuhan Pegatan Mendawai. Di kabupaten Katingan.

Pelabuhan Sebangau di Kabupaten .Pulang Pisau dan Kota.

3. Bandar Udara :
Di Propinsi Kalimantan Tengah terdapat 9 buah bandar udara yang melayani
penerbangan untuk berbagai tipe dan jenis pesawat terbang, dengan nama
sebagai berikut :

No Nama Bandara Nama Kota Type / jenis pesawat

1. Tjilik Riwut Palangka Raya Boeing 737-200,


F28,

2. Iskandar Pangkalan Bun F.27.

3. H. Asan Sampit F.27

4. Beringin Muara Teweh C.212

5. Sangkalemo Kuala Kurun C.212

6. Sanggu Buntok C.212

7. Dirung Puruk Cahu C.212

8. Kuala Pembuang Kuala Pembuang C.212

9. Tumbang Samba Tumbang samba BN

Maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan di Kalimantan


Tengah ada 5antara lain : Merpati , Sriwijaya air, Trigana Air,/Kalstar , DERAYA
dan DAS.

Disamping itu untuk melayani kota-kota kecil ada juga pesawat dari MAF yang
terbang secara regular serta bisa pula dicarter.
4. Perbankan

Perbankan. dengan adanya Kantor Bank Indonesia selaku Bank Sentral juga terdapat 4
(empat) buah Bank BUMN (BRI, Bank Mandiri, BTN, BNI) dan 1 (satu) buah Bank
BUMD (Bank Pembangunan Kalimantan Tengah) serta 2 (dua) buah Bank Swasta (Bank
Danamon dan Bank Internasional Indonesia/BII), 1 (satu) Buah Bank Perkreditan
Rakyat., khusus Bank BRI dan Bank Pembangunan Kalimantan Tengah pelayanannya
sudah sampai ke berbagai Kecamatan dan Desa.

5. Telekomunikasi,

Telekomunikasi/Komunikasi. Komunikasi yang telah dimiliki daerah yaitu


fasilitas telepon seluler dan otomatis tersedia disemua ibukota kabupaten
bahkan sampai ke beberapa ibukota Kecamatan, selain itu ada juga stasiun
RRI Palangka Raya serta puluhan stasiun Radio Swasta Niaga dan amatir,
Stasiun TVRI, Stasitiun Relay RCTI dan Stasiun Relay Metro TV.

6. Listrik :

Pelayanan tenaga listrik sudah menjangkau sebagian besar kota dan desa baik
yang berasal dari PLTD yang tersebar di Kabupaten Kabupaten Kalimantan
Tengah maupun langsung dialirkan dari interconeksi PLTU / PLTA di
Kalimantan Selatan.

7. Air bersih

Pelayanan air bersih dikelola oleh perusahaan Daerah/ BUMD yang ada di
Kabupaten dan kota se- Kalimantan Tengah dan pelayanannya sudah
menjangkau beberapa ibukota kecamatan dan desa.
8. Perhotelan

Di Kalimantan Tengah terdapat 1( satu) Hotel bintang 2(dua) dan 60 Hotel


melati, dan ada Resort Rungan Sari yang dikelola oleh yayasan Susila Budi
Dharma dengan fasilitas, kolam renang, lapangan tennis dan meeting Centre
bertarap internasional

II.KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Merupakan komitmen Pemerintah Daerah bahwa Kebijakan Penanaman Modal


Daerah di Provinsi Kalimantan Tengah, meliputi 2 (dua) langkah yakni:

a. Arah dan Tujuan Kebijakan Pemerintah Daerah dibidang Penanaman Modal


mempunyai maksud sebagai berikut :

- Mempertahankan dan mengembangkan investasi yang sudah ada.

- Menambah dan mencari serta menarik investor-investor baru baik lokal,


nasional maupun asing.

- Pemberdayaan masyarakat dan ekonomi rakyat.

b. Strategi Kebijakan Pemerintah Daerah di Bidang Penanaman Modal meliputi:

1. Melakukan pembinaan, pengawasan dan Pengendalian Proyek Investasi


PMA dan PMDN melalui Satuan Tugas (Satgas) terpadu baik tingkat Propinsi
maupun Kabupaten/Kota untuk menciptakan iklim investasi yang lebih
kondusif dan sehat.
2. Memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum bersama aparat
keamanan terhadap para investor.

3. Memberikan kemudahan pelayanan perizinan yang cepat, keringanan pajak,


pembebasan pajak untuk masa persiapan dan kontrustruksi (berupa tax
holiday secara selektif)

4. Melakukan Promosi: Kedalam dan Luar negeri dengan mengikuti event-


event pameran, penyebaran booklet dan leaflet melalui perwakilan/kedutaan
Indonesia dan asing di dalam dan di Luar Negeri baik melalui jasa pos,
Website/internet, dan email.

5. Menjalin dan mewujudkan kerjasama Sektoral , Nasional, Regional, serta


internasional yang mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka
meningkatkan penanaman modal didaerah , seperti kerjasama BIMP-
EAGA,ASEAN,AIDA, AFTA dll.

6. Peningkatan pengembangan dan pembangunan Prasarana dasar /


Infrastruktur daerah , sebagai sarana pendukung peningkatan investasi dan
perdagangan di Provinsi Kalimantan Tengah sebagai bagian dari upaya
percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia( KTI )

III. PERKEMBANGAN INVESTASI DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH


HINGGA DESEMBER 2003

Pemanfaatan Fasilitas Penanaman Modal sampai akhir bulan desember 2003 perkembangan
penanaman modal baik PMA/PMDN mengalami perubahan/ peningkatan baik dalam jumlah
proyek maupun jumlah investasi. Jumlah perusahaan PMA/PMDN secara komulatif sebanyak
244 buah perusahaan dengan perincian PMA sebanyak 54 buah perusahaan dengan rencana
investasi sebesar US$ 6,2 milyar lebih dan realisasi sebesar US$ 1,9 milyar lebih atau 30%
sedangkan PMDN sebanyak 190 buah perusahaan dengan rencana investasi sebesar Rp. 19,1
triliun lebih dan realisasi sebesar Rp. 12,2 triliun lebih atau 64,20%.

Penanaman modal yang telah disetujui dalam periode Januri s/d 31 Desember 2003
sebanyak 1 (satu) buah proyek PMDN dengan nilai investasi sebesar Rp. 68 milya
dan Penanaman Modal Asing sebanyak 2 (dua) buah proyek dengan investasi
sebesar US$ 670 ribu.
Disamping itu terdapat juga persetujuan perluasan usaha perusahaan Penanaman
Modal Asing yang sudah ada dengan nilai investasi sebesar US$ 7,5 juta.

Hal ini memperlihatkan bahwa selain terdapat minat penanaman modal dalam negeri
untuk melakukan investasi baru, perusahaan PMDN dan PMA yang ada, juga tetap
berkembang dan memperluas usahanya.

Nilai persetujuan PMDN dan PMA selama tahun 2003 meningkat dibandingkan
dengan tahun 2002. Hal ini memperhatikan sudah mulai kembalinya kepercayaan
investor PMDN dan PMA untuk menanamkan modalnya di Kalimantan Tengah dan
bidang usaha yang diminati oleh investor meliputi sektor pertambangan, perkebunan
dan pariwisata.

Penggunaan Non Faslitas

Sektor Perkebunan

- Non PMA/PMDN 110 proyek

- Luas Lahan 2.192.036 ha

- Sudah Tanam 342.011 ha

1. Jumlah Perusahaan PMA/PMDN di provinsi Kalimantan Tengah

No TAHUN PMA PMDN JUMLAH PENINGKAT


. AN

1 1997 32 144 176 7,4 %


.
1998 32 157 189 6,9 %
2
.
3 1999 33 170 203 6,9 %
.
2000 39 175 214 5,1 %
4
. 2001 40 185 225 4,9 %

5 2002 41 189 230 2,2 %


.
2003 54 190 244 5,7 %
6
.

7
.

2. Tingkat Perkembangan Perrusahaan PMA / PMDN di Provinsi Kalimantan Tengah

TINGKAT S/D DESEMBER 2003


NO. JUMLAH
PERKEMBANGAN
PMA PMDN

20

1 Persiapan 13 31 33

2 Konstruksi 4 133 35
3 Produksi - 6

4 Produksi Percobaan 37 170

190
JUMLAH 54 244

3. Rencana dan Realisasi Investasi PMDN di Provinsi Kalimantan Tengah.

SEKTOR / SUB JUMLAH PMDN dalam Rp. Juta


NO. PERSENTASE
SEKTOR PERUSAHAAN
PMDN JUMLAH

1. KEHUTANAN 70 3.440.759,61 3.510.842,86 102,04 %

2. INDUSTRI KAYU 27 4.388.917,35 3.360.722,35 76,57 %

3. PERKEBUNAN 64 7.749.792,86 3.410.903,95 44,01 %

4. PERTAMBANGAN 5 11.310,66 7.164,00 63,34 %

5. PERIKANAN 3 11.377,00 6.406,32 56,31 %

6. JASA ANGKUTAN 4 17.593,30 135,00 0,77 %

7. INDUSTRI KIMIA 5 3.336.454,30 1.819.705,85 54,54 %


8. REAL ESTATE 2 16.000,00 519,82 3,25 %

9. JASA LAINNYA 10 175.430,68 175.433,53 100,00 %

JUMLAH 190 19.147.625,76 12.291.833,68 64,20 %

4. Rencana dan Realisasi Investasi PMA di Provinsi Kalimantan Tengah

SEKTOR / SUB JUMLAH PMDN dalam Rp. Juta


NO. PERSENTASE
SEKTOR PERUSAHAAN
PMDN JUMLAH

1. KEHUTANAN 8 158.219,90 105.862,89 66.91 %

2. INDUSTRI KAYU 8 1.276.774,36 614.257.57 48,11 %

3. PERKEBUNAN 11 706.697,37 400.031,92 56,61 %

4. PERTAMBANGAN 21 2.465.570,75 728.342,74 29,54 %

5. PERIKANAN 0 0,00 0,00 0,00 %

6. JASA ANGKUTAN 0 0,00 0,00 0,00 %

7. INDUSTRI KIMIA 0 0,00 0,00 0,00 %

8. REAL ESTATE 1 400.000,00 0,00 0,00 %


9. JASA LAINNYA 5 1.232.141,93 13.898,33 1,13 %

JUMLAH 54 6.239.404,31 1.862.393,44 29,85 %

IV. POTENSI DAN PELUANG SEKTOR INVESTASI DI PROVINSI KALIMANTAN


TENGAH

1. Sektor Pertanian Tanaman Pangan:

Luas lahan sawah di Kalimantan Tengah 273,206 Ha, dari penggunaannya


masih relatif kecil yaitu lahan sawah baru 194,855, sedangkan untuk lahan
kering yang tidak/belum diusahakan masih 1.609.140 Ha.

Kalau di tahun 2002 Kalteng belum mampu memenuhi kebutuhan berasnya sendiri, maka di
tahun 2003 Kalteng dipastikan mampu memenuhi kebutuhan beras lokal. Hasil monitoring dan
perhitungan Biro Pusat Statistik (BPS) sampai tanggal 24 Desember 2003 menunjukkan bahwa
realisasi produksi beras Kalteng sebesar 489.033 ton yang berarti melampaui target sebesar
454.245 ton. Selain itu, perluasan areal panen juga bertambah cukup signifikan yaitu 194.855
Ha atau lebih besar 16.720 Ha dari target sebesar 178.135 Ha. KepalaDinasPertanian Kalteng
Ir.Andoh Oemar yang dikonfirmasi Kapos membenarkan data tersebut. Menurutnya pencapaian
tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya pemerintah daerah untuk menuju pencapaian
swasembada beras di Provinsi Kalteng yang telah dicanangkan Gubemur Kalteng Asmawi
Agani. Beberapa faktor yang menunjang pencapaian tersebut menurut Andoh antara lain
adalah upaya serius pemerintah di tiap kabupaten/ kota di Kalteng untuk mendukung
pencanangan swasembada beras dari Gubernur.

Target dan Realisasi Produksi, Produktivitas dan Luas Tanam Padi di Kalteng Tahun 2003.
Uraian Target Realisai*

Produksi 454.245 489.033

Produktifitas 25,50 25,10

Luas Panen 178.135 194.855

*) Perbaikan angka ramalan III. Sumber: BPS dan Dinas Pertanian Kalimantan Tengah.

Selain itu, dampak dari ketatnya penertiban illegal logging telah mengembalikan masyarakat
pada usaha pertanian. Dampak pemekaran kabupaten juga semakin mendekatkan dan
memudahkan pembinaan pertanian masyarakat di daerah daerah. Masing-masing kabupaten
jadi lebih bersemangat mengelola pertanian di wilayah mereka dengan lebih serius lagi" ujar
Andoh. Pencapaian target produksi beras tersebut menurut Andoh juga dipengaruhi oleh
meningkatnya dukungan anggaran dekonsentrasi (APBN) tahun 2003, dimana 60 persen dana
APBN langsung dimanfaatkan oleh petani dalam bentuk Bantuan Pinjaman Langsung
Masyarakat (BPLM). Produksi padi tahun 2003 sebesar 489.033 ton GKG setelah dikurangi
bufferstock (stok penyangga, Red) maka akan diperoleh produksi setara beras sebanyak
281.683 ton atau lebih 17.969 ton dari kebutuhan Kalteng di tahun 2003 sebesar 263.713,6 ton
beras. Data tahun 2003, penduduk Kalteng berjumlah 1.883.669 jiwa dengan tingkat konsumsi
rata-rata sebesar 140 kg per kapita per tahun atau 263.713,6 ton beras.

Pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura


khususnya untuk pengembangan buah-buahan di Kalimantan Tengah , dengan
orientasi pembangunan agribisnis kedepan tidak hanya peningkatan produksi
saja tetapi secara luas mencakup perkembangan agribisnis yang dilaksanakan
secara terpadu , sehingga kegiatan agribisnis menuntut skala ekonomi tertentu,
ketersedia bahan baku produksi secara berkelanjutan serta prasyarat kualitas.

Potensi dan peluang investasi adalah pengembangan agribisnis Tanaman


Pangan dan hortikultura khususnya buah-buahan yang mempunyai potensi
serta peluang untuk dikembangkan dan dikerjasamakan dengan para investor
dalam negeri dan asing.

Sebagai produk unggulan daerah Kalimantan Tengah , komoditi Rambutan,


Pisang, Jeruk, Durian, Cempedak dan Nenas serta Salak sangat prospektif
untuk dikembangkan budidaya tanamannya, dan salah satu kawasan yang
menjadi kawasan pengembangan Agribisnis hortikultura di Kalimantan Tengah
adalah di Kabupaten Kapuas, tepatnya wilayah kecamatan Basarang.

Kecamatan Basarang ini dikembangkan sebagai daerah percontohan


Agropolitan di Kalimantan Tengah .

Pemerintah daerah dalam upaya mempercepat Pembangunan dan


pengembangan sektor pertanian telah membangun Terminal Agribisnis
Terpadu (TAT), berkembangnya sektor ini sebagai akibat adanya minat petani
setempat untuk mengusahakan penanaman buah-buahan ini ( rambutan,
Nenas dan Salak ), apabila hasil panen berlebihan, maka diharapkan adanya
minat para investor untuk berinvestasi dan berkerjasama dengan para petani
dalam bidang pemasaran/penampungan hasil buah segar maupun segi
pengolahan hasil ( Industri pengalengan dlsnya ).

Potensi dan Peluang Pengembangan Nenas di Kabupaten Kotawaringin


Timur.

Kebijakan pembangunan pertanian Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan


bagian integral dari kebijakan nasional pembangunan pertanian, dengan titik berat
pada:

- Program Ketahanan Pangan dan

- Program Pengembangan Agribisnis

Program pengembangan agribisnis dimaksudkan untuk mendorong


berkembangnya usaha pertanian dengan wawasan agribisnis yang mampu
menghasilkan produk yang berdaya saing, menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan
pendapatan dan kesejahtaraan para petani dan produsen yang mendukung pertumbuhan
pendapatan nasional.

Sistem dan usaha agribisnis hortikultura yang dibangun memiliki empat


karakteristik yaitu :

- Berdaya saing
- Berkerakyatan

- Berkelanjutan

- Besentralisasi

Tujuan Dan Sasaran

Adapun tujuan dan sasaran pengembangan agribisnis tanaman nanas adalah


sebagai berikut :

Tujuan :

a. Mendorong berkembangnya sistem usaha buah nanas unggulan nasional dan


unggul daerah yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan tersentralisasi.

b. Meningkatnya perteumbuhan dan berkelanjutan kebun buah berskala komersial.

c. Meningkatnya penerapan teknologi maju dalam orchad manajemen untuk


meningkatkan produktivitas dan mutu buah-buahan.

d. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan petani untuk memperoleh keterampilan


dan pengusahaan teknoligi serta meningkatkan kemampunan pengolahan
agribisnis.

e. Meningkatkan pendapaptan dan kesejahtaraan petani melalui pembinaan sistem


usaha dengan teknologi yang tepat, efisien, ekonomis serta ramah lingkungan.

Sasaran :

Sasaran pengembangan agribisnis buah nenas di Kabupaten Kotawaringin Timur


tersebar di Kecamatan Baamang dan Kecamatan Kota Besi.

Prakondisi Budidaya Nenas


Hasil utama tanaman nenas adalah buanya. Buah nenas segar yang sudah masak
disamping langsung bisa dikonsumsi, dapat juga diolah menjadi sari buah, sirup,
manisan serta kemasan dalam kaleng sebagai buah dalam kaleng. Nenas mempunyai
kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama vitamin dan mineral.

A. Tanah

Tanaman nenas menghendaki tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik
serta tidak tahan terhadap genangan air. Di daerah basah dengan tanah liat yang
tergenang air cukup lama menyebabkan perkembangan tanaman menjadi tidak
baik. Apabila dibudidayakan di daerah kering diperlukan pengairan yang baik, dan
air tanah tidak lebih dari 150 cm di bawah permukaan tanah. Tanah yang cocok
untuk budidaya nenas adalah tanah dengan tekstur ringan (pasir) dan sedang, serta
mengandung bahan organik (humus) cukup tinggi, dengan pH sekitar 4,5 5,5.

B. Iklim

Tanaman nenas dapat tumbuh baik di daerah dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun dengan jumlah antara 1.000 2.000 mm per tahun, serta suhu
optimum 32C. Tanaman nenas akan hidup dengan baik di daerah sampai dengan
ketinggian 1.200 m, dengan ketinggian optimum antara 100 200 m di atas
permukaan laut.

B. Pembibitan

1. Pemilihan varietas

tanaman nenas memiliki banyak varietas yang potensial dibudidyakan.


Berdasarkan warna daging buahnya dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu :

a. Golongan dengan daging buah warna putih

Varietas penting yang termasuk golongan ini antara lain adalah varietas Red
Spanish. Bobot buah rata-rata 0,9-1,4 kg, umumnya dimanfaatkan untuk
indistri buah kaleng.

b. Golongan dengan daging buah warna kuning emas

Varietas penting yang termasuk golongan ini adalah Queen, Abakha, Natal
Queen, Palembang, Cabezona, Eleuthera. Bobot buah varietas Natal Queen
rata-rata antara 0,45-0,9 kg sampai 1,6 kg. Sebagian besar varietas tersebut
dikonsumsi dalam bentuk buah segar dan sebagian diolah.
c. Golongan dengan daging buah warna kuning muda

Varietas yang termasuk golongan ini adalah Smmoth Cayenne. Bobot buah
rata-rata 2,3-3,6 kg. Umumnya dimanfaatkan untuk indistri buah kaleng.

2. Perbanyakan

Tanaman nenas umumnya dikembangkan secara vegetatif dengan menggunakan


bagian-bagian vegetatif tanaman yaitu :

a. Anakan (root sucker)

Anakan adalah tunas yang timbul dari bagian batang yang berada di bawah
permukaan tanah. Tunas ini biasanya jumlahnya sedikit dan berakar. Bahan
tanaman yang berasal dari tunas anakan cepat menghasilkan buah, sehingga
banyak yang menggunakan sebagai bibit.

b. Tunas batang (sucker)

Tunas batang adalah tunas yang keluat dari bagian batang di atas tanah.
Biasanya tunas seperti itu belum berakar. Untuk keperluan bibit digunakan
tunas yang telah mencapai panjang 30-35 cm. Pada 15-18 bualan dari saat
tanam, tanaman sudah menghasilkan buah.

c. Tunas tangkai

Disebut tunas tangkai karena tunas ini muncul dari pangkal tangkai atau
pada tangkai buah. Tanaman yang berasal dari tunai tangkai dapat
menghasilkan buah 18 bulan sesudah tanam.

d. Tunas dasar buah

Tunas dasar buah adalah tunas yang keluar dari dasar buah atau ujung
tangkai buah yang jumlahnya bisa mencapai 10 tunas per tanaman. Dengan
menggunakaan bibit asal tunas dasar buah tanaman dapat berbuah setelah
berumur 20 bulan dari saat tanam.

e. Mahkota

Mahkota merupakan tunas yang tumbuh pada bagian pucuk dari pada buah,
umumnya hanya satu, namun kadang-kadang dapat lebih. Tanaman dapat
menghasilkan buah pada umur 22-24 bulan sejak tanam.
D. Penanaman

Lahan yang dibudidayakan dengan nenas perlu persiapan terlebih dahulu. Pada
lahan yang tidak terlalu luas, pengolahan tanah dilakukan secara tradisional yaitu
dengan mengunakan cangkul. Namun pada lahan yang luas, khususnya perkebunan
besar, pengolahan tanah dikerjakan secara mekanis dengan menggunakan alat besar
seperti traktor. Pengolahan tanah dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam. Pengolahan
tanah hendaknya dilakukan secara sempurna dalam arti sampai gembur. Sewaktu
pengemburan tanah sebaiknya dilakukan pula pemberian pupuk organik (pupuk
kandang). Untuk nenas memerlukan pupuk kandang lebih kurang 20 ton/ha. Setelah
pengolahan tanah, penggemburan dan pemupukan dasar, tanah diratakan dan dibuat
bedengan-bedengan dengan petanaman. Cara penanaman nenas bermacam-macam,
ada yang menggunakan barisan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga.

Jarak tanam dalam barisan 40-50 cm, jarak tanaman antara barisan 20 cm, jarak
antara bedengan 50 cm.

E. Pemeliharaan

1. Penyiangan

setiap 3 (tiga) bulan sekali tanaman nenas memerlukan penyiangan. Sebelum


dilakukan penyiangan, daun-daunnya harus diikat sehingga penyiangan tidak
terganggu oleh daun-daun yang berduri. Bersamaan dengan penyiangan, tanah
perlu digemburkan, dan setelah pekerjaan penyiangan dan penggemburan selesai
ikitan-iktan daun dilepas.

2. Pemupukan

pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk anorganik seperti Urea, TSP atau SP-
36 dan KCl maupun pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos. Pupupk
anorganik (Urea, TSP dan KCl) diberikan 2 kali dalam satu tahun pada awal
musim dan menjelang akhir musim penhujan. Pupuk kandang diberikan satu kali
dalan setahun pada awal musim penghujan. Dosis pupuk yang diberikan untuk
pupuk anorganik ialah Urea 225 kg/ha, TSP 125 kg/ha, KCl 300 kg/ha.
Sedangkan pupuk kandang 20 kg/ha/tahun.

Sarana Dan Prasarana Pendukung


Di Kabupaten Kotawaringin Timur sarana dan prasarana pendukung antara lain :

- Terletak dijalur Lintas Kalimantan

- Sarana perhubungan laut, udara, darat telah terbuka luas (Pelabuhan Sampit,
Bandara Udara, Jalan darat aspal hotmik)

- Perbankan cukup memadai antara lain : BPD, BRI, BNI, Bank Mandiri, Danamon,
BII.

- Perwakilan PT. Syngenta Indonesia, PT. Monagro, PT. Pertani.

- Sub Laboratorium Hama Penyakit

- BBI Hortikultura Keruing, Kebun Bibit Keruing.

- Terminal angkutan darat.

- Komunikasi meliputi pelayanan telepon otomatis dan telkomsel serta Pos dan Giro
setiap ibukota Kecamatan.

Analisa Usaha Tani

Kegiatan Analisa Usaha Tani merupakan kegiatan yang perlu secara terus
menerus dilaksanakan agar dapat diketahui untung rugi usaha tani sehingga dapat
dijadikan dasar analisa pada musim tanam/tahun berikutnya.

Nama Petani : Mansyah

Luas lahan : 1 ha

Lokasi : Kecamatan Baamang (Desa Baamang Hulu)

a. Sarana Produksi

- Bibit 7.500 btg x Rp. 200 Rp 1.500.000

- Pupuk
- Urea 25 kg x Rp. 1.600 Rp. 40.000

- TSP 50 kg x Rp. 1.600 Rp. 80.000

- KCl 50 kg x Rp. 1.900 Rp. 95.000

Rp 1.715.000

b. Biaya Tenaga Kerja

- Pengolahan 40 HOK x Rp. Rp 720.000


tanah 18.000

- Tanam 40 HOK x Rp. Rp. 480.000


12.500

- Pemeliharaan 1 org x Rp. 250.000 Rp. 250.000


dan panen
(tenaga
kerja)

Rp.3.700.000

c. Biaya pajak lahan

- Biaya pajak lahan Rp 30.000

- Biaya alat Rp 175.000

Biaya lain-lain Rp. 25.000

Rp 3.700.000
d. Biaya pasca panen

- Biaya pasca panen Rp 250.000

- Biaya sewa lahan Rp 225.000

Rp 475.000

e. Harga setempat perbuah

- Harga setempat perbuah Rp 5.000

f. Total produksi

- Total produksi Rp 7.000

PENDAPATAN KOTOR

= 7.000 x 5.000

= 35.000.000

PENDAPATAN BERSIH

= Rp. 35.000.000 6.120.000

= Rp. 28.880.000
KELAYAKAN EFISIENSI

B/C = 28.880.000

6.120.000

= 4,71

R/C = 35.000.000

6.120.000

= 5,71

2. Sektor Perkebunan.

Berdasarkan hasil penelitian tanah, agroklimat dan komoditas/budidaya, Pemerintah


Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun 1984 telah menetapkan Rencana Induk
Pembangunan Perkebunan dan lahan yang sesuai untuk pengembangan berbagai
komoditi perkebunan dicadangkan seluas 3.139.500 Ha (20,4 %) dari luas wilayah
Kalimantan Tengah.

Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun 1993 telah menetapkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah dan untuk pengembangan
Perkebunan jangka panjang 15 tahun (1993 2003) dicadangkan lahan seluas
1.700.000 Ha.

Berdasarkan pengalaman disertai penelitian sesuai dengan kondisi tanah dan


iklim yang mendukung di Kalimantan Tengah ada 4 (empat) komoditi utama
yang telah dikembangkan dan telah mengarah kepada kegiatan Usaha
Agribisnis oleh petani pekebun maupun oleh perusahaan perkebunan seperti
kelapa sawit, karet, kelapa dan lada.
Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan utama yang dikelola oleh perusahaan
besar swasta/nasional/asing yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan tanaman
karet dan kelapa sebagai tanaman utama yang dikembangkan pada perkebunan rakyat.

Dengan paradigma baru pembangunan perkebunan yang sebelumnya berorientasi pada


produksi diubah berorientasi pada agribisnis, serta menempatkan pembangunan sistem
agribisnis sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi Indonesia secara
keseluruhan.

Kedepan sub sistem hilir yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
merupakan rangkaian sub sistem yang sangat strategis karena dapat menghela sub
sistem lainnya untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya
petani dan pelaku usaha agribisnis.

a. Potensi Lahan

Luas Propinsi Kalimantan Tengah 153.564 Km2 (15.356.400 Ha).


Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Perkebunan tahun 1984
dicadangkan lahan untuk pengembangan tanaman perkebunan seluas
3.139.500 Ha dan berdasarkan Rencana Tata Ruang Propinsi Kalimantan
Tengah hasil Paduserasi tahun 1999 lahan yang dapat dimanfaatkan untuk
perkebunan yaitu pada Kawasan Pengembangan Produksi (KPP) seluas
3.114.980 Ha dan Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lainnya (KPPL)
seluas 1.892.225 Ha. Selanjutnya untuk jangka waktu 15 tahun (1993
2008/jangka menengah) dicadangkan 1.700.000 Ha.

b. Pemanfaatan Lahan Dan Peluang Investasi

Sesuai dengan rencana Tata Ruang Propinsi Kalimantan Tengah tahun 1999 luas
lahan yang menjadi kewenangan Dinas Perkebunan untuk mendayagunakannya
yaitu pada Kawasan Pengembangan Produksi (KPP) dan Kawasan Pemukiman dan
Penggunaan Lainnya (KPPL) dengan Ijin Usaha Perkebunan (IUP/PPUP) sebanyak
187 buah perusahaan. Perkebunan rakyat yang sudah dibangun pada KPP dan KPPL
sampai akhir tahun 2002 tercatat seluas 448.290 Ha.

Dari segi ketersediaan lahan daerah Kotawaringin Barat (termasuk


Kabupaten Sukamara dan Lamandau) sudah tidak tersedia lagi untuk
perusahaan perkebunan, kecuali mengganti lahan lokasi perusahaan yang
tidak serius atau dicabut arahan/ijin lokasinya.

Sedangkan di Kapuas, khususnya daerah Gunung Mas masih mempunyai


potensi besar, yang selanjutnya diikuti daerah Katingan, Seruyan
(Kotawaringin Timur). Daerah Barito Selatan/Barito Timur, KPPL lebih luas
(pemukiman penduduk dan okupasi usaha rakyat) dan Barito Utara/Murung
Raya terkendala topografi tidak mendukung.

Disamping areal perkebunan rakyat diatas, terdapat kebun perusahaan


perkebunan (71 Unit Perusahaan) seluas 275.356 Ha yang didominasi
tanaman kelapa sawit, sehingga luas areal perkebuanan tahun 2002
mencapai 723.646 Ha.

Lahan yang telah diberikan kepada perusahaan perkebunan besar tersebut


masih ada kemungkinan untuk dicabut ijinnya bila dinilai tidak serius untuk
mengerjakan lahannya sehingga masih memungkinkan untuk diarahkan
kepada calon investor lain yang berminat menanamkan investasinya di
Propinsi Kalimantan Tengah . Gubernur Kalimantan Tengah
menginstruksikan kepada Bupati/Walikota se Kalimantan Tengah untuk
mengevaluasi sebanyak 132 Unit Perusahaan karena berbagai ijin usaha
yang dimiliki sudah berakhir. Ada beberapa ijin lokasi perusahaan
perkebunan yang sudah dicabut dan proses evaluasi untuk dicabut sampai
saat ini berjalan terus.

Beberapa Perkebunan Besar Swasta (PBS) kelapa sawit yang saat ini
ditawarkan untuk dijual (take over) kepada calon investor adalah :
PT. TRANSINDO ASPAC AGRONIAGA, dengan luas tanam 3.600 ha dari
rencana 24.000 Ha.

PT. SURYA BAROKAH, dengan luas tanam 2.648 Ha dari rencana 10.000 Ha.

PT. SAPTA KARYA DAMAI, dengan luas tanam 4.613 Ha dari rencana 12.000
Ha.

Sedangkan peluang investasi industri sesuai potensi perkebunan di


Kalimantan Tengah adalah :

a). Pembangunan Industri Hilir dan industri turunannya dari CPO (Crude
Palm Oil)/ minyak sawit kasar, seperti minyak goreng, sabun, margarine.

Adapun pertimbangan sebagai berikut :

1) Produksi kelapa sawit di Kalimantan Tengah tahun 2002 sebesar


1.183.773,05 ton TBS (Tandan Buah Segar).

2) CPO yang dapat dihasilkan di Kalimantan Tengah pada tahun 2002


adalah 20 % tehadap TBS adalah :

20

x 1.183.773,05 ton TBS = 236.755 ton CPO

100

3) Kapasitas industri hilir CPO/industri minyak goreng dan margarine


rata-rata berkisar antara 10-30 ton CPO/jam

4) Apabila :

a. Digunakan 10 ton/jam, maka kebutuhan CPO satu tahun adalah :

10 ton x 24 jam x 26 Hr x 12 bl = 74.880 ton per satu unit

b. Digunakan 30 ton/jam, maka kebutuhan CPO satu tahun adalah :


30 ton x 24 jam x 26 Hr x 12 bl = 224.640 ton per satu unit

5) Berarti kemungkinan mendirikan industri minyak goreng dan


margarine memungkinkan, walaupun tentunya bahan baku berupa
CPO harus dilakukan dari hasil produksi TBS dan CPO lintas
Kabupaten seperti Kotawaringin Timur, Seruyan, Kotawaringin Barat,
Sukamara, dll, disamping masih banyaknya tanaman yang dimiliki
oleh beberapa Kabupaten tersebut di atas yang belum menghasilkan.

6) Minyak goreng yang dapat diperoleh dari 1 (satu) unit industri adalah:

a. Kapasitas 10 ton : (75/100) x 74.880 ton CPO = 56.160


ton/minyak goreng/th.

b. Kapasitas 30 ton : (75/100) x 224.640 ton CPO = 168.480 ton/


minyak goreng/th

7) Untuk kelancaran angkutan CPO (kapasitas 5 7 ribu liter/tangki


pada saat ini tersedia ruas jalan trans Kalimantan lintas Selatan dan
saat ini sudah mulai dimanfaatkan sesuai perkembangannya.

b). Industri karet remah atau crumb rubber, dan atau industri hilir karet
( pabrik ban atau industri barang jadi yang menggunakan bahan baku
karet).

Selain potensi tersebut diatas, terdapat juga potensi peremajaan kebun karet tua
milik petani. Di Kalimantan Tengah terdapat kebun karet seluas 335.490 Ha,
dengan komposisi tanaman belum menghasilkan (TBM) : 103.992 Ha, tanaman
menghasilkan (TM) 190.904 Ha dan tanaman tua/rusak (TT/TR) : 41.094 Ha.

Dari luas areal tanaman tua/rusak tersebut secara teknis diperkirakan jumlah
tegakan 14.793.840 batang (rata-rata 360 batang/ha, M,J. Rosyid dkk, tahun
2001). Jumlah log kayu karet 8.107.172 m2 (1.818 batang ekivalen 1M3 kayu
karet), jumlah kayu gergajian 1.787.589 M3 (potensi kayu karet gergajian rata-
rata 43.5 M3/hektar, M,J.Rosyid dkk, tahun 2001). Program peremajaan karet tua
dikombinasikan dengan budaya setempat (berladang), tanaman sela
padi/palawija dan atau tanaman kehutanan (sengon). Kabupaten yang sangat
potensial adalah Barito Timur, Gunung Mas, Kapuas/Pulang Pisau dan Barito
Utara.

Lahan masih tersedia dengan mencabut kembali ijin-ijin arahan/lokasi


untuk perusahaan yang tidak serius serta melalui pola kemitraan guna
mengakomodir lahan-lahan milik masyarakat sekitar perusahaan.

c. Tenaga Kerja

Untuk tenaga kasar dapat disediakan dari daerah dengan diikuti program
diklat oleh perusahaan. Sedangkan untuk tenaga ahli/tenaga khusus
didatangkan dari luar daerah (Pulau Jawa) melalui pola Angkatan Kerja
Antar Daerah (AKAD).

d. Pembiayaan

Sistem pembiayaan yang dilakukan oleh PBS selama ini menggunakan modal
sendiri dan fasilitas perbankan (PMDN dan PMA).

Sedangkan pembangunan perkebunan yang dilakukan oleh


masyarakat/petani pada umumnya dilakukan secara swadaya dan
perbantuan dalam bentuk saprodi dan biaya penanaman.Untuk
pembangunan kedepan, sistem pembangunan dapat diarahkan :

Menggunakan modal sendiri.

Menggunakan fasilitas Bank dengan bunga rendah, dan atau subsidi


dari Pemerintah.

Joint Venture.

Fasilitas kredit khusus yang disediakan oleh Pemerintah (Kredit


Pengembangan Agribisnis).
3. Sektor Kehutanan

Untuk Produk Unggulan Kalimantan Tengah yang ditawarkan bagi para


investor dalam dan luar negeri disektor / bidang investasi ini meliputi antara
lain:

a. Industri dan Perdagangan :

Industri Pengolahan kayu, plywood, dowel, moulding,

Pembuatan Industri pabrik Pulp dan kertas.

Perdagangan Hasil hutan ikutan seperti : sarang burung walet, rotan,


damar , gemor dan lain-lain.

b. Pengelolaan Hutan untuk Konservasi SDA dan lahan:

Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hutan Rawa dan Hutan


Hujan tropika serta Hutan Air Payau / Hutan Mangrove yang
terintegrasi / terkonversi dengan sektor Pariwisata dan sektor
Perikanan, Reboisasi lahan kritis / tidur dan areal hutan eks HPH,

Pembangunan Hutan Tanaman Industri / HTI, Suaka marga satwa /


Cagar alam, wisata alam / Wana Wisata, dan Penelitian Hutan ilmiah.
( Eko Turisme ).

c. Hutan Tanaman Industri / HTI

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia telah dimulai


sejak awal dekade 1990-an melalui pelibatan investor swasta dengan
sebagian besar pendanaannya didukung dari Dana Reboisasi (DR).
Pengembangan HTI tersebut dilatar belakangi oleh adanya kesenjangan
antara kapasitas industri pengolahan hasil hutan dengan kemampuan
pasokan bahan baku yang selama ini ditopang oleh produksi dari hutan
alam.

1). Potensi Dan Peluang Investasi


Propinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu Propinsi yang
memiliki potensi sumber daya hutan yang cukup besar, dengan total
luas kawasan hutan mencapai 10,55 juta Ha atau 68,7 % dari total luas
Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah yang seluruhnya mencapai 15,35
juta Ha.

Besarnya potensi sumber daya hutan yang tercermin dari luas kawasan
hutannya menempatkan sektor kehutanan sebagai sektor andalan di Kalimantan
Tengah yang merupakan salah satu pilihan investasi yang sangat strategis dan
potensial dalam mendukung pembangunan Otonomi Daerah di Propinsi
Kalimantan Tengah.

Sejalan dengan kebijakan pembangunan sektor kehutanan, Pemerintah


Propinsi Kalimantan Tengah sangat terbuka bagi investor yang akan
menanamkan modalnya dalam kegiatan pembangunan HTI sekaligus
industri pengolahannya.

Perkembangan HTI hingga saat ini belum mencapai sasaran seperti


yang diharapkan. Bahkan sejak dihentikannya pendanaan yang
bersumber dari DR tahun 1998, banyak diantara perusahaan HTI yang
tidak mampu membiayai kegiatan operasionalnya akibat likuiditas dan
akhirnya mengehentikan kegiatannya.

Sesuai semangat dan tuntutan Otonomi Daerah pada saat ini,


Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah akan membuka peluang
investasi yang seluas-luasnya guna menarik investor dalam dan luar
negeri untuk menanamkan modalnya di Kalteng.

2). Sumber Pembiayaan

Sebagai sebuah proyek investasi kegiatan pembangunan Hutan


Tanaman Industri memerlukan modal dalam jumlah yang tidak sedikit,
sehingga sistim kemitraan dengan melibatkan investor yang benar-benar
kuat dan mampu baik dari dalam Negeri Maupun Luar Negeri dapat
dilaksanakan agar dapat menjamin kepastian usaha dalam jangka
panjang.

Sistim biaya diharapkan selain dari dalam Negeri diantaranya berupa


pinjaman/kredit dari Bank juga diharapkan adanya pinjaman/bantuan
dari luar negeri yaitu dari organisasi-organisasi dunia maupun dari
negara-negara donor.

Sistim pembiayaan untuk pengelolaan Hutan Tanaman Industri dapat


dilaksanakan dengan melalui adanya kompensasi sumber daya alam
antara mitra kerja yaitu terhadap areal yang akan dibuka apabila masih
terdapat tegakan yang bernilai ekonomis dan mempunyai nilai finansial
dapat durus pemanfaatannya sehingga dapat menjadi sumber biaya
yang dapat menjamin bagi pengelola HTI.

Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah menyadari bahwa eko-turisme


sebagai sebuah potensi yang belum tergali merupakan sektor yang akan
dikembangkan Pemerintah Daerah, oleh karenanya peluang investasi
dalam bidang ini masih sangat terbuka bagi investor.

d. Wisata Lingkungan / Eko-Turisme

Salah satu bentuk potensi yang ada di Kalimantan Tengah yang sampai saat ini
belum tergali secara optimal ialah pemanfaatan kawasan hutan untuk tujuan eco-
turism (wisata lingkungan). Ditinjau dari perspektif bisnis, pengembangan eko-
turisme memiliki prospek yang sangat baik dimasa yang akan datang karena daya
tarik yang dimilikinya, berupa kekayaan sumber daya hutan dengan mega
biodiversity dan keindahan panorama alam yang dilengkapi dengan keunikan adat
istiadat budaya yang khas. Dengan potensi seperti ini diharapkan mampu
mengundang minat wisatawan domestik maupun mancanegara.

1). Potensi dan Peluang Investasi


Propinsi Kalimantan Tengah yang memiliki luas wilayah 15.355 juta
hektar, terdiri atas Kawasan Lindung seluas 2,457 juta hektar dan
Kawasan Budidaya seluas 12,898 juta hektar, menunjukan bahwa dari
segi luas kawasan hutan masih sangat besar dan potensial untuk
dikelola dan diusahakan. Disamping itu letak secara geografis Propinsi
Kalimantan Tengah yang menjadikan semakin memberi daya tarik
wisata karena keragaman tipe hutan dengan biodiversity dan kekayaan
flora dan faunanya, serta keragaman dan keunikan budaya dan adat
istiadat masyarakat asli yang tinggal di pedalaman yang semakin
menjadi kekhasan propinsi ini.

Peluang investasi eko-turisme yang demikian besar saat ini sedang


digarap oleh Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah sebagai salah
satu upaya dalam meningkatkan optimalisasi pemanfaatan hutan
berkesinambungan, baik manfaat ekonomis, ekologis maupun sosial dan
budaya untuk kesejahteraan masyarakat.

Jenis-jenis eko-turisme yang ditawarkan Pemerintah Propinsi


Kalimantan Tengah antara lain : wisata hutan hujan tropis dengan segala
keanekaragaman hayati dan keunikan flora fauna khas kalimantan,
wisata arung jeram, susur sungai, air terjun, pegunungan dan perbukitan
dengan panorama yang indah, wisata situs sejarah, budaya dan adat
masyarakat Dayak, berbagai macam wisata petualangan lainnya
kiranya akan mempunyai daya tarik yang layak saing dipasar pariwisata
nasional maupun internasional.

2). Pembiayaan

Pembiayaan dan pengelolaan proyek pengembangan eko-turisme ini


direncanakan melalui bentuk kemitraan baik antara investor dalam negeri
maupun dengan investor luar negeri yang tertarik untuk menanamkam modal di
sektor ini.

Disamping Pola Kemitraan tersebut, diharapkan melalui pameran di


Brunei Darussalam ini eko-turisme akan dapat menarik Para investor
dan negara-negara donor untuk memberikan pinjaman bagi
pengembangan eko-turisme di Propinsi Kalimantan Tengah

e. Hasil Hutan Rotan.


Rekap Potensi Rotan Kalimantan Tengah:

1. Luas Tanaman Rotan di Kalimantan Tengah 1,5 Juta Hektar (Rotan Alam,
perkebunan masyarakat, budidaya).

2. Potensi Produksi Rotan di Kalimantan Tengah 2,25 Juta Ton Per Tahun.

3. Produksi Rotan tahun 2001 = 1.371.864 ton per tahun.

4. Jenis Rotan yang dihasilkan :

a. Rotan Irit

b. Rotan Manau

c. Rotan Taman

d. Rotan Sega

e. Rotan semambu

f. Limbah Hak Pengusahaan Hutan.

Daftar Target Limbah Dari RKTUPHHK Tahun 2004 Propinsi Kalimantan Tengah
S/D 31 Maret 2004

Target

N
o Kabupaten Limbah RKTUPHHK

Tahun 2004
(M3)

1 2 3

1. Kab. Murung Raya 3.500

2. Kab. Barito Utara 18.430

3. Kab. Barito Selatan 3.515

4. Kab. Barito Timur -

5. Kab. Kapuas -

6. Kab. Pulang Pisau -

7. Kota Palangka Raya -

8. Kab. Gunung Mas -

9. Kab. Katingan 12.325

10. Kab. Kotawaringin Timur -

11. Kab. Seruyan -

12. Kab. Kotawaringin Barat 4.435

13. Kab. Lamandau -


14. Kab. Sukamara -

JUMLAH 42.205

Keterangan: 4 (empat) Unit HPH Blok RKTUPHHK-nya berada pada


Kabupaten, yaitu :

- PT. Sari Bumi Kusuma (Kab. Katingan & Kab. Lamandau)

- PT. Erna Djuliawati (Kab. Katingan & Kab. Seruyan)

- PT. Trisetia Intiga (Kab. Kotawaringin Barat & Kab. Lamandau)

- PT. Central Kalimantan Abadi (Kab. Seruyan & Kab.


Kotawaringin Barat)

4. Sektor Kelautan dan Perikanan.

Areal perairan laut dengan garis pantai + 750 Km menghadap ke laut Jawa,
dengan 11 Sungai besar, dan perairan umum sungai, danau, rawa seluas +
2.290.000 Ha. Yang sangat cocok untuk usaha perikanan Tangkap, Usaha
perikanan Budidaya .

Jenis produksi perairan laut dan perairan umum diantaranya ikan kakap,
tongkol, bawal, tengiri, kembung, udang,kepiting,lais , toman, udang galah,
baung, belida, jelawat, labi-labi, dan ikan hias (botia dan arwana).

a). Perikanan Tangkap.

- Potensi perikanan tangkap di perairan Umum : yang terdiri dari 11


sungai besar,486 buah danau dan 1,85 juta Ha. Lahan rawa memiliki
berbagai jenis ikan dengan potensi lestari sebesar 130.000 Ton per
tahun., potensi keberadaan labi-labi + 500.000 ekor per tahun baru
dimanfaatkan 20 % , ikan hias botia potensinya sebesar + 7,5 juta ekor
per tahun baru dimanfaatkan 36 % dan ikan betutu potensi diperkirakan
200 ton per tahun baru dimanfaatkan 51 %.

- Potensi perikanan tangkap diperairan laut : dengan luas wilayah laut +


95.450 Km2 memiliki potensi lestari sebesar 126 000 ton baru
dimanfaatkan 44,46 %.

b). Perikanan Budi Daya.

- Budi daya Ikan Air Tawar, Potensi nya ada di sungai , danau dan rawa
yang tersebar diseluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah , budi
daya dengan menggunakan Kolam , keramba dan jaring apung. Dan
untuk mendukung budi daya ikan air tawar ini telah dibangun balai
benih ikan .

- Budi daya ikan air Payau dilingkupi dengan hamparan hutan bakau ,
nipah sehingga potensial sekali untuk budi daya ikan/ udang tambak
tersedia lahan seluas 84.400 Ha. Untuk pengembangan budi daya
tambak di air payau ini.

c). Peluang investasi sektor perikanan adalah :

- Budi daya tambak udang/bandeng/kepiting. Lahan yang tersedia seluas


84.400 Ha. Di kabuapten : Kapuas, Pulang pisau, Katingan , Kotim ,
kobar dan Sukamara.

- Budi Daya Ikan di Keramba / jarring apung areal yang tersedia di 11


sungai besar, di Kabupaten : Pulang Pisau, P.Raya, Kapuas, Kotim,
seruyan, Kobar.

- Penangkapan Ikan di perairan laut. Areal disepangjang pantai 750 Km


dengan jarak 0 12 mill laut.

- Penangkaran : labi-labi di kabupatenPulang pisau dan katingan , ikan


hias arwana, di kabupaten seruyan , ikan betutu di kabupaten Kapuas
dan Pulang Pisau.
Peluang Investasi di Bidang Pembenihan dan Pemasaran Ikan Betutu
(Oxyeleotris Marmorata Blkr) di Kalimantan Tengah

Benih merupakan bagian utama dalam budidaya ikan. Pada tingkatan yang
sederhana benih ikan dapat diperoleh dari hasil penangkapan di periakan umum,
sedang pada tingkat yang lebih maju dapat diperoleh dari hasil pembenihan ikan
milik petani (swasta) maupun dari Balai Benih Ikan (BBI) milik Pemerintah.

Ikan Betutu / bakut (Oxyeleotris marmorata) atau marbled goby alias ikan
bodoh / malas terbilang ikan konsumsi mahal, namun belum ada yang sangat serius
mengelola pembenihannya, akibatnya perkembangbiakannya sangat
menghawatirkan, sehingga populasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Kondisi
ini perlu segera dicari solusinya agar ikan betutu bisa ditingkatkan jumlahnya,
apalagi dengan harganya yang tinggi ini, maka banyak orang yang lebih suka
memburunya, akibat diburu inilah semakin mempercepat kemusnahannya.

Pasokannya sampai saat ini masih kurang karena mengandalkan tangkapan


dari alam sehingga dikhawatirkan sudah terjadi over fishing atau melebihi tingkat
produksi alam yang normal. Bila ikan betutu terus ditangkapi akibat permintaan dan
harga jual yang tinggi, lama kelamaan populasinya akan menjadi langka. Budidaya
mencakup kegiatan produksi benih dan pembesaran ikan betutu merupakan suatu
alternatif rasional yang harus ditempuh.

Ikan betutu sebagai ikan air tawar, banyak ditemukan diperairan Kalimantan
Tengah. Habitatnya meliputi air tawar dan payau, sungai-sungai yang tidak jauh dari
muara atau pantai, berarus tenang dan berlumpur, rawa serta danau dengan dasar
berlumpur, ia senang terbenam dicelah dan termasuk ikan labirin karena mampu
hidup diperairan yang keruh dengan bantuan lembar-lembar labirin pada lapis
insangnya.

Latar belakang

Konsumen utama Betutu adalah masyarakat luar dari Kalimantan Tengah,


terutama Pulau Jawa melalui penjualan ke restoran berbintang dengan harga yang
menggiurkan dan juga merupakan komoditas ekspor dengan Negara tujuan Amerika
Serikat, Cina / Hongkong, Australia, Singapura, Malasia dan Negara lainnya.
Sebagian besar ikan ini diperoleh dari hasil tangkapan di alam, pada kondisi
saat ini Betutu di alam sudah sangat langka diperoleh sehingga hasil tangkapan
semakin menurun jumlahnya. Dari data pemasaran 2 (dua) tahun terakhir ikan
Betutu yang keluar dari Propinsi Kalimantan Tengah berjumlah 15.763 Kg pada
tahun 2001 dan menurun menjadi 13.347,2 Kg pada tahun 2002, hal ini akibat dari
eksploitasi yang dilakukan secara terus menerus tanpa diimbangi dengan
pembudidayaan.

Propinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 153.564 Km2 meliputi


perairan umum yang terdiri dari sungai, danau dan rawa sekitar 2,29 juta Ha, sungai
besar yang ada berjumlah 11 (sebelas) buah dan 33 (tiga puluh tiga) buah anak/
cabang sungai ; sementara danau yang ada berjumlah 455 (empat ratus lima puluh
lima) buah.

Prospek pengembangan ikan Betutu cukup baik, terutama juga untuk


memenuhi permintaan konsumen dalam dan luar negeri dengan tanpa harus
mengganggu kelestarian alam. Hal ini didukung dengan mengingat Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.

Dalam upaya memanfaatkan peluang dan mengatasi permasalahan tersebut,


salah satu perusahaan yang ada di Kalimantan Tengah yaitu CV.Zippora Anggun
selaku eksportir yang berusaha dibidang ikan konsumsi (ikan Betutu) telah
berupaya dalam mengatasi permasalahan pembenihan dan penyediaan ikan Betutu
dalam bentuk mendirikan hatchery dan pembesaran yang saat ini terbentur biaya
dan diharapkan dapat bekerja sama dengan pihak investor yang berminat dibidang
usaha tersebut.

Lokasi dan Tempat Usaha

Sesuai hasil survei yang dilaksanakan oleh perusahaan CV.Zippora Anggun


bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Tengah bahwa
daerah yang cocok untuk pengembangan ikan Betutu, yaitu daerah pasang surut
seperti di Kabupaten Pulang Pisau tepatnya di Desa Henda (antara Palangka Raya
dan Pulang Pisau). Daerah tersebut memenuhi persyaratan pembudidayaan ikan
Betutu dengan pertimbangan tanah padat dan berlumpur serta ketinggian pasang
surut mencapai 1,5 meter, dekat dengan perairan sungai Kahayan.

Adapun kapasitas lahan yang telah tersedia dan dimiliki oleh perusahaan
tersebut saat ini dengan luas 10 Ha (100.000 m 2) yang sedang digarap, dan
diharapkan pengembangannya mencapai 50 Ha (500.000 m2).

Kebutuhan Investasi
Mengingat dana yang dimiliki oleh perusahaan tersebut sangat terbatas, diharapkan
dari pihak luar (investor) bisa bekerja sama dalam mewujudkan usaha tersebut
diatas dengan perincian biaya :

Pengelolaan tanah (pembuatan kolam) per


hektar untuk tahap pertama 10 Ha x Rp.
100.000.000 =

Rp. 1.000.000.000,-
Bangunan hatchery (tempat Pembenihan,
peralatan dan bangunan lainnya) =

Rp. 500.000.000,-
Pengamanan (pagar dan lainnya) =

Rp. 250.000.000,-
Pakan dan obat-obatan =

Rp. 100.000.000,-
Pengadaan dan perawatan induk =

Rp. 50.000.000,-

Gaji karyawan @ 1.000.000 / bulan x 20 orang


x 12 bulan =

Rp. 240.000.000,-

Rp. 2.140.000.000,-

Apabila pengembangannya mencapai 50 Ha biaya yang diperlukan mencapai


Rp. 10.700.000.000,-

Pemasaran dan penjualan

Pemasaran saat ini ke daerah Pulau Jawa terutama Jakarta, Surabaya dan
sebagian dieksor via Jakarta tujuan Malasia dan Singapura. Adapun pembelian
ditingkat masyarakat Rp. 50.000 / kg, ditingkat penampungan Rp. 65.000 / kg,
sedangkan harga jual di daerah tujuan Rp. 105.000 dan di luar negeri harga
mencapai Rp. 130.000 / kg.

Potensi Alam

Propinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 153.564 Km2 meliputi


perairan umum yang terdiri dari sungai, danau dan rawa sekitar 2,29 juta Ha, sungai
besar yang ada berjumlah 11 (sebelas) buah dan 33 (tiga puluh tiga) buah anak/
cabang sungai ; sementara danau yang ada berjumlah 455 (empat ratus lima puluh
lima) buah. Potensi ikan Betutu sekitar 200 ton per tahun dengan produksi tangkap
tahun 2002 13.347,2 Kg dan sebagian ikan ini dibawa ke Banjarmasin dengan
jumlah mencapai 30 ton per tahun.

Teknologi Pembenihan

Induk ikan Betutu yang akan dipijah berukuran 800 1.500 gram per ekor.
Pasalnya ada korelasi positif antara bobot induk dengan jumlah telur yang
dihasilkan induk dengan kisaran bobot tersebut diatas dapat menghasilkan telur
sebanyak 5.000 30.000 butir. Jumlah telur sangat bervariasi tergantung kondisi
induk dan tingkat kematangan gonad. Induk-induk ikan betutu yang akan dipijah
harus diperhatikan secara praktis tingkat kematangan gonad induk ikan betina dapat
diketahui dari ukuran celah genitalnya. Induk ikan jantan juga kelihatan warna
merah disekitar lubang pelepas. Ada kalanya jika bagian bawah perut diurut akan
keluar cairan berwarna putih.

Pemijahan induk ikan Betutu dapat dilakukan secara alami atau dengan
stimulasi hormon. Pemijahan betutu tidak mengenal musim dan dapat berlangsung
sepanjang tahun tiga sampai empat kali setahun. Kemauan memijah biasanya akan
meningkat pada musim hujan, sebaliknya kurang pada musim kemarau.

a. Pemijahan alami

Tempat pemijahan betutu dilakukan di kolam tanah dan bak fiber glass.
Penebaran induk antara jantan dan betina 1 : 1. Padat penebarannya dilakukan
untuk 100 ekor induk pada luasan kolam 20 x 30 m, kedalaman 1 2 m, dasar
dan pinggir kolam bersiring tembok, memiliki pergantian air secara terus
menerus, tempat pemijahan harus dilengkapi saluran pemasukan air (inlet) dan
saluran pembuangan (outlet).
Telur dikeluarkan dari tubuh betina yang sudah matang gonad dengan
menyemprotkannya ke substrat. Substrat untuk penempelan telur tersebut
terbuat dari potongan pipa paralon berukuran 4 6 inchi yang dibelah dan
kemudian diikat kembali guna memudahkan pada saat mengecek keberadaan
telur. Jumlah sarang yang ditempatkan dalam kolam bekisar 20 30 buah untuk
sejumlah pasang induk tersebut.

setiap induk bertelur pada substrat membentuk lingkaran yang diselimuti


lendir. Telur tersebut dipindahkan ke aquarium bervolume 40 60 liter.
Kedalam aquarium dapat diisi 2 3 sarang dan diberi aerasi untuk suplay udara
sampai telur menetas.

b. Kawin suntik

Tujuan kawin suntik yaitu untuk mendapatkan produksi telur dalam julah
lebih banyak, yang memungkinkan benih ikan diproduksikan secara masal dan
terjadwal.

Hal ini dilakukan jika fasilitas hatchery untuk pemeliharaan larva cukup
memadai, sehingga pengaruh kegagalan bisa dikurangi. Hormon yang
digunakan untuk menstimulasi pemijahan Betutu adalah ovaprim.

Hormon disuntikan ketubuh ikan secara intra muscular pada bagian dorsal
dekat sirip punggung. Penyuntikan dilakukan 2 kali dosis yang dianjurkan 0,5
ml/ kg bobot badan. Selang waktu penyuntikan pertama dan kedua berkisar 10
12 jam. Waktu ovulasi induk-induk antara 36 60 jam.

5. Sektor Peternakan.

Tujuan Pembangunan Kehewanan di Kalimantan Tengah adalah untuk meningkatkan


populasi dan produksi ternak, meningkatkan pendapatan peternak, memperluas
kesempatan kerja, meningkatkan gizi masyarakat serta meningkatkan pendapatan asli
daerah.

Sampai saat ini usaha peternakan/kehewanan di Kalimantan Tengah sebagian


besar merupakan peternakan rakyat yang bersifat tradisional, dimana jumlah
pemilikan ternak masih berskala kecil, permodalan terbatas, keterampilan dan
teknologi yang digunakan relatif rendah.
Sehubugan dengan hal tersebut diatas, maka kebijaksanaan operasional
pembangunan peternakan/kehewanan di Kalimantan Tengah diarahkan
melalui:

- Intensifikasi, ditujukan untuk meningkatkan produktifitas ternak dan


peternak dengan jalan menggunakan teknologi tepat guna dan sarana
produksi yang tersedia.

- Ekstensifikasi, ditujukan untuk meningkatkan populasi atau produksi ternak


dengan memanfaatkan sumber daya alam yang belum atau kurang intensif
sebagai usaha pertanian lainnya.

- Diversifikasi, adalah pemanfaatan berbagai komoditi peternakan, termasuk


pengolahan limbah hasil peternakan.

- Rehabilitasi, adalah bentuk usaha penanggulangan/perbaikan akibat


menurunnya atau rusaknya sumber daya alam (tanah dan ternak).

- Sampai saat ini sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara optimal,
demikian juga masih terdapat faktor-faktor ekonomis yang belum dimanfaatkan.
Jika keadaan ini dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap mampu menjadi
sektor yang tangguh dan mampu menopang pengembangan ekonomi regional.

a. Potensi Ternak Sapi Potong

Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan yang
memadai bagi pengembangan peternakan sapi potong.

Sampai dengan saat ini sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara
optimal, demikian juga masih terdapat faktor-faktor ekonomi yang belum
dimanfaatkan. Jika keadaan ini dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap
mampu menjadi sektor yang tangguh yang mampu menopang pengembangan
ekonomi regional.

Potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan tersebut antara lain :


1). Masih terdapat kesenjangan antara produktifitas, baik produktifitas riil maupun
produktifitas potensial komoditi peternakan, sehingga produktifitas masih dapat
dilakukan melalui peningkatkan pemanfaatan teknologi biologi dan budidaya.

2). Masih tersedianya sumber pakan ternak berupa hijauan yang masih belum
dimanfaatkan secara optimal, khususnya untuk pengembangan ternak
ruminansia. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan di sub sektor peternakan.

3). Bertitik tolak dari potensi wilayah Kalimantan Tengah tersebut, maka untuk
menunjang peningkatan produksi daging dalam rangka memnuhi kebutuhan
pangan asal ternak, tidak lepas dari peranan pihak swasta sebagai salah satu
pelaku agribisnis sehingga masyarakat mampu meningkatkan produksi
peternakan sapi potong yang berdaya saing di pasar domestik maupun eksport

Dengan potensi lahan yang sesuai untuk usaha peternakan sapi potong sekitar
2.531.158 hektar, dimana dapat menampung sekitar 1.260.000 Satuan Ternak, maka
terbuka peluang yang sangat besar untuk pengembangan ternak sapi potong.

Type investasi yang diharapkan adalah melalui Kemitraan. Dalam hal ini
adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara Pemerintah Brunei
Darussalam dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas
Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah dan sekaligus memberdayakan
peternak lokal.

Kemitraan yang dimaksud adalah :

- Pemerintah Brunei Darussalam menyediakan dana untuk pekerjaan


yang tercantum pada butir 5 tersebut diatas.

- Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah menyediakan dana untuk


keperluan pembinaan operasional.

- Peternak menyediakan tanah tempat Ranch / Padang Penggembalaan


dan melaksanakan operasional usaha peternakannya.

- Pemerintah Brunei Darussalam bersama dengan Pemerintah Propinsi


Kalimantan Tengah (Dinas Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah)
melaksanakan fasilitasi dalam manajemen, pembinaan administrasi dan
teknis serta pengawasan secara terpadu.

- Hasil keuntungan usaha diatur kemudian sesuai kesepakatan bersama.


Lahan ranch Lokasi / Padang penggembalaan :

a. Kabupaten Katingan

- Lahan tersedia : 380.700 hektar

- Jumlah ternak sapi yang ada : 3.468 ekor

b. Kabupaten Gunung Mas

- Lahan tersedia : 250.125 hektar

- Jumlah ternak sapi yang ada : 3.106 ekor

c. Kabupaten Seruyan

- Lahan tersedia : 186.218 hektar

- Jumlah ternak sapi yang ada : 5.005 ekor

b. Potensi Pengembangan Peternakan Kambing

Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan yang
memadai bagi pengembangan peternakan kambing.

Sampai dengan saat ini sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara
optimal, demikian juga masih terdapat faktor-faktor ekonomi yang belum
dimanfaatkan. Jika keadaan ini dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap
mampu menjadi sektor yang tangguh yang mampu menopang pengembangan
ekonomi regional.

Potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan tersebut antara lain :

- Masih terdapat kesenjangan antara produktifitas, baik produktifitas riil maupun


produktifitas potensial komoditi peternnakan, sehingga produktifitas masih
dapat dilakukan melalui peningkatkan pemanfaatan teknologi biologi dan
budidaya.

- Masih tersedianya sumber pakan ternak berupa hijauan yang masih belum
dimanfaatkan secara optimal, khususnya untuk pengembangan ternak
ruminansia. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan di sub sektor peternakan.

- Produk peternakan masih berkualitas rendah, sehingga upaya peningkatan


kualitas dan standarisasi produk dapat dipandang sebagai kegiatan yang dapat
meningkatkan nilai tambah.

Bertitik tolak dari potensi wilayah Kalimantan Tengah tersebut, maka untuk
menunjang peningkatan produksi daging dalam rangka memnuhi kebutuhan pangan
asal ternak, tidak lepas dari peranan pihak swasta sebagai salah satu pelaku
agribisnis sehingga masyarakat mampu meningkatkan produksi peternakan kambing
yang berdaya saing di pasar domestik maupun eksport

Dengan potensi lahan yang sesuai untuk usaha peternakan kambing sekitar
1.215.106 hektar, dimana dapat menampung sekitar 6.075.530 Satuan Ternak, maka
terbuka peluang yang sangat besar untuk pengembangan ternak kambing.

Lokasi Pengembangan Peternakan Kambing diarahkan kepada daerah yang


mempunyai potensi untuk keberhasilan usaha dan adanya peternak yang sudah
berpengalaman dalam memelihara ternak kambing.

Adapun lokasi tersebut adalah :

a. Kota Palangka Raya

b. Kabupaten Pulang Pisau

c. Kabupaten Kapuas

Type investasi yang diharapkan melalui Kemitraan. Dalam hal ini adanya
kerjasama yang saling menguntungkan antara Pemerintah Brunei
Darussalam dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas
Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah dan sekaligus memberdayakan
peternak lokal.

Kemitraan yang dimaksud adalah :


- Pemerintah Brunei Darussalam menyediakan dana untuk pekerjaan
yang tercantum pada butir 5 tersebut diatas.

- Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah menyediakan dana untuk


keperluan pembinaan operasional.

- Peternak menyediakan tanah tempat pemeliharaan dan melaksanakan


operasional usaha peternakannya.

- Pemerintah Brunei Darussalam bersama dengan Pemerintah Propinsi


Kalimantan Tengah (Dinas Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah)
melaksanakan fasilitasi dalam manajemen, pembinaan administrasi dan
teknis serta pengawasan secara terpadu.

- Hasil keuntungan usaha diatur kemudian sesuai kesepakatan bersama.

c. Kerjasama Permodalan

Pembangunan Peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis


khususnya sub sistem usaha tani ternak dengan keluaran berupa produksi primer
ternak. Sub sistem ini akan menjadi suatu kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan
dari sub sistem agribisnis hulu (berupa kegiatan ekonomi input produksi peternakan,
informasi dan teknologi) dan sub sistem agribisnis hilir (perdagangan pengolahan
dan jasa agribisnis).

Sejalan dengan visi pembangunan kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah


yaitu Terwujudnya kesejahteraan masyarakat peternakan/kehewanan Kalimantan
Tengah dengan membangun sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing dan
berbasis sumber daya lokal dan pedesaan.

Untuk mewujudkan visi tersebut pembangunan usaha peternakan/kehewanan


dengan sistem dan usaha agribisnis berbasis peternakan operasionalisasinya
memerlukan keterkaitan lintas sub sektor dan sektor lainnya, sehingga diperoleh
sinergi yang proporsional antara para pelaku agribisnis peternakan baik pada
segmen hulu, tengah dan hilir.
Kemitraan Usaha

Pola kerjasama kemitraan usaha antara perusahaan besar, perusahaan


menengah, perusahaan kecil, pihak perbankan, peternak/kelompok tani bertujuan
antara lain .

1. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/keluarganya,


kesinambungan usaha serta memperluas lapangan kerja.

2. Memberikan kepastian kepada peternak/kelompok tani dalam memasarkan


produknya dengan jaminan harga yang wajar.

3. Meningkatkan skala usaha dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan


kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri.

4. Mempercepat alih teknologi maju dari perusahaan besar kepada para peternak,
serta meningkatkan efisiensi perusahaan melalui optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya.

5. Mengikut sertakan modal swasta dalam pembangunan pertanian/peternakan.

Pola Kemitraan/Kerjasama

Model Pola Kemitraan dan model Kerjasama Permodalan Tripartite


tujuannya sama yaitu dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan namun dalam operasional Kerjasama
Permodalan Tripartite perusahaan sebagai penyedia modal/kredit tidak secara
langsung diberikan kepada mitra (petani/kelompok tani) tetapi penyalurannya
melalui Bank, demikian juga Pemrintah Propinsi dan Kabupaten/Kota tidak hanya
bertindak sebagai fasilitator, tetapi dapat juga menjadi sumber dana/permodalan
melalui APBD I dan APBD II.

Pembangunan Peternakan di Kalimantan Tengah pada umumnya masih


mengandalkan peternakan rakyat dan lambat berkembang karena keterbatasan
modal usaha. Diakui bahwa perhatian pemerintah secara bertahap menyediakan
dana/modal usaha dalam bentuk kredit melalui Lembaga Perbankan mapun non
Perbankan untuk membantu peternak/kelompok tani dalam pengembangan
usahataninya (penggemukan sapi.potong, budidaya ayam buras dan itik) dan upaya-
upaya demikian sangat diharapkan dalam memberdayakan para petani/kelompok
tani dan masyarakat pada umumnya.Sejalan dengan itu dalam rangka Percepatan
Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (PPKTI) bidang pertanian dalam arti luas,
dan khusus pembangunan sub sektor peternakan sangat mengharapkan dukungan
dana melalui kerjasama permodalan tripartite.

Pola Kemitraan yang memungkinkan dilaksanakan dalam usaha peternakan adalah


antara lain :

1. Pola Inti-Plasma artinya Perusahaan mitra bertindak sebagai Inti dan


peternak/kelompok tani sebagai plasma.

2. Pola Kerjasama Operasional Agribisnis artinya kelompok peternak menyediakan


lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra bertindak sebagai
penyedia modal/dana, dan menampung pemasaran hasilnya.

Ataukah Pola/Model kerjasama permodalan tripartite yaitu :

1. Kerjasama Permodalan Agribisnis (KPA), dimana Perusahaan Agibisnis


menyediakan dana kredit permodalan (melalui Bank Penyalur), sarana
produksi , menampung hasilnya serta pemasarannya, sedangkan petani
menyediakan lahan, sarana dan tenaga.

2. Kerjasama Permodalan Murni (KPM), dimana Perusahaan hanya menyediakan


dana kredit permodalan melalui Bank Penyalur kepada petani/kelompok tani.

3. Kemitraan Permodalan Langsung (KPL), dimana Perusahaan langsung


menyediakan dana kredit permodalan, sarana produksi, menampung hasil
produksi dan pemasaran hasil, sedangkan petani menyediakan lahan, sarana dan
tenaga.

4. Pola kerjasama pembiayaan APBD yaitu Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota


mengalokasikan dana APBDI/APBDII khusus disalurkan kepada
petani/kelompok tani melaui Bank Penyalur dengan pola dana bergulir, sehingga
dana pembangunan APBD tidak hilang dan dapat dimanfaatkan oleh
petani/kelompok tani yang pada akhirnya dapat menggerakkan roda
perekonomian daerah khususnya pembangunan sektor agribisnis.

Dukungan kerja sama permodalan tripartite untuk pengembangan sektor


peternakanan di Kalimantan Tengah antara lain :

Kemitraan Penggemukan Sapi Potong, ( semua Kabupaten/Kota).


Kemitraan Pengembangan ayam broiler/layer ( Kapuas, Palangka Raya,
Kotim,dll).

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Kapuas, Barito Timur dan Kobar)

Adapun pola kemitraan/kerjasama permodalan tripartite serta pengaturan sistim


bagi hasil tergantung kesepakatan antara mitra yang terlibat, yang nantinya akan
dituangkan dalam perjanjian kerjasama.

Lokasi Potensi Pengembangan Ternak di Kalimantan Tengah

1. Penggemukan Sapi Potong :

a. Pulang Pisau

b. Kapuas

c. Palangka Raya

d. Kotawaringin Barat

e. Kotawaringin Timur

f. Gunung Mas

g. Seruyan

2. Kemitraan Pengembangan Ayam Broiler/Layer

a. Kapuas

b. Palangka Raya

c. Kotawaringin Timur

3. Dukungan Pengembangan Agropolitan


a. Kapuas

b. Kotawaringin Barat

c. Barito Timur

6. Sektor Perindustrian dan Perdagangan

Industri yang ada di Kalimantan Tengah berupa: Usaha Perkayuan, Karet,


Rotan perikanan, perkebunan ( Kelapasawit/ CPO ) dan pertambangan.
Sedangkan jumlah perusahaan industri sampai dengan 2003 tercata sebanyak
+ 7.758 unit usaha terdiri dari Industri kecil dan menengah non fasiliatas dan
Industri besar PMA/PMDN (Industri Kayu dan Kimia ) sebanyak 40 Unit usaha

Jenis komnoditi yang dieksport dari Kalimantan Tengah adalah :

Hasil Hutan berupa:

- Kayu olahan meliputi Plywood, moulding, dowels, fingers, S2S, S4S, Floring
boardWood tile, Pallet, doorcomponen cosing, sadle boar, meja taman,
wooden decking, system village, food board, garden fance, laminating,
floring house, truck body, garden gate, garden screen dan lain lain .

- Hasil hutan ikutan meliputi rotan bulat dan dry jelutung

- Hasil rotan olahan weaving dan barang jadi rotan.

Hasil perkebunan berupa Karet Olahan ( SIR 20 ).

Hasil pertambangan berupa :


Emas Murni

Perak Murni

Pasir Zircon

Hasil Perikanan berupa Udang Beku.

Peluang Investasi untuk sektor perindustrian dan perdagangan adalah


Mengembangkan / membangun Aneka industri yang mengolah Produk-produk
atau berbahan baku Dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
pertambangan, kehutanan menjadi barang jadi dan perdagangan serta
pemasaran produk-produk lainnya.

Perdagangan Komoditi Rotan Kalimantan Tengah.

Rotan di Kalimantan Tengah sebagian besar merupakan hasil budi daya perkebunan
rakyat (sebagian tanah kebun bersertifikat). Pada tahun 2001 luas kebun rotan tercatat
1,5 juta ha dengan produksi 1.371.864 ton/tahun (rotan taman dan rotan irit).

Pengalaman larangan ekspor rotan asalan tahun 1986 berdampak negatif


masih membekas, di mana harga rotan di dalam negeri anjlok dan tidak stabil
yang mengakibatkan kebun rotan rakyat menjadi terlantar. Penolakan
masyarakat Kalimantan Tengah terlihat jelas pada berita koran.

Berkurangnya / hilangnya lapangan kerja masyarakat Kalimantan Tengah


kurang lebih 100.000 Kepala Keluarga (KK) yang menggantungkan hidupnya
pada hasil rotan sehingga kesempatan pemberdayaan ekonomi masyarakat
melalui lapangan kerja/usaha yang ada semakin berkurang dan akan
meningkatkan angka pengangguran.
Usaha Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah untuk meningkatkan industri
pengolahan secara bertahap mendapat dukungan yang positif dari Pusat, yaitu:

a. Tahun Anggaran 2003 :

Kota Palangka Raya dan Kabupaten Barito Utara mendapat bantuan mesin penipis
rotan masing-masing 1 (satu) unit dan 2 (dua) unit melalui Proyek Peningkatan
Industri Kecil dan Menengah Kalimantan Tengah.

b. Tahun Anggaran 2004 :

Kabupaten Katingan akan mendapat 1 (satu) unit mesin pengolah rotan melalui
Proyek Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (Ditjen IKAH, Depperindag)
sedangkan Pemerintah Kabupaten Katingan akan menyediakan tanah dan
bangunannya yang berfungsi sebagai Unit Pelayanan Teknis Daerah.

Telah adanya kesepakatan bersama tentang kerjasama pengusahaan rotan,


antara :

a). Pemerintah Kabupaten Barito Selatan dengan Instansi Teknis Pemerintah


Jawa Tengah, tertanggal 15 Desember 2003. Sampai saat ini realisasi
penjualan rotan belum ada.

b). Pemerintah Kabupaten Katingan dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon


tertanggal 14 April 2003 yang dilanjuti oleh KADIN Kabupaten Katingan
dengan KADIN Kabupaten Cirebon. Sampai saat ini realisasi penjualan
rotan relatif kecil karena terkendala harga dan cara pembayaran.

Hasil pembahasan usulan larangan ekspor rotan asalan pada tanggal 14


Januari 2004 di Jakarta yang diprakarsai oleh Direktur Ekspor Produk
Pertanian dan Pertambangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, bahwa Pemerintah Propinsi
Kalimantan Tengah mengusulkan agar menangguhkan larangan ekspor rotan
asalan yang telah dibudi daya karena produksinya tidak dapat terserap
sepenuhnya oleh pelaku pasar di dalam negeri.

Dengan informasi tersebut di atas, maka Pemerintah Pusat c.q. Memperindag


seyogyanya mendukung sebagai berikut :
1. Agar larangan ekspor rotan asalan hasil budidaya yaitu rotan irit dan rotan
taman ditangguhkan, untuk rotan alam seperti rotan manau kami
sependapat dilarang ekspornya.

2. Agar pajak ekspor rotan asalan dapat diturunkan lagi pajaknya dari 15 %
menjadi 5 % dan untuk rotan setengah jadi pajak ekspornya menjadi 0 %.

7. Sektor pertambangan

a. Potensi

Secara Geologi, bagian Utara merupakan jalur mineralisasi yang dikenal


dengan Borneo Gold Belt yang menghasilkan mineral-mineral bernilai
ekonomis seperi; Au, Ag, Cu, Zn, Pb, Fe, dan Intan serta mineral-mineral
industri sperti Kaolin, Pasir Kwarsa, Bentonite, Granit. Bagian Tengah
terdapat cekungan Barito, Kutai dan Pembuang yang mengandung
endapan minyak dan gas bumi serta batubara.

Kondisi morfologi pegunungan di bagian Utara juga membentuk tipe aliran


sungai yang memiliki air terjun yang dapat dikembangkan untuk
membangkitkan listrik tenaga air.

Potensi Batubara Kalimantan Tengah:

1. Sumberdaya 1.050.749 ton


Tereka .643

2. Sumberdaya 774.660.9 ton


Terunjuk 37

3. Sumberdaya 407.801.9 ton


Terukur 54
4. Cadangan 40.000.00 ton
Terbukti 0

b. Peluang Investasi

Peluang investasi khususnya untuk Penanam Modal Asing sangat terbuka untuk
Bidang Pertambangan Umum, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi,
Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Uap. Sabagai gambaran, pada saat ini
terdapat 66 perusahaan melakukan investasi di bidang pertambangan umum di
Propinsi Kalimantan Tengah dengan rincian sebagai berikut;

20 perusahaan dalam rangka Works Agreement for Coal Mining


Enterprise.

10 perusahaan dalam rangka Contract of Works dan

36 perusahaan dalam rangka Mining Authorities

Dari 10 perusahaan dalam rangka Contract Of Works dua diantaranya telah


berhasil memproduksi emas rata-rata 6.200 Kg Emas dan 12 ton Perak per
tahun. Sedangkan batubara akan mulai berproduksi pada tahun 2004 ini
sebanyak 2 juta ton per tahun.

Wilayah konsesi ke 66 perusaan ini meliputi total areal seluas 1.5 juta Ha.
Namun mengingat luas Kalimantan Tengah yang mencapai 153.536 Km, masih
terdapat peluang areal bagi investasi baru pada daerah-daerah prospek.
Disamping berinvestasi melalui perijinan baru, juga terbuka peluang melalui
perijinan yang sudah ada dalam rangka kemitraan Privat to Privat.

Di bidang penyediaan tenaga listrik, terbuka peluang investasi sebesar 2 X 30


MW yang dapat dibangkitkan dengan menggunakan batubara yang ada.

Kondisi investasi sektor Pertambangan dan Energi di Kalimantan Tengah masih


dipengaruhi oleh iklim investasi yang lesu di Indonesia meski kondisi investasi
di Kalimantan Tengah sesungguhnya sangat kondusif dibandingkan dengan
daerah-daerah lain di Indonesia. Kondisi ini diperburuk lagi oleh melemahnya
harga logam mulia di pasar internasional dalam kurun waktu yang lama,
sehingga kebanyakan investor yang telah memiliki konsesi mengalami kesulitan
untuk mendapatkan permodalan. Akibatnya banyak proyek-proyek yang
melakukan penundaan kegiatan (suspensi). Sedangkan peluang investasi di
bidang ketenaga listrikan belum banyak investor yang mengetahui karena
paluang ini baru saja dibuka pada tahun 2002 melalui UU No.20 Tentang
Ketenagalistrikan. Seiring dengan membaiknya harga logam mulia khususnya
emas di pasar internasional pada akhir-akhir ini dan tersebarnya informasi yang
benar tentang potensi dan iklim investasi yang kondusif di Kalimantan Tengah,
diharapkan masuknya investor baru dan diakhirinya masa suspensi dari proyek
yang sudah berjalan.

c. Faktor Pendukung Investasi

Infrastruktur Daerah

Meski investasi di bidang pertambangan tidak menuntut infrastruktur yang


lengkap, tetapi di Kalimantan Tengah telah tersedia infrastruktur penunjang
yang cukup memadai seperti sarana dan prasarana transportasi baik darat, udara
dan laut/sungai. Ke 9 Sungai yang ada semuanya dapat dilayari oleh kapal
berkapasitas 3000 7000 ton hingga jauh ke pedalaman. Juga tersedia 6
lapangan udara, 2 pelabuhan laut dan 6.700 Km jalan darat.

Suprastuktur

Untuk menunjang kegiatan investasi, Pemerintah Daerah disamping


menerapkan secara konsisten peraturan investasi di sektor
pertambangan dan energi dari Pemerintah Pusat, juga telah membuat
Peraturan Daerah sebagai penjabaranya sehingga kepastian hukum
dalam berinvestasi menjadi jelas dan tegas. Pemerintah Daerah juga
menerapkan menegemen pelayanan public secara prima dan
menghindari pungutan-pungutan yang berakibat biaya ekonomi tinggi.
Mekanisme Investasi Asing melalui Contract Of Works dan Works
Agreement For Coal Mining Enterprise, telah dikenal luas dan diakui
kehandalannya oleh industri pertambangan International.

Potensi Sumber Daya Mineral


Disamping potensi sumberdaya logam mulia, batu mulia, logam dasar dan
mineral industri, Kalimantan Tengah adalah satu-satunya daerah di Indonesia
yang memiliki sumberdaya batubara metalurgi. Pada saat ini telah ditemukan
potensi batubara metalurgi (Coking Coal) sebanyak 100.000.000 ton
sumberdaya tereka dan 6.500.000 ton cadangan terbukti. Di pasar internasional,
batubara ini memiliki harga antara $ 40 s/d $ 50 per ton.

Sistem Pembiayaan

Kemitraan

Untuk berinvestasi melalui proyek proyek pertambangan yang sudah ada


dalam rangka Private to Private, Pemerintah Daerah berperan sebagai mediator.
Tersedia beberapa proyek yang siap dinegosiasikan dalam rangka kemitraan
baik proyek pada tahap konstruksi, Eksplorasi dan Penyelidikan Umum.
Sedangkan untuk proyek ketenagalistrikan, wajib menjalin kemitraan dengan
PT. PLN (Persero) sebagai buyers.

Kompensasi Sumber Daya Mineral

Hal yang menarik dalam berinvestasi di bidang pertambangan di Indonesia


termasuk di Kalimantan Tengah adalah bahwa Pemerintah mengijinkan
Investasi Asing 100 % dan bahan galian yang didapat dan diproduksi oleh
investor sepenuhnya menjadi hak investor setelah membayar royalty sebesar 1
2 % untuk bahan galian mineral dan 13,5 % untuk batubara dari total produksi.
Dengan demikian prospek pengembalian investasi dan untuk mendapatkan
keuntungan sangat besar.

8. Sektor Prasarana Wilayah (Jalan Darat)


Peran dan fungsi jalanlintas Kalimantan baik poros selatan, poros tengah
maupun poros utara sangat penting dan strategis bagi pengembangan dan
kemajuan wilayah kalimantan pada khususnya dan kawasan timur Indonesia
( KTI ) pada umumnya ditinjau dari berbagai segi seperti politik, ekonom,
sosial, budaya dan hankamnas. Dengan akan berfungsinya jalan
lintaskalimantan akan tercipta satu kesatuan yang sangat luas dengan berbagai
macam potensi sumberdaya alam yang luar biasa. Dan apabila jalan lintas
terbuka dan berfungsi dengan baik maka hal ini akan dapat menjadi stimulan
bagi pengembangan wilayah di bidang lainnya seperti kehutanan perkebunan
dan pertambangan, pariwisata, tranmigrasi, aktifitas perdagangan / jasa dan
lain sebagainya.

Saat ini kondisi jalan Lintas Kalimantan sangat memperihatinkan sebagai


contoh propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah belum dapat
terbangun / berhubungan dengan jalan darat, meskipun badan jalan tanah telah
dimulai pembangunannya beberapa tahun lalu, demikian pula sama hal nya
hubungan ndengan propinsi Kalimantan Timur dengan Kalimantan Tengah
( lintas Tengah ) kondisinya juga masih jauh dari harapan, meskipun
penanganan yang dilakukan setiap tahun, namun kesannya adalah seperti
jalan ditempat karena kemajuan yang di capai dengan alokasi dana yang
minim dan tidak signifikan.

Oleh karena itu dari berbagai permasalahan yang ada sebagai akibat minimnya
infrastruktur terutama prasarana jalan darat sepert keterisolasian,
keterbelakangan, kerawanan pangan serta sulitnya pengembangan sumber
daya alan khususnya di Kalimantan Tengah oleh sebab minimnya alokasi
anggaran bagi penyelesaian jalan lintas di Kalimantan khususnya ruas jalan
lintas selatan dan lintas tengah dengan panjang total 3.741,05 km yang terdiri
dari jalan nasional sepanjang 1.707,57 km dan jalan propinsi sepanjang
1.050, 26 km serta ruas jalan yang belum terbangun sepanjang 983,22 km, hal
ini memberikan peluang kepada para investor dalam dan luar negeri untuk
bekerjasama mendukung upaya percepatan pembangunan jalan dan jembatan
di Klimantan Tengah. Beberapa ruas jalan yang dipandang berpotensi dan
layak dibangun atau ditingkatkan Kalimantan Tengah memerlukan / dibutuhkan
dana sebesar Rp. 4.107.957.000.000,-

9. Sektor Pehubungan dan Telekomunikasi.


Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang luas dengan penduduk tersebar
dengan kepadatan rendah dalam jangkauan permukiman yang amat variatif,
baik lokasi mau pun tipografinya. Untuk membangun Kalimantan Tengah
menjadi daerah tujuan nasional masyarakat Indonesia dalam rangka mengatasi
persoalan-persoalan ekonomi di wilayah lainnya di Indonesia, diperlukan
pembangunan infrastruktur ekonomi yang dipercepat.

Potensi dan peluang investasi di sektor ini adalah :

Pembangunan/ peningkatan kualitas Bandara Cilik Riwut Palangka Raya.

Pembangunan Pelabuhan laut Pulang pisau

Pembangunan pelabuhan laut di Kumai.

Pengangkutan Batu Bara

1. Gambaran Umum.

Transportasi sungai di Propinsi Kalimantan Tengah sampai saat ini


masih memegang peranan yang sangat penting sebagai sarana angkutan barang
dan penumpang, terutama di tempat dimana fasilitas jalan darat belum sampai ke
pelosok pedalaman.

Untuk mendukung rencana Pemerintah Daerah dalam menggiatkan


pengusahaan pertambangan batubara di Propinsi Kalimantan Tengah khususnya
Kabupaten Murung Raya, dimana saat ini sudah mulai eksploitasi 1 (satu)
perusahaan pertambangan batubara maka pengangkutan batubara dilakukan
melalui sungai, dalam hal ini sungai Barito mulai dari hulu (bagian utara) sampai
ke muara sungai di Laut Jawa. Pengangkutan batubara khususnya melalui Sungai
Barito tidak dapat dilakukan sepanjang tahun, terutama pada musim kemarau.
Menurut hasil survey, Sungai Barito di bagian hulu dan tengah dapat dilayari
dengan aman dan lancar 8 9 bulan saja per tahunnya, hal ini disebabkan ada
beberapa titik rawan yang disebabkan adanya gosong pasir dan batu keras di
dasar sungai.
2. Kondisi alam.

Pengangkutan batubara dari Kabupaten Murung Raya sampai ke muara


sungai direncanakan akan melewati 2 (dua) buah sungai besar dan 1 (satu)
terusan yaitu Sungai Barito, Sungai Kapuas Murung dan Terusan Raya.

Kondisi ke 2 (dua) sungai dan terusan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
:

Lebar Kedalaman

Nama Sungai / Panjang


No. Keterangan
Terusan ( Km)
Max Min Ditengah Muara
(m) (m) (m) (m)

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Barito 780 650 200 8 15 Sepanjang tahun dapat


dilayari dari muara
sampai ke Pendang dan
hanya dapat dilayari oleh
klotok kecil-kecil dari
udik sampai ke Buntok.
Pada musim kemarau dari
Pendang sampai ke
Tumbang Lahung hanya
dapat dilayari
menggunakan kapal kecil

Pada bagian muara sungai


sangat dangkal dan
lebarnya sangat sempit,
sehingga tidak dapat
dilayari.
2. Kapuas 420 500 450 6 1,5
Murung

3. Terusan Raya 18 30 25 2,5 1,5 Dapat memperpendek


jarak tempuh dan
langsung ke Pulau Jawa

Tidak bergantung
muara alur sungai
Barito yang lalu lintas
sungainya sangat padat.

3. Alternatif Pengangkutan Batu bara.

Sehubungan hal tersebut, ada 2 (dua) alternatif alur yang dapat


digunakan sebagai alur pengangkutan batu bara yaitu :

a. Melalui Sungai Barito dan Sungai Kapuas Murung

b. Melalui Sungai Barito, Sungai Kapuas Murung, dan melalui Terusan


Raya keluar ke Bahaur (di muara Sungai Kahayan)

4. Program yang Ditawarkan.

Berdasarkan kondisi alam dan data-data yang ada, maka program


yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pengangkutan batu bara adalah :

a. Normalisasi / pengerukan dan pemeliharaan Terusan Raya - Bahaur


(RAB pada Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Propinsi Kalteng)

b. Normalisasi / pengerukan dan pemeliharaan alur pelayaran Kapuas


Murung (RAB pada Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Propinsi
Kalteng).
Pengembangan Bandara Tjilik Riwut Berupa Perpanjangan Landasan 300 M
X 30 M Dan Komponen Lainnya Serta Pendukung Berupa Fasilitas Navigasi
Dan Listrik

I. Pekerjaan Fasilitas Landasan :

1. Perpanjangan landasan 300 m x 30 m (9.000 m2), pembuatan overrun 1.800


m2, Turning area 1.500 m2 dan pengecatan rambu landasan 4.000 m2 :

a. Untuk memenuhi keperluan permintaan pengguna jasa dalam


pengoperasian pesawat Boeing 737 400 / 500 secara penuh;

b. Study persiapan operasional pelayanan pesawat B. 737 400 / 500


keperluan landasan jarak menengah antara 2.200 m dan 2.400 m;

c. Landasan yang ada ada 2.100 m (displaced 100 m), sementara yang
effektif landasan hanya 2.000 m sehingga keperluan yang harus
dipenuhi adalah 2.300 m yang berarti perpanjangan 300 m x 30 m;

d. Overrun, Turning Area dan Pengecatan rambu landasan adalah sebagai


pemenuhan bagian yang harus diganti akibat perpanjangan landasan dan
untuk lebih menjamin pergerakan pesawat terbang di landasan.

2. Pemantapan bahu landasan / shoulder 208.200 m2 :

1. Kondisi shoulder yang


ada saat ini masih belum sempurna, masih terdapat beberapa perbedaan
tinggi permukaan. Akibatnya apabila hujan turun, air yang ada pada
landasan tidak bisa mengalir dengan sempurna sebagaimana
dipersyaratkan dalam perencanaan landasan dengan kemiringan
shoulder min. 1,5 %;

2. Hal ini dapat merusak


konstruksi yaitu menurunkan kekuatan struktur tanah dan konstruksi
landasannya, serta mengganggu keselamatan penerbangan dimana
akibat genangan air dilandasan dapat menyebabkan efek aquaplan.

II. Pekerjaan Fasilitas Keselamatan Penerbangan :


1. Pekerjaan Navigasi Udara :

a. Relokasi peralatan Glide path DME, ILS dan Midle marker, DVOR
adalah sebagai akibat perpanjangan landasan, dimana peralatan tersebut
telah didesign untuk mengikuti dimensi landasan serta kelas pelayanan
navigasi penerbangannya;

b. Rekondisi ILS Normac diperlukan sebagai salah satu peralatan


penuntun pesawat terbang dalam cuaca buruk maupun gelap agar dapat
dengan aman melakukan pendaratan di Bandara Tjilik Riwut, dimana
kondisi ILS Normac sekarang tidak berfungsi secara maksimal.

2. Pekerjaan Listrik Bantuan Pendaratan :

Reposisi Airport Lighting System (ALS), pemindahan peralatan


kelistrikan pada DVOR, Glide path, Midle marker, penyesuaian elevasi
runway light dan VASIS adalah merupakan akibat dari perpanjangan
landasan dan disamping itu sebagai peningkatan kemampuan serta
kehandalan peralatan bantu pendaratan sesuai dengan persyaratan yang
ada;

Rekondisi peralatan lebih ditujukan kepada perbaikan dan peningkatan


kemampuan kinerja peralatannya;

Penggantian VASIS (Visual Approach Slope Indicator System) menjadi


PAPI (Presission Approach Path Indicator) adalah telah menjadi
ketentuan persyaratan penerbangan international yang telah
dipersyaratakan oleh ICAO melalui petunjuknya dalam ANNEX 14.
Materi lengkap (RAB pada Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi
Propinsi Kalteng).

Pekerjaan Fasilitas Landasan: Rp.14.430.865.000,00

1. Konstruksi Perpanjangan landasan 300 m x 30 m ( 9.000 m2);

2. Pembuatan overrun 60 m x 30 m (1.800 m2);

3. Pembuatan turning area 1.500 m2;


4. Pekerjaan pengecatan rambu landasan 4.000 m2;

5. Pemantapan bahu landasan / shoulder 208.200 m2;

6. Pembuatan Paved Shoulder Runway dan Taxyway 37.125 m2.

Pekerjaan Fasilitas Keselamatan Penerbangan :

1. Fasilitas Navigasi Udara : Rp.16.068.224.000,00

a. Relokasi peralatanGlide Path DME, ILS dan Midle Marker


sepanjang 300 m serta rekondisi peralatan ILS NORMAC;

b. Relokasi dan rekondisi peralatan DVOR.

2. Fasilitas Listrik Bantuan Pendaratan : Rp.13.478.582.000,00

a. Rekondisi dan reposisi Airport Lighting System (ALS);

b. Pemindahan peralatan kelistrikan pada DVOR,GP dan MM;

c. Penyesuaian Elevasi Runway Light dan VASIS;

d. Penggantian VASIS menjadi PAPI.

Jumlah : Rp.43.977.671.000,00

Pengembangan Fasilitas Telekomunikasi Di Kalimantan


Tengah

1. Wilayah kerja Kandatel Palangka Raya, meliputi Kota


Palangka Raya, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Kotawaringin Barat; Kabupaten Seruyan,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, dan
Kabupaten Gunung Mas. Sedangkan Wilayah lainnya yaitu
Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito
Timur dan Kabupaten Murung Raya masuk Wilayah kerja
Kandatel Banjarmasin.

Kandatel Palangka Raya membawahi beberapa Kancatel yaitu:

a. Kancatel Sampit - Kotawaringin Timur

b. Kancatel Pangkalan Bun - Kotawaringin Barat

c. Kancatel Muara Teweh - Barito Utara

d. Kancatel Kuala Pembuang - Kabupaten Seruyan

e. Kancatel Kasongan - Kabupaten Katingan

f. Kancatel Kuala Kurun - Kabupaten Gunung Mas

g. Kancate Kuala Kuayan - Kabupaten Kotawaringin Timur

2. Jumlah STO sebanyak 12 buah dengan kapasitas terpasang


37.459 sst jumlah pelanggan sebanyak 33.053 sst, jumlah
Wartel 1.250 sst serta Telepon Umum sebanyak 253 sst (data
April 2003)

3. Jumlah Stasiun Bumi, Repeater UPND dan Kandatel :

- Stasiun Bumi = 3 buah

- Repeater = 18 buah
4. Pada tahun 2003 Kandatel PalangkaRaya melakukan
penambahan kapasitas Terpasang STO sebanyak 4.112 sst
sehingga menjadi 41.571 sst, sedangkan untuk jaringan akan
dibangun di 4 (empat) lokasi sebagai berikut :

a. Palangka Raya (Km.5 ) : 300 sst

b. Sampit : 780 sst

c. Samuda : 200 sst

d. Pangkalan Bun : 1000 sst

Pengembangan Produk Yang Akan Dilaksanakan:

a. Telkom Save yaitu akses SLI murah

b. Perluasan jangkauan Kartu Dering yaitu kartu panggil untuk


hubungan SLJJ, Lokal,SLI dan STBS di Sampit dan Pangkalan
Bun

c. Wartel Radio yaitu pengembangan wartel untuk lokasi


terpencil dengan teknologi Radio.

d. Di masa yang akan datang PT. Telkom akan mengembangkan


Telepon Flexi (Fixed Wireless).

DATA STO KANDATEL PALANGKA RAYA

No. KOTA/KECAMATAN JULAH STO DAN SST TARGET TAHUN PENDAPATAN


YANG 2003 KOTOR
DIMILIKI/TERPASANG ThN
2002
STO SST STO SST

1 2 3 4 5 6 7

1 PALANGKA RAYA 2 17.40 2 20.401 DATA KEUANGAN


1 TIDAK DI EKSPOS
KARENA PT.TELKOM
2 SAMPIT 1 1 7.444
SEBAGAI
7.444
PERUSAHAAN GO
3 PANGKALAN BUN 1 1 5.812 PUBLIC HANYA DAPAT
4.812 MENYAMPIKAN DATA
KEUANGAN YANG
4 MUARA TEWEH 1 1 2.688
SUDAH DI AUDIT
2.688
5 KUALA PEMBUANG 1 1 1.024
1.024
6 KASAONGAN 1 1 738
738
7 PURUKCAHU 1 1 696
696
8 KUALA KURUN 1 1 608
608
9 KUALA KUAYAN 1 1 608
608
10 KUMAI 1 1 1.136
1.136
11 SAMUDA 1 1 304
304

PT TELKOM-DIVISI NET WORK

DATA REPEATER DAN TERMINAL UPND PALANGKA RAYA

Perangkat yang di kelola UPND Palangka Raya adalah Program Kantor Pusat,
UPND Palangka Raya hanya operasional dan Optimalisasi perangkat excesting.

No NAMA LOKASI SINGK STATUS BUJUR LINTANG ALAMAT

1 2 3 4 5 6 7
TRANSMISI GMD

1 PULANG PISAU PPS REPEATER 1141527T 24503S Jl. Tingang no.190

2 PILANG PLG REPEATER 1141130T 22852S Jl. PLK-KKP Km. 53 Pilang

3 PLK RADIO Km.5 TERMINAL 1135307T 21029S Jl. Cilik Riwut Km. 5

4 KM 46 Km.46 REPEATER 1133933T 15637S Jl. Tjilik Riwut Km. 46

5 KASONGAN KSN TERMINAL 1544900T 15449S Jl.Revolusi No. 19

6 PARIT PRT REPEATER 1125751T 20838S Jl. Tjilik Riwut SPT-PLK Km.57

7 SAMPIT SPT TERMINAL 1135714T 23252S Jl. Letjen Suprapto No.1

8 SEBABI SBI REPEATER 112335T 22456S Desa Seibabi Kec. Kota Besi SPT

9 ASAM BARU ASB REPEATER 1121630T 22215S Jl. A. Yani PBU-SPT

10 HANAU HNU REPEATER 1120141T 22710S Jl. A. Yani PBU-SPT No. 1

11 PANGKALAN BUN PBU TERMINAL 1113644T 24208S Jl. Sudirman Sebamban P. Bun
SUKAMARA
12 SKM REPEATER 1110956T 24336S Jl. Natai Sedawak Sukamara
JAMBI
13 JBI REPEATER 1105958T 23910S KM.8 Dusun Jambi Kec. Manis
Mata Kalbar.

TRANSMISI
SATELIT

Jl. Cempaka No. 2 Palangka Raya


SB. PALANGKA
RAYA

SBB PLK SB KOORD 1135307T 21029S

Diharapkan PT. Telkom dapat memberikan andilnya dalam program


Pembangunan Telekomunikasi di Kalimantan Tengah terutama
pembangunan di Kabupaten Pemekaran yang sampai saat ini
masih belum terjangkau Satuan Sambungan telepon maupun
telepon Selular.
Adapun Operator telepon Selular di Kalteng :

1. Telepon Selular TELKOMSEL ( s/d Maret 2004 100.000,-


pelanggan)

2. Telepon Seluar TELKOM FLEXY ( s/d Maret 2004 sebanyak


2.091 )

3. Telepon Selular SIMPATI ( s/d Maret 2004 sebanyak 50.000


pelanggan )

4. Telepon Selular Kartu Halo ( s/d Maret 2004 sebanyak 4.500


pelanggan )

5. Telepon Selular Satelindo ( s/d Maret 2004 10.500 pelanggan )

Implementasi Kerjasama Telekomunikasi.

Pembangunan infrastruktur Telekomunikasi mencakup ketersediaan


Satuan Sambungan Telepon yang masih belum menjangkau seluruh
Kabupaten / Kota seperti Kabupaten Lamandau, Sukamara, Seruyan,
Gunung Mas, Barito Timur dan mayoritas perdesaan yang tersebar di
Kalimantan Tengah.

PT. Telkom Tbk. akan melakukan lauching pelaksanaan pemasangan


telpon di Kabupaten Seruyan dengan data sebagai berikut:

Ibukota Kabupaten Kuala Pembuang (Kab. Seruyan)


Kapasitas FLEXI : 1.500 ssf

Jumlah Kecamatan 1 (Seruyan Hilir)

Teknologi Samsung (CDMA2000 1x)

Pengelola TELKOM Kuala Pembuang

PKS 1 Mei 2004

Pola Kemitraan Reimburse

10. Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) DAS KAKAB

(Kahayan Kapuas Barito).

Propinsi Kalimantan Tengah adalah salah satu Propinsi di Kawasan Timur


Indonesia (KTI) yang relatif tertinggal dalam dinamika pembangunan bila
dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Produk Domestik
Bruto (PDB) KTI dengan luas wilayah 78,3%, hanya sebesar 15%,
sedangkan KBI dengan luas wilayah 21,7% pdb-nya sebesar 85%.
Ketimpangan tersebut akan semakin bertambah besar bila tidak ada upaya
khusus (special effort) maupun political will dari Pemerintah Pusat dan sikap
pro aktif Pemerintah Daerah.

Guna mengurangi kesenjangan tersebut pada tahun 1996 dengan melalui


Keputusan Presiden Nomor : 89 oleh Pemerintah telah dibentuk 13 (tiga
belas) KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu) pada 13
Propinsi di seluruh Indonesia. Sebagian besar lokasi KAPET berada di
Kawasan Timur Indonesia (KTI) termasuk Kalimantan Tengah. Adapun
KAPET DAS KAKAB di Propinsi Kalimantan Tengah, dibentuk dengan
Keputusan Presiden nomor : 170 tahun 1998.

KAPET adalah pengembangan kawasan andalan yang disertai dengan


kemudahan dibidang perijinan dan fasilitas khusus dibidang perpajakan
serta kepabeanan, yang merupakan salah satu model pendekatan
pembangunan dengan titik berat pengembangan ekonomi di KTI yang
diharapkan menjadi penggerak utama (prime mover) percepatan
pembangunan ekonomi di KTI.

Wilayah KAPET DAS KAKAB meliputi 25 kecamatan yang berada pada 3 (tiga)
kabupaten yaitu Kapuas, Pulang Pisau dan Barito Selatan serta 1 (satu) kota yaitu
Palangka Raya, dengan luas seluruhnya 2.767.300 ha, atau 18% dari wilayah
Propinsi Kalimantan Tengah, dan 53% diantaranya merupakan eks PLG seluas
1.457.300 ha.

Secara umum potensi KAPET DAS KAKAB terdiri dari 4 sektor yaitu pertanian,
kehutanan dan pertambangan serta pariwisata. Potensi tersebut sebagian besar
masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat, seperti kegiatan pertanian
tanaman pangan, perikanan dan kelautan.

Sektor pertanian antara lain tanaman pangan, holtikultura, perikanan, peternakan,


perkebunan (kelapa, karet, rotan)

Peluang usaha pada sektor pertanian antara lain rice-mills, pabrik


pengalengan buah-buahan, minyak goreng, kecap, lem kayu, industri
makanan (nata de coco, santan instan), pengolahan sabut kelapa (coconut
fibre) sebagai bahan baku matras untuk keperluan spingbed dan jok mobil,
pengolahan batok kelapa untuk bahan baku arang aktif (char coal) dan
tepung arang batok kelapa. Sedangkan untuk komoditas karet dapat
dikembangkan industri crumb rubber, dan industri hilir karet seperti ban,
sarung tangan, tepung ikan, cold storage, dll.

Sektor kehutanan antara lain pemanfaatan limbah kayu pembalakan berasal dari
Kawasan HPH dan IPK yang diperkirakan mencapai 720.000 800.000 m3,
pemanfaatan hasil hutan ikutan berupa rotan, kulit gemor, dll. sebagai bahan baku
industri serta pengelolaan hutan tanaman industri (hti), luas lahan diperkirakan
212.000 ha. Peluang usaha yang dapat dikembangkan adalah pembuatan moulding,
dowel, blockboard, particle board, handycraft, industri meubeler, kerajinan rotan,
industri pulp dan kertas.dll.

Sektor pertambangan antara lain bahan galian golongan B dan C yang dapat
dikembangkan yaitu gambut, emas, pasir kuarsa, kaolin dan lempung.

Sektor pariwisata yang dapat dikembangkan antara lain :

1. Wanawisata (perlindungan orangutan di arboretum Palangka Raya),


2. Wisata alam (Danau Sanggu, Danau Malawen, Pantai Cemara Labat, Arboretum,
Bukit Tangkiling, rainforest ecotourism, dll.)
3. Wisata budaya (Betang Buntoi, Sandung Temanggung Lawak, Mosaik Gereja
Kapuas Barat, Museum Balanga, dll.)
4. Agrowisata (pusat pembibitan dan produksi buah-buahan, dll.) di Basarang,
Kalampangan dan Bukit Batu.

Guna memberikan arahan yang jelas dalam pelaksanaan program kerjanya BP


KAPET DAS KAKAB telah menetapkan visinya Terwujudnya KAPET DAS
KAKAB sebagai pusat investasi, industri, perdagangan dan jasa di Propinsi
Kalimantan Tengah Bagian Timur serta misinya antara lain :

1. Mewujudkan fungsi Pelabuhan Pulang Pisau sebagai pusat layanan


transportasi laut dan sungai untuk Propinsi Kalimantan Tengah Bagian
Timur.

2. Mewujudkan Kawasan Industri di Sei Pasah Kecamatan Kapuas Hilir


yang berbasis pada komoditas pertanian dalam arti luas

3. Mewujudkan KAPET DAS KAKAB sebagai pusat / sentra agribisnis dan


agroindustri di Propinsi Kalimantan Tengah Bagian Timur

4. Mensinergikan (simbiose mutualistik) kegiatan promosi dan investasi


antara KAPET DAS KAKAB dengan seluruh Pemerintah Kabupaten /
Kota serta instansi terkait lainnya di Propinsi Kalimantan Tengah

5. Mewujudkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

6. Mewujudkan kemandirian KAPET DAS KAKAB melalui pembentukan


corporate unit

7. Mewujudkan KAPET DAS KAKAB sebagai pusat investasi, industri,


perdagangan dan jasa di Propinsi Kalimantan Tengah Bagian Timur
8. Mewujudkan pembangunan pelabuhan samudera pada garis pantai
KAPET DAS KAKAB dan mengembangkannya menjadi hub-port bagi
Propinsi Kalimantan Tengah

Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah Bagian Timur relatif tertinggal dari


wilayah Propinsi Kalimantan Tengah Bagian Barat, hal tersebut tercermin
antara lain dari nilai investasi dan jumlah investor. Di Kalimantan Tengah
total realisasi investasi :

- PMDN sebesar Rp. 5.186.991 juta dengan jumlah investor 154

- PMA sebesar US$ 272.18 juta dengan jumlah investor 37.

Adapun diwilayah Barat Kalimantan Tengah :

PMDN sebesar Rp. 3.233.491,91 juta (62,34%) dengan jumlah investor 81


(52,59%)

PMA sebesar US$ 219.85 juta (80,77%) dengan jumlah investor 19


(51,35%).

Sedangkan diwilayah Timur Kalimantan Tengah :

PMDN sebesar Rp. 1.953.499,09 juta (37,66%) dengan jumlah investor 73


(47,41%)

PMA sebesar US$ 52.33 juta (19,23,77%) dengan jumlah investor 18


(48,65%).

Begitu pula pembangunan infrastruktur khususnya pelabuhan, di Wilayah


Barat terdapat 2 pelabuhan besar / samudera yaitu Pelabuhan Sampit dan
Pelabuhan Kumai sebagai pintu gerbang perekonomian, sedangkan di
Wilayah Timur belum memiliki pelabuhan yang memadai dan masih
tergantung pada pelabuhan Tri Sakti di Banjarmasin. Sehubungan dengan
hal tersebut pembangunan pelabuhan Pulang Pisau sebagai sasaran antara
dan Pelabuhan Bahaur sebagai sasaran akhir sangat mendesak sebagai
outlet komoditas unggulan untuk wilayah Bagian Timur.

Guna mewujudkan fungsi sebagai penggerak utama (prime mover)


dilakukan pendekatan pengembangan cluster. Cluster adalah tata
keruangan proses produksi dalam suatu sentra produksi pengolahan
komoditas, atau merupakan wujud fisik yang ingin dicapai berdasarkan
potensinya. Untuk memudahkan pengembangan wilayah maka seluruh
wilayah prioritas dijadikan sebagai cluster-cluster (pusat pertumbuhan),
dimana didalam setiap cluster direncanakan kawasan industri sebagai
penggerak utama kegiatan ekonomi setempat. Cluster dimaksud adalah
cluster : Kuala Kapuas, Pulang Pisau, Palangka Raya dan Buntok.

Salah satu program yang sedang dilaksanakan adalah pembangunan


Kawasan Industri di Sei Pasah. Adapun tujuan pembangunan kawasan industri
adalah :

1. Mempercepat pertumbuhan industri

2. Memberi kemudahan kegiatan industri

3. Mendorong kegiatan industri dilokasi kawasan industri

4. Meningkatkan pembangunan industri berwawasan lingkungan

Peluang-peluang usaha baru dapat diciptakan melalui pembangunan


kawasan-kawasan industri dan hal tersebut telah dimulai oleh BP KAPET
DAS KAKAB dengan merencanakan Kapuas Industrial Estate Sei Pasah
(KIESP) di Kelurahan Sei Pasah - Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten
Kapuas, sebagai salah satu langkah awal (starting point). Selanjutnya
kawasan-kawasan industri tersebut akan direncanakan pada setiap cluster
yaitu Pulang Pisau, Palangka Raya dan Buntok.

Dengan dibangunnya kawasan industri tersebut, diharapkan dapat memacu


percepatan pertumbuhan ekonomi pada setiap cluster dan penyediaan lapangan
kerja serta meningkatkan nilai tambah sumber daya alam setempat.

Disadari bahwa untuk meningkatkan daya tarik investasi perlu difasilitasi dengan
penyediaan infrastruktur dan utilitas yang cukup memadai, antara lain pelabuhan,
lapangan terbang, jalan raya, jalan kerta api, normalisasi alur sungai, listrik, telepon
dan air bersih. Mengingat pembangunan infrastruktur dan utilitas memerlukan biaya
yang sangat besar, maka investasi Pemerintah Pusat dan Investor Swasta sangat
diperlukan.
Hinterland wilayah KAPET DAS KAKAB memiliki Sumber Daya Alam
(SDA) yang cukup besar antara lain : hasil hutan (kayu, rotan, dll), hasil tambang
(batu bara, emas, dll) serta hasil perkebunan (cpo, lada, karet, dll.) Yang terdapat di
Kabupaten Katingan, Gunung Mas, Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan dan
Barito Timur. Komoditas tersebut diatas umumnya diantarpulaukan dalam bentuk
bahan mentah melalui pelabuhan Tri Sakti di Banjarmasin (Kalimantan Selatan)
sehingga nilai tambahnya belum secara optimal dirasakan masyarakat Kalimantan
Tengah. Hal tersebut disebabkan karena daerah penghasil SDA tersebut terletak di
pedalaman (tidak memiliki garis pantai) yang bisa dijadikan pelabuhan samudera.

Keadaan tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang bagi kabupaten


di wilayah KAPET DAS KAKAB, khususnya Pulang Pisau dan Kapuas yang
berbatasan langsung dengan Laut Jawa untuk dijadikan sebagai Kota Jasa dan pintu
gerbang dan out let komoditas SDA sebagai sasaran antara dan kota industri
pengolahan SDA dan pintu gerbang perekonomian Kalimantan Tengah Bagian
Timur sebagai sasaran akhir.

Guna menangkap peluang dimaksud diperlukan dukungan


infrastruktur yang memadai antara lain :

1. Tersedianya pelabuhan samudera di Kabupaten Pulang Pisau (Pelabuhan Pulang


Pisau-sebagai sasaran antara dan Pelabuhan Bahaur-sebagai sasaran akhir) yang
dilengkapi fasilitas angkutan peti kemas.

2. Terbangunnya jalan poros Palangka Raya Buntok dan Pulang Pisau -


Mandomai - Mantangai - Timpah - Buntok, yang akan mengalirkan arus barang
dari Kabupaten Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan dan Barito Timur
menuju Pelabuhan Pulang Pisau / Bahaur.

3. Tersedianya jalan dengan daya dukung yang cukup besar (10-12 ton) poros
Kuala Kapuas - Pulang Pisau - Bahaur sebagai prasarana angkutan kontainer
dari Kawasan Industri Sei Pasah (KIESP) ke Pelabuhan Pulang Pisau / Bahaur.

4. Normalisasi alur Sungai Barito, Kapuas Murung dan Terusan Raya sebagai
prasarana transportasi tradisional yang cukup murah yang akan mengalirkan
barang dari Kabupaten Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan dan Barito
Timur menuju Pelabuhan Bahaur.

5. Tersedianya kawasan berikat untuk industri berat di sekitar Pelabuhan Bahaur


sebagai sasaran akhir.

Beberapa kendala yang masih menghambat masuknya investasi ke Kalimantan


Tengah antara lain :
1. Masih terbatasnya infrastruktur dan utilitas sebagai daya tarik investasi seperti
pelabuhan samudera, jalan darat, telepon dan listrik (baik kuantitas maupun
kualitasnya).

2. Belum tuntasnya penyelesaian ganti rugi tanam tumbuh pada lahan eks PLG
satu juta hektar, sehingga mengurangi dukungan masyarakat lokal terhadap
masuknya investor.

3. Masih rendahnya jaminan keamanan dan kepastian hukum, kondisi sosial


ekonomi dan budaya, bunga pinjaman bank yang masih tinggi, serta masih
sering berubahnya dan tumpang-tindihnya peraturan.

4. Mahalnya biaya transportasi komoditas unggulan akibat masih terbatasnya


infrastruktur. Hal tersebut mengurangi daya saing kompetitif produk unggulan.

5. Kurangnya insentif fiskal dan non fiskal dibandingkan dengan negara lain di
Kawasan Asia.

6. Belum pulihnya kondisi ekonomi nasional, ditandai dengan kecilnya nilai


investasi baru secara nasional. Bahkan investor yang ada sebagian mengalihkan
usahanya ke luar negeri akibat iklim investasi yang kurang kondusif dan kurang
kompetitif di Kawasan ASEAN.

11. Peran Perbankan Menurut Bank Indonesia Cabang Palangka Raya.

Perkembangan Perekonomian (PDRB)

Perekonomian Kalimantan Tengah selama tahun 2003 menunjukkan


pertumbuhan yang positif (y-o-y). Produk Domestik Regional Bruto (atas dasar
harga konstan tahun 1993) untuk tahun 2003 (Januari s/d Desember 2003) tercatat
sebesar Rp.4.668,62 milyar, meningkat 5,13% jika dibandingkan dengan tahun
2002 yang tercatat sebesar Rp.4.440,64 milyar (y-o-y). Apabila ditinjau sektor-
sektor pembentuk PDRB, maka Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan masih mendominasi pembentukan PDRB Propinsi Kalteng dengan
kontribusi 42% dari total PDRB dengan nilai Rp.1.959,89 milyar. Sektor ini
mengalami pertumbuhan sebesar 10,41% jika dibandingkan dengan jumlah PDRB
yang dicapai pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp.
1.775,17 milyar.

Sub sektor-sub sektor yang menjadi bagian dari sektor Pertanian,


peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami kenaikan kecuali sub sektor
kehutanan yang mengalami penurunan sebesar -11,43% dari Rp.597,82 milyar
menjadi Rp. 529,49 milyar sampai dengan akhir tahun 2003. Turunnya sub sektor
ini lebih disebabkan karena berkurangnya kegiatan penebangan hutan sebagai
konsekuensi adanya ketentuan kuota penebangan kayu oleh pemerintah. Sub sektor
yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sub sektor perkebunan yang
mengalami pertumbuhan sebesar 31,35% dari Rp.634,81 milyar selama tahun 2002
menjadi Rp.833,80 milyar pada tahun 2003. Sub sektor Tanaman Perkebunan
tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 31,35% dari Rp.634,81
milyar pada tahun 2002 menjadi Rp.833,81 milyar pada tahun 2003, disusul oleh
Sub sektor Peternakan dan hasil-hasilnya (19,51%), Sub sektor Tanaman Bahan
Makanan (10,76%) dan Sub sektor Perikanan (4,28%).

Secara umum, jika dibandingkan dengan tahun 2002, pada tahun 2003
sektor-sektor pembentuk PDRB mengalami pertumbuhan positif, meskipun
demikian tercatat terdapat 2 sektor yang mengalami pertumbuhan negatif adalah
Sektor Pertambangan dan Penggalian dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
yaitu masing-masing turun sebesar -55,09% dan -3,45%.

Perkembangan Perbankan Kalimantan Tengah

Secara umum perkembangan kinerja perbankan di Kalimantan Tengah


menunjukkan kondisi yang membaik. Hal ini tercermin dari pertumbuhan jumlah
kantor bank, peningkatan asset, penghimpunan dana pihak ketiga dan pemberian
kredit yang diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang tergambar dari
menurunnya persentase Non-Performing Loans (NPLs).
a. Jumlah Bank dan Kantor Bank

Jumlah bank di Kalimantan Tengah sampai dengan akhir tahun 2003 masih
tetap sama dengan tahun sebelumnya yaitu terdapat sebanyak 8 bank yang terdiri
dari 7 bank umum dan 1 Bank Perkreditan Rakyat. Adapun jumlah jaringan kantor
bank umum di Kalimantan Tengah meningkat sebanyak 7 unit yaitu dari 85 kantor
pada akhir tahun 2002 menjadi 92 kantor (termasuk kantor BRI unit) pada tahun
2003, sedangkan untuk BPR hanya terdapat 1 kantor.

b. Asset.

Aset bank umum di Kalimantan Tengah pada akhir tahun 2003 tercatat sebesar
Rp.3.789 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 16,73% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya (posisi Desember 2002). Peningkatan
tersebut dapat dilihat pada dua sisi, pertama dari sisi pasiva yang disebabkan
adanya peningkatan penghimpunan dana masyarakat, yang kedua dari sisi aktiva
antara lain disebabkan oleh meningkatnya kredit yang disalurkan. Berdasarkan
lokasi bank, aset bank umum terbesar berada di wilayah kota Palangka Raya
dengan proporsi sebesar 43,96%, disusul asset bank di kabupaten Kotawaringin
Timur (Sampit) sebesar 39,16%, kemudian berturut-turut kabupaten Kotawaringin
Barat (21,12%), Kuala Kapuas (9,90%) dan kabupaten lainnya (10,43%).

c. Penghimpunan Dana
Dana yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan dari masyarakat di
Kalimantan Tengah sebesar Rp.3.033 milyar atau mengalami peningkatan sebesar
19,81% dibandingkan tahun 2002. Dana pihak ketiga tersebut terdiri dari simpanan
Giro sebesar Rp.992,99 milyar, simpanan deposito Rp.530,79 milyar dan tabungan
Rp.1.509,58 milyar. Dari komposisi dana pihak ketiga tersebut terlihat bahwa
tabungan masih mendominasi simpanan pihak ketiga dengan porsi sebesar 49,74%,
disusul giro 32,74%, dan deposito 17,50%. Dengan kondisi seperti ini, dimana
simpanan jangka pendek mendominasi dana perbankan maka akan sangat riskan
bagi perbankan untuk melakukan ekspansi kredit, khususya untuk kredit dengan
jangka waktu yang lama seperti untuk kredit investasi. Hal ini akan terlihat pada
pembahasan masalah kredit dimana kredit konsumsi yang berjangka waktu relatif
pendek masih mendominasi kredit perbankan.

d. Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit oleh bank-bank di Kalimantan Tengah pada akhir tahun


2003 mencapai Rp.1.330,98 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 28,10%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Termasuk didalam kredit yang
disalurkan tersebut adalah kredit program (KL-KKPA) untuk pengembangan
perkebunan kelapa sawit yang pada akhir tahun 2003 telah terealisasi sebesar
Rp.227,446 milyar. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) pada akhir
tahun 2003 mencapai 43,87%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi akhir
tahun 2002 yang tercatat sebesar 41,03%. Kenaikan LDR secara year on year
tersebut menunjukkan perkembangan perekonomian Kalimantan Tengah yang
positif.

Dilihat dari jenis penggunaannya, komposisi penyaluran kredit di Kalimantan


Tengah paling besar digunakan untuk konsumsi yaitu sebesar Rp.514,50 milyar,
diikuti investasi sebesar Rp.461,77 milyar dan modal kerja sebesar Rp.354,72
milyar. Kondisi ini berkaitan dengan sumber dana masyarakat yang sebagian besar
berasal dari simpanan jangka pendek (giro dan tabungan), sehingga perbankan lebih
menyukai menyalurkan kreditnya untuk jangka waktu yang pendek pula seperti
kredit konsumsi. Hal ini kurang menguntungkan bagi perekonomian dalam jangka
panjang karena investasi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan produktif
relatif kecil.

Sementara itu apabila ditinjau secara sektoral, beberapa sektor mengalami


penurunan (y-o-y) dalam penyerapan kredit seperti sektor Pertambangan dan sektor
pertanian. Meskipun mengalami penurunan, pada akhir tahun 2003 sektor
pertanian masih mendominasi penerimaan kredit perbankan dengan porsi sebesar
19,15% dari total kredit yang disalurkan perbankan di Kalimantan Tengah. Hal ini
disebabkan karena di dalam sektor pertanian terdapat sub sektor Perkebunan yang
merupakan sektor utama penggerak perekonomian Kalimantan Tengah setelah
turunnya sub sektor Kehutanan. Sektor yang cukup besar menyerap kredit adalah
sektor perdagangan (16,34%) dan sektor industri (16,37%).
Tabel Perkembangan Kredit Sektoral

(dalam Rp juta)

Des 2002 Des 2003

-Pertanian 259.677 254.879

-Pertambangan 80 49

-Perindustrian 159.570 222.760

-Listrik,Gas & Air bersih 0 0

-Konstruksi 18.871 29.366

-Perdagangan 161.791 217.863

-Angkutan 8.879 11.036

-Jasa-jasa 13.167 79.021

-Lainnya 417.156 516.014

Total 1.039.191 1.330.988

Sumber : Laporan Bank Umum

e. Perkembangan Kredit UMKM, dan KUK


Perkembangan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Perbankan di
Propinsi Kalimantan Tengah tercatat mengalami pertumbuhan yang positif dan cukup
menggembirakan. Kredit kepada UMKM pada bulan Desember 2003 tercatat sebesar
Rp.1.249 milyar naik sebesar 22,19% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2002 yang tercatat sebesar Rp.1.022milyar. Sementara itu kredit untuk Usaha Kecil
(KUK) juga mengalami pertumbuhan positif yaitu tercatat sebesar 10,61% dari Rp.243
milyar pada bulan Desember 2002 menjadi Rp.269 milyar pada akhir tahun 2003. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan Kredit tahun 2002-2003 yang tercatat sebesar
28,10%, pertumbuhan KUK memang masih cukup kecil, hal tersebut disebabkan karena
sebagian besar kredit di bawah Rp.500juta masih digunakan untuk konsumsi, bukan
untuk investasi maupun modal kerja.

Perkembangan Kredit yang Disalurkan Perbankan Nasional kepada Sektor-sektor


Ekonomi di Propinsi Kalimantan Tengah (berdasar Lokasi Proyek)

Kredit berdasarkan lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan untuk sektor-
sektor ekonomi di Propinsi Kalimantan Tengah baik dari Perbankan di Kalimantan
Tengah maupun bank-bank di daerah lain termasuk juga dari kantor pusat Bank.
Perkembangan kredit berdasarkan lokasi proyek ini menggambarkan bahwa sebagian
dana untuk pengembangan usaha di Propinsi Kalimantan Tengah diperoleh dari
Perbankan di luar Kalimantan Tengah. Hal ini dapat terjadi karena adanya kemungkinan
bahwa kantor pusat unit usaha yang memperoleh kredit berdomisili di daerah lain
ataupun pengajuan kredit yang langsung diajukan kepada kantor pusat bank di Jakarta.

Tabel Perkembangan Kredit Sektoral

berdasarkan Lokasi Proyek

(dalam Rp juta)

Des 2001 Des 2002 Des 2003

-Pertanian 577.461 859.413 845.107

-Pertambangan 105 105 49

-Perindustrian 142.058 264.931 242.471


-Listrik,Gas & Air bersih 0 0 0

-Konstruksi 29.120 18.871 30.047

-Perdagangan 105.946 164.040 220.318

-Angkutan 2.395 9.326 18.151

-Jasa-jasa 6.999 14.583 85.729

-Lainnya 353.561 444.256 612.922

Total 1.217.645 1.775.525 2.054.794

Perkembangan kredit berdasarkan lokasi proyek di Propinsi Kalimantan


Tengah dalam tiga tahun terakhir tercatat rata-rata sebesar 30,77%. Kredit terbesar
diberikan kepada sektor Pertanian, yang didalamnya termasuk juga sub sektor
Perkebunan, yang pada akhir tahun 2003 menyerap 41,12% dari total kredit yang
diberikan perbankan. Sementara itu sektor Jasa-jasa juga mengalami perkembangan
kredit yang meningkat cukup signifikan pada tahun 2003 yaitu dari Rp.14,583 milyar
pada akhir tahun 2002 menjadi Rp.85,729 milyar pada akhir tahun 2003. Secara
umum, perkembangan kredit yang cukup menggembirakan ini diharapkan akan
berdampak positif pada perkembangan ekonomi daerah pada masa yang akan datang.

12. Prosedur Penggunaan Hak Atas Tanah di Kalimantan Tengah.

Tugas Badan Pertanahan Nasional Dalam Mendukung Investasi.


1. Penyediaan informasi pertanahan dalam rangka penyiapan ijin lokasi,
kegiatan ini berupa penyediaan data penggunaan tanah, kemampuan
tanah dan tata ruang.

2. Pengendalian ijin lokasi, dilakukan agar ijin lokasi tidak tumpang tindih
dengan kepentingan lain, agar selaras dengan tata ruang dan
pengendalian pemanfaatan tanah oleh investor.

3. Pemberian hak atas tanah dan sertifikasi

Proses Penyediaan Tanah Untuk Investasi.

a. Ijin Prinsip Dari Bupati

b. Ijin Usaha Perkebunan Dari Bupati / Gubernur Untuk Lokasi Kabupaten

c. Ijin Lokasi:

1). Jangka Waktu Ijin Lokasi

- Sampai dengan 25 ha 1 (satu) tahun

- 25 s/d 50 ha 2 (dua) tahun

- lebih dari 50 ha 3 (tiga) tahun.

2). Kewenangan Penerbitan Ijin Lokasi

- Dari bupati/walikota

- dari gubernur untuk lokasi lintas kabupaten/kota

d. Proses HGU

1). Pengukuran kadasteral.

2). Inventarisasi.

3). Sidang panitia B.

4). Penerbitan SK. Hak oleh Kanwil BPN dan kepala BPN sesuai
kewenangan.

5). Penerbitan sertifikat oleh Kantor Pertanahan setempat.


6). Jangka waktu:

HGU 35 tahun, dapat diperpanjang 25 tahun, dan dapat


diperbaharui 35 tahun.

HGB 30 tahun dapat diperpanjang 20 tahun dan dapat diperbarui


30 tahun.

e. Kewajiban Pemohon

Membayar biaya pengukuran kadasteral, pemeriksaan tanah dan


uang pemasukan kepada negara sesuai PP 46 tahun 2002

Membayar BPHTB sebelum SK Hak Atas tanah terbit.

Membayar PBB.

Khusus untuk kegiatan investasi di luar Sektor Pertanian diberikan Hak


Guna Bangunan, penerbitan SK Hak sesuai kewenangan.

Rencana Penatagunaan Tanah

Rencana penatagunaan tanah Kalimantan Tengah tercermin dalam Rencana


Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah sesuai


Perda No. 8 Tahun 2003adalah sebagai berikut:

No. Jenis Peruntukan Luas (Ha)


Kawasan Lindung

1 Hutan Lindung 781.010

2 Cagar Alam 239.860

3 Taman Wisata 18.953

4 Taman Nasional 484.394

5 Suaka Margasatwa 71.111

6 Perlindungan Pelestarian Hutan 1.631

7 Kawasan Mangrove 30.407

8 Konservasi Air Hitam 36.769

9 Konservasi Flora dan Fauna 159.992

10 Konservasi Hidrologi 181.858

11 Konservasi Gambut Tebal 250.623

Kawasan Budidaya

12 Hutan Produksi 4.263.993

13 Hutan Pendidikan dan Penelitian 4.989

14 Hutan Produksi Terbatas 3.802.245

15 Kawasan Pengembangan Produksi 2.713.426

16 Kawasan Pemukiman dan Pengembangan 1.940.331


17 Lain 58.114

18 Kawasan Handil Rakyat 25.499

19 Hutan Tanaman Industri 136.340

20 Transmigrasi 154.850

Perairan

Total 15.356.395

Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah riil saat ini dapat dilihat dari interpretasi liputan citra
Landsat tahun 2003.

PENGGUNAAN TANAH
No. LUAS (Ha)
(LIPUTAN LAHAN) 2003

1. Hutan Lahan Kering Primer 4.692.613,52

2. Hutan Lahan Kering Sekunder 1.744.152,15

3. Hutan Rawa Primer 864.758,65

4. Hutan Rawa Sekunder 1.425.743,21


5. Hutan Mangrove Primer 34.089,80

6. Hutan Mangrove Sekunder 24.563,97

7. Hutan Tanaman 197.569,49

8. Belukar Rawa 1.186.936,27

9. Semak Belukar 3.997.660,56

10. Perkebunan 445.669,43

11. Pertambangan 1.339,17

12. Pertanian Lahan Kering 170.779,81

13. Pemukiman 14.616,39

14. Rawa 24.671,26

15. Sawah 74.765,16

16. Tanah Terbuka 465.680,42

17. Tubuh Air 141.965,11


Total 15.489.574,37

Analisa Ketersediaan Lahan

Dari data ijin lokasi yang telah diterbitkan untuk 203 investor seluas
2.551.159,83 Ha, apabila dilihat dari alokasi wilayah Kawasan
Pengembangan Produksi (KPP) dalam RTRWP seluas 2.713.426 Ha,
masih ada sisa lahan yang belum dimohon oleh investor seluas 162.266,
17 Ha

Alokasi lahan hutan yang ditetapkan dalam RTRWP Kalteng seluas


10.327. 835 Ha atau 67,73 % ternyata apabila dilihat dari penggunaan
tanah saat ini, bahwa luas hutan (hutan basah, hutan kering, semak
belukar dan hutan mangrove) seluas 14.125.500 Ha atau 90 %. Berarti
kondisi riil hutan yang ada di Kalimantan Tengah Masih Lebih luas dari
alokasi yang ditetapkan dalam RTRWP.

Tanah Adat / Ulayat

Ada perbedaan persepsi tentang pengertian hak ulayat antara Permenag


no. 5 th 1999 dengan pengertian yang berlaku di masyarakat Kalteng.

Syarat dalam Permenag No. 5 1999

Ada masyarakat adat

Ada hukum adat / pemimpin adat

Jelas batas wilayah


Pengertian di masyarakat Kalteng

Tanah negara yang sudah dibuka

Dikuasai oleh individu

Bekas ladang atau kebun

Tidak memiliki bukti hak

13. Piranti Lunak Rencana Tata Ruang Wilayah.

Rencana Tata Ruang Wilayah berisi Rencana Induk Jaringan Infrastruktur


dan Alokasi Lahan Bagi berbagai kegiatan investasi di Daerah.

Rencana Tata Ruang Wilayah ini terbagi berdasarkan wilayah Adminsitrasi.


Tata Ruang Wilayah Propinsi dengan skala tinjau 1:250.000, adalah
guideline yang sinkron dengan Tata Ruang Kabupaten / Kota dengan skala
1:100.000 dan menurun kepada Tata Ruang Kecamatan dengan skala
1:25.000.

Rencana Tata Ruang Propinsi telah selesai dan diundangkan dalam bentuk
Peraturan Daerah Kalimantan Tengah Nomor 8 Tahun 2003.

Meskipun sebagian besar Kabupaten / Kota masih harus merevisi dan


menyusun Tata Ruang baru (akibat Pemekaran Kabupaten Tahun 2001),
instrumen Rencana Tata Ruang Propinsi dapat menjadi panduan rencana
investasi yang memanfaatkan lahan di wilayah Propinsi Kalimantan Tengah.
*********

Potensi alam bahari berupa garis pantai serta hamparan terumbu karang dan
mangrove sangat mendukung pengembangan budidaya laut. Selain itu, komoditas
ikan, udang, moluska di laut mempunyai nilai strategis untuk dikembangkan karena
nilai ekonomis yang tinggi sebagai komoditi ekspor, dan sebagai produk bahan
pangan bergizi bagi masyarakat. Dengan memahami kendala dan permasalahan
dalam praktek budidaya, dapat disusun strategi pengembangan budidaya laut yang
ramah lingkungan sehingga laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang
lestari. Demikian Prof Ir Marsoedi PhD dalam pidato ilmiahnya berjudul ?Potensi dan
Nilai Strategis Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia?. Prof Marsoedi
dikukuhkan sebagai guru besar bidang budidaya perikanan pada Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya, Rabu (26/3).

Lebih lanjut pakar budidaya perairan ini mengungkapkan, air laut yang menempati
wilayah seluas 5,8 juta kilometer persegi itu seharusnya dapat dimanfaatkan secara
optimal. Perikanan budidaya mempunyai nilai strategis dalam perekonomian
nasional karena di smaping kontribusinya dalam mendukung usaha pemenuhan gizi
protein hewani, penyedia lapangan kerja dan meningkatkan sumber pendapatan
masyarakat, perikanan budidaya juga sebagai sumber devisa negara. Perikanan
budidaya dapat dilakukan dengan pemanfaatan pengembangan melalui kegiatan
pembenihan, penyiapan prasarana, pembesaran, pembuatan pakan buatan dan
industrinya, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, industri pengolahan dan
pemasaran hasil budidaya. Potensi komoditas yang dapat dibudidayakan di laut
meliputi ikan kakap, kerapu, kuda laut, tiram, kerang, teripang, mutiara, abalone
dan rumput laut.

Budidaya ikan di laut menurut Marsoedi, umumnya menggunakan jaring tancap dan
karamba jaring apung. Dan dalam perkembangannya, budidaya ikan di laut
dilakukan dengan sistem sea ranching dan offshore mariculture. Keberhasilan
budidaya laut banyak tergantung pada pemilihan lahan yang tepat. Kendala yang
dihadapi dalam budidaya laut meliputi: (1) kendala lingkungan diantaranya
terbatasnya sumberdaya lahan mengingat tidak semua areal yang terdapat di laut
sesuai untuk budidaya perikanan, kualitas dan kuantitas air yang lebih banyak
disebabkan karena pencemaran lingkungan serta bencana alam tsunami; (2)
kendala sosial ekonomi diantaranya terbatasnya sarana prasarana produksi,
fluktuasi harga produk pertanian, dan rendahnya kualitas sumberdaya perikanan
yang disebabkan oleh penyakit, hama maupun parasit; dan (3) kendala teknologi
dan kelembagaan.

Akuaponik adalah sistem budi daya berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan
hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi
dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak
dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi
nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air
kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.

Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun
menjadi sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe makhluk hidup yang ditumbuhkan,
dan sebagainya.[5]

You might also like