Professional Documents
Culture Documents
DI KALIMANTAN TENGAH
Kalimantan Tengah propinsi dengan wilayah terluas nomor tiga di Indonesia ditandai
dengan lahan yang membentang luas sejauh mata memandang yang sebagian
besar ditutupi tumbuh-tumbuhan / vegetasi tropis yang amat beragam jenisnya.
Infrastruktur perekonomian yang masih langka antara lain ditandai dengan jalan
darat tersedia amat terbatas kapasitasnya. Penduduk yang tersebar dengan
kerapatan yang amat rendah per kilometer persegi dalam wilayah yang amat luas
hidup dengan tenang tanpa banyak terpengaruh derap perubahan global.
Sejak berdirinya propinsi ini pada tahun 1957, perubahan nyata yang amat dominan
di daerah ini adalah pada lahan hutannya yang mengalami degradasi mutu hutan
alam tropis yang semakin berkurang nilai komersialnya, nilai tambah dari eksploitasi
hutan dan sumberdaya alam lainnya yang amat diharapkan dapat kembali dalam
bentuk percepatan pembangunan segala bidang di daerah ini tidak secara alamiah
terjadi. Pola ekonomi yang dominan dari proses investasi di daerah ini adalah pola
hit and run dan backwash effects atau divestasi. Kualitas investasi yang masih
semu ditandai dengan bahan mentah di bawa ke luar daerah ini dan nilai tambahnya
sebagian kecil kembali melalui kebaikan hati pemerintah pusat dan sebagian lainnya
tidak diketahui rimba dan manfaatnya.
Kini propinsi dengan luas wilayah nomor tiga di Indonesia ini telah melalui berbagai
periode pembangunan Nasional dan masyarakatnya di daerah terpencil tidak
mengetahui dan sebagian dari mereka ada juga yang telah menjadi penonton yang
setia terjadinya derap perubahan yang signifikan pada kawasan-kawasan lain di
Indonesia.
A. Kondisi Geografis.
1. Luas Wilayah :
Hal ini tentu berpotensi dan memberikan peran yang sangat penting untuk
suatu prospek kegiatan pembangunan dan pengembangan perekonomian
Kawasan Pulau Kalimantan dimasa yang akan datang, khususnya yang
menyangkut rencana realisasi kesepakatan para Gubernur se- Kalimantan
untuk membangun jalan Trans Kalimantan dan jalur jalan Kereta Api di
Kalimantan yang akan merupakan satu kesatuan dengan jalur yang ada di
Kalimantan wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam sehingga merupakan
satu kawasan Pulau Kalimantan / Borneo.
B. Pemerintahan
C. Penduduk
terdiri dari :
1. Jalan darat :
Terdapat dua jalan darat poros utama yang merupakan jalan lintas
Kalimantan yaitu poros tengah dan poros selatan sepanjang 3.741.05 km.
yang terdiri dari :
Peran dan fungsi jalan darat adalah sebagai sarana penghubung antar /
lintas Provinsi, kabupaten dan kota serta beberapa Kecamatan yang ada di
Kalimantan Tengah , disamping itu pengembangan dan pembangunannya
diarahkan adalah sebagai upaya untuk membuka isolasi bagi daerah-daerah
pedalaman / terpencil yang dimungkinkan untuk dibangun jalan darat
dengan masud untuk meningkatkan kegiatan perekonomian didaerah dan
memperlancar distribusi perdagangan barang dan jasa angkutan darat.
serta orang/penumpang.
2. Pelabuhan Laut :
3. Bandar Udara :
Di Propinsi Kalimantan Tengah terdapat 9 buah bandar udara yang melayani
penerbangan untuk berbagai tipe dan jenis pesawat terbang, dengan nama
sebagai berikut :
Disamping itu untuk melayani kota-kota kecil ada juga pesawat dari MAF yang
terbang secara regular serta bisa pula dicarter.
4. Perbankan
Perbankan. dengan adanya Kantor Bank Indonesia selaku Bank Sentral juga terdapat 4
(empat) buah Bank BUMN (BRI, Bank Mandiri, BTN, BNI) dan 1 (satu) buah Bank
BUMD (Bank Pembangunan Kalimantan Tengah) serta 2 (dua) buah Bank Swasta (Bank
Danamon dan Bank Internasional Indonesia/BII), 1 (satu) Buah Bank Perkreditan
Rakyat., khusus Bank BRI dan Bank Pembangunan Kalimantan Tengah pelayanannya
sudah sampai ke berbagai Kecamatan dan Desa.
5. Telekomunikasi,
6. Listrik :
Pelayanan tenaga listrik sudah menjangkau sebagian besar kota dan desa baik
yang berasal dari PLTD yang tersebar di Kabupaten Kabupaten Kalimantan
Tengah maupun langsung dialirkan dari interconeksi PLTU / PLTA di
Kalimantan Selatan.
7. Air bersih
Pelayanan air bersih dikelola oleh perusahaan Daerah/ BUMD yang ada di
Kabupaten dan kota se- Kalimantan Tengah dan pelayanannya sudah
menjangkau beberapa ibukota kecamatan dan desa.
8. Perhotelan
Pemanfaatan Fasilitas Penanaman Modal sampai akhir bulan desember 2003 perkembangan
penanaman modal baik PMA/PMDN mengalami perubahan/ peningkatan baik dalam jumlah
proyek maupun jumlah investasi. Jumlah perusahaan PMA/PMDN secara komulatif sebanyak
244 buah perusahaan dengan perincian PMA sebanyak 54 buah perusahaan dengan rencana
investasi sebesar US$ 6,2 milyar lebih dan realisasi sebesar US$ 1,9 milyar lebih atau 30%
sedangkan PMDN sebanyak 190 buah perusahaan dengan rencana investasi sebesar Rp. 19,1
triliun lebih dan realisasi sebesar Rp. 12,2 triliun lebih atau 64,20%.
Penanaman modal yang telah disetujui dalam periode Januri s/d 31 Desember 2003
sebanyak 1 (satu) buah proyek PMDN dengan nilai investasi sebesar Rp. 68 milya
dan Penanaman Modal Asing sebanyak 2 (dua) buah proyek dengan investasi
sebesar US$ 670 ribu.
Disamping itu terdapat juga persetujuan perluasan usaha perusahaan Penanaman
Modal Asing yang sudah ada dengan nilai investasi sebesar US$ 7,5 juta.
Hal ini memperlihatkan bahwa selain terdapat minat penanaman modal dalam negeri
untuk melakukan investasi baru, perusahaan PMDN dan PMA yang ada, juga tetap
berkembang dan memperluas usahanya.
Nilai persetujuan PMDN dan PMA selama tahun 2003 meningkat dibandingkan
dengan tahun 2002. Hal ini memperhatikan sudah mulai kembalinya kepercayaan
investor PMDN dan PMA untuk menanamkan modalnya di Kalimantan Tengah dan
bidang usaha yang diminati oleh investor meliputi sektor pertambangan, perkebunan
dan pariwisata.
Sektor Perkebunan
7
.
20
1 Persiapan 13 31 33
2 Konstruksi 4 133 35
3 Produksi - 6
190
JUMLAH 54 244
Kalau di tahun 2002 Kalteng belum mampu memenuhi kebutuhan berasnya sendiri, maka di
tahun 2003 Kalteng dipastikan mampu memenuhi kebutuhan beras lokal. Hasil monitoring dan
perhitungan Biro Pusat Statistik (BPS) sampai tanggal 24 Desember 2003 menunjukkan bahwa
realisasi produksi beras Kalteng sebesar 489.033 ton yang berarti melampaui target sebesar
454.245 ton. Selain itu, perluasan areal panen juga bertambah cukup signifikan yaitu 194.855
Ha atau lebih besar 16.720 Ha dari target sebesar 178.135 Ha. KepalaDinasPertanian Kalteng
Ir.Andoh Oemar yang dikonfirmasi Kapos membenarkan data tersebut. Menurutnya pencapaian
tersebut merupakan hasil dari berbagai upaya pemerintah daerah untuk menuju pencapaian
swasembada beras di Provinsi Kalteng yang telah dicanangkan Gubemur Kalteng Asmawi
Agani. Beberapa faktor yang menunjang pencapaian tersebut menurut Andoh antara lain
adalah upaya serius pemerintah di tiap kabupaten/ kota di Kalteng untuk mendukung
pencanangan swasembada beras dari Gubernur.
Target dan Realisasi Produksi, Produktivitas dan Luas Tanam Padi di Kalteng Tahun 2003.
Uraian Target Realisai*
*) Perbaikan angka ramalan III. Sumber: BPS dan Dinas Pertanian Kalimantan Tengah.
Selain itu, dampak dari ketatnya penertiban illegal logging telah mengembalikan masyarakat
pada usaha pertanian. Dampak pemekaran kabupaten juga semakin mendekatkan dan
memudahkan pembinaan pertanian masyarakat di daerah daerah. Masing-masing kabupaten
jadi lebih bersemangat mengelola pertanian di wilayah mereka dengan lebih serius lagi" ujar
Andoh. Pencapaian target produksi beras tersebut menurut Andoh juga dipengaruhi oleh
meningkatnya dukungan anggaran dekonsentrasi (APBN) tahun 2003, dimana 60 persen dana
APBN langsung dimanfaatkan oleh petani dalam bentuk Bantuan Pinjaman Langsung
Masyarakat (BPLM). Produksi padi tahun 2003 sebesar 489.033 ton GKG setelah dikurangi
bufferstock (stok penyangga, Red) maka akan diperoleh produksi setara beras sebanyak
281.683 ton atau lebih 17.969 ton dari kebutuhan Kalteng di tahun 2003 sebesar 263.713,6 ton
beras. Data tahun 2003, penduduk Kalteng berjumlah 1.883.669 jiwa dengan tingkat konsumsi
rata-rata sebesar 140 kg per kapita per tahun atau 263.713,6 ton beras.
- Berdaya saing
- Berkerakyatan
- Berkelanjutan
- Besentralisasi
Tujuan :
Sasaran :
A. Tanah
Tanaman nenas menghendaki tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik
serta tidak tahan terhadap genangan air. Di daerah basah dengan tanah liat yang
tergenang air cukup lama menyebabkan perkembangan tanaman menjadi tidak
baik. Apabila dibudidayakan di daerah kering diperlukan pengairan yang baik, dan
air tanah tidak lebih dari 150 cm di bawah permukaan tanah. Tanah yang cocok
untuk budidaya nenas adalah tanah dengan tekstur ringan (pasir) dan sedang, serta
mengandung bahan organik (humus) cukup tinggi, dengan pH sekitar 4,5 5,5.
B. Iklim
Tanaman nenas dapat tumbuh baik di daerah dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun dengan jumlah antara 1.000 2.000 mm per tahun, serta suhu
optimum 32C. Tanaman nenas akan hidup dengan baik di daerah sampai dengan
ketinggian 1.200 m, dengan ketinggian optimum antara 100 200 m di atas
permukaan laut.
B. Pembibitan
1. Pemilihan varietas
Varietas penting yang termasuk golongan ini antara lain adalah varietas Red
Spanish. Bobot buah rata-rata 0,9-1,4 kg, umumnya dimanfaatkan untuk
indistri buah kaleng.
Varietas penting yang termasuk golongan ini adalah Queen, Abakha, Natal
Queen, Palembang, Cabezona, Eleuthera. Bobot buah varietas Natal Queen
rata-rata antara 0,45-0,9 kg sampai 1,6 kg. Sebagian besar varietas tersebut
dikonsumsi dalam bentuk buah segar dan sebagian diolah.
c. Golongan dengan daging buah warna kuning muda
Varietas yang termasuk golongan ini adalah Smmoth Cayenne. Bobot buah
rata-rata 2,3-3,6 kg. Umumnya dimanfaatkan untuk indistri buah kaleng.
2. Perbanyakan
Anakan adalah tunas yang timbul dari bagian batang yang berada di bawah
permukaan tanah. Tunas ini biasanya jumlahnya sedikit dan berakar. Bahan
tanaman yang berasal dari tunas anakan cepat menghasilkan buah, sehingga
banyak yang menggunakan sebagai bibit.
Tunas batang adalah tunas yang keluat dari bagian batang di atas tanah.
Biasanya tunas seperti itu belum berakar. Untuk keperluan bibit digunakan
tunas yang telah mencapai panjang 30-35 cm. Pada 15-18 bualan dari saat
tanam, tanaman sudah menghasilkan buah.
c. Tunas tangkai
Disebut tunas tangkai karena tunas ini muncul dari pangkal tangkai atau
pada tangkai buah. Tanaman yang berasal dari tunai tangkai dapat
menghasilkan buah 18 bulan sesudah tanam.
Tunas dasar buah adalah tunas yang keluar dari dasar buah atau ujung
tangkai buah yang jumlahnya bisa mencapai 10 tunas per tanaman. Dengan
menggunakaan bibit asal tunas dasar buah tanaman dapat berbuah setelah
berumur 20 bulan dari saat tanam.
e. Mahkota
Mahkota merupakan tunas yang tumbuh pada bagian pucuk dari pada buah,
umumnya hanya satu, namun kadang-kadang dapat lebih. Tanaman dapat
menghasilkan buah pada umur 22-24 bulan sejak tanam.
D. Penanaman
Lahan yang dibudidayakan dengan nenas perlu persiapan terlebih dahulu. Pada
lahan yang tidak terlalu luas, pengolahan tanah dilakukan secara tradisional yaitu
dengan mengunakan cangkul. Namun pada lahan yang luas, khususnya perkebunan
besar, pengolahan tanah dikerjakan secara mekanis dengan menggunakan alat besar
seperti traktor. Pengolahan tanah dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam. Pengolahan
tanah hendaknya dilakukan secara sempurna dalam arti sampai gembur. Sewaktu
pengemburan tanah sebaiknya dilakukan pula pemberian pupuk organik (pupuk
kandang). Untuk nenas memerlukan pupuk kandang lebih kurang 20 ton/ha. Setelah
pengolahan tanah, penggemburan dan pemupukan dasar, tanah diratakan dan dibuat
bedengan-bedengan dengan petanaman. Cara penanaman nenas bermacam-macam,
ada yang menggunakan barisan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga.
Jarak tanam dalam barisan 40-50 cm, jarak tanaman antara barisan 20 cm, jarak
antara bedengan 50 cm.
E. Pemeliharaan
1. Penyiangan
2. Pemupukan
pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk anorganik seperti Urea, TSP atau SP-
36 dan KCl maupun pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos. Pupupk
anorganik (Urea, TSP dan KCl) diberikan 2 kali dalam satu tahun pada awal
musim dan menjelang akhir musim penhujan. Pupuk kandang diberikan satu kali
dalan setahun pada awal musim penghujan. Dosis pupuk yang diberikan untuk
pupuk anorganik ialah Urea 225 kg/ha, TSP 125 kg/ha, KCl 300 kg/ha.
Sedangkan pupuk kandang 20 kg/ha/tahun.
- Sarana perhubungan laut, udara, darat telah terbuka luas (Pelabuhan Sampit,
Bandara Udara, Jalan darat aspal hotmik)
- Perbankan cukup memadai antara lain : BPD, BRI, BNI, Bank Mandiri, Danamon,
BII.
- Komunikasi meliputi pelayanan telepon otomatis dan telkomsel serta Pos dan Giro
setiap ibukota Kecamatan.
Kegiatan Analisa Usaha Tani merupakan kegiatan yang perlu secara terus
menerus dilaksanakan agar dapat diketahui untung rugi usaha tani sehingga dapat
dijadikan dasar analisa pada musim tanam/tahun berikutnya.
Luas lahan : 1 ha
a. Sarana Produksi
- Pupuk
- Urea 25 kg x Rp. 1.600 Rp. 40.000
Rp 1.715.000
Rp.3.700.000
Rp 3.700.000
d. Biaya pasca panen
Rp 475.000
f. Total produksi
PENDAPATAN KOTOR
= 7.000 x 5.000
= 35.000.000
PENDAPATAN BERSIH
= Rp. 28.880.000
KELAYAKAN EFISIENSI
B/C = 28.880.000
6.120.000
= 4,71
R/C = 35.000.000
6.120.000
= 5,71
2. Sektor Perkebunan.
Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun 1993 telah menetapkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Tengah dan untuk pengembangan
Perkebunan jangka panjang 15 tahun (1993 2003) dicadangkan lahan seluas
1.700.000 Ha.
Kedepan sub sistem hilir yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
merupakan rangkaian sub sistem yang sangat strategis karena dapat menghela sub
sistem lainnya untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya
petani dan pelaku usaha agribisnis.
a. Potensi Lahan
Sesuai dengan rencana Tata Ruang Propinsi Kalimantan Tengah tahun 1999 luas
lahan yang menjadi kewenangan Dinas Perkebunan untuk mendayagunakannya
yaitu pada Kawasan Pengembangan Produksi (KPP) dan Kawasan Pemukiman dan
Penggunaan Lainnya (KPPL) dengan Ijin Usaha Perkebunan (IUP/PPUP) sebanyak
187 buah perusahaan. Perkebunan rakyat yang sudah dibangun pada KPP dan KPPL
sampai akhir tahun 2002 tercatat seluas 448.290 Ha.
Beberapa Perkebunan Besar Swasta (PBS) kelapa sawit yang saat ini
ditawarkan untuk dijual (take over) kepada calon investor adalah :
PT. TRANSINDO ASPAC AGRONIAGA, dengan luas tanam 3.600 ha dari
rencana 24.000 Ha.
PT. SURYA BAROKAH, dengan luas tanam 2.648 Ha dari rencana 10.000 Ha.
PT. SAPTA KARYA DAMAI, dengan luas tanam 4.613 Ha dari rencana 12.000
Ha.
a). Pembangunan Industri Hilir dan industri turunannya dari CPO (Crude
Palm Oil)/ minyak sawit kasar, seperti minyak goreng, sabun, margarine.
20
100
4) Apabila :
6) Minyak goreng yang dapat diperoleh dari 1 (satu) unit industri adalah:
b). Industri karet remah atau crumb rubber, dan atau industri hilir karet
( pabrik ban atau industri barang jadi yang menggunakan bahan baku
karet).
Selain potensi tersebut diatas, terdapat juga potensi peremajaan kebun karet tua
milik petani. Di Kalimantan Tengah terdapat kebun karet seluas 335.490 Ha,
dengan komposisi tanaman belum menghasilkan (TBM) : 103.992 Ha, tanaman
menghasilkan (TM) 190.904 Ha dan tanaman tua/rusak (TT/TR) : 41.094 Ha.
Dari luas areal tanaman tua/rusak tersebut secara teknis diperkirakan jumlah
tegakan 14.793.840 batang (rata-rata 360 batang/ha, M,J. Rosyid dkk, tahun
2001). Jumlah log kayu karet 8.107.172 m2 (1.818 batang ekivalen 1M3 kayu
karet), jumlah kayu gergajian 1.787.589 M3 (potensi kayu karet gergajian rata-
rata 43.5 M3/hektar, M,J.Rosyid dkk, tahun 2001). Program peremajaan karet tua
dikombinasikan dengan budaya setempat (berladang), tanaman sela
padi/palawija dan atau tanaman kehutanan (sengon). Kabupaten yang sangat
potensial adalah Barito Timur, Gunung Mas, Kapuas/Pulang Pisau dan Barito
Utara.
c. Tenaga Kerja
Untuk tenaga kasar dapat disediakan dari daerah dengan diikuti program
diklat oleh perusahaan. Sedangkan untuk tenaga ahli/tenaga khusus
didatangkan dari luar daerah (Pulau Jawa) melalui pola Angkatan Kerja
Antar Daerah (AKAD).
d. Pembiayaan
Sistem pembiayaan yang dilakukan oleh PBS selama ini menggunakan modal
sendiri dan fasilitas perbankan (PMDN dan PMA).
Joint Venture.
Besarnya potensi sumber daya hutan yang tercermin dari luas kawasan
hutannya menempatkan sektor kehutanan sebagai sektor andalan di Kalimantan
Tengah yang merupakan salah satu pilihan investasi yang sangat strategis dan
potensial dalam mendukung pembangunan Otonomi Daerah di Propinsi
Kalimantan Tengah.
Salah satu bentuk potensi yang ada di Kalimantan Tengah yang sampai saat ini
belum tergali secara optimal ialah pemanfaatan kawasan hutan untuk tujuan eco-
turism (wisata lingkungan). Ditinjau dari perspektif bisnis, pengembangan eko-
turisme memiliki prospek yang sangat baik dimasa yang akan datang karena daya
tarik yang dimilikinya, berupa kekayaan sumber daya hutan dengan mega
biodiversity dan keindahan panorama alam yang dilengkapi dengan keunikan adat
istiadat budaya yang khas. Dengan potensi seperti ini diharapkan mampu
mengundang minat wisatawan domestik maupun mancanegara.
2). Pembiayaan
1. Luas Tanaman Rotan di Kalimantan Tengah 1,5 Juta Hektar (Rotan Alam,
perkebunan masyarakat, budidaya).
2. Potensi Produksi Rotan di Kalimantan Tengah 2,25 Juta Ton Per Tahun.
a. Rotan Irit
b. Rotan Manau
c. Rotan Taman
d. Rotan Sega
e. Rotan semambu
Daftar Target Limbah Dari RKTUPHHK Tahun 2004 Propinsi Kalimantan Tengah
S/D 31 Maret 2004
Target
N
o Kabupaten Limbah RKTUPHHK
Tahun 2004
(M3)
1 2 3
5. Kab. Kapuas -
JUMLAH 42.205
Areal perairan laut dengan garis pantai + 750 Km menghadap ke laut Jawa,
dengan 11 Sungai besar, dan perairan umum sungai, danau, rawa seluas +
2.290.000 Ha. Yang sangat cocok untuk usaha perikanan Tangkap, Usaha
perikanan Budidaya .
Jenis produksi perairan laut dan perairan umum diantaranya ikan kakap,
tongkol, bawal, tengiri, kembung, udang,kepiting,lais , toman, udang galah,
baung, belida, jelawat, labi-labi, dan ikan hias (botia dan arwana).
- Budi daya Ikan Air Tawar, Potensi nya ada di sungai , danau dan rawa
yang tersebar diseluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah , budi
daya dengan menggunakan Kolam , keramba dan jaring apung. Dan
untuk mendukung budi daya ikan air tawar ini telah dibangun balai
benih ikan .
- Budi daya ikan air Payau dilingkupi dengan hamparan hutan bakau ,
nipah sehingga potensial sekali untuk budi daya ikan/ udang tambak
tersedia lahan seluas 84.400 Ha. Untuk pengembangan budi daya
tambak di air payau ini.
Benih merupakan bagian utama dalam budidaya ikan. Pada tingkatan yang
sederhana benih ikan dapat diperoleh dari hasil penangkapan di periakan umum,
sedang pada tingkat yang lebih maju dapat diperoleh dari hasil pembenihan ikan
milik petani (swasta) maupun dari Balai Benih Ikan (BBI) milik Pemerintah.
Ikan Betutu / bakut (Oxyeleotris marmorata) atau marbled goby alias ikan
bodoh / malas terbilang ikan konsumsi mahal, namun belum ada yang sangat serius
mengelola pembenihannya, akibatnya perkembangbiakannya sangat
menghawatirkan, sehingga populasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Kondisi
ini perlu segera dicari solusinya agar ikan betutu bisa ditingkatkan jumlahnya,
apalagi dengan harganya yang tinggi ini, maka banyak orang yang lebih suka
memburunya, akibat diburu inilah semakin mempercepat kemusnahannya.
Ikan betutu sebagai ikan air tawar, banyak ditemukan diperairan Kalimantan
Tengah. Habitatnya meliputi air tawar dan payau, sungai-sungai yang tidak jauh dari
muara atau pantai, berarus tenang dan berlumpur, rawa serta danau dengan dasar
berlumpur, ia senang terbenam dicelah dan termasuk ikan labirin karena mampu
hidup diperairan yang keruh dengan bantuan lembar-lembar labirin pada lapis
insangnya.
Latar belakang
Adapun kapasitas lahan yang telah tersedia dan dimiliki oleh perusahaan
tersebut saat ini dengan luas 10 Ha (100.000 m 2) yang sedang digarap, dan
diharapkan pengembangannya mencapai 50 Ha (500.000 m2).
Kebutuhan Investasi
Mengingat dana yang dimiliki oleh perusahaan tersebut sangat terbatas, diharapkan
dari pihak luar (investor) bisa bekerja sama dalam mewujudkan usaha tersebut
diatas dengan perincian biaya :
Rp. 1.000.000.000,-
Bangunan hatchery (tempat Pembenihan,
peralatan dan bangunan lainnya) =
Rp. 500.000.000,-
Pengamanan (pagar dan lainnya) =
Rp. 250.000.000,-
Pakan dan obat-obatan =
Rp. 100.000.000,-
Pengadaan dan perawatan induk =
Rp. 50.000.000,-
Rp. 240.000.000,-
Rp. 2.140.000.000,-
Pemasaran saat ini ke daerah Pulau Jawa terutama Jakarta, Surabaya dan
sebagian dieksor via Jakarta tujuan Malasia dan Singapura. Adapun pembelian
ditingkat masyarakat Rp. 50.000 / kg, ditingkat penampungan Rp. 65.000 / kg,
sedangkan harga jual di daerah tujuan Rp. 105.000 dan di luar negeri harga
mencapai Rp. 130.000 / kg.
Potensi Alam
Teknologi Pembenihan
Induk ikan Betutu yang akan dipijah berukuran 800 1.500 gram per ekor.
Pasalnya ada korelasi positif antara bobot induk dengan jumlah telur yang
dihasilkan induk dengan kisaran bobot tersebut diatas dapat menghasilkan telur
sebanyak 5.000 30.000 butir. Jumlah telur sangat bervariasi tergantung kondisi
induk dan tingkat kematangan gonad. Induk-induk ikan betutu yang akan dipijah
harus diperhatikan secara praktis tingkat kematangan gonad induk ikan betina dapat
diketahui dari ukuran celah genitalnya. Induk ikan jantan juga kelihatan warna
merah disekitar lubang pelepas. Ada kalanya jika bagian bawah perut diurut akan
keluar cairan berwarna putih.
Pemijahan induk ikan Betutu dapat dilakukan secara alami atau dengan
stimulasi hormon. Pemijahan betutu tidak mengenal musim dan dapat berlangsung
sepanjang tahun tiga sampai empat kali setahun. Kemauan memijah biasanya akan
meningkat pada musim hujan, sebaliknya kurang pada musim kemarau.
a. Pemijahan alami
Tempat pemijahan betutu dilakukan di kolam tanah dan bak fiber glass.
Penebaran induk antara jantan dan betina 1 : 1. Padat penebarannya dilakukan
untuk 100 ekor induk pada luasan kolam 20 x 30 m, kedalaman 1 2 m, dasar
dan pinggir kolam bersiring tembok, memiliki pergantian air secara terus
menerus, tempat pemijahan harus dilengkapi saluran pemasukan air (inlet) dan
saluran pembuangan (outlet).
Telur dikeluarkan dari tubuh betina yang sudah matang gonad dengan
menyemprotkannya ke substrat. Substrat untuk penempelan telur tersebut
terbuat dari potongan pipa paralon berukuran 4 6 inchi yang dibelah dan
kemudian diikat kembali guna memudahkan pada saat mengecek keberadaan
telur. Jumlah sarang yang ditempatkan dalam kolam bekisar 20 30 buah untuk
sejumlah pasang induk tersebut.
b. Kawin suntik
Tujuan kawin suntik yaitu untuk mendapatkan produksi telur dalam julah
lebih banyak, yang memungkinkan benih ikan diproduksikan secara masal dan
terjadwal.
Hal ini dilakukan jika fasilitas hatchery untuk pemeliharaan larva cukup
memadai, sehingga pengaruh kegagalan bisa dikurangi. Hormon yang
digunakan untuk menstimulasi pemijahan Betutu adalah ovaprim.
Hormon disuntikan ketubuh ikan secara intra muscular pada bagian dorsal
dekat sirip punggung. Penyuntikan dilakukan 2 kali dosis yang dianjurkan 0,5
ml/ kg bobot badan. Selang waktu penyuntikan pertama dan kedua berkisar 10
12 jam. Waktu ovulasi induk-induk antara 36 60 jam.
5. Sektor Peternakan.
- Sampai saat ini sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara optimal,
demikian juga masih terdapat faktor-faktor ekonomis yang belum dimanfaatkan.
Jika keadaan ini dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap mampu menjadi
sektor yang tangguh dan mampu menopang pengembangan ekonomi regional.
Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan yang
memadai bagi pengembangan peternakan sapi potong.
Sampai dengan saat ini sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara
optimal, demikian juga masih terdapat faktor-faktor ekonomi yang belum
dimanfaatkan. Jika keadaan ini dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap
mampu menjadi sektor yang tangguh yang mampu menopang pengembangan
ekonomi regional.
2). Masih tersedianya sumber pakan ternak berupa hijauan yang masih belum
dimanfaatkan secara optimal, khususnya untuk pengembangan ternak
ruminansia. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan di sub sektor peternakan.
3). Bertitik tolak dari potensi wilayah Kalimantan Tengah tersebut, maka untuk
menunjang peningkatan produksi daging dalam rangka memnuhi kebutuhan
pangan asal ternak, tidak lepas dari peranan pihak swasta sebagai salah satu
pelaku agribisnis sehingga masyarakat mampu meningkatkan produksi
peternakan sapi potong yang berdaya saing di pasar domestik maupun eksport
Dengan potensi lahan yang sesuai untuk usaha peternakan sapi potong sekitar
2.531.158 hektar, dimana dapat menampung sekitar 1.260.000 Satuan Ternak, maka
terbuka peluang yang sangat besar untuk pengembangan ternak sapi potong.
Type investasi yang diharapkan adalah melalui Kemitraan. Dalam hal ini
adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara Pemerintah Brunei
Darussalam dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas
Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah dan sekaligus memberdayakan
peternak lokal.
a. Kabupaten Katingan
c. Kabupaten Seruyan
Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan yang
memadai bagi pengembangan peternakan kambing.
Sampai dengan saat ini sumber daya peternakan masih belum dimanfaatkan secara
optimal, demikian juga masih terdapat faktor-faktor ekonomi yang belum
dimanfaatkan. Jika keadaan ini dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap
mampu menjadi sektor yang tangguh yang mampu menopang pengembangan
ekonomi regional.
- Masih tersedianya sumber pakan ternak berupa hijauan yang masih belum
dimanfaatkan secara optimal, khususnya untuk pengembangan ternak
ruminansia. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan di sub sektor peternakan.
Bertitik tolak dari potensi wilayah Kalimantan Tengah tersebut, maka untuk
menunjang peningkatan produksi daging dalam rangka memnuhi kebutuhan pangan
asal ternak, tidak lepas dari peranan pihak swasta sebagai salah satu pelaku
agribisnis sehingga masyarakat mampu meningkatkan produksi peternakan kambing
yang berdaya saing di pasar domestik maupun eksport
Dengan potensi lahan yang sesuai untuk usaha peternakan kambing sekitar
1.215.106 hektar, dimana dapat menampung sekitar 6.075.530 Satuan Ternak, maka
terbuka peluang yang sangat besar untuk pengembangan ternak kambing.
c. Kabupaten Kapuas
Type investasi yang diharapkan melalui Kemitraan. Dalam hal ini adanya
kerjasama yang saling menguntungkan antara Pemerintah Brunei
Darussalam dengan Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas
Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah dan sekaligus memberdayakan
peternak lokal.
c. Kerjasama Permodalan
4. Mempercepat alih teknologi maju dari perusahaan besar kepada para peternak,
serta meningkatkan efisiensi perusahaan melalui optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya.
Pola Kemitraan/Kerjasama
a. Pulang Pisau
b. Kapuas
c. Palangka Raya
d. Kotawaringin Barat
e. Kotawaringin Timur
f. Gunung Mas
g. Seruyan
a. Kapuas
b. Palangka Raya
c. Kotawaringin Timur
b. Kotawaringin Barat
c. Barito Timur
- Kayu olahan meliputi Plywood, moulding, dowels, fingers, S2S, S4S, Floring
boardWood tile, Pallet, doorcomponen cosing, sadle boar, meja taman,
wooden decking, system village, food board, garden fance, laminating,
floring house, truck body, garden gate, garden screen dan lain lain .
Perak Murni
Pasir Zircon
Rotan di Kalimantan Tengah sebagian besar merupakan hasil budi daya perkebunan
rakyat (sebagian tanah kebun bersertifikat). Pada tahun 2001 luas kebun rotan tercatat
1,5 juta ha dengan produksi 1.371.864 ton/tahun (rotan taman dan rotan irit).
Kota Palangka Raya dan Kabupaten Barito Utara mendapat bantuan mesin penipis
rotan masing-masing 1 (satu) unit dan 2 (dua) unit melalui Proyek Peningkatan
Industri Kecil dan Menengah Kalimantan Tengah.
Kabupaten Katingan akan mendapat 1 (satu) unit mesin pengolah rotan melalui
Proyek Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (Ditjen IKAH, Depperindag)
sedangkan Pemerintah Kabupaten Katingan akan menyediakan tanah dan
bangunannya yang berfungsi sebagai Unit Pelayanan Teknis Daerah.
2. Agar pajak ekspor rotan asalan dapat diturunkan lagi pajaknya dari 15 %
menjadi 5 % dan untuk rotan setengah jadi pajak ekspornya menjadi 0 %.
7. Sektor pertambangan
a. Potensi
b. Peluang Investasi
Peluang investasi khususnya untuk Penanam Modal Asing sangat terbuka untuk
Bidang Pertambangan Umum, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi,
Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Uap. Sabagai gambaran, pada saat ini
terdapat 66 perusahaan melakukan investasi di bidang pertambangan umum di
Propinsi Kalimantan Tengah dengan rincian sebagai berikut;
Wilayah konsesi ke 66 perusaan ini meliputi total areal seluas 1.5 juta Ha.
Namun mengingat luas Kalimantan Tengah yang mencapai 153.536 Km, masih
terdapat peluang areal bagi investasi baru pada daerah-daerah prospek.
Disamping berinvestasi melalui perijinan baru, juga terbuka peluang melalui
perijinan yang sudah ada dalam rangka kemitraan Privat to Privat.
Infrastruktur Daerah
Suprastuktur
Sistem Pembiayaan
Kemitraan
Oleh karena itu dari berbagai permasalahan yang ada sebagai akibat minimnya
infrastruktur terutama prasarana jalan darat sepert keterisolasian,
keterbelakangan, kerawanan pangan serta sulitnya pengembangan sumber
daya alan khususnya di Kalimantan Tengah oleh sebab minimnya alokasi
anggaran bagi penyelesaian jalan lintas di Kalimantan khususnya ruas jalan
lintas selatan dan lintas tengah dengan panjang total 3.741,05 km yang terdiri
dari jalan nasional sepanjang 1.707,57 km dan jalan propinsi sepanjang
1.050, 26 km serta ruas jalan yang belum terbangun sepanjang 983,22 km, hal
ini memberikan peluang kepada para investor dalam dan luar negeri untuk
bekerjasama mendukung upaya percepatan pembangunan jalan dan jembatan
di Klimantan Tengah. Beberapa ruas jalan yang dipandang berpotensi dan
layak dibangun atau ditingkatkan Kalimantan Tengah memerlukan / dibutuhkan
dana sebesar Rp. 4.107.957.000.000,-
1. Gambaran Umum.
Kondisi ke 2 (dua) sungai dan terusan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
:
Lebar Kedalaman
1 2 3 4 5 6 7 8
Tidak bergantung
muara alur sungai
Barito yang lalu lintas
sungainya sangat padat.
c. Landasan yang ada ada 2.100 m (displaced 100 m), sementara yang
effektif landasan hanya 2.000 m sehingga keperluan yang harus
dipenuhi adalah 2.300 m yang berarti perpanjangan 300 m x 30 m;
a. Relokasi peralatan Glide path DME, ILS dan Midle marker, DVOR
adalah sebagai akibat perpanjangan landasan, dimana peralatan tersebut
telah didesign untuk mengikuti dimensi landasan serta kelas pelayanan
navigasi penerbangannya;
Jumlah : Rp.43.977.671.000,00
- Repeater = 18 buah
4. Pada tahun 2003 Kandatel PalangkaRaya melakukan
penambahan kapasitas Terpasang STO sebanyak 4.112 sst
sehingga menjadi 41.571 sst, sedangkan untuk jaringan akan
dibangun di 4 (empat) lokasi sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
Perangkat yang di kelola UPND Palangka Raya adalah Program Kantor Pusat,
UPND Palangka Raya hanya operasional dan Optimalisasi perangkat excesting.
1 2 3 4 5 6 7
TRANSMISI GMD
3 PLK RADIO Km.5 TERMINAL 1135307T 21029S Jl. Cilik Riwut Km. 5
6 PARIT PRT REPEATER 1125751T 20838S Jl. Tjilik Riwut SPT-PLK Km.57
8 SEBABI SBI REPEATER 112335T 22456S Desa Seibabi Kec. Kota Besi SPT
11 PANGKALAN BUN PBU TERMINAL 1113644T 24208S Jl. Sudirman Sebamban P. Bun
SUKAMARA
12 SKM REPEATER 1110956T 24336S Jl. Natai Sedawak Sukamara
JAMBI
13 JBI REPEATER 1105958T 23910S KM.8 Dusun Jambi Kec. Manis
Mata Kalbar.
TRANSMISI
SATELIT
Wilayah KAPET DAS KAKAB meliputi 25 kecamatan yang berada pada 3 (tiga)
kabupaten yaitu Kapuas, Pulang Pisau dan Barito Selatan serta 1 (satu) kota yaitu
Palangka Raya, dengan luas seluruhnya 2.767.300 ha, atau 18% dari wilayah
Propinsi Kalimantan Tengah, dan 53% diantaranya merupakan eks PLG seluas
1.457.300 ha.
Secara umum potensi KAPET DAS KAKAB terdiri dari 4 sektor yaitu pertanian,
kehutanan dan pertambangan serta pariwisata. Potensi tersebut sebagian besar
masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat, seperti kegiatan pertanian
tanaman pangan, perikanan dan kelautan.
Sektor kehutanan antara lain pemanfaatan limbah kayu pembalakan berasal dari
Kawasan HPH dan IPK yang diperkirakan mencapai 720.000 800.000 m3,
pemanfaatan hasil hutan ikutan berupa rotan, kulit gemor, dll. sebagai bahan baku
industri serta pengelolaan hutan tanaman industri (hti), luas lahan diperkirakan
212.000 ha. Peluang usaha yang dapat dikembangkan adalah pembuatan moulding,
dowel, blockboard, particle board, handycraft, industri meubeler, kerajinan rotan,
industri pulp dan kertas.dll.
Sektor pertambangan antara lain bahan galian golongan B dan C yang dapat
dikembangkan yaitu gambut, emas, pasir kuarsa, kaolin dan lempung.
Disadari bahwa untuk meningkatkan daya tarik investasi perlu difasilitasi dengan
penyediaan infrastruktur dan utilitas yang cukup memadai, antara lain pelabuhan,
lapangan terbang, jalan raya, jalan kerta api, normalisasi alur sungai, listrik, telepon
dan air bersih. Mengingat pembangunan infrastruktur dan utilitas memerlukan biaya
yang sangat besar, maka investasi Pemerintah Pusat dan Investor Swasta sangat
diperlukan.
Hinterland wilayah KAPET DAS KAKAB memiliki Sumber Daya Alam
(SDA) yang cukup besar antara lain : hasil hutan (kayu, rotan, dll), hasil tambang
(batu bara, emas, dll) serta hasil perkebunan (cpo, lada, karet, dll.) Yang terdapat di
Kabupaten Katingan, Gunung Mas, Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan dan
Barito Timur. Komoditas tersebut diatas umumnya diantarpulaukan dalam bentuk
bahan mentah melalui pelabuhan Tri Sakti di Banjarmasin (Kalimantan Selatan)
sehingga nilai tambahnya belum secara optimal dirasakan masyarakat Kalimantan
Tengah. Hal tersebut disebabkan karena daerah penghasil SDA tersebut terletak di
pedalaman (tidak memiliki garis pantai) yang bisa dijadikan pelabuhan samudera.
3. Tersedianya jalan dengan daya dukung yang cukup besar (10-12 ton) poros
Kuala Kapuas - Pulang Pisau - Bahaur sebagai prasarana angkutan kontainer
dari Kawasan Industri Sei Pasah (KIESP) ke Pelabuhan Pulang Pisau / Bahaur.
4. Normalisasi alur Sungai Barito, Kapuas Murung dan Terusan Raya sebagai
prasarana transportasi tradisional yang cukup murah yang akan mengalirkan
barang dari Kabupaten Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan dan Barito
Timur menuju Pelabuhan Bahaur.
2. Belum tuntasnya penyelesaian ganti rugi tanam tumbuh pada lahan eks PLG
satu juta hektar, sehingga mengurangi dukungan masyarakat lokal terhadap
masuknya investor.
5. Kurangnya insentif fiskal dan non fiskal dibandingkan dengan negara lain di
Kawasan Asia.
Secara umum, jika dibandingkan dengan tahun 2002, pada tahun 2003
sektor-sektor pembentuk PDRB mengalami pertumbuhan positif, meskipun
demikian tercatat terdapat 2 sektor yang mengalami pertumbuhan negatif adalah
Sektor Pertambangan dan Penggalian dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
yaitu masing-masing turun sebesar -55,09% dan -3,45%.
Jumlah bank di Kalimantan Tengah sampai dengan akhir tahun 2003 masih
tetap sama dengan tahun sebelumnya yaitu terdapat sebanyak 8 bank yang terdiri
dari 7 bank umum dan 1 Bank Perkreditan Rakyat. Adapun jumlah jaringan kantor
bank umum di Kalimantan Tengah meningkat sebanyak 7 unit yaitu dari 85 kantor
pada akhir tahun 2002 menjadi 92 kantor (termasuk kantor BRI unit) pada tahun
2003, sedangkan untuk BPR hanya terdapat 1 kantor.
b. Asset.
Aset bank umum di Kalimantan Tengah pada akhir tahun 2003 tercatat sebesar
Rp.3.789 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 16,73% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya (posisi Desember 2002). Peningkatan
tersebut dapat dilihat pada dua sisi, pertama dari sisi pasiva yang disebabkan
adanya peningkatan penghimpunan dana masyarakat, yang kedua dari sisi aktiva
antara lain disebabkan oleh meningkatnya kredit yang disalurkan. Berdasarkan
lokasi bank, aset bank umum terbesar berada di wilayah kota Palangka Raya
dengan proporsi sebesar 43,96%, disusul asset bank di kabupaten Kotawaringin
Timur (Sampit) sebesar 39,16%, kemudian berturut-turut kabupaten Kotawaringin
Barat (21,12%), Kuala Kapuas (9,90%) dan kabupaten lainnya (10,43%).
c. Penghimpunan Dana
Dana yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan dari masyarakat di
Kalimantan Tengah sebesar Rp.3.033 milyar atau mengalami peningkatan sebesar
19,81% dibandingkan tahun 2002. Dana pihak ketiga tersebut terdiri dari simpanan
Giro sebesar Rp.992,99 milyar, simpanan deposito Rp.530,79 milyar dan tabungan
Rp.1.509,58 milyar. Dari komposisi dana pihak ketiga tersebut terlihat bahwa
tabungan masih mendominasi simpanan pihak ketiga dengan porsi sebesar 49,74%,
disusul giro 32,74%, dan deposito 17,50%. Dengan kondisi seperti ini, dimana
simpanan jangka pendek mendominasi dana perbankan maka akan sangat riskan
bagi perbankan untuk melakukan ekspansi kredit, khususya untuk kredit dengan
jangka waktu yang lama seperti untuk kredit investasi. Hal ini akan terlihat pada
pembahasan masalah kredit dimana kredit konsumsi yang berjangka waktu relatif
pendek masih mendominasi kredit perbankan.
d. Penyaluran Kredit
(dalam Rp juta)
-Pertambangan 80 49
Kredit berdasarkan lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan untuk sektor-
sektor ekonomi di Propinsi Kalimantan Tengah baik dari Perbankan di Kalimantan
Tengah maupun bank-bank di daerah lain termasuk juga dari kantor pusat Bank.
Perkembangan kredit berdasarkan lokasi proyek ini menggambarkan bahwa sebagian
dana untuk pengembangan usaha di Propinsi Kalimantan Tengah diperoleh dari
Perbankan di luar Kalimantan Tengah. Hal ini dapat terjadi karena adanya kemungkinan
bahwa kantor pusat unit usaha yang memperoleh kredit berdomisili di daerah lain
ataupun pengajuan kredit yang langsung diajukan kepada kantor pusat bank di Jakarta.
(dalam Rp juta)
2. Pengendalian ijin lokasi, dilakukan agar ijin lokasi tidak tumpang tindih
dengan kepentingan lain, agar selaras dengan tata ruang dan
pengendalian pemanfaatan tanah oleh investor.
c. Ijin Lokasi:
- Dari bupati/walikota
d. Proses HGU
2). Inventarisasi.
4). Penerbitan SK. Hak oleh Kanwil BPN dan kepala BPN sesuai
kewenangan.
e. Kewajiban Pemohon
Membayar PBB.
Kawasan Budidaya
20 Transmigrasi 154.850
Perairan
Total 15.356.395
Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah riil saat ini dapat dilihat dari interpretasi liputan citra
Landsat tahun 2003.
PENGGUNAAN TANAH
No. LUAS (Ha)
(LIPUTAN LAHAN) 2003
Dari data ijin lokasi yang telah diterbitkan untuk 203 investor seluas
2.551.159,83 Ha, apabila dilihat dari alokasi wilayah Kawasan
Pengembangan Produksi (KPP) dalam RTRWP seluas 2.713.426 Ha,
masih ada sisa lahan yang belum dimohon oleh investor seluas 162.266,
17 Ha
Rencana Tata Ruang Propinsi telah selesai dan diundangkan dalam bentuk
Peraturan Daerah Kalimantan Tengah Nomor 8 Tahun 2003.
Potensi alam bahari berupa garis pantai serta hamparan terumbu karang dan
mangrove sangat mendukung pengembangan budidaya laut. Selain itu, komoditas
ikan, udang, moluska di laut mempunyai nilai strategis untuk dikembangkan karena
nilai ekonomis yang tinggi sebagai komoditi ekspor, dan sebagai produk bahan
pangan bergizi bagi masyarakat. Dengan memahami kendala dan permasalahan
dalam praktek budidaya, dapat disusun strategi pengembangan budidaya laut yang
ramah lingkungan sehingga laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang
lestari. Demikian Prof Ir Marsoedi PhD dalam pidato ilmiahnya berjudul ?Potensi dan
Nilai Strategis Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia?. Prof Marsoedi
dikukuhkan sebagai guru besar bidang budidaya perikanan pada Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya, Rabu (26/3).
Lebih lanjut pakar budidaya perairan ini mengungkapkan, air laut yang menempati
wilayah seluas 5,8 juta kilometer persegi itu seharusnya dapat dimanfaatkan secara
optimal. Perikanan budidaya mempunyai nilai strategis dalam perekonomian
nasional karena di smaping kontribusinya dalam mendukung usaha pemenuhan gizi
protein hewani, penyedia lapangan kerja dan meningkatkan sumber pendapatan
masyarakat, perikanan budidaya juga sebagai sumber devisa negara. Perikanan
budidaya dapat dilakukan dengan pemanfaatan pengembangan melalui kegiatan
pembenihan, penyiapan prasarana, pembesaran, pembuatan pakan buatan dan
industrinya, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, industri pengolahan dan
pemasaran hasil budidaya. Potensi komoditas yang dapat dibudidayakan di laut
meliputi ikan kakap, kerapu, kuda laut, tiram, kerang, teripang, mutiara, abalone
dan rumput laut.
Budidaya ikan di laut menurut Marsoedi, umumnya menggunakan jaring tancap dan
karamba jaring apung. Dan dalam perkembangannya, budidaya ikan di laut
dilakukan dengan sistem sea ranching dan offshore mariculture. Keberhasilan
budidaya laut banyak tergantung pada pemilihan lahan yang tepat. Kendala yang
dihadapi dalam budidaya laut meliputi: (1) kendala lingkungan diantaranya
terbatasnya sumberdaya lahan mengingat tidak semua areal yang terdapat di laut
sesuai untuk budidaya perikanan, kualitas dan kuantitas air yang lebih banyak
disebabkan karena pencemaran lingkungan serta bencana alam tsunami; (2)
kendala sosial ekonomi diantaranya terbatasnya sarana prasarana produksi,
fluktuasi harga produk pertanian, dan rendahnya kualitas sumberdaya perikanan
yang disebabkan oleh penyakit, hama maupun parasit; dan (3) kendala teknologi
dan kelembagaan.
Akuaponik adalah sistem budi daya berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan
hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi
dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak
dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi
nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air
kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.
Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun
menjadi sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe makhluk hidup yang ditumbuhkan,
dan sebagainya.[5]