You are on page 1of 158

PEDIATRICS

BIMBEL UKDI MANTAP


dr. Gandi A Febryanto
dr. Anindya K Zahra
PEDIATRIK IMUNOLOGI
Trantass dots

Keratoconjunctivitis
Vernal

Cobblestone

Shield ulcer
Reaksi Hipersensitivitas
Alergi Susu Sapi
PEDIATRIC RESPIROLOGY
Tuberkulosis pada anak
Batuk BUKAN merupakan gejala utama TB
pada anak
Pertimbangkan tuberkulosis pada anak jika :
BB berkurang dalam 2 bulan berturut-turut tanpa
sebab yang jelas atau gagal tumbuh
Demam sampai 2 minggu tanpa sebab yang jelas
Batuk kronik 3 minggu
Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
Sistem Skoring TB Anak

Cut-off point: 6 TERAPI


Adanya skrofuloderma langsung didiagnosis TB
Profilaksis INH untuk anak kontak dengan pasien BTA+ dengan skor <5
Terapi
Anak dengan TB paru atau limfadenitis TB
dapat diberikan regimen 2RHZ/4RH
Kecuali pada anak yang tinggal di daerah dengan
prevalensi HIV yang tinggi atau resistensi isoniazid
yang tinggi, atau anak dengan TB paru yang
ekstensif diberikan 2RHZE/4RH
Cara : Suntikkan
0,1 ml PPD
Interpretasi intrakutan di
bagian volar
lengan bawah.
Pembacaan 48-72
jam setelah
penyuntikan

Bila Negatif:
1. Tidak ada
infeksi TB
2. Masa
inkubasi
3. Anergi
Klasifikasi TB (ATS/CDC modified)

Kelas Kontak Infeksi Sakit Tindakan


(Tuberkulin)

0 - - - -
profilaksis
1 + - - I
Profilaksis
2 ? + - II

3 + + + terapi
Profilaksis Primer
Mencegah Infeksi TB
Kontak (+), Infeksi (-) uji tuberkulin negatif
Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari
Selama kontak ada: kontak harus diobati
3-6 bulan
Ulang uji tuberkulin:
Negatif: berhasil, stop INH
Positif: gagal, lacak apakah infeksi atau sakit ??
Profilaksis sekunder
Mencegah sakit TB: paparan (?), infeksi (+), sakit (-)
Uji tuberkulin positif
Populasi risiko tinggi
BALITA, Pubertas
Penggunaan steroid yang lama
Keganasan
Infeksi khusus: campak, pertusis
Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari
Lama: 6-12 bulan
Most TB children : 2RHZ/4RH
Diagnosis Banding Mengi
Diagnosis Ciri

Asma -Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan


dengan batuk pilek
-hiperinflasi dinding dada
-Ekspirasi memanjang
-Berespon baik terhadap bronkodilator
Bronkiolitis -Episode pertama Wheezing pada anak umur <2 tahun
>RSV -Hiperinflasi dinding dada
-Ekspirasi memanjang
-Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
-Respon kurang/tidak ada respon dengan bronkodilator
Features of Asthma
ASTHMA
Pembagian:
Derajat Level Kontrol
Keparahan Derajat
KNAA: Terkontrol
Serangan
Episodik Jarang
Partially
Episodik Sering Ringan
Persistent controlled
WHO: Sedang Tidak terkontrol
Intermitent
Persisten ringan Berat
Persisten
sedang
Persisten Berat
Asthma pattern (GINA)
CLASSIFY SEVERITY
Clinical Features Before Treatment

Symptoms Nocturnal FEV1 or PEF


Symptoms
STEP 4 Continuous 60% predicted
Limited physical Frequent
Severe Variability > 30%
Persistent activity

STEP 3 Daily 60 - 80% predicted


> 1 time week
Moderate Attacks affect activity Variability > 30%
Persistent
STEP 2
> 2 times a month 80% predicted
> 2 time a week
Mild but < 1 time a day Variability 20 - 30%
Persistent

< 1 time a week


STEP 1 80% predicted
Asymptomatic and 2 times a month
Intermittent normal PEF between Variability < 20%
attacks
The presence of one feature of severity is sufficient to place patient in that category.

GINA, 2002 (revised)


Asthma pattern (KNAA)
Parameter klinis, Asma Asma
Asma persisten
kebutuhan obat, episodik jarang episodik sering
5%
dan faal paru 75% 20%

Frekuensi serangan 3-4 x /tahun 1x / bulan Sering, > 1 x /bulan


sebentar atau beberapa hari hampir sepanjang tahun
Lama serangan Atau tidak ada remisi
beberapa hari s/d 1 minggu
Intensitas serangan biasanya ringan biasanya sedang biasanya berat
Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam

Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

Pemeriksaan fisis Normal (tidak Mungkin terganggu


Ditemukan kelainan) (ditemukan kelainan)
Tidak pernah normal
di luar serangan
Perlu, non steroid
Obat pengendali Perlu, steroid Inhalasi
Tidak perlu Atau steroid inhalasi
dosis > 400 mg/1hari
Anti inflamasi dosis 100-200 mg
Uji Faal paru PEF/FEV1 < 60%
PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60-80%
(di luar serangan) Variabilitas 20-30%
Variabilitas faal paru
> 15% > 30% > 50%
(bila ada serangan)
Terapi Berdasarkan Derajat Serangan
Ringan:
Jika 1 kali nebulisasi membaik
Observasi 1-2 jam respon bertahan pulang.
Dibekali B-agonis (inhalasi/oral) tiap 4-6 jam.
Jika dalam 2 jam gejala timbul kembali: derajat
sedang.
Sedang:
Jika 2-3 kali nebulisasi incomplete respon.
Dirawat di ruang rawat sehari. Berikan kortikosteroid
oral Metilprednisolon (0,5-1 mg/kgBB/ hari selama 3-
5 hari.
Terapi Berdasarkan Derajat Serangan
Berat:
Jika 3 kali nebulisasi tidak ada respon
O2 2-4 L/m (diberikan termasuk saat nebulisasi)
Steroid intravena (0,5-1 mg/KgBB/hari) diberikan 6-8 jam.
Nebulisasi B+agonis+antikolinergiik+O2 dilanjutkan tiap 1-2 jam. Jika
4-6 kali pemberian membaik dikurangi menjadi tiap 4-6 jam
Aminofilin IV:
Jika belum mendapat aminofilin berikan dosis inisial (6-8 mg/kgBB
dilarutkan dalam D5%/NaCl 20 ml, berikan dalam 20-30 menit
Jika sebelumnya sudah mendapat (<4 jam) berikan dosis inisial
Selanjutnya diberikan dosis rumatan (0,5-1 mg/KgBB/jam)
Jika membaik, berikan nebulisasi tiap 6 jam selama 24 jam. Ganti
streoid dan aminofilin menjadi oral
Jika dalam 24 jam stabil pulangkan, bekali B-agonis (inhalasi/oral) +
steroid oral
PNEUMONIA
Pneumonia Selain batuk dan kesulitan Kotrimoksasol 2x4mg TMP/kgBB(3
Ringan bernafas, hanya ditemui nafas hari) ATAU
cepat saja Amoksisilin 2x25mg/kgBB (3 hari)
Pneumonia Batuk dan kesulitan bernafas Ampisilin/amoksisilin 4x25-50
Berat ditambah minimal satu dari: mg/kgBB/kali IV atau IM
- Kepala terangguk-angguk + Kloramfenikol 3x25mg/kgBB IM
- Pernafasan cuping hidung atau IV
- Retraksi subkostal ATAU
-Foto dada menunjukkan + Gentamisin 1x7,5mg/kgBB IM
gambaran pneumonia (infiltrat
luas, konsolidasi, dll) ATAU
- Tidak dapat menyusu, atau
memuntahkan semuanya Seftriakson 1x80-100 mg/kgBB IM
- Kejang, letargis. Atau tidak atau IV
sadar
- Sianosis
-Distress nafas berat
Diagnosis Banding Stridor
Diagnosis Gejala

Croup - Batuk Menggonggong


- Suara Serak
- Distress pernafasan

Benda Asing - Riwayat Tiba-tiba tersedak


- Distres Pernafasan

Difteri - Imunisasi DPT tidak ada/tidak lengkap


- Sekret hidung bercampur darah
- Bull neck
- Tenggorokan merah
- Membran putih keabuan di faring/tonsil
Croup
Klasifikasi Penanganan
Croup Ringan: Rawat jalan dengan perawatan penunjang,
-Demam meliputi cairan oral, ASI, dan makanan yang
-Suara Serak sesuai
-Batuk Menggonggong
-Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah

Croup Berat: -Steroid sistemik. Beri dosis tunggal


-Stridor terdengar walaupun anak tenang deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) atau
-Nafas cepat dan tarikam dinding dada steroid lain, dapat diulang dalam 6-24 jam
bagian bawah ke dalam -Epinefrin rasemik. 2ml adrenalin 1/1000
dalam 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer
selama 20 menit
-Antibiotik tidak seharusnya diberikan
Croup
Intubasi dan trakeostomi:
Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik
seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
yang berat dan anak gelisah, lakukan intubasi sedini
mungkin.
Pertusis
Bordetella Pertusis
Batuk Berat lebih dari 2 minggu
Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi
whooping cough
Perdarahan Subkonjungtiva
Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi terhadap
pertusis
Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, tetapi batuk
yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau
napas berhenti tanpa batuk (apneic spell)
Tx: ERITROMISIN 40-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis selama 14 hari
Pertusis
Stadium Kataral
Gejala minimal dengan/tanpa demam; rinorea; anoreksia, frekuensi batuk
bertambah
Stadium Paroksismal
Batuk paroksismal yang dicetuskan oleh pemberian makan (bayi) dan
aktivitas; inspiratory whooping; post-tussive vomiting. Muka merah atau
sianosis; mata menonjol; lidah menjulur; lakrimasi; hipersalivasi; distensi
vena leher selama serangan; apatis; penurunan BB.
Stadium Konvalesens;
gejala akan berkurang dalam beberapa minggu sampai dengan beberapa
bulan; dapay terjadi petekia pada leher/kepala; perdarahan konjungtiva,
dan terdengar crackles difus
Usia Eritromisin Klaritromisin Azitromisin Alternatif TMP-SMX
<1 bulan 40-50 Tidak
Pertusis
10 mg/kgBB/hari Kontraindikasi untuk <2
mg/kgBB/hari direkomendaik dosis tunggal selama bulan
terbagi 4 an 5 hari
dosis selama
Eritromisin
14 hari oral (12,5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari)
1 s.d. 5 s.d.a
selama 15 atau jenis
14 hari s.d.a
makrolid Usia>2 bulan: TMP 8
lainnya.
bulan mg/kgBB/hari mg/kgBB/hari; SMX 40
terbagi 2 dosis mg/kgBB/hari terbagi 2
selama 7 hari dosis selama 14 hari
> 6s.d.a
> 6 bulan bulan
(maks 2rawat
s.d.a jalan, <6
10 bulan
mg/kgBB rawat
dosis inap
s.d.a
g/hari) tunggal pada hari 1
(maks 500 mg);
kemudian 5
mg/KgBB/ hari dosis
tunggal pada hari ke
2-5 (maks 250 mg)
Remaja 2 g/hari 1 g/hari 500 mg dosis tunggal TMP 300mg/hari; SMX
terbagi 4 terbagi 2 dosis pada hari 1, 1.600 mg/hari terbagi 2
dosis selama selama 7 hari kemudian 250 mg dosis selama 14 hari
24 hari dosis tunggal hari ke
2-5
Epiglottitis
Suatu infeksi pada epiglotitis/supraglotis
Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh
bakteri haemophilus influenza tipe b
Gejala
sulit menelan
air liur keluar berlebihan (drooling)
odinofagi
stidor (suara pernafasan yang kasar)
suara serak
Epiglottitis

Thumb sign Halloween Sign


Laryngomalasia
Omega shape epiglotis
PEDIATRIC TROPIK INFEKSI
(WHO, 2011)
Management of DHF grade I, II (non-
shock cases)
Management of shock: DHF Grade 3
Management of prolonged/profound shock: DHF Grade 4

The initial fluid resuscitation in Grade 4 DHF is more vigorous in


order to quickly restore the blood pressure and laboratory
investigations should be done as soon as possible for ABCS as well
as organinvolvement. Even mild hypotension should be treated
aggressively. Ten ml/kg of bolus fluid should be given as fast as
possible, ideally within 10 to 15 minutes. When the blood pressure
is restored, further intravenous fluid may be given as in Grade 3. If
shock is not reversible after the first 10 ml/kg, a repeat bolus of 10
ml/kg and laboratory results should be pursued and corrected as
soonas possible. Urgent blood transfusion should be considered as
the next step (after reviewing the preresuscitation HCT) and
followed up by closer monitoring, e.g. continuous bladder
catheterization, central venous catheterization or arterial lines.
It should be noted that restoring the blood pressure is critical for
survival and if this cannot beachieved quickly then the prognosis is
extremely grave. Inotropes may be used to support the
bloodpressure, if volume replacement has been considered to be
adequate such as in high central venous pressure (CVP), or
cardiomegaly, or in documented poor cardiac contractility.
Tata laksana Cairan IV (WHO)
Cairan awal:
BB <15kg : 7 ml/kgBB/jam
BB 15-40kg: 5 ml/kgBB/jam
BB > 40kg : 3 ml/kgBB/jam
Monitor tanda vital, diuresis
AT, Ht, Hb, leukosit tiap 6jam

Perbaikan Tidak ada perbaikan


Tidak gelisah Gelisah
Nadi kuat Distres nafas
Tek drh stabil Frek nadi naik
Ht turun Ht tinggi
Diuresis 1 ml/kgBB/jam Diuresis kurang

Tetesan dikurangi Berikan tatalaksana


secara bertahap Syok
O2 2-4 l/menit
Dengue Larutan isotonis 20ml/kgbb/jam
RL / RA / NS
syok secepatnya (max 30 menit)

Evaluasi. Perbaikan?

Ya Tidak
Lanjutkan pemberian
10 ml/KgBB/jam Kedua; atau pertimbangkan
pemberian koloid 10-
dalam 2-4 jam 20ml/kgBB/jam (max 30 ml.kgBB/24
jam
Evaluasi ketat Tidak teratasi
Syok teratasi
Klinis stabil Ht
turun naik

Stop cairan tidak >48 jam koloid


transfusi
setelah syok teratasi
Inotropik Tdk ada perbaikan
Tonsilitis

Tonsilitis Akut
Folikular
Lakunar
Membranosa
Tonsilis Kronik
Tonsillitis Akut

Tonsilitis folikular: >GABHS

Tonsilitis lakunaris
Tonsillitis Akut:
Diphteria

Tonsilitis membranosa: difteri Bull neck


Tonsilitis Kronik

Kripte melebar, detritus (+), perlekatan dengan jaringan sekitar


Indikasi Tonsilectomy
1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang
adekuat
2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
orofasial
3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep apnea,
gangguan menelan, dan gangguan bicara.
4) Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak berhasil hilang
dengan pengobatan.

5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan

6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus hemoliticus

7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan

8) Otitis media efusa / otitis media supurataif


Varicella

In a young children, prodromal symptoms are uncommon


In older children and adults, the rash is often preceded
by 2 to 3 days of fever, chills, malaise, headache,
anorexia, severe backache, and in some pts, sore throat
and dry cough
The rash begins on the face and scalp and spreads rapidly
to the trunk, w/ relative sparing of the extremities
New lesions appear in successive crops, but their
distribution remains central
Varicella

A full spectrum of lesions: A wider range of lesions, including


erythematous papules, vesicles many large pustules
(dewdrops on rose petal, crusts, and
erosion at sites of excoriation
Varicella and herpes zoster
A. During primary varicella-zoster virus (VZV) infection, virus infects sensory
ganglia
B. VZV persists in a latent phase within ganglia for the life of the individual
C. W/ diminished immune function, VZV re-activates within sensory ganglia,
descends through sensory nerves, and replicates in skin
Disease With Rash
Fever with Rash
Scarlet Fever
Group A Streptococcus

Strawberry tongue

Sandpaper texture,
pastia line
Erythema Infectiosum

Slapped cheek

Parvovirus B19
Penyakit Penyebab Prodormal Gambaran dan struktur Enantema
Ruam
Measles Virus Demam tinggi, Makulopapular (konfluen), Kopliks spot
campak batuk, pilek, mulai dari wajah, menyebar pada mukosa
konjungtivitis, ke tubuh; 3-6 hari; menjadi bukal sebelum
2-4 hari coklat; deskuamasi halus; ruam
toksik, tampak tidak nyaman,
fotofobia; ruam mungkin
tidak muncul pada infeksi
HIV
Scarlet fever Group A Nyeri tenggoro Eritema difus seperti Petekiae di
streptoco kan, nyeri sandpaper pada perabaan, palatum, lidah
ccus kepala, nyeri dan tampilan goose flesh; strawberry
perut, pembesa aksentuasi eritema pada
ran kelenjar lipatan fleksural (garis
leher, demam, pastia); kepucatan sekeliling
0-2 hari, onset mulut, selama 2-7 hari, bisa
akut mengalami eksfoliasi
Rubella Virus rubella Malaise, demam Diskrit, nonkonfluen, Berbagai
(German tidak tinggi, makula dan papula makula
measles, pembesaran berwarna merah muda, eritematus
minor kelenjar leher, dimulai dari wajah dan pada palatum
measles) belakang telinga, menyebar ke bawah; 1-3 molle
dan oksipital; 0-4 hari
hari
Fifth disease Parvovirus Nyeri kepala, Eritema lokal pada pipi Tidak ada
(erythema B19 malaise, mialgia, (slapped cheek); eritema
infectiosum) sering demam merah muda pada tubuh
dan ekstremitas; mungkin
gatal; ruam mungkin
tertunda masa prodromal
hingga 3-7 hari;
berlangsung 2-4 hari;
dapat berulang 2-3
minggu kemudian
Roseola HHV 6 dan 7 Rewel, demam Makula diskrit pada Berbagai
(exanthema tinggi, 3-4 hari, tubuh dan leher; ruam makula
subitum) pembesaran mendadak timbul lalu eritematus
kelenjar servikal menghilang; 0,5-2 hari; pada palatum
dan oksipital beberapa pasien tanpa molle
ruam
Pemberian Vit A
50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru)
100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru)
200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1 kap merah)
Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4
minggu setelah pemberian kedua

Komplikasi campak:
Ensefalitis
Pneumonia
Diare/Dehidrasi
Gizi buruk
OMA
TRIAS RUBELLA CONGENITAL
1. Sensory neural deafness (58% of
patients)
2. Eye abnormalities
especially retinopathy, cataract and
microphtalmia (43% of patients)
3. Congenital heart disease
Terapi Thypoid
UKDI MANTAP
Step Ladder Pattern

1st 2nd 3rd


Demam Demam terus Komplikasi:
menerus
Nyeri kepala
Perdarahan usus
Batuk kering Bradikardia relatif
Nyeri perut Perforasi usus
Lidah kotor, tepi
Rose spot hiperemis, tremor
Meningitis tifosa
Konstipasi >> atau Nyeri perut
Hepatitis tifosa
Diare (pea soup)
Hepatomegaly
Splenomegaly (50%) Cholecystitis, etc
Rose Spot
UKDI MANTAP
Terapi Malaria Tanpa Komplikasi
1st line 2nd line Dosis
Falciparum DHP + Primakuin Kina + Primakuin + DHP (3 hari)
(Doksisiklin/ - BB >60kg: DHP
Tetrasiklin) 1x4tab
- anak: artesunat
Malariae DHP Kina + Primakuin + 1x2-4 mg/kg
(Doksisiklin/ Klorokuin (3 hari)
Tetrasiklin) - (2x2, 2x2, 1x2)
Kina (7 hari)
Ovale Vivax DHP + Primakuin Kina + Primakuin
- 3x 10mg/kgBB
- RELAPS DHP + Primakuin Primakuin
double dose - Vivax/ovale 1x1
(14hari)
Hamil trimester 1 Kina + Klindamisin
- Falciparum 1x3
Hamil trimester 2- DHP (single dose)
3

(DHP: FDC yang terdiri dari Dihidroartemisinin + Piperakuin)


PERINATOLOGY
Sepsis Neonatorum
Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi
yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
Mortalitas mencapai 13-25%
Jenis :
Early Onset = Dalam 3 hari pertama, awitan tiba-tiba,
cepat berkembang menjadi syok septik
Late Onset = setelah usia 3 hari, sering diatas 1
minggu, ada fokus infeksi, sering disertai meningitis
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak
spesifik diperlukan skrining dan pengelolaan
faktor risiko

Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.
Sepsis
Kecurigaan besar sepsis bila :
Bayi umur sampai dengan usia 3 hari
Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau ketuban pecah dini
Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong
dalam kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada
kategori B
Bayi usia lebih dari 3 hari
Bayi memiliki dua atau lebih temuan Kategori A atau
tiga atau lebih temuan Kategori B
Kelompok Temuan berhubungan dengan Sepsis
Kategori A Kategori B
Kesulitan Bernapas (>60x/menit, retraksi Tremor
dinding dada, grunting, sianosis sentral,
apnea)
Kejang Letargi atau lunglai, malas minum padahal
sebelumnya minum dengan baik
Tidak sadar Mengantuk atau aktivitas berkurang
Suhu tubuh tidak normal (sejak lahir dan Iritabel, muntah, perut kembung
tidak memberi respons terhadap terapi)
atau suhu tidak stabil sesudah
pengukuran suhu selama tiga kali atau
lebih
Persalinan di lingkungan yang kurang Tanda-tanda mulai muncul setelah hari
higienis ke-empat
Kondisi memburuk secara cepat dan Air ketuban bercampur mekonium
dramatis
Diagnosis Sepsis Neonatorum

Klinis: 4 sistem @ >1 gejala


KU: Tampak sakit, letargi, tak mau minum,
hipotermi/demam, sklerema/skleredema
SCV: takikardia, edema, dehidrasi
S. Resp.: dispnea, takipnea, sianosis
SGI: muntah, diare, kembung, hepatomegali
SSP: Letargi, iritabel, kejang
Hematologi:ikterus, splenomegali, perdarahan,
leukopenia, rasio I/M > 0,2

Hasil biakan positif

78
Clinical Criteria for Severe Bacterial Infection
WHO Handbook Integrated Management of Childhood Illnesses, 2000
Respiratory rate > 60 breaths per minute
Severe chest indrawing
Nasal flaring Any of these signs:
Grunting
Suspect Serious
Bulging fontanelle
Bacterial Infection
Convulsions
Pus draining from ear
Redness around umbilicus extending to the skin
Temperature > 37.7 C (or feels hot) or < 35.5C (or feels cold)
Lethargic or unconscious
Reduced movements
Not able to feed
Not attaching to the breast
No sucking at all

79
Neonatal Sepsis
Dysmaturity
A complex of symptoms occurring in an infant,
such as a relative absence of subcutaneous
fat, skin wrinkling, prominent fingernails and
toenails, and a meconium staining of the skin
and the placental membranes, that is
associated with postmaturity or placental
insufficiency.
Sign -1 0 1 2 3 4 5

Skin Sticky, Gelatinous Smooth pink, Superficial Cracking, Parchment, Leathery,


friable, red, visible veins peeling pale areas, deep cracked,
transparent translucent and/or rash, rare veins cracking, no wrinkled
few veins vessels
Lanugo None Sparse Abundant Thinning Bald areas Mostly bald

Plantar Heel-toe 40- Heel-toe >50 Faint red Anterior Creases over Creases over
Creases 50 mm = -1, mm, no marks transverse anterior 2/3 entire sole
creases crease only

Breast Imperceptibl Barely Flat areola, Stippled Raised Full areola,


e perceptible no bud areola, 1-2 areola, 3-4 5-10 mm bud
mm bud mm bud

Eye & Ear Lids fused, Lids open, Slightly Well-curved Formed and Thick
loosely = -1, pinna flat, curved pinna, pinna, soft firm, with cartilage, ear
tightly = -2 stays folded soft with but ready instant recoil stiff
slow recoil recoil
Genitals, Scrotum flat, Scrotum Testes in Testes Testes down, Testes
male smooth empty, faint upper canal, descending, good rugae pendulous,
rugae rare rugae few rugae deep rugae

Genitals, Clitoris Prominent Prominent Majora and Majora large, Majora cover
female prominent, clitoris, small clitoris, minora minora small clitoris and
labia flat labia minora enlarging equally minora
minora prominent
Skor Dubowitz
Total Score Gestational Age, Weeks
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44
Oftalmia Neonatorum
Pada bayi usia <1 bulan
Penatalaksanaan:
Penisilin topikal dan parenteral
Penisilin tetes mata diberikan dalam bentuk larutan
penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai
30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit
sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin
setiap 1 jam selama 3 hari.
Penisilin 50.000 U/kgBB selama 7 hari
Apgar Score
Kurangnya asupan asam folat

Tubuh bagian bawah dapat


terkena dampaknya terutama
kaki, bladder, dan usus.

Gejala lain dapat berupa:


orthopedic deformities,
Hydrocephalus, Chiari II
malformation (structural
defects in the part of
the brain that controls
balance)

Biasanya di setinggi Lumbal


MAS Umumnya bayi post term, kecil masa
kehamilan dengan kuku panjang dan kulit
terwarnai oleh mekonium menjadi kuning
kehijauan dan terdapat mekonium pada
cairan ketuban.

Cairan ammonium berwarna kehijauan dapat


jernih maupun kental

Tanda sindrom gangguan pernafasdan mulai


tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir.

Kadang-kadang terdengar ronchi pada kedua


paru dan mungkin terlihat empishema atau
atelektasis.

Kesulitan benafas saat lahir

Retraksi

Takhipnea

Sianosis

Frekuensi denyut jantung rendah sebelum


dilahirkan
Superior Trunk (C5-C6) Injury:
Antara leher dgn bahu teregang
Erb-Duchenne Palsy (Waiters Tip)
Paralisis m. deltoid, biceps, brachialis,
dan brachioradialis.
Adduksi bahu, rotasi medial lengan, dan
ekstensi siku. Parestesia lateral upper limb .
Inferior Trunk (C8-T1) Injury:
Tarikan mendadak dan keras upper limb
Klumpke Palsy Claw hand Refleks Genggam (-)
Necrotizing Enterocolitis

Pneumoperitoneum
NEC
Bayi dengan NEC mempunyai variasi gejala klinis dan onset bisa secara
tersembunyi maupun tiba-tiba. Onset NEC biasanya muncul pada usia <
2 minggu pertama kelahiran sampai 3 bulan pada bayi yang
berat lahir sangat rendah.

Tanda umum pada NEC (WHO (2008):


a. Distensi perut atau adanya nyeri tekan
b. Toleransi minum yang buruk
c. Muntah kehijauan atau cairan kehijauan keluar melalui NGT
d. Darah pada feses
e. Tanda-tanda umum gangguan sistemik :
Apneu
Terus mengantuk atau tidak sadar
Demam atau hipotermi
Bilirubin

Tidak terkonjugasi:Bil I Terkonjugasi:BIL II


Bilirubin indirek
Tidak larut dalam air Bilirubin direk
Berikatan dengan albumin untuk Larut dalam air
transport
Komponen bebas larut dalam
Tidak larut dalam lemak
lemak Tidak toksik untuk otak
Komponen bebas bersifat toksik
untuk otak
Mengapa bayi mengalami ikterus pada minggu
pertama kehidupan?
Meningkatnya produksi bilirubin
Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
Penurunan umur sel darah merah
Penurunan ekskresi bilirubin
Penurunan uptake dalam hati
Penurunan konyugasi oleh hati
Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik

Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu


Faktor risiko :

BBLR,
Penyakit hemolisis karena inkompatibilitas
gologan darah ABO.RHESUS
Asfiksia atau asidosis,
Hipoksia, trauma serebral,
Infeksi sistemik ( sepss neonatorum)
Bilirubin
IKTERUS NON FISIOLOGIS
Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
Tingkat cutoff indirect
> 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
> 15 mg/dl pada bayi prematur
Ikterus bertahan
> 14 hari pada bayi cukup bulan
> 21 hari pada bayi prematur
Direct bilirubin >20% or >1,5 mg/dL
Kramer 5
Tanda-tanda penyakit lain
Ikterus pada neonatus:
MENGAPA KITA KHAWATIR ?

bilirubin bilirubin ensefalopati


Kernikterus
Tahap 1: Letargi, hipotonia, refleks isap buruk
Tahap 2: Demam, hipertonia, opistotonus
Tahap 3: Kondisi terlihat membaik
Sekuele: Kehilangan pendengaran sensorineural
Serebral palsi koreoatetoid
Abnormalitas daya pandang
Guideline for Intensive Phototherapy
Guideline for Exchange Transfusion
Inkompatibilitas ABO
Infants who are type A or B and whose mothers
are type O.
In individuals with type A or B blood, naturally
occurring anti-A and anti-B isoantibodies are
primarily igM and do not cross the placenta.
However, in type O individuals, isoantibodies are
frequently IgG. These antibodies can cross the
placenta and cause hemolysis. Although
approximately 12% of maternal/infant pairs
qualify as "set ups" for ABO incompatibility, < 1%
of infants have significant hemolysis.
Diagnostic
The diagnosis based on history and laboratory findings:
The typical diagnostic findings : jaundice, pallor (anemia),
hepatosplenomegaly, and fetal hydrops in severe cases.
The jaundice typically manifests at birth or in the first 24 hours
Blood tests done on the newborn baby
Biochemistry tests for jaundice
Peripheral blood morphology shows increased reticulocytes. Erythroblasts (also known
as nucleated red blood cells) occur in moderate and severe disease.
Positive direct Coombs test (might be negative after fetal interuterine blood transfusion)
Blood tests done on the mother
Positive indirect Coombs test
Serological diagnostic :
Golongan ABO
Rh
Other blood group antibodies (Kidd, Lewis, Duffy, MN, P and others)
Tetanus Neonatorum

Home delivery of infant Rigid abdomen


Trismus
Deficient or absent
Cyanosis
maternal immunization
Facial rigidity (risus
Fever sardonicus)
Diminish suck or refusal Opisthotonus
to such Generalized rigidity
Impaired feeding Flexed toes; muscular
Abnormal crying spasm

109
110
Management of Neonatal Tetanus
Intravenous fluids
Enteric feeding
Temperature control
Respiratory support, including mechanical ventilation
and neuromuscular blockade
Sedation and muscle relaxation, especially with high-
dose diazepam (20 to 40 mg/kg/day)
Tetanus immune globulin 500 units, i.m, in divided doses
Penicillin G 10,000 units/kg/day for 10 days

111
PEDIATRIC NEUROLOGI
Klasifikasi kejang demam

Kejang demam sederhana (KDS)


kejang demam kompleks (KDK) :
Sifatnya fokal
Lamanya >15
Berulang dalam 24 jam
Faktor risiko berulangnya kejang demam

Riwayat kejang demam dalam keluarga


Usia kurang dari 18 bulan
Tingginya suhu badan sebelum kejang
Lamanya demam sebelum kejang
* Bila ada 3 faktor kemungkinan
berulang 80%
* Bila tidak ada faktor 10-15%
* Kemungkinan berulang paling besar pada
tahun pertama
Pungsi lumbal
Menyingkirkan atau menegakkan diagnosis
meningitis
Pada kejang demam pertama
@ Umur < 12 bulan: harus dilakukan
@ Umur 12-18 bulan: harus difikirkan
@ Umur > 18 bulan: tidak dianjurkan, kecuali
ada gejala meningitis atau kecurigaan infeksi
intrakranial
Terapi
Diazepam rectal (0,5-0,75mg/kgBB), atau 5 mg utk. BB<10 kg, 10 mg
utk BB>10 kg; atau iv 0,2 - 0,5 mg/kgBB/kali kecepatan 0,5-1 ml/menit
Tunggu 10 menit + oksigenasi

MASIH KEJANG

Diazepam dosis kedua


Tunggu 10 menit + oksigenasi
MASIH KEJANG

Diazepam dosis ketiga; atau Fenitoin IV/Fenobarbital IV/IM (15 mg/kgBB)


Tunggu 10 menit + oksigenasi

MASIH KEJANG

Masuk ICU - anestesi umum


Midazolam
Skema Tatalaksana Kejang
Terapi Jangka Panjang

Diberikan bila:
- Adanya gangguan perkembangan saraf
(CP, mikrosefal)
- Kejang: *berlangsung > 15
* Fokal
* Ada kelainan sesudah kejang
- Bila ada keluarga sekandung atau orang tua
yang mengalami epilepsi
- Bayi < 12 bulan, berulang dalam 24 jam dapat
dipertimbangkan pemberiannya
Terapi Jangka Panjang

Obat yang biasa digunakan:


- Fenobarbital 4-5 mg / kg BB/hari
- Asam Valproat 15-40 mg/kg BB/hari
- Fenitoin & carbamazepin tidak efektif
untuk pencegahan kejang demam
MANIFESTASI KLINIS
GEFS+ ditandai dengan fenotipe klinis yang heterogen, yaitu :
Kejang demam
Kejang demam plus (KD+)
Kejang umum tanpa demam absences
Kejang mioklonik atau atonik
Kejang mioklonik-atonik
Severe myoclonic epilepsy in infancy
(SMEI/Sindrom Dravet)
Severe myoclonic epilepsy borderline (SMEB)
Myoclonic Astatic Epilepsy (MAE/Sindrom Doose )

Scheffer dan Berkovic, 1997; Singh et al., 2001

120
Gb. 1 Spektrum GEFS+ dari keluarga Australia

Scheffer & Berkovic, 1997


121
(PERDOSSI)

OAE Lini Pertama


Tipe Kejang OAE Lini Pertama Dewasa OAE Lini Pertama Anak

Lena VPA VPA


LTG LTG
Mioklonik VPA VPA

Tonik Klonik VPA VPA


CBZ CBZ
PHT PB
PB
Atonik VPA
Parsial CBZ CBZ
PHT PHT
PB PB
OXC OXC
LTG LTG
TPM TPM
GBP GBP
Tidak Terklasifikasi VPA VPA
4
Treatment Recommendation

If complete seizure control is accomplished by an


anticonvulsant, a minimum of 2 seizure-free years is
an adequate and safe period of treatment for a
patient with no risk factors

When the decision is made to discontinue the drug,


the weaning process should occur for 36 mo,
because abrupt withdrawal may cause status
epilepticus

National Institute of Health and Clinical Excellence. The diagnosis and management of the epilepsies in adults and
children in primary and secondary care. 2012.
Komplikasi Diare
Dehidrasi
Asidosis Metabolik
Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi
undernutrition
Gangguan elektrolit (hipo/hipernatremia dan
hipo/hiperkalemia), dapat menimbulkan kejang
Gangguan gizi
Gangguan sirkulasi (syok)
Natrium (135-145 mEq/L)
Hiponatremia Hipernatremia
Mual dan muntah Kebingungan
Sakit kepala Kejang otot
Kebingungan Kejang seluruh tubuh
Kehilangan energi Koma
Kelelahan Kematian.
Gelisah dan mudah marah
Kelemahan otot, kejang
atau kram
Kejang
Pingsan
Koma
Hypovolemic hyponatremia Total body water is
decreased and is the etiology of the hyponatremia[9]
any cause of hypovolemia such as prolonged
vomiting, decreased oral intake, severe diarrhea

Hypernatremia:
iatrogenic administration of hypertonic sodium
solutions
solute-free water losses from the
gastrointestinal tract (e.g., osmotic diarrhea)
Kalium (3,5-5,5 mEq/L)
Hipokalemia Hiperkalemia
kelemahan otot, kejang otot Kelemahan otot
dan bahkan kelumpuhan. Parestesia pada wajah, lidah,
Irama jantung menjadi tidak kaki, dan tangan
normal, terutama pada Mual, kolik usus, diare
penderita penyakit jantung. Oliguria yang berlanjut
menjadi anuria
Disritmia jantung, bradikardia,
blok jantung komplit, fibrilasi
ventrikel atau henti jantung.
Perubahan EKG (selalu terjadi
jika K+ serum= 7-8 mEq/L)
Congenital
Toxoplasmosis
PEDIATRIC KARDIOLOGI
Coarctasio Aorta
Right to left shunt (cyanosis)
Tetralogy of Fallot
Tanda Gejala
a. Sianosis
b. Dispnea: Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
c. Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia
biru) umum pada pagi hari. Semakin bertambah usia, sianosis
bertambah berat. setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok.
d. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
e. Denyut pembuluh darah normal
f. Bising sistolik
g. Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
h. Jari tangan clubbing
i. Serangan sianosis biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas
(misalnya menangis atau mengedan), dimana tiba-tiba sianosis
memburuk sehingga anak menjadi sangat biru, mengalami sesak nafas
dan bisa pingsan.
Tet Spell
Tet spells at 2-
3yo, child
becomes
cyanotic, may
experience
syncope
Eisenmenger Syndrome
Symptoms:
cyanosis (pale blue or grayish skin due to decreased oxygen in the blood)
dyspnea on exertion (shortness of breath with activity)
shortness of breath at rest
fatigue
chest pain or chest tightness
heart palpitations ("skipping beats" or "racing")
headache
dizziness or syncope (fainting)
paresthesias (numbness and/or tingling of fingers and toes)
blurred vision

Complications:
blood clots (e.g., deep vein thrombosis in extremities)
hemorrhage (bleeding)
stroke
brain abscesses
gout
kidney failure
PDA

Diastolic : Ins. Pulm


Ins. Aorta 1
2
3 Systolic : VSD
Systolic
4
ASD I, ASD II,
5
Pulm sten, Aorta
sten,
Co-Arc

Systolic Diastolic
Systolic Diastolic
Mitral ins Mitral stenotic
Tricuspid ins Tricuspid stenotic
Ejection systolic

Holosystolic

Early diastolic

Pandiastolic

Continuous murmur
Rheumatic Fever (Jones Criteria)
Required Major Criteria
Minor Criteria
Criteria (CaPoCES)
Carditis Fever

Polyarthritis migratory Arthralgia


Evidence of
antecedent Strep
infection: ASO / Strep Chorea Previous RF or RHD
antibodies / Strep
group A throat culture Acute phase reactants:
Erythema marginatum
ESR / CRP

Subcutaneous Nodules Prolonged PR interval

1 Required Criteria + 2 Major Criteria + 0 Minor Criteria


1 Required Criteria + 1 Major Criteria + 2 Minor Criteria
Rheumatic Fever

Subcutaneous nodule

Erythema marginatum

You might also like