Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
AF Kelompok 2
PROGRAM AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Profesi Akuntan Publik,
Standar Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Indonesia dan Kewajiban Hukum
Auditor ini dengan baik dan lancar. Makalah ini merupakan bentuk tugas dari mata kuliah
Auditing sebagai salah satu penilaian terhadap proses pembelajaran Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara.
Pada makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui Profesi Akuntan Publik, Standar
Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Indonesia dan Kewajiban Hukum Auditor di
Indonesia. Maka akan tersedia bahan bacaan yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Auditing.
Makalah ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Auditing Ibu Siti Aliyah, S.E., M.Si. juga para pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses
pembuatan makalah ini.
Meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha dengan maksimal,
namun penulis masih merasa memiliki kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu penulis
berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................24
3.2 SARAN........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
Beranjak dari itu, dewasa ini peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset
dikalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu
menganalisa kontribusi apa yang telah diberikan auditor. Hal tersebut sah-sah saja dilakukan
mengingat pentingnya peran auditor. Apalagi auditor bisa dibilang sebagai pihak kepercayaan
masyarakat (investor) dalam memastikan informasi yang andal. Jadi wajar rasanya jika
masyarakat turut mengawasi hasil pekerjaan auditor. Selain itu beberapa tahun terakhir,
terutama sejak runtuhnya beberapa perusahaan raksasa dunia, profesi akuntan publik banyak
mendapat sorotan dan kritikan dari masyarakat. Akuntan publik menjadi salah satu kandidat
penyebab runtuhnya perusahaan tersebut.
Respon profesi akuntan publik terhadap perkembangan dunia bisnis dan bidang
profesi akuntan publik diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada
pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan
dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan
untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang
Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.
1. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan oleh IAPI atau
perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan profesi
akuntan publik.
2. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan
bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60
Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
3. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000
jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin
dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin
Rekan KAP.
4. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.
5. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
7. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
8. Menjadi anggota IAPI.
9. Tidak berada dalam pengampuan.
10. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan Publik,
membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data
persyaratan yang disampaikan adalah benar.
A. Perikatan Atestasi
1. Standar Auditing
Merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar ini terdiri 10
standar yang dirinci dalam bentuk PSA (Pernyataan Standar Auditing) yaitu :
Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) yang merupakan intrepretasi resmi
yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh
Dewan PSA.
2. Standar Atestasi
Memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan
keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan
atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan dan
prosedur yang disepakati). Yang termasuk didalam pernyataan standar atestasi adalah
IPSAT ( Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi).
B. Perikatan Non Atestasi
1. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup jasa akuntansi dan review. Yang termasuk didalam jasa akuntansi dan
review adalah IPSAR (Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi dan Review).
2. Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi praktisi yang memberikan jasa konsultasi bagi
kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa ini hanya menyajikan temuan,
kesimpulan dan rekomendasi
3. Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan
pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai
standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan
Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.3.3. Standar Auditing
Standar Auditing
A. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, taat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
(IAPI, 2011: 150.1 & 150.2).
Pada saat masyarakat tidak merasa perjaya terhadap jasa yang diberikan oleh suatu
profesi missal akuntan publik, dokter, atau pengacara maka jasa yang diberikan tidak akan
efektif. Tingginya kepercayaan masyarakat atas mutu jasa yang diberikan oleh suatu
organisasi profesi jika organisasi profesi tersebut menerapkan standar profesi yang tinggi atas
jasa yang diberikan oleh para anggotanya kepada masyarakat.
Dalam Kongres ke 7 Institut Akuntan Publik Indonesia yang diadakan di Jakarta bulan
September 1998 diadakan beberapa perubahan mengenai Kode Etik, antar lain sebagai
berikut:
1. Prinsip Etika
Prinsip etika memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan dari pemberian jasa professional yang dilakukan oleh anggota IAI.
2. Aturan Etika
Aturan etika disahkan oleh anggota kompartemen sehingga aturan etika hanya
mengikat kompartemen tersebut.
3. Interpretasi Etika
Interpretasi etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh pengurus dari
kompertemen setelah memeperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak pihak yang
berkaitan, tanpa bermaksud membatasi lingkup dari penerapannya.
4. Tanya dan Jawab
Tanya dan jawab merupakan tanggapan atas pertanyaan dari para anggota
komartemen terkait aturan etika dan interpretasinya.
2.4.4. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi
1. Tanggung Jawab Profesi
Sebagai seorang professional, anggota dari IAI memiliki peran yang penting dalam
masyarakat. Angota dari IAI dalam pemberian jasa kepada masyarkat memiliki
tanggung jawab kepada seluruh pengguna jasa professional mereka.
2. Kepentingan Publik
Salah satu ciri dari suatu profesi adalah memiliki kewajiban memperhatikan
kepentingan publik. Profesi akuntan publik memiliki peran yang cukup penting dalam
pemeliharaan obyektivitas dan integritas yang ada pada dunia bisnis. Kepentinga
bisnis didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani oleh
anggota IAI secara keseluruhan.
Dalam memenuhi tanggung jawab profesinya, anggota dimungkinkan menghadapi
tekanan yang berasal dari pihak-pihak yang berkepentingan. Guna mengatasi hal
tersebut, anggota IAI tetap menegakan integritasnya agar setiap pihak yang
berkepntingan dapat dilayani dengan baik.
3. Integritas
Integritas merupakan suatu elemen karakter yang mendasari terbentuknya pengakuan
professional. Integritas mengharuskan seorang anggota bersikap jujur dan
berterusterang tanpa harus mengorbankan rahasia dari penerima jasa dan kepentingan
dari publik tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan pribadi dari akuntan public
tersebut. Integritas juga mewajibkan anggota untuk menerapkan prinsip objektivitas
dan kehati hatian professional.
4. Objektivitas
Objektivitas merupakan suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
oleh akuntan publik. Guna penegakan objektivitas dalam menjalankan praktiknya,
anggota IAI dilarang menerima atau memberikan apapun dari atau kepada pihak-
pihak yang berhubungan dengan praktik yang sedang dijalankan olehnya.
5. Kompetensi dan Kehati hatian Profesional
Kehati- hatian professional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggungjawab
profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Kompetensi yang dimiliki oleh
anggota diperoleh dari pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota.
Sebaiknya anggota tidak menggambarkan kemampuan dan keterampilan yang tidak
dimilikinya. Setiap anggota diwajibkan berhati hati dalam perencanaan dan
pengawasan secara seksama terhadap kegiatan yang dilakukannya.
6. Kerahasiaan
Dalam menjalankan profesinya, anggota diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan
informasi tentang klien yang diperoleh dalam pelaksanaan pekerjaan. Kerahasiaan
tersebut dapat diberikan kepada pihak lain jika mendapatkan ijin dari klien tersebut.
Hal hal atau situasi yang menyebabkan anggota mengungkapkan rahasia klien
adalah sebagai berikut :
a) Pada saat pengungkapan dizinkan.
b) Pada saat pengungkapan diharuskan oleh hukum yang terkait.
c) Pada saat kewajiban atau hak profesiaonal untuk melakukan pengungkapan.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota diwajibkan berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang
dimilikinya. Selain konsisten dengan reputasi profesi, anggota diwajibkan untuk
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi dari aggota IAI.
Kewajiban dalam menjahi tindakan atau prilaku yang dapat mendiskreditkan reputasi
profesi harus dilakukan oleh anggota IAI.
8. Standar Teknis
Dalam pelaksanaan profesinya, anggota IAI diwajibkan untuk melaksanakan standar
teknis dan standar rofesional yang relevan. Standar teknis dan standar professional
yang harus dilaksanakan oleh anggota IAI dalah standar yang dikeluarkan oleh IAI.
They are liable to their for negligence and/or breach of contract should they fail to
provide the services or not exercise due care in their performance.
Tuntutan hukum juga bisa terjadi karena bussines failure, audit failure, dan audit risk.
Bussines failure terjadi manakala perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya atau
tidak bisa memenuhi harapan investor karena kondisi ekonomi atau bisnis yang
memberatkan.
Audit failure terjadi manakala akuntan public memberikan opini yang salah karena
gagal mematuhi apa yang diatur dalam standar auditing.
Audit risk adalah risiko bahwa akuntan publik menyimpulkan bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar dan memberikan opini wajar tanpa pengecualian padahal
dalam kenyataannya laporan keuangan mengandung salah saji material.
Tanggung jawab hukum akuntan publik terjadi jika timbul kelalaian atau akuntan
public tersangkut fraud. Jenis pelanggaran dapat dibedakan menjadi:
Beberapa hal yang bisa dilakukan akuntan publik untuk menghindari tuntutan hukum
antara lain.
Dalam hal terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa : sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62,
pasal 63, pasal 64 dan pasal 65.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam
hal seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
SPAP dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga
melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan
dengan bidang jasa yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan
walaupun telah mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan
yang menentang langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran
profesionalisme akuntan publik. Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut
walaupun diakui merupakan suatu hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan
dari seorang Akuntan Publik ataupun KAP, ternyata masih belum menjawab penyelesaian
permasalahan ataupun resiko kerugian yang telah diderita oleh anggota masyarakat, sebagai
akibat dari penggunaan hasil audit dari Akuntan Publik tersebut.
Ambil satu contoh terhadap fakta tentang sebuah KAP yang membantu sebuah
perusahaan (debitur sebuah bank BUMN yang sebenarnya telah mengalami kerugian yang
sangat dalam dan sudah sangat sulit untuk melanjutkan operasinya) untuk mendapatkan
tambahan kredit dari bank tersebut dengan cara merekayasa laporan keuangannya, sehingga
pada hasil akhirnya ditampilkan dalam keadaan masih memperoleh laba, dimana pada
akhirnya, semua langkah rekayasa laporan keuangan tersebut terbuka ketika debitur tersebut
dinyatakan pailit. Bank tersebut jelas mengalami kerugian akibat dari keyakinannya terhadap
hasil audit Akuntan Publik terhadap laporan keuangan dari debiturnya tersebut. Jika Bank
tersebut mengetahui status yang sebenarnya dari debiturnya tersebut, maka Bank itu tidak
akan memberikan pinjaman tambahan terhadap debiturnya tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat kehandalan
laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat dan pihak eksternal yang berkaitan
memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan.
Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kewajiban hukum sebagai auditor yang
bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang
diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung
jawaban secara hukum sebagai bentuk kewajiban hukum auditor dan di dalam prakteknya
terbukti bahwa setiap auditor yang melakukan pelanggaran dapat dituntut secara hukum
sebagai bentuk pertanggung jawaban atas audit yang dilakukannya.
3.2 SARAN
Tanggung jawab hukum auditor semakin berat, namun hal ini bukanlah isyarat untuk
menjadi panik. Auditor hanya bertanggung jawab atas opini mengenai laporan keuangan dan
opini tersebut harus mempunyai bobot integritas dan kompetensi profesional berdasarkan
standar yang telah ditetapkan. Jadi legal liability bukanlah ancaman bagi auditor tetapi lebih
merupakan tantangan untuk bekerja lebih profesional dan independen.
Sosialisasi atas jenis-jenis jasa dan batasan tanggung jawab akuntan publik kepada
masyarakat adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Masyarakat juga harus menyadari bahwa
laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen dan akuntan hanya bertanggung jawab
atas opini yang dikeluarkan dalam aspek-aspek yang material pada penugasan general audit
Perlunya perangkat hukum yang pasti guna mengatur akuntan publik di Indonesia
untuk melengkapi aturan main yang sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan
profesi dapat menjalankan tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang
tinggi, dan disisi lain masyarakat akan mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu
akan melakukan penuntutan tanggung jawab profesional terhadap akuntan publik
.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.
Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Arens, Alvin A. Auditing : Suatu Pendekatan Terpadu Jilid 1. 4. Jakarta: Erlangga, 1990.
Hartadi, Bambang. Auditing: Suatu Pendekatan Komprehensif Per Pos Dan Per Siklus. 2.
Yogyakarta: BPFE, 2004.
Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Tentang Jasa Akuntan Publik. 2008.
www.depkeu.go.id. (accessed Maret 01, 2017).