You are on page 1of 28

PROFESI AKUNTAN PUBLIK, STANDAR

PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK, KODE ETIK


AKUNTAN INDONESIA DAN KEWAJIBAN HUKUM
AUDITOR

Dosen Pembimbing : Siti Aliyah, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

AF Kelompok 2

o Gandhes Retno Wulan (141120001437)


o Septian Putra Anggara (141120001468)
o Delina (141120001514)
o Dina Ely Ariyani (141120001527)

PROGRAM AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA

2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Profesi Akuntan Publik,
Standar Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Indonesia dan Kewajiban Hukum
Auditor ini dengan baik dan lancar. Makalah ini merupakan bentuk tugas dari mata kuliah
Auditing sebagai salah satu penilaian terhadap proses pembelajaran Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara.

Pada makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui Profesi Akuntan Publik, Standar
Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Indonesia dan Kewajiban Hukum Auditor di
Indonesia. Maka akan tersedia bahan bacaan yang dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Auditing.

Makalah ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Auditing Ibu Siti Aliyah, S.E., M.Si. juga para pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses
pembuatan makalah ini.

Meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha dengan maksimal,
namun penulis masih merasa memiliki kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu penulis
berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jepara, 01 Maret 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................

1.3 TUJUAN MASALAH..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................

2.1 PROFESI AKUNTAN PUBLIK.................................................................................

2.2.1. Definisi Profesi Akuntan Publik.............................................................................

2.2.2. Perizinan Akuntan Publik.......................................................................................

2.2.3. Struktur Organisasi KAP........................................................................................

2.2.4. Jasa Yang Diberikan Akuntan Publik......................................................................

2.2 STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK..................................................

2.3.1. Definisi Standar Profesional Akuntan Publik.........................................................

2.3.2. Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik..............................................

2.3.3. Standar Auditing.....................................................................................................

2.3.4. Elemen Pengendalian Kualitas Kantor Akuntan Publik.......................................11

2.3 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK........................................................12

2.4.1. Definisi Kode Etik Profesi Akuntan Publik..........................................................12

2.4.2. Pernyataan Etika Profesi.......................................................................................13

2.4.3. Rerangka Kode Etik Akuntan Indonesia...............................................................13

2.4.4. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi......................................................................15

2.4.5. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik........................................................16

2.4 KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR.........................................................................19

2.5.1. Definisi Kewajiban Hukum Auditor.....................................................................19


2.5.2. Tuntutan Hukum Akuntan Publik.........................................................................19

2.5.3. Tanggung Jawab Auditor......................................................................................21

BAB III PENUTUP...................................................................................................................24

3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................24

3.2 SARAN........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini. Karena
selain profesi yang bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik terhadap
ekonomi sangatlah besar. Peran auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan reputasi
perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti seperti Peursem (2005) melihat
bahwa auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di suatu perusahaan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah (2006) juga
mengatakan bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang berguna untuk
keperluan penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer perusahaan.

Pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik adalah Standar


Profesional Akuntan Publik (SPAP). Pengembangan ini sudah mulai dilakukan sejak tahun
1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam
organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan. Komite ini kemudian menghasilkan Norma Pemeriksaan Akuntan. Seperti
tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih berfokus
ke jasa audit atas laporan keuangan historis.

Logika sederhananya bahwa agar mesin perekonomian suatu negara dapat


menyalurkan dana masyarakat kedalam usaha-usaha produktif yang beroperasi secara efisien,
maka perlu disediakan informasi keuangan yang andal, yang memungkinkan para investor
untuk memutuskan kemana dana mereka akan di investasikan. Untuk itu dibutuhkan akuntan
publik sebagai penilai kewajaran informasi yang disajikan manajemen. Jadi jelas bahwa
begitu besarnya peran akuntan publik dalam perekonomian, khususnya dalam lingkup
perusahaan menuntut profesi ini untuk selalu profesional serta taat pada etika dan aturan yang
berlaku.

Beranjak dari itu, dewasa ini peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset
dikalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu
menganalisa kontribusi apa yang telah diberikan auditor. Hal tersebut sah-sah saja dilakukan
mengingat pentingnya peran auditor. Apalagi auditor bisa dibilang sebagai pihak kepercayaan
masyarakat (investor) dalam memastikan informasi yang andal. Jadi wajar rasanya jika
masyarakat turut mengawasi hasil pekerjaan auditor. Selain itu beberapa tahun terakhir,
terutama sejak runtuhnya beberapa perusahaan raksasa dunia, profesi akuntan publik banyak
mendapat sorotan dan kritikan dari masyarakat. Akuntan publik menjadi salah satu kandidat
penyebab runtuhnya perusahaan tersebut.

Respon profesi akuntan publik terhadap perkembangan dunia bisnis dan bidang
profesi akuntan publik diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada
pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan
dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen


Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik
dalam profesi akuntan publik.Nilai-nilai moral atau yang sering lebih kita kenal dengan etika
merupakan topik yang sering menyita banyak perhatian di kalangan masyarakat sekarang ini,
karena nilai etika di kalangan masyarakat telah memudar seiring perkembangan zaman yang
semakin modern.Perhatian ini merupakan indikasi penting berperilaku dan beretika di
kalangan masyarakat.Perilaku beretika merupakan hal penting praktik akuntan public dan
harus di tanggapi secara serius oleh para mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan. Untuk
itulah etika profesi akuntan dipelajari secara khusus dan bab tersendiri di dalam mata kuliah
auditing.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari uraian diatas adalah sebagai berikut :

1. Apa definisi Profesi Akuntan Publik ?


2. Bagaimana Perizinan Akuntan Publik dan Hirarki Kantor Akuntan Publik ?
3. Apa saja jasa yang diberikan Akuntan Publik ?
4. Bagaimana Standard dan Perkembangan Standar Profesi Akuntan Publik ?
5. Bagaimana Standar Auditing ?
6. Bagaimana Kode Etik Profesi Akuntan Publik ?
7. Apa saja Prinsip Dasar dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik ?
8. Apa saja Kewajiban Hukum Auditor dan Bagaimana Tanggung Jawabnya ?

1.3 TUJUAN MASALAH


Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan pembuatan
makalah ini adalah untuk mengetahui apakah Profesi Akuntan Publik, Standar Profesional
Akuntan Publik, Kode Etik Akuntan Indonesia dan Kewajiban Hukum Auditor. Yang dapat
dirinci sebagai berikut :

1. Menjelaskan secara umum apa definisi Profesi Akuntan Publik.


2. Mengetahui Perizinan Akuntan Publik dan Hirarki Kantor Akuntan Publik.
3. Mengetahui Apa saja jasa yang diberikan Akuntan Publik.
4. Menjelaskan Standard danan Perkembangan Standar Profesi Akuntan Publik.
5. Menjelaskan Mengenai Standar Auditing.
6. Menjelaskan mengenai Kode Etik Akuntan Profesi Akuntan Publik.
7. Mengetahui berbagai Prinsip Dasar dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.
8. Menjelaskan mengenai apa saja Kewajiban Hukum Auditor dan Bagaimana Tanggung
Jawab Profesionalisme Akuntan Publik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PROFESI AKUNTAN PUBLIK

2.2.1. Definisi Profesi Akuntan Publik


Profesi berasal dari kata latin profess yang berarti pengakuan atau pernyataan di
muka umum. Menurut Buchori dalam Harefa (1999) konsep profesi mengandung dua
dimensi pengertian. Dimensi pertama berkaitan dengan sifat kegiatan, di dalam dimensi ini
dapat dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan mencari nafkah (occupation) dan kegiatan untuk
kesenangan semata-mata (hobi atau kegemaran). Dimensi kedua berkaitan dengan tingkat
kemahiran, yang dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tingkat
kemahiran yang sangat tinggi, kemahiran sedang, dan kemahiran rendah atau tidak memiliki
kemahiran sama sekali.

Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan
untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang
Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.

2.2.2. Perizinan Akuntan Publik


Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5 tahun
(dapat diperpanjang). Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan publik
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan oleh IAPI atau
perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan profesi
akuntan publik.
2. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan
bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60
Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
3. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000
jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin
dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin
Rekan KAP.
4. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.
5. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
7. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
8. Menjadi anggota IAPI.
9. Tidak berada dalam pengampuan.
10. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan Publik,
membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data
persyaratan yang disampaikan adalah benar.

Ujian Sertifikasi Akuntan Publik


Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang
akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
(USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan "CPA Indonesia" (sebelum tahun
2007 disebut "Bersertifikat Akuntan Publik" atau BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh
IAPI. Sertifikat akuntan publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk
mendapatkan izin praktik sebagai akuntan publik dari Kementerian Keuangan.

2.2.3. Struktur Organisasi KAP


1. Partner (1 orang)
Merupakan Top Legal Client Relationship dengan tugas me-review (menelaah)
pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui masalah fee dan
penagihannya, dan penanggungjawab atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan
audit.
2. Manajer (1-2 orang)
Merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien, mengawasi langsung
pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih rinci terhadap pekerjaan audit, dan
melakukan penagihan atas fee audit.
3. Akuntan Senior (3-4 orang)
Merupakan staf yang bertanggung jawab langsung terhadap perencanaan dan
pelaksanaan pekerjaan audit,dan me-review pekerjaan para akuntan yunior yang
dibawahinya.
4. Akuntan Junior (5-6 orang)
Merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung jawab atas pekerjaa lapangan.
2.2.4. Jasa Yang Diberikan Akuntan Publik
A. Jasa Atestasi
Adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang yang independen dan
kompeten mengenai kesesuaian, dalam segala hal yang signifikan, asersi suatu entitas
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ada 4 (empat) jenis jasa atetasi yang diberikan oleh kantor akuntan publik :
1.) Audit
Contoh :
Audit atas laporan keuangan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan.
2.) Pemeriksaan (Examination)
Contoh :
Pemeriksaan proyeksi bisnis atau laporan keuangan prospektif, dan pemeriksaan
kesesuaian pengendalian internal perusahaan dengan kriteria yang ditetapkan
pemerintah.
3.) Penelaahan (Review)
Dilakukan dengan wawancara dengan manajemen dan analisis komparatif informasi
keuangan suatu perusahaan.
4.) Prosedur yang disepakati bersama (Agreed-Upon Procedures)
Contoh :
Auditor dan klien sepakat bahwa prosedur tertentu akan dilakukan atas elemen
tertentu laporan keuangan misalnya akun atau rekening kas dan surat berharga.
B. Jasa Nonatestasi
Jasa ini diberikan oleh Kantor Akuntan Publik meliputi ;
1.) Jasa Akuntansi
Melalui aktifitas pencatatan, penjurnalan, posting, jurnal penyesuaian dan penyusunan
laporan keuangan klien serta perancangan sistem akuntansi klien.
2.) Jasa Perpajakan
Meliputi pengisian surat laporan pajak, perencanaan pajak dan juga penasihat dalam
masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila perusahaan yang menerima jasa
sedang mengalami permasalahan dengan Kantor Pajak.
3.) Jasa Konsultasi Manajemen
Fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada
klien untuk peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai
tujuan perusahaan klien.

2.2 STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

2.3.1. Definisi Standar Profesional Akuntan Publik


Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).

2.3.2. Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik


Sesuai Standar Profesional Akuntan Publik / SPAP (IAI, 2001) ada 5 (lima) tipe
yaitu :

A. Perikatan Atestasi
1. Standar Auditing
Merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar ini terdiri 10
standar yang dirinci dalam bentuk PSA (Pernyataan Standar Auditing) yaitu :
Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) yang merupakan intrepretasi resmi
yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh
Dewan PSA.
2. Standar Atestasi
Memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan
keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan
atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan dan
prosedur yang disepakati). Yang termasuk didalam pernyataan standar atestasi adalah
IPSAT ( Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi).
B. Perikatan Non Atestasi
1. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup jasa akuntansi dan review. Yang termasuk didalam jasa akuntansi dan
review adalah IPSAR (Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi dan Review).
2. Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi praktisi yang memberikan jasa konsultasi bagi
kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa ini hanya menyajikan temuan,
kesimpulan dan rekomendasi
3. Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan
pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai
standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan
Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.3.3. Standar Auditing

Standar Auditing

Landasan Landasan Konseptual


Konseptual
Standar Umum Standar Pekerjaan Standar Pelaporan
Lapangan

Keahlian dan Pelatihan Perencanaan dan Pernyataan tentang


teknis yang memadai Supervisi Audit Kesesuaian Laporan
Keuangan dengan Standar
Akuntansi Keuangan
Independensi dalam sikap Pemahaman yang
Pernyataan mengenai
mental memadai atas
Ketidakkonsistensian
Pengendalian Intern
Penerapan Standar
Akuntansi Keuangan
Penggunaan Kemahiran
Profesional dengan Bukti Audit Kompeten Pernyataan Pendapat atas
cermat dan saksama yang cukup Laporan Keuangan secara
Keseluruhan

Landasan Operasional Landasan Operasional

Pernyataan Standar Pernyataan Standar Pernyataan Standar


Auditing Auditing Auditing
(PSA) (PSA) (PSA)

Interpretasi Pernyataan Interpretasi Pernyataan Interpretasi Pernyataan


Standar Auditing Standar Auditing Standar Auditing
(IPSA) (IPSA) (IPSA)
Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAPI (2011: 150.1 150.2)
terdiri atas sepuluh standar yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu :

A. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, taat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
(IAPI, 2011: 150.1 & 150.2).

2.3.4. Elemen Pengendalian Kualitas Kantor Akuntan Publik


4. Intdependensi, Integritas, dan Objektivitas
Persyaratan :
Semua personalia yang terlibat dalam penugasan harus memelihara independensi baik
secara nyata mauoun secara penampilan, melaksanakan sekuruh tanggung jawab
profesionalnya dengan segenap integritas, serta memelihara objektivitas dalam
melaksanakan tanggung jawab professional mereka.
Contoh Prosedur :
Setiap tahun, setiap rekan dan karyawan harus mengisi formulir kuosioner
independensi yang berkaitan dengan hal seperti kepemilikan saham serta
keanggotaan pada dewan direksi.
5. Manajemen Sumber Daya Manusia
Persyaratan :
Dalam perusahaan akuntan publik kebijakan dan prosedur harus disusun supaya dapat
memberikan tingkat keandalan tertentu bahwa : Semua karyawan baru memiliki
kualifikasi sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara kompeten. Pekerjaan
dibebankan pada mereka yang telah mendapatkan pelatihan teknis yang cukup serta
memiliki kecakapan. Semua karyawan harus berpartisipasi dalam pelaksanaan
pendidikan profesi berkelanjutan serta aktifita pengembangan profesi sehingga
membuat mereka mampu melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepada
mereka. Karywan yang terpilih untuk dipromosikan adalah mereka yang memiliki
kualifikasi yang diperlukan supaya menjadi bertanggung jawab dalam penugasan
berikutnya.
Contoh Prosedur :
Setiap professional harus dievaluasi pada setiap kali penugasan dengan pengisian
formulir evaluasi penugasan individual.
6. Penerimaan Serta Kelanggengan Klien
Persyaratan :
Kebijakan dan prosedur harus disusun agar dapat menentukan apakah akan menerima
klien baru atau meneruskan bekerjasama dengan klien yang telah ada. Kebijakan dan
prosedur ini harus mamp meminimalkan resiko yang berkaitan dengan klien yang
memiliki tingkat integritas manajemen yang rendah. Perusahaan akuntan public hanya
boleh melaksanakan penugasan yang dapat dilakukan dengan kompetensi
professional.
Contoh Prosedur :
Formulir evaluasi klien, yang memuat masalah-masalah seputar komentar auditor
terdahulu dan evaluasi manajemen, harus dipersiapkan untuk setiap kliaen baru
sebelum perushahaan akuntanpublik memutuskan menerima klien tersebut.
7. Kinerja Atas Penugasan
Persyaratan :
Kebijakan dan prosedur harus hadir terutama ntuk memastikan bahwa penugasan
yang dilaksanakan oleh auditor telah memenuh standar kualitas perusahaan akuntan
public.
Contoh Prosedur :
Direktur akuntansi dan auditing perusahaan akuntan publik dapat diajak berkonsultasi
serta harus telah memberikan persetujuannya pada semua penugasan sebelum
penugasan itu dianggap selesai.
8. Pemantauan
Persyaratan :
Harus terdapat kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa keempat elemen
penendalian kualitas lainnya diterapkan secara efektif.
Contoh Prosedur :
Rekan yang bertugas mengendalikan kualitas harus menguji prosedur pengendalian
kualitas minimal setahun sekali untuk memastikan bahwa perusahaan akuntan public
masih mematuhi prosedur itu.

2.3 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

2.4.1. Definisi Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Dasar dari pemikiran yang melandasi penyusunan etika professional pada setiap
profesi adalah kebutuhan dari profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu
jasa yang diberikan oleh anggota dari organisasi tersebut. Pada umumnya masyarakat kurang
mengetahui mengenai jasa yang diberikan oleh suatu profesi, hal tersebut disebabkan terlalu
kompleksnya jasa yang diberikan oleh professional tersebut. Masyarakat akan menghargai
profesi yang menerapkan standar mutu atas jasa yang diberikan oleh profesi tersebut, hal itu
dikarnakan dengan adanya standar mutu yang diterapkan tersebut membuat masyarakat
merasa terjamin atas kualitas layanan yang diberikan.

Pada saat masyarakat tidak merasa perjaya terhadap jasa yang diberikan oleh suatu
profesi missal akuntan publik, dokter, atau pengacara maka jasa yang diberikan tidak akan
efektif. Tingginya kepercayaan masyarakat atas mutu jasa yang diberikan oleh suatu
organisasi profesi jika organisasi profesi tersebut menerapkan standar profesi yang tinggi atas
jasa yang diberikan oleh para anggotanya kepada masyarakat.

2.4.2. Pernyataan Etika Profesi


Saat itu Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri atas delapan (8) bab (11 pasal) dan enam
(6) pernyataan etika profesi. Pernyataan tersebut adalah :
1. Pernyataan etika profesi Nomor 1 tentang INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS, DAN
INDEPENDENSI
2. Pernyataan etika profesi Nomor 2 tentang KECAKAPAN PROFESIONAL
3. Pernyataan etika profesi Nomor 3 tentang PENGUNGKAPAN INFORMASI
RAHASIA KLIEN
4. Pernyataan etika profesi Nomor 4 tentang IKLAN BAGI KANTOR AKUNTAN
PUBLIK
5. Pernyataan etika profesi Nomor 5 tentang KOMUNIKASI ANTAR AKUNTAN
PUBLIK
6. Pernyataan etika profesi Nomor 6 tentang PERPINDAHAN STAF/PARTNER DARI
SATU KANTOR AKUNTAN KE KANTOR AKUNTAN LAIN.

Dalam Kongres ke 7 Institut Akuntan Publik Indonesia yang diadakan di Jakarta bulan
September 1998 diadakan beberapa perubahan mengenai Kode Etik, antar lain sebagai
berikut:

Komite Kode Etik tidak ada lagi di struktur organisasi IAPI


Rerangka Kode Etik IAPI menjadi:
Prinsip Etika
Aturan Etika
Interpretasi Aturan Etika
Tanya dan Jawab

2.4.3. Rerangka Kode Etik Akuntan Indonesia


Kode etik dari IAI terbagi menjadi 4 (empat) bagian. Bagian bagian tersebut
adalah :

1. Prinsip Etika
Prinsip etika memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan dari pemberian jasa professional yang dilakukan oleh anggota IAI.
2. Aturan Etika
Aturan etika disahkan oleh anggota kompartemen sehingga aturan etika hanya
mengikat kompartemen tersebut.
3. Interpretasi Etika
Interpretasi etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh pengurus dari
kompertemen setelah memeperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak pihak yang
berkaitan, tanpa bermaksud membatasi lingkup dari penerapannya.
4. Tanya dan Jawab
Tanya dan jawab merupakan tanggapan atas pertanyaan dari para anggota
komartemen terkait aturan etika dan interpretasinya.
2.4.4. Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi
1. Tanggung Jawab Profesi
Sebagai seorang professional, anggota dari IAI memiliki peran yang penting dalam
masyarakat. Angota dari IAI dalam pemberian jasa kepada masyarkat memiliki
tanggung jawab kepada seluruh pengguna jasa professional mereka.
2. Kepentingan Publik
Salah satu ciri dari suatu profesi adalah memiliki kewajiban memperhatikan
kepentingan publik. Profesi akuntan publik memiliki peran yang cukup penting dalam
pemeliharaan obyektivitas dan integritas yang ada pada dunia bisnis. Kepentinga
bisnis didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani oleh
anggota IAI secara keseluruhan.
Dalam memenuhi tanggung jawab profesinya, anggota dimungkinkan menghadapi
tekanan yang berasal dari pihak-pihak yang berkepentingan. Guna mengatasi hal
tersebut, anggota IAI tetap menegakan integritasnya agar setiap pihak yang
berkepntingan dapat dilayani dengan baik.
3. Integritas
Integritas merupakan suatu elemen karakter yang mendasari terbentuknya pengakuan
professional. Integritas mengharuskan seorang anggota bersikap jujur dan
berterusterang tanpa harus mengorbankan rahasia dari penerima jasa dan kepentingan
dari publik tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan pribadi dari akuntan public
tersebut. Integritas juga mewajibkan anggota untuk menerapkan prinsip objektivitas
dan kehati hatian professional.
4. Objektivitas
Objektivitas merupakan suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
oleh akuntan publik. Guna penegakan objektivitas dalam menjalankan praktiknya,
anggota IAI dilarang menerima atau memberikan apapun dari atau kepada pihak-
pihak yang berhubungan dengan praktik yang sedang dijalankan olehnya.
5. Kompetensi dan Kehati hatian Profesional
Kehati- hatian professional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggungjawab
profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Kompetensi yang dimiliki oleh
anggota diperoleh dari pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota.
Sebaiknya anggota tidak menggambarkan kemampuan dan keterampilan yang tidak
dimilikinya. Setiap anggota diwajibkan berhati hati dalam perencanaan dan
pengawasan secara seksama terhadap kegiatan yang dilakukannya.
6. Kerahasiaan
Dalam menjalankan profesinya, anggota diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan
informasi tentang klien yang diperoleh dalam pelaksanaan pekerjaan. Kerahasiaan
tersebut dapat diberikan kepada pihak lain jika mendapatkan ijin dari klien tersebut.
Hal hal atau situasi yang menyebabkan anggota mengungkapkan rahasia klien
adalah sebagai berikut :
a) Pada saat pengungkapan dizinkan.
b) Pada saat pengungkapan diharuskan oleh hukum yang terkait.
c) Pada saat kewajiban atau hak profesiaonal untuk melakukan pengungkapan.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota diwajibkan berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang
dimilikinya. Selain konsisten dengan reputasi profesi, anggota diwajibkan untuk
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi dari aggota IAI.
Kewajiban dalam menjahi tindakan atau prilaku yang dapat mendiskreditkan reputasi
profesi harus dilakukan oleh anggota IAI.
8. Standar Teknis
Dalam pelaksanaan profesinya, anggota IAI diwajibkan untuk melaksanakan standar
teknis dan standar rofesional yang relevan. Standar teknis dan standar professional
yang harus dilaksanakan oleh anggota IAI dalah standar yang dikeluarkan oleh IAI.

2.4.5. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik


Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang prinsip prinsip etika yang harus
dilakukan oleh anggota IAI. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang aturan etika
kompartemen akuntan publik. Aturan etika kompartemen dari IAI sebagai berikut :

I. Independensi, Integritas dan Objektivitas


a) Independensi
Anggota IAI dalam menjalankan tugasnya diwajibkan mempertahankan sikap dan
mental independen. Sikap dan mental tersebut meliputi independen dalam fakta
dan dalam penamppilan.
b) Integritas dan Objektivitas
Anggota IAI dalam menjalankan tugasnya diwajibkan mempertahankan Integritas
dan objektivitas yang dimilikinya. Integritas dan objektivitas terkait dengan
konflik kepentingan yang ada dan membiarkan salah saji yang material terjadi
namun tidak diungkapkan.
II. Standar Umum dan Standar Akuntansi
1) Standar Umum
Standar umum yang dikeluarkan oleh IAI terdiri dari 4 bagian, bagian tersebut
adalah :
a) Kompetensi professional
Kompetensi professional ini mewajibkan anggota KAP hanya boleh
melakukan pemberian jasa professional dengan kompetensi professional yang
dimiliki.
b) Kecermaan dan Keseksamaan Profesional
Pemberian jasa profesional yang diberikan oleh anggota KAP wajib
melakukan perencanaan dan supervise seecara memadai setiap pelaksanaan
pemberian jasa professional.
c) Perencanaan Dan Supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap
pelaksanaan pemberian jasa professional.
d) Data relevan yang memadai
Setiap anggota KAP diwajibkan untuk memperoleh data yang relevan dan
memadai dalam pelaksanaannya.
2) Kepatuhan Terhadap Standar
Setiap anggota diwajibkan untuk mematuhi seluruh standar yang ada pada saat
pemberian atau pelaksanaan penugasan yang dilakukan.
3) Standar Akuntansi
Seluruh anggota diwajibkan menyatakan pendapat dan memberikan penegasan
bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh entitas sesuai dengan PABU.
III. Tanggung Jawab Kepada Klien
a. Informasi klien yang rahasia
Seluruh anggota dilarang mengungkapkan atau menyampaikan rahasia rahasia
yang dimiliki oleh klien tanpa adanya hal hal yang mewajiban atau mengijinkan
pengungkapan tersebut terjadi.
b. Fee Profesional
i. Besarnya Fee
Seluruh anggota IAI tidak dibolehkanmelakukan perikatan dengan klien
dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra dari profesi yang
dijalankan.
ii. Fee kontijen
Fee kontijen merupakan fee yang ditetapkan guna pelaksanaan suatu jasa
professional tanpa adanya fee yang dibebankan kecuali terdapat temuan atau
hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu.
IV. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
a. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
Seluruh anggota diwajibkan untuk menjaga perbuatan dan perkataan agar tidak
merusak citra profesi dan hubungan baik dengan rekan seprofesi.
b. Komunikasi Antar Akuntan Publik
Diwajibkan bagi anggota yang akan melakukan pekerjaan utuk melakukan
komunikasi dengan anggota lainnya yang telah melakukan pekerjaan pada periode
yang telah lalu.
c. Perikatan Atestasi
Anggota dilarang melakukan perikatan atestasi yang berupa jenis dan periodenya
sama dengan perikatan yang telah dilakukan oleh anggota lainnya. Jika akan
melakukan hal yang sama dapat dilakukan jika merupakan peranturan perundang
undangan yang mengatur hal tersebut.
V. Tanggung Jawab dan Praktik Lain
a. Perbuatan Dan Perkataan Yang Mendeskreditkan
Seluruh anggota dilarang mengucapkan atau bertindak yang dapat mencemarkan
citra profesi.
b. Iklan, Promosi Dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
Dalam menjalankan praktiknya, anggota diperbolehkan untuk melakukan promosi
jasa yang ditawarkannya melalui berbagai macam bentuk selama tidak
menurunkan atau merendahkan citra professional.
c. Komisi Dan Fee Referal
i. Komisi
Komisi merupakan balas jasa dengan berbagai macam bentuk, baik berupa
uang atau yang lainnya yang diberikan atau diterima oleh klien guna
memperoleh perikatan dengan klien. Anggota dibolehkan menerima atau
memberikan komisi kepada klien karena dimungkinkan akan terjadi
penurunan tingkat independensi auditor.
ii. FeeReferal
FeeReferal merupakan imbalan yang berupa uang atau yang lainnya yang
dibayarkan atau diterima dari penyedia jasa professional akuntan publik.
d. Bentuk Organisasi KAP
Anggota IAI yang berpraktik dengan bentuk organisasi yang memperoleh Ijin
praktik oleh peraturan dan undang undang yang berlaku dengan tidak
menyesatkan dan mrendahkan citra professional.

2.4 KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

2.5.1. Definisi Kewajiban Hukum Auditor


Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin.

2.5.2. Tuntutan Hukum Akuntan Publik


Akuntan publik bisa dituntut secara hukum oleh klien jika tidak bisa memenuhi
kontrak yang dibuat dengan klien atau tidak hal hal (lalai) dalam memberikan jasa
profesinya.

Menurut Arens (2011:93)


Audit profesionals have a responsibility under common law to fulfill implied or
expressed contract with clients.

They are liable to their for negligence and/or breach of contract should they fail to
provide the services or not exercise due care in their performance.

Tuntutan hukum juga bisa terjadi karena bussines failure, audit failure, dan audit risk.
Bussines failure terjadi manakala perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya atau
tidak bisa memenuhi harapan investor karena kondisi ekonomi atau bisnis yang
memberatkan.

Audit failure terjadi manakala akuntan public memberikan opini yang salah karena
gagal mematuhi apa yang diatur dalam standar auditing.

Audit risk adalah risiko bahwa akuntan publik menyimpulkan bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar dan memberikan opini wajar tanpa pengecualian padahal
dalam kenyataannya laporan keuangan mengandung salah saji material.

Tanggung jawab hukum akuntan publik terjadi jika timbul kelalaian atau akuntan
public tersangkut fraud. Jenis pelanggaran dapat dibedakan menjadi:

Ordinary negligence (kesalahan ringan, manusiawi , tidak sengaja) ini merupakan


pelanggaran ringan.
Gross negligence (kesalahan agar berat, harusnya tidak terjadi jika auditor
menerapkan due professional care).
Contructive fraud (pelanggaran berat, akuntan public terlibat secara langsung atau
tidak langsung membantu dalam fraud yang dilakukan manajemen).
Fraud (pelanggaran sangat berat, akuntan public secara sadar terlibat bersama
manajemen dalam melakukan fraud).
Di Indonesia , tuntutan hukum bisa berasal dari :
Klien
(calon) investor
Bapepam LK
PPAJP-Departemen Keuangan
Bank Indonesia
Pengguna laporan keuangan .

Sanksi yang diberikan PPAJP-Departemen Keuangan bisa dalam bentuk peringatan


tertulis, penghentian sementara pemberian jasa kuntan publik atau, usulan kepada menteri
keuangan untuk pencabutan izin praktik akuntan public tergantung berat atau ringannya
pelanggaran.

Sanksi yang diberikan Bapepam LK dalam bentuk peringatan tertulis , larangan


pemberian jasa di pasar model. Pihak lainnya (klien , investor BI, pengguna laporan
keuangan ) bisa mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan jika merasa dirugikan.

Beberapa hal yang bisa dilakukan akuntan publik untuk menghindari tuntutan hukum

antara lain.

Pilih audit staf yang qualified dan memiliki integritas


Patuhi standar auditing, kode etik akuntan publik
Dukung laporan audit dengan kertas kerja yang lengkap
Untuk setiap penugasan harus ada kontrak kerja (engangement letter)
Jika memungkinkan asuransikan jasa profesional yang diberikan
Jika memungkinkan miliki penasihat hukum.
Selain itu ikatan profesi (IAI, IAPI) juga bisa membantu anggotanya dengan cara:
Menyediakan pelatihan bagi anggotanya melalui PPL dengan biaya yang
reasonable
Menerapkan peer review
Mengupdate standar auditing dan aturan etika
Melakukan research di bidang auditing
Melakukan lobby ke regulator untuk mencegah undang undang dan peraturan
yang merugikan anggota
Memberikan edukasi kepada pengguna laporan keuangan
Berikan sanksi yang tugas untuk anggota yang melakukan pelangganan

2.5.3. Tanggung Jawab Auditor


Berikut adalah beberapa tanggung jawab yang harus dimiliki seorang Auditor :

1. Tanggung Jawab terhadap opini yang diberikan.


2. Tanggung Jawab terhadap profesi.
3. Tanggung Jawab terhadap klien.
4. Tanggung Jawab untuk mengungkapkan kecurangan.
5. Tanggung Jawab terhadap pihak ketiga
6. Tanggung Jawab terhadap pihak ketiga atas kecurangan yang tidak ditemukan.

Dalam hal terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa : sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62,
pasal 63, pasal 64 dan pasal 65.

Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam
hal seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
SPAP dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga
melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan
dengan bidang jasa yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan
walaupun telah mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan
yang menentang langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran
profesionalisme akuntan publik. Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut
walaupun diakui merupakan suatu hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan
dari seorang Akuntan Publik ataupun KAP, ternyata masih belum menjawab penyelesaian
permasalahan ataupun resiko kerugian yang telah diderita oleh anggota masyarakat, sebagai
akibat dari penggunaan hasil audit dari Akuntan Publik tersebut.

Ambil satu contoh terhadap fakta tentang sebuah KAP yang membantu sebuah
perusahaan (debitur sebuah bank BUMN yang sebenarnya telah mengalami kerugian yang
sangat dalam dan sudah sangat sulit untuk melanjutkan operasinya) untuk mendapatkan
tambahan kredit dari bank tersebut dengan cara merekayasa laporan keuangannya, sehingga
pada hasil akhirnya ditampilkan dalam keadaan masih memperoleh laba, dimana pada
akhirnya, semua langkah rekayasa laporan keuangan tersebut terbuka ketika debitur tersebut
dinyatakan pailit. Bank tersebut jelas mengalami kerugian akibat dari keyakinannya terhadap
hasil audit Akuntan Publik terhadap laporan keuangan dari debiturnya tersebut. Jika Bank
tersebut mengetahui status yang sebenarnya dari debiturnya tersebut, maka Bank itu tidak
akan memberikan pinjaman tambahan terhadap debiturnya tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat kehandalan
laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat dan pihak eksternal yang berkaitan
memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Untuk menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam


melaksanakan tugas auditing harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan serta memahami berbagai Kode Etik Profesi sebagai Akuntan Publik.
Standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan
data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan
auditor untuk menyusun suatu laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.

Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kewajiban hukum sebagai auditor yang
bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang
diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung
jawaban secara hukum sebagai bentuk kewajiban hukum auditor dan di dalam prakteknya
terbukti bahwa setiap auditor yang melakukan pelanggaran dapat dituntut secara hukum
sebagai bentuk pertanggung jawaban atas audit yang dilakukannya.

3.2 SARAN
Tanggung jawab hukum auditor semakin berat, namun hal ini bukanlah isyarat untuk
menjadi panik. Auditor hanya bertanggung jawab atas opini mengenai laporan keuangan dan
opini tersebut harus mempunyai bobot integritas dan kompetensi profesional berdasarkan
standar yang telah ditetapkan. Jadi legal liability bukanlah ancaman bagi auditor tetapi lebih
merupakan tantangan untuk bekerja lebih profesional dan independen.

Sosialisasi atas jenis-jenis jasa dan batasan tanggung jawab akuntan publik kepada
masyarakat adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Masyarakat juga harus menyadari bahwa
laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen dan akuntan hanya bertanggung jawab
atas opini yang dikeluarkan dalam aspek-aspek yang material pada penugasan general audit
Perlunya perangkat hukum yang pasti guna mengatur akuntan publik di Indonesia
untuk melengkapi aturan main yang sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan
profesi dapat menjalankan tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang
tinggi, dan disisi lain masyarakat akan mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu
akan melakukan penuntutan tanggung jawab profesional terhadap akuntan publik

.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.
Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat, 2012.

Arens, Alvin A. Auditing : Suatu Pendekatan Terpadu Jilid 1. 4. Jakarta: Erlangga, 1990.

Hartadi, Bambang. Auditing: Suatu Pendekatan Komprehensif Per Pos Dan Per Siklus. 2.
Yogyakarta: BPFE, 2004.

Mulyadi. Auditing 1. 6. Jakarta: Salemba Empat, 2002.

Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Tentang Jasa Akuntan Publik. 2008.
www.depkeu.go.id. (accessed Maret 01, 2017).

You might also like