Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam laporan ini akan dibahas perbedaan koloid dengan larutan maupun
suspense, berbagai partikel, penggolongan, sifat, cara pembuatan, pemurnian,
serta berbagai kegunaan koloid secara lebih rinci.
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengerti dan
memahami sifat-sifat koloid, cara pembuatan koloid serta kegunaan koloid dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21
dibiarkan akan mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila
diaduk akan bercampur seperti semula (koloid).
Koloid irreversible yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid
tidak dapat menjadi koloid lagi, contohnya sol emas (Syukri, 1999).
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat
khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar dari pada larutan.
Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
Sifat fisika
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid
hidrofob sifat-sifat seperti, rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir
sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena
terjadi gradasi, sifat-sifat fisiknya sangat berbeda dengan mediumnya.
Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil (Estien, 2005).
Sifat koligatif
Koloid yang banyak dibicarakan adalah dalam medium cair. Dalam sistem
ini, unit terkecil fasa terdispersi adalah partikel dalam bentuk molekul atau
agregat. Partikel ini mempengaruhi sifat medium sehingga koloid mempunyai
sifat koligatif. Sifat koligatif adalah kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, penurunan tekanan uap dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada
jumlah partikel koloid, bukan jenisnya (S. Syukri, 1999).
Sifat optik
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya
dilakukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi
apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya
tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal oleh efek Tyndall. Berkas cahaya
menjadi tampak karena adanya pemantulan dan penghamburan cahaya oleh
permukaan partikel-partikel koloid (Bird, Tony, 1987).
Efek Tyndall teramati setiap hari dialam. Contoh kita melihat awan sebagai
hasil pembuatan sinar oleh partikel-partikel air koloid, yang mencegah
sejumlah sinar jatuh kepermukaan bumi (Sastrohamidjojo, 2005).
Sifat kinetik
Partikel-partikel koloid mempunyai sifat kinetik karena dipengaruhi dua hal.
Pertama, adalah gerakan termal. Gerakan termal ini pada skala mikroskopis
pertama kali ditemuka oleh seorang ahli biologi bernama Brown. Ketika
Brown mempelajari serbuk sari biji-bijian dalam air, ia mendapatkan bahwa
25
partikel-partikel serbuk sari bergerak zig-zag secara acak. Gerakan ini bukan
disebabkan oleh penguapan lokal, tetapi disebabkan oleh tumbukan acak yang
terjadi antara molekul serbuk sari dengan molekul medim pendispersi.
Gerakan ini dikenal sebagai gerak Brown. Gerakan partikel dengan ukuran
kecil lebih nyata dari pada partikel berukuran besar. Hal kedua yang
menyebabkan partikel koloid mempunyai sifat kinetik adalah gravitasi.
Gravitasi ini dapat berupa gravitasi alami yang disebabkan oleh gravitasi
bumi menyebabkan pengendapan partikel-partikel besar, atau dapat juga
berupa gravitasi buatan dengan menggunakan sentrifusa (Brid, Tony, 1987).
Sifat listrik
Permukaan partikel koloid muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya, partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik. Bila kedalam sistem koloid dimasukkan sepasang
elektroda yang dialiri arus listrik searah, maka partikel-partikrel koloid
bermuatan negative akan bergerak menuju elektroda positif (anoda).
Sebaliknya yang bermuatan positif akan tertarik ke elektroda negative
(katoda). Bergerak partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini
disebut elektroforesis (Estien, 2005).
Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya
gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan kedasar bejana yang disebut
koagulasi/penggumpalan. Waktu koagulasi koloid bervariasi antara yang satu
dengan yang lainnya. Koagulasi spontan umumnya lambat dan dapat
dipercepat dengan alat sentrifugal ultra. Alat ini akan memutar koloid dengan
kecepatan tinggi sehingga partikel didorong ke dasar tabung reaksi (S. Syukri,
1999).
Adsorpsi
Pada permukaan partikel terdapat gaya van der waals yang belum terimbangi
atau bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom (atau
molekul-molekul atau ion-ion) dari zat asing. Adhesi zat-zat asing ini pada
permukaan suatu partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorbsi terikat dengan
kuat dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tak lebih dari satu atau dua
molekul (atau ion). Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung
26
Aquades
Sabun
Gelatin
Amilum
Norit
Sirup rasa jeruk
Kertas saring
Kertas label
I2
Tissue
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Koagulasi
Dimasukkan 1 pipet BaCl2 0,1 M dan NaCl 0,1 M dalam masing-masing
tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes AgNO3, dikocok
Dibandingkan hasil pengamatan endapan yang terbentuk pada BaCl2 dan
NaCl
3.2.2 Emulsi
Diambil 2 ml minyak goreng kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 ml aquades, dikocok hingga terbentuk emulsi
Diperhatika hingga terbentuk 2 lapisan
Ditambahkan 10 tetes sabun
Dikocok dan diamati
3.2.3 Koloid Pelindung
Diambil 10 tetes BaCl2 0,1 M
Ditambahkan 10 tetes gelatin
Ditambahkan 2 tetes AgNO3, dikocok
Diamati
3.2.4 Dispersi
3.2.4.1 Amilum Tanpa Digerus
Diambil 1 sendok spatula dalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 ml aquades
Diaduk dan disaring
3.2.4.2 Amilum Digerus
Diambil 1 sendok spatula kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 ml aquades
Diaduk dan disaring
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Koloid Pelindung
Larutan BaCl2 10 tetes Larutan berwarna bening
(+) 10 tetes gelatin
(+) AgNO3 2 tetes
Diamati
Terjadi endapan putih tetapi tidak
terdapat gumpalan
3. Emulsi
2 ml minyak goring dalam tabung
reaksi
(+) 5 ml aquades dikocok Terbentuk 2 fase, minyak pada fase
atas dan air fase bawah
Diamkan hingga terbentuk 2
lapisan
(+) 10 tetes sabun ke dalam
campuran
Dikocok dan diamati
Larutan air dan minyak tercampur
terdapat buih dipermukaannya
4. Adsorpsi
1 sendok spatula norit diletakkan
dalam corong kaca yang telah
diberi kertas saring
Dilewatkan 10 ml sirup dalam
corong kaca tersebut
Diperhatikan filter yang
dihasilkan
Dibandingkan dengan larutan
Warna sirup (filtrat) menjadi lebih
awal
muda karena norit berfungsi
sebagai penyerap zat warna pada
sirup
5. Dispersi
O
30
OH H
H
O OH
Warna larutan amilum yang digerus
lebih tua dibandingkan dengan
amilum yang tidak digerus
(warnanya kuning muda)
4.2 Reaksi
4.2.1 Koagulasi
AgNO3 + BaCl2 2AgCl + Ba(NO3)2
AgNO3 + NaCl2 AgCl + NaNO3
31
OH H
H H
CH2I
4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan percobaan tentang pembuatan dan sifat
H
koloid. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
O OH
lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah terdapat diantara campuran homogeny dan heterogen), jadi koloid adalah
fase peralihan homogen menjadi heterogen. Contoh dari sistem koloid adalah
tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat dengan cair).
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat
terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut
disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya adalah larutan gula dan
larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel
kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Contohnya tepung
beras yang dilarutkan dengan air.
Perbedaan lainnya dan ketiga campuran tersebut adalah:
No Jenis Perbedaan Koloid Suspensi Larutan
.
1. Diameter partikel 1 nm-100 nm >100 nm <1 nm
2. Fasa Dua fasa Dua fasa Satu fasa
3. Penyaringan :
Biasa Lewat Tertahan Lewat
Membrane Tertahan Tertahan Lewat
Ultra
Tertahan Tertahan Lewat
4. Gerak Brown Nampak Nampak Tak Nampak
32
juga dapat dibentuk oleh pembuatan partiekl koloid dari agregat molekul. Contoh,
jika HCl ditambahkan cepat pada larutan AgNO3, maka larutan seperti susu akan
dihasilkan (Sastrohamidjojo, 2005).
Aerosol (padatan atau cairan terdispersi dalam gas). Partikel-partikel yang
koloidal dalam aerosol terdiri atas cairan atau partikel-partikel padatan yang
terdispersi dalam gas seperti udara (Sastrohamidjojo, 2005).
Emulsi (cairan terdispersi dalam cairan). Contoh umum dari jenis koloid
ini adalah susu, merupakan lemak yang terdispersi dalam air. Gel merupakan tipe
koloid yang tidak lazim, suatu cairan mengandung padatan yang tersusun dalam
kerangka jaringan yang bagus. Contoh : jeli, agar-agar, gelatin (Sastrohamidjojo,
2005).
Buih atau foam (gas terdispersi dalam cairan atau padatan). Buih biasanya
dihasilkan dengan meniupkan udara ke dalam fasa cair, seperti pada buih sabun
(Sastrohamidjojo, 2005).
Percobaan pertama adalah koagulasi. Prinsipnya adalah penggumpalan
partikel-partikel koloid dan membentuk endapan. Dalam percobaan koagulasi
setelah ditetesi AgNO3, larutan BaCl2 menjadi keruhdan mengalami endapan yang
lebih banyak dibandingkan dengan endapan yang dibentuk oleh larutan NaCl.
Larutan BaCl2 mengalami endapan yang lebih banyak karena muatan ion Ba 2+
lebih besar dibandingkan dengan muatan ion Na + sehingga kemampuan
mengkoagulasi koloid tergantung pada banyaknya muatan ion. Makin besar
muatan, makin efisien menyebabkan terjadinya endapan.
Prinsip percobaan koloid pelindung adalah menstabilkan suatu campuran
sehingga tidak terbentuk endapan. Larutan BaCl 2 ditetesi gelatin sebanyak 2-3
tetes dan terjadi gerak Brown. Tetapi setelah ditetesi AgNO 3 larutan BaCl2yang
telah tercampur gelatin tersebut tidak membentuk gumpalan atau endapan. Hal ini
terjadi karena adanya gelatin yang berfungsi sebagai koloid pelindung. Gelatin
bertindak sebagai penstabil campuran larutan BaCl2 dan larutan AgNo3 untuk
mencegah pembentukan partikel besar.
Prinsip percobaan emulsi adalah sistem koloid wujud padat atau cair yang
terdispersi dalam zat cair. Pada percobaan emulsi minyak dan air tidak dapat
34
bersatu. Minyak bersifat non polar sedangkan air bersifat polar. Pemisahan dua
fase ini dapat dicegah dengan menambahkan zat pengemulsi atau emuglator agar
terjadi suatu campuran koloid. Detergen merupakan senyawa emuglator yang
mempunyai rumus molekul C17H33COONa (Natrium-oleat). Molekul detergen
terdiri atas hidrofob dan sekaligus gugus hidrofil sehingga detergen dapat menjaga
agar butiran minyak tetap terdispersi dalam air.
Struktur dasar detergen:
O
H2 H2 H2
C C C C
H3C H2C H2C O Na+
Na - Laurat
H3C (H2C)5 C
O Na+
Na - Stearat
O
O
H3C S O Na+
Na - Lauril sulfat O
H3C S O Na+
(Sastrohamidjojo, 2005).
emulsi, karena detergen merupakan zat pengemulsi yang dapat membentuk suatu
campuran koloid.
Fungsi pemberian norit pada sirup yaitu agar norit dapat mengadsorpsi
atau menyerap zat warna yang dapat melekat pada sirup. Jadi pada saat dilakukan
penyaringan diperoleh filtrat yang lebih jernih.
Terdapat beberapa faktor kesalahan dalam praktikum ini yang membuat
hasil percobaan menjadi kurang maksimal, antara lain:
Ketidaktepatan dalam mengambil zat-zat yang digunakan menyebabkan
beberapa percobaan menjadi kurang tepat.
I2 yang dibiarkan terlalu lama terbuka sehingga teroksidasi menjadi I-
menyebabkan hsil yang kurang sempurna pada percobaan dispersi (larutan
tidak berubah warna menjadi ungu).
Alalt-alat yang kurang steril dan tidak bersih menyebabkan kesalahan dalam
praktikum.
Aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Mengurangi polusi udara
Berdasrkan prinsip elektroforesa gas-gas hasil buangan industri yang
mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi. Partikel tersebut dapat
digumpalkan dengan alat cottrel.
Pembuatan lateks
Getah karet dapat digumpalkan dengan penambahan asam asetat.
Penjernih air
Sol tanah liat dapat diendapkan dengan menggunakan tawas.
Sebagai bahan makanan dan obat-obatan
Bahan makanan dan obat-obatan biasanya dikemas dalam bentuk koloid yaitu
gel dan emulsi.
Bahan pencuci
Sabun dan detergen berfungsi sebagai pengemulsi minyak dalam air sehingga
dapat digunakan untuk membersihkan kotoran pada pemakaian dan piring.
Pembantu pasien gagal ginjal
Dapat dibantu dengan alat cuci darah melalui proses dialisis.
37
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan pembuatan dan sifat koloid terdapat disimpulkan, sebagai
berikut :
Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi.
Kondensasi yaitu pembuatan koloid dengan cara mengubah molekul-
molekul menjadi partikel-partikel ukuran koloid. Sedangkan dispersi
adalah zat besar yang diperkecil dengan cara penggerusan atau
pengadukan hingga berukuran koloid.
Fungsi detergen dalam percobaan ini adalah sebagai emuglator, fungsi
gelatin adalah sebagai koloid pelindung, fungsi norit adalah sebagai
bahan penyerap (adsorben) dan fungsi I2 adalah untuk mengetahui
adanya amilum dalam larutan.
Pada amilum yang telah digerus terjadi perubahan warna larutan menjadi
kuning tua, sedangkan pada amilum yang tidak digerus warna larutan
kuning muda. Perbedaan ini dikarenakan adanya partikel amilum yang
terlarut dalam larutan tersebut.
5.1. Saran
Sebaiknya pada percobaan pembuatan koloid tidak hanya dilakukan dengan
cara dispersi saja tetapi juga menggunakan cara kondensasi agar praktikan dapat
memahami lebih dalam tentang pembuatan koloid.