You are on page 1of 19

19

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir setiap konsep penerapan serta perlakuan melalui praktek kimia
membutuhkan larutan dan campuran. Disini akan membahas campuran yang
secara khusus yakni campuran koloid. Yang dimana koloid itu sendiri merupakan
partikel-partikel kecil dengan ukuran tertentu didalam suatu medium yang
kontinyu.
Dari penjelasan di atas menyampaikan betapa pentingnya mempelajari
koloid terutama mengetahui cara-cara pembuatan-pembuatan koloid tersebut. Tak
dapat dihindari lagi bahwa produk-produk koloid banyak membantu kehidupan
sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai zat yang digolongkan
sebagai zat padat, zat cair, atau zat gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan
koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan
udara berdebu termasuk sistem koloid. Sistem dispersi koloid adalah sistem
dimana suatu zat terbagi halus atau terdispersi dalam zat lain.
Hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid,
seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid.
Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim,
salep, adlah emulsi. Dalam industri cat, semen dan industri karet untuk membuat
ban semua melibatkan sistem koloid. Semua bentuk spray serangga, cat, hair
spray dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga
dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi terlihat betapa pentingnya koloid dalam
kehidupan manusia.
Selain itu dalam proses pemutihan, penjernihan air, untuk menghilangkan
bau, dan pemurnian serta pengapungan bahan galian juga melibatkan sifat koloid
yaitu adsorpsi pada permukaan materi koloid.
20

Dalam laporan ini akan dibahas perbedaan koloid dengan larutan maupun
suspense, berbagai partikel, penggolongan, sifat, cara pembuatan, pemurnian,
serta berbagai kegunaan koloid secara lebih rinci.
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengerti dan
memahami sifat-sifat koloid, cara pembuatan koloid serta kegunaan koloid dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan


Mengetahui cara pembutan koloid
Mengetahui fungsi deterjen, gelatin, norit, dan I2
Mengetahui perbedaan pengamatan yang terjadi pada amilum yang
digerus dan tidak digerus

1.3 Prinsip Percobaan


Pada praktikum ini terdapat beberapa prinsip, yaitu :
Koagulasi prinsipnya adalah makin besar muatan, maka makin besar
efisiensinya menyebabkan terjadinya endapan
Emulsi prinsipnya dalah pembuatan suatu koloid dengan emulgator
Koloid pelindung prinsipnya adalah mencegah terjadinya endapan dengan
pembenan koloid pelindung
Dispersi prinsipnya adalah perbedaan ukuran partikel
Adsorpsi prinsipnya adalah penyerapan yang dilakukan oleh adsorben

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21

Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu


suspensi. Bila suatu bahan berada dalam kedaan subdivisi ini, bahan itu
memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan ciri
dari bahan dalam agregat yang lebih besar. Sebelum membahas ini, akan
dibicarakan dulu jangka ukuran partikel yang dikaitkan dengan keadaan koloid ini
dan bagaimana zat-zat dapat mencapai ukuran itu (Keenan, 1984).
Menurut Graham kecepatan difusi bergantung pada massa partikel, makin
besar massa partikel makin kecil kecepatannya. Massa ada hubungannya dengan
ukuran partikel, yang massanya besar akan besar pula ukuran partikelnya.
Berdasarkan ukuran partikel, campuran dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
golongan sejati, koloid, dan suspensi kasar. Sebenarnya cukup sulit membedakan
ketiga jenis campuran itu, kecuali dilihat dari ukuran (jari-jari) partikelnya.
Partikel larutan: 0,1-1 m
Partikel koloid: 1-100 m
Partikel suspensi kasar: >100 m (S. Syukri, 1999).
Ukuran partikel sangatlah kecil, sehingga tidak dapat diamati oleh mikroskop,
dapat melalui kertas saringan maupun membran. Partikel koloid ukurannya
terletak antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus
kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra.
Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Koloid dapat dibentuk dengan mendispersikan: padatan, cairan, atau gas
dalam zat atau pendispersi yang terdiri padatan, cairan, atau gas. Semua
kombinasi fasa tersebut dapat menghasilkan koloid, kecuali gas yang terdispersi
dalam gas karena membentuk larutan gas sesungguhnya (Sastrohamidjojo, 2005).
Koloid liofobik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Medium Senyawa yang
Tipe koloid Contoh
pendispersi didispersi
Cairan Gas Buih Sabun, krim
Cairan Emulsi Mayonais, susu
Padatan Sol, gel Protoplasma, pati,
gelatin, jelly
22

Gas Cairan Aerosol cair Fog, mist


Padatan Aerosol padat Smoke, airborne
bacteria, virus
Padatan Gas Buih padatan Aerogel
Cairan Emulsi padat Keju
Padatan Sol padatan Alloy, ruby glass

Sol (padatan terdispersi dalam cairan). Sol biasanya dibentuk dengan


pemecahan padatan menjadi partikel-partikel kecilberdimensi koloid dan pertikel-
partikel tersebut terdispersi dalam fasa cairan. Sol yang banyak digunakan adalah
dalam pengecatan dimana zat pendispersi cairan menguap setelah disemprotkan
pada permukaan yang luas. Sol juga dapat dibentuk oleh pembuatan partikel
koloid dari agregat molekul. Contoh, jika HCl ditambahkan cepat pada larutan
AgNO3, maka larutan seperti susu yang mengandung AgCl akan dihasilkan. Pada
mulanya AgCl dan air dalam keadaan koloidal, namun karena waktu dan
pemanasan akhirnya akan menjadi endapan sesungguhnya kemudian AgCl
mengendap (Sastrohamidjojo, 2005).
Aerosol (padatan atau cairan terdispersi dalam gas). Partikel-partikel
koloidal dalam aerosol terdiri atas cairan atau partikel-partikel padatan yang
terdispersi dalam gas seperti udara. Aerosol padatan yang lazim adalah asap dam
debu sedangkan aerosol cairan yang lazim ialah kabut atau awan dan fog. Kita
juga dapat membuat aerosol sebagai kabut misal tempat bertekanan untuk
mendispersikan insektisida, semprotan rambut, deodorant, dan cat. Dikenal juga
SMOG (London Smog) (Sastrohamidjojo, 2005).
Emulsi (cairan terdispersi dalam cairan). Contoh umum dari jenis koloid ini
adalah susu, merupakan lemak yang terdispersikan dalam air. Gel merupakan tipe
koloid yang tidak lazim, suatu cairan mengandung padatan yang tersusun dalam
kerangka jaringan yang bagus. Sebagai contoh jeli, agar-agar, gelatin, dan
sebagainya (Sastrohamidjojo, 2005).
Buih atau foam (gas terdispersi dalam cairan atau padatan). Buih biasanya
dihasilkan dengan meniupkan udara kedalam fasa cair, seperti pada buih sabun.
Buih juga dapat dibuat bertekanan seperti dalam bentuk krim untuk shaving.
23

Banyak plastik adalah buih seperti poliurethan dan polistiren (Sastrohamidjojo,


2005).
Dari segi bentuknya, partikel koloid dapat berupa lembaran (laminar), serat
(febrilar) dan butiran (korpuskular). Bentuk itu dapat ditentukan oleh jenis dan
cara terbentuknya koloid. Koloid yang terbentuk dengan cara rekristaksasi
mempunyai bentuk sesuai dengan struktur kristalnya, tetapi bila dibuat dengan
memecah atau menggerus partikel besar akan terbentuk acak atau beraneka ragam
(Syukri, 1999).
Berdasarkan cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi :
Koloid terdispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi)
partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fasa pendispersi)
dengan membentuk agregat molekul atau atom yang sangat banyak.
Contohnya disperse koloid emas (Au) dan belerang (S).
Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (Asosiasi)
molekul-molekul kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga
membentuk agregat-agregat molekul yang disebut misel. Contohnya larutan
sabun dan detergen.
Koloid makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang
sangat besar (makromolekul). Contohnya protein dan polimer tinggi seperti
karet dan plastik (Estien, 2005).
Ditinjau dari interaksi fasa terdispersi dengan fasa pendispersi (medium)
koloid di bagi menjadi:
Koloid liofil, yaitu koloid yang suka berikatan dengan mediumnya sehingga
sulit dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air disebut koloid hidrofil,
yaitu suka air, contohnya: agar-agar dan tepung kanji (amilum) dalam air.
Koloid liofob, yaitu koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga
cenderung memisah dan akibatnya tidak stabil. Bila mediumnya air disebut
koloid hidrofob (tidak suka air), contohnya sol emas dan koloid Fe(OH)3
dalam air.
Koloid dapat berubah menjadi tidak koloid atau sebaliknya. Berdasarkan
perubahan itu koloid dibagi menjadi:
Koloid reversibel yaitu suatu koloid yang dapat berubah jadi tak koloid dan
kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya koloid air susu (koloid) bila
24

dibiarkan akan mengendap (tidak koloid) dan airnya terpisah, tetapi bila
diaduk akan bercampur seperti semula (koloid).
Koloid irreversible yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid
tidak dapat menjadi koloid lagi, contohnya sol emas (Syukri, 1999).
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat
khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar dari pada larutan.
Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
Sifat fisika
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid
hidrofob sifat-sifat seperti, rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir
sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena
terjadi gradasi, sifat-sifat fisiknya sangat berbeda dengan mediumnya.
Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil (Estien, 2005).
Sifat koligatif
Koloid yang banyak dibicarakan adalah dalam medium cair. Dalam sistem
ini, unit terkecil fasa terdispersi adalah partikel dalam bentuk molekul atau
agregat. Partikel ini mempengaruhi sifat medium sehingga koloid mempunyai
sifat koligatif. Sifat koligatif adalah kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, penurunan tekanan uap dan tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada
jumlah partikel koloid, bukan jenisnya (S. Syukri, 1999).
Sifat optik
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya
dilakukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi
apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya
tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal oleh efek Tyndall. Berkas cahaya
menjadi tampak karena adanya pemantulan dan penghamburan cahaya oleh
permukaan partikel-partikel koloid (Bird, Tony, 1987).
Efek Tyndall teramati setiap hari dialam. Contoh kita melihat awan sebagai
hasil pembuatan sinar oleh partikel-partikel air koloid, yang mencegah
sejumlah sinar jatuh kepermukaan bumi (Sastrohamidjojo, 2005).
Sifat kinetik
Partikel-partikel koloid mempunyai sifat kinetik karena dipengaruhi dua hal.
Pertama, adalah gerakan termal. Gerakan termal ini pada skala mikroskopis
pertama kali ditemuka oleh seorang ahli biologi bernama Brown. Ketika
Brown mempelajari serbuk sari biji-bijian dalam air, ia mendapatkan bahwa
25

partikel-partikel serbuk sari bergerak zig-zag secara acak. Gerakan ini bukan
disebabkan oleh penguapan lokal, tetapi disebabkan oleh tumbukan acak yang
terjadi antara molekul serbuk sari dengan molekul medim pendispersi.
Gerakan ini dikenal sebagai gerak Brown. Gerakan partikel dengan ukuran
kecil lebih nyata dari pada partikel berukuran besar. Hal kedua yang
menyebabkan partikel koloid mempunyai sifat kinetik adalah gravitasi.
Gravitasi ini dapat berupa gravitasi alami yang disebabkan oleh gravitasi
bumi menyebabkan pengendapan partikel-partikel besar, atau dapat juga
berupa gravitasi buatan dengan menggunakan sentrifusa (Brid, Tony, 1987).
Sifat listrik
Permukaan partikel koloid muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya, partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik. Bila kedalam sistem koloid dimasukkan sepasang
elektroda yang dialiri arus listrik searah, maka partikel-partikrel koloid
bermuatan negative akan bergerak menuju elektroda positif (anoda).
Sebaliknya yang bermuatan positif akan tertarik ke elektroda negative
(katoda). Bergerak partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini
disebut elektroforesis (Estien, 2005).
Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya
gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan kedasar bejana yang disebut
koagulasi/penggumpalan. Waktu koagulasi koloid bervariasi antara yang satu
dengan yang lainnya. Koagulasi spontan umumnya lambat dan dapat
dipercepat dengan alat sentrifugal ultra. Alat ini akan memutar koloid dengan
kecepatan tinggi sehingga partikel didorong ke dasar tabung reaksi (S. Syukri,
1999).
Adsorpsi
Pada permukaan partikel terdapat gaya van der waals yang belum terimbangi
atau bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom (atau
molekul-molekul atau ion-ion) dari zat asing. Adhesi zat-zat asing ini pada
permukaan suatu partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorbsi terikat dengan
kuat dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tak lebih dari satu atau dua
molekul (atau ion). Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung
26

pada luasnya permukaan yang tersingkap. Meskipun adsorpsi merupakan


suatu gejala umum dari zat padat, adsorpsi ini teristimewa efisiensinya
dengan materi koloid yang disebabkan oleh besarnya luas permukaan itu
(Keenan, 1984).
Pemurnian koloid :
Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian atau penyaringan koloid dari ion-ion
pengganggu denagan menggunakan membran yang bersifat selektif.
Elektrodialisis
Elektrolisis adalah proses pemurnian koloid dengan memaksa ion-ion
pengganggu memasuki pori-pori semi permeabel dengan bantuan medan
listrik.
Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah pemurnian koloid dengan menyaring koloid menggunakan
penyaring khusus dari membran. Untuk mempercepat proses penyaringan
biasanya digunakan tekanan (pompa vakum). Pompa vakum digunakan untuk
koloid yang susah disaring dengan penyaringan biasa (Yazid, 2005).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-Alat
Pipet
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Corong kaca
Gelas ukur 10 ml
Gelas kimia 100 ml
Labu Erlenmeyer
Batang pengaduk
Cawan (penggerus)
Spatula
Gunting
Pensil
3.1.2 Bahan-Bahan
BaCl2 0,1 M
NaCl 0,1 M
AgNO3
Minyak goreng
27

Aquades
Sabun
Gelatin
Amilum
Norit
Sirup rasa jeruk
Kertas saring
Kertas label
I2
Tissue
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Koagulasi
Dimasukkan 1 pipet BaCl2 0,1 M dan NaCl 0,1 M dalam masing-masing
tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes AgNO3, dikocok
Dibandingkan hasil pengamatan endapan yang terbentuk pada BaCl2 dan
NaCl
3.2.2 Emulsi
Diambil 2 ml minyak goreng kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 ml aquades, dikocok hingga terbentuk emulsi
Diperhatika hingga terbentuk 2 lapisan
Ditambahkan 10 tetes sabun
Dikocok dan diamati
3.2.3 Koloid Pelindung
Diambil 10 tetes BaCl2 0,1 M
Ditambahkan 10 tetes gelatin
Ditambahkan 2 tetes AgNO3, dikocok
Diamati
3.2.4 Dispersi
3.2.4.1 Amilum Tanpa Digerus
Diambil 1 sendok spatula dalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 ml aquades
Diaduk dan disaring
3.2.4.2 Amilum Digerus
Diambil 1 sendok spatula kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 5 ml aquades
Diaduk dan disaring

3.2.4.3 Bandingkan Filtrat A dan B


Ditambahkan 5 tetes I2
Diamati dan dibandingkan filtrat A dan filtrat B
3.2.5 Adsorpsi
Diambil 1 sendok spatula norit diletakkan dalam corong kaca yang telah
diberi kertas saring
28

Dilewatkan 10 ml sirup dalam corong kaca tersebut


Diperhatikan filtrat yang dihasilkan
Dibandingkan dengan larutan awal

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No
Perlakuan Pengamatan
.
1. Koagulasi
Dimasukkan 1 pipet BaCl2 dan Warna BaCl2 bening
NaCl 0,1 M dalam Tabung reaksi Warna NaCl bening
(+) 2 tetes AgNO3 Terbentuk endapan putih dan
terdapat gumpalan
Dibandingkan koagulasi yang Gumpalan BaCl2 lebih banyak dari
terbentuk pada NaCl
29

2. Koloid Pelindung
Larutan BaCl2 10 tetes Larutan berwarna bening
(+) 10 tetes gelatin
(+) AgNO3 2 tetes
Diamati
Terjadi endapan putih tetapi tidak
terdapat gumpalan

3. Emulsi
2 ml minyak goring dalam tabung
reaksi
(+) 5 ml aquades dikocok Terbentuk 2 fase, minyak pada fase
atas dan air fase bawah
Diamkan hingga terbentuk 2
lapisan
(+) 10 tetes sabun ke dalam
campuran
Dikocok dan diamati
Larutan air dan minyak tercampur
terdapat buih dipermukaannya
4. Adsorpsi
1 sendok spatula norit diletakkan
dalam corong kaca yang telah
diberi kertas saring
Dilewatkan 10 ml sirup dalam
corong kaca tersebut
Diperhatikan filter yang
dihasilkan
Dibandingkan dengan larutan
Warna sirup (filtrat) menjadi lebih
awal
muda karena norit berfungsi
sebagai penyerap zat warna pada
sirup

5. Dispersi
O

30
OH H

a) Amilum tanpa digerus


1 sendok spatula dalam tabung
H H
reaksi
(+) 5 ml aquades
Diaduk, disaring Larutan berwarna keruh pekat
b) Amilum digerus Warna larutan menjadi bening
1 spatula dalam tabung reaksi
(+) 5 ml aquades
Diaduk, disaring
c) Bandingkan filter A dan B CH2OH
Larutan berwarna keruh
(+) 5 tetes I2
Larutan menjadi bening
Diamati dan dibandingkan

H
O OH
Warna larutan amilum yang digerus
lebih tua dibandingkan dengan
amilum yang tidak digerus
(warnanya kuning muda)

4.2 Reaksi
4.2.1 Koagulasi
AgNO3 + BaCl2 2AgCl + Ba(NO3)2
AgNO3 + NaCl2 AgCl + NaNO3

4.2.2 Koloid Pelindung


AgNO3 + BaCl2 2AgCl + Ba(NO3)2
Keterangan :
Gelatin berfungsi sebagai koloid pelindung, gelatin bertindak sebagai bahan
penstabil campuran larutan BaCl2 dan larutan AgNO3 untuk mencegah
pembentukan partikel besar (endapan).
4.2.3 Dispersi
Struktur Amilum + I2
O

31
OH H

H H

CH2I

4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan percobaan tentang pembuatan dan sifat
H
koloid. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
O OH
lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah terdapat diantara campuran homogeny dan heterogen), jadi koloid adalah
fase peralihan homogen menjadi heterogen. Contoh dari sistem koloid adalah
tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat dengan cair).
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat
terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut
disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya adalah larutan gula dan
larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel-partikel
kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Contohnya tepung
beras yang dilarutkan dengan air.
Perbedaan lainnya dan ketiga campuran tersebut adalah:
No Jenis Perbedaan Koloid Suspensi Larutan
.
1. Diameter partikel 1 nm-100 nm >100 nm <1 nm
2. Fasa Dua fasa Dua fasa Satu fasa
3. Penyaringan :
Biasa Lewat Tertahan Lewat
Membrane Tertahan Tertahan Lewat
Ultra
Tertahan Tertahan Lewat
4. Gerak Brown Nampak Nampak Tak Nampak
32

5. Efek Tyndall Nampak Nampak Tak Nampak


6. Pengendapan :
Gaya gravitasi Mengendap Mengendap Tidak
Sentrifuge Mengendap Mengendap Tidak
7. Contoh Tinta Lumpur Larutan garam

Ditinjau dari interaksi antar fasa terdispersi dan fasa pendispersinya


(medium), maka koloid dibedakan menjadi:
Koloid liofil
Yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil). Jika medim air disebut
hidrofil (bahasa Yunani: suka air). Contoh : agar-agar dan tepung kanji dalam
air.
Koloid liofob
Yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
sehingga cenderun memisah (tidak stabil). Bila mediumnya air tersebut
koloid hidrofob (bahasa Yunani: tidak suka air). Contoh: koloid Fe(OH) 3 dan
sol emas dalam air.
Berdasarkan fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, koloid juga disperse
koloid dapat dibagi menjadi delapan jenis:
Fasa terdispersi Fasa pendispersi Nama koloid Contoh
Gas Cair Buih Buih, sabun
Gas Padat Busa padat Batu apung
Cair Gas Aerosol cair Kabut
Cair Cair Emulsi Susu, mayonais
Cair Padat Emulsi padat Mentega
Padat Gas Aerosol padat Asap
Padat Cair Sol Cat, kanji
Padat Padat Sol padat Kaca berwarna,
paduan logam

Pembagian koloid berdasarkan zat pendispersi dan zat terdispersi adalah:


Sol (padatan terdispersi dalam cairan). Sol biasanya dibentuk dengan pemecahan
partikel-partikel kecil berdimensi koloid dan partikel-partikel tersebut terdispersi
dalam fasa cairan. Sol yang banyak digunakan dalam pengecatan dimana zat
pendispersi cairan menguap setelah disemprotkan pada permukaan yang luar. Sol
33

juga dapat dibentuk oleh pembuatan partiekl koloid dari agregat molekul. Contoh,
jika HCl ditambahkan cepat pada larutan AgNO3, maka larutan seperti susu akan
dihasilkan (Sastrohamidjojo, 2005).
Aerosol (padatan atau cairan terdispersi dalam gas). Partikel-partikel yang
koloidal dalam aerosol terdiri atas cairan atau partikel-partikel padatan yang
terdispersi dalam gas seperti udara (Sastrohamidjojo, 2005).
Emulsi (cairan terdispersi dalam cairan). Contoh umum dari jenis koloid
ini adalah susu, merupakan lemak yang terdispersi dalam air. Gel merupakan tipe
koloid yang tidak lazim, suatu cairan mengandung padatan yang tersusun dalam
kerangka jaringan yang bagus. Contoh : jeli, agar-agar, gelatin (Sastrohamidjojo,
2005).
Buih atau foam (gas terdispersi dalam cairan atau padatan). Buih biasanya
dihasilkan dengan meniupkan udara ke dalam fasa cair, seperti pada buih sabun
(Sastrohamidjojo, 2005).
Percobaan pertama adalah koagulasi. Prinsipnya adalah penggumpalan
partikel-partikel koloid dan membentuk endapan. Dalam percobaan koagulasi
setelah ditetesi AgNO3, larutan BaCl2 menjadi keruhdan mengalami endapan yang
lebih banyak dibandingkan dengan endapan yang dibentuk oleh larutan NaCl.
Larutan BaCl2 mengalami endapan yang lebih banyak karena muatan ion Ba 2+
lebih besar dibandingkan dengan muatan ion Na + sehingga kemampuan
mengkoagulasi koloid tergantung pada banyaknya muatan ion. Makin besar
muatan, makin efisien menyebabkan terjadinya endapan.
Prinsip percobaan koloid pelindung adalah menstabilkan suatu campuran
sehingga tidak terbentuk endapan. Larutan BaCl 2 ditetesi gelatin sebanyak 2-3
tetes dan terjadi gerak Brown. Tetapi setelah ditetesi AgNO 3 larutan BaCl2yang
telah tercampur gelatin tersebut tidak membentuk gumpalan atau endapan. Hal ini
terjadi karena adanya gelatin yang berfungsi sebagai koloid pelindung. Gelatin
bertindak sebagai penstabil campuran larutan BaCl2 dan larutan AgNo3 untuk
mencegah pembentukan partikel besar.
Prinsip percobaan emulsi adalah sistem koloid wujud padat atau cair yang
terdispersi dalam zat cair. Pada percobaan emulsi minyak dan air tidak dapat
34

bersatu. Minyak bersifat non polar sedangkan air bersifat polar. Pemisahan dua
fase ini dapat dicegah dengan menambahkan zat pengemulsi atau emuglator agar
terjadi suatu campuran koloid. Detergen merupakan senyawa emuglator yang
mempunyai rumus molekul C17H33COONa (Natrium-oleat). Molekul detergen
terdiri atas hidrofob dan sekaligus gugus hidrofil sehingga detergen dapat menjaga
agar butiran minyak tetap terdispersi dalam air.
Struktur dasar detergen:
O
H2 H2 H2
C C C C
H3C H2C H2C O Na+

Na - Laurat

H3C (H2C)5 C
O Na+
Na - Stearat

O
O
H3C S O Na+

Na - Lauril sulfat O

H3C S O Na+

Na - Lauril benzen p-sulfonat O

(Sastrohamidjojo, 2005).

Struktur minyak goreng:


O

CH2 - C - O - (CH2)7 - CH = CH - (CH2)7 - CH3

CH - C - O - (CH2)7 - CH = CH - (CH2)7 - CH3


35

CH2 - C - O - (CH2)7 - CH = CH - (CH2)7 - CH3

Prinsip percobaan adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan


adsorben. Pada percobaan adsorpsi sirup yang disaring dengan norit menjadi lebih
jernih. Hal ini terjadi karena adanya ion atau molekul sirup yang melekat pada
permukaan norit. Jadi norit merupakan partikel koloid yang menyerap zat warna
pada sirup.
Prinsip percobaan dispersi adalah memperkecil partikel suspensi yang
terlalu besar menjadi partikel koloid. Pada percobaan dispersi dilakukan dua
percobaan menggunakan amilum yang digerus dan amilum yang tidak digerus.
Setelah ditetesi I2 filtrat amilum yang tidak digerus dibandingkan dengan amilum
yang digerus, filtrat amilum yang digerus ternyata berwarna lebih tua
dibandingkan filtrat amilum yang tidak digerus. Hal ini disebabkan filtrat amilum
yang telah digerus mengandung partikel-partikel amilum yang telah larut bersama
filtratnya, karena partikel amilumnya mampu melewati kertas saring. Sedangkan
filtrat amilum yang tidak digerus warna lebih bening karena partikel amilumnya
tertahan dikertas saring sehingga tidak larut bersama filtratnya.
Pada setiap percobaan semua perlakuan dan penambahan reagen memiliki
fungsi masing-masing. Pada percobaan koagulasi, fungsi perlakuan
ditambahkannya AgNO3 pada larutan BaCl2 dan NaCl adalah agar kedua larutan
tersebut dapat menggumpal dan membentuk endapan, sehingga dapat
dibandingkan endapan yang dibentuk BaCl2 dan NaCl.
Pada percobaan dispersi fungsi penyaringan adalah untuk menahan
partikel-partikel koloid yang terlarut dalam larutan amilum tersebut senhingga
diperoleh filtrat dari kedua larutan tersebut.
Fungsi penambahan gelatin pada larutan BaCl 2 yaitu agar tidak terbentuk
endapan saat larutan BaCl2dicampur dengan larutan AgNO3, karena gelatin
berfungsi sebagai koloid pelindung.
Fungsi penambahan detergen dan pengocokan pada pembuatan emulsi
minyak dan air yaitu agar minyak dan air dapat bercampur dan membentuk suatu
36

emulsi, karena detergen merupakan zat pengemulsi yang dapat membentuk suatu
campuran koloid.
Fungsi pemberian norit pada sirup yaitu agar norit dapat mengadsorpsi
atau menyerap zat warna yang dapat melekat pada sirup. Jadi pada saat dilakukan
penyaringan diperoleh filtrat yang lebih jernih.
Terdapat beberapa faktor kesalahan dalam praktikum ini yang membuat
hasil percobaan menjadi kurang maksimal, antara lain:
Ketidaktepatan dalam mengambil zat-zat yang digunakan menyebabkan
beberapa percobaan menjadi kurang tepat.
I2 yang dibiarkan terlalu lama terbuka sehingga teroksidasi menjadi I-
menyebabkan hsil yang kurang sempurna pada percobaan dispersi (larutan
tidak berubah warna menjadi ungu).
Alalt-alat yang kurang steril dan tidak bersih menyebabkan kesalahan dalam
praktikum.
Aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Mengurangi polusi udara
Berdasrkan prinsip elektroforesa gas-gas hasil buangan industri yang
mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi. Partikel tersebut dapat
digumpalkan dengan alat cottrel.
Pembuatan lateks
Getah karet dapat digumpalkan dengan penambahan asam asetat.
Penjernih air
Sol tanah liat dapat diendapkan dengan menggunakan tawas.
Sebagai bahan makanan dan obat-obatan
Bahan makanan dan obat-obatan biasanya dikemas dalam bentuk koloid yaitu
gel dan emulsi.
Bahan pencuci
Sabun dan detergen berfungsi sebagai pengemulsi minyak dalam air sehingga
dapat digunakan untuk membersihkan kotoran pada pemakaian dan piring.
Pembantu pasien gagal ginjal
Dapat dibantu dengan alat cuci darah melalui proses dialisis.
37

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan pembuatan dan sifat koloid terdapat disimpulkan, sebagai
berikut :
Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi.
Kondensasi yaitu pembuatan koloid dengan cara mengubah molekul-
molekul menjadi partikel-partikel ukuran koloid. Sedangkan dispersi
adalah zat besar yang diperkecil dengan cara penggerusan atau
pengadukan hingga berukuran koloid.
Fungsi detergen dalam percobaan ini adalah sebagai emuglator, fungsi
gelatin adalah sebagai koloid pelindung, fungsi norit adalah sebagai
bahan penyerap (adsorben) dan fungsi I2 adalah untuk mengetahui
adanya amilum dalam larutan.
Pada amilum yang telah digerus terjadi perubahan warna larutan menjadi
kuning tua, sedangkan pada amilum yang tidak digerus warna larutan
kuning muda. Perbedaan ini dikarenakan adanya partikel amilum yang
terlarut dalam larutan tersebut.

5.1. Saran
Sebaiknya pada percobaan pembuatan koloid tidak hanya dilakukan dengan
cara dispersi saja tetapi juga menggunakan cara kondensasi agar praktikan dapat
memahami lebih dalam tentang pembuatan koloid.

You might also like