You are on page 1of 32

aku sedang melangkah, jangan selimpung kakiku....!!!

dan semoga kita akan bertemu di titik lainnya, di titik dimana aku telah bermahkota
dan bertahta...!!
huuuuuuuuhhhh......

Aku ingin jadi arit, cangkul, dan mata bajak


Kalian pakai membuka lahan dan membuat alam liar jadi jinak
Aku ingin jadi kopi yang kalian hirup dengan enak
Sembari istirahat dari menggarap tanah untuk sejenak
Aku ingin jadi kretek yang kalian hisap dengan kompak
Saat kalian memikirkan Paidi yang terpaksa jadi tukang becak
Saat kalian merenungkan Denok yang jadi TKW untuk bayar hutang yang ia tunggak
Semua menjual tanahnya pada makelar, pada tuan tanah, yang tak pernah
menggarap meskipun sepetak
Semua kehilangan tanah karena ancaman dan karena digertak
Dan bukan kepada kita pemerintah berpihak
Aku ingin jadi lembaran kertas tempat kalian membaca bahwa penggarap punya hak
Kalian pakai sebagai landasan berkumpul, bersatu, dan bergerak.....!!!

@bumirakyat

Persetan dengan cintamu..!!


Aku enggan lagi untuk peduli padamu
Apalagi pada cintamu,
Takmau dan Sudah tak sudi
Kebencian dikepalaku kini kian menumpuk,
tanpa menyisahkan sedikitpun ruang bagi ketenangan.
dan bersedia kapan saja untuk diledakan...!!
Aku enggan lagi untuk peduli padamu,
Apalagi pada cintamu,
Tak mau dan sudah tak sudi,
Sepasang sayap yang kukepakkan telah terlanjur kau patah-patahkan,
Tak lagi seimbang,
tak bisa lagi untuk terkembang.
Bahkan Terkulai kaku Bersama mimpi yang tlah kau injak injak...!!
Aku kan diam,diam,
Diam dan seterusnya membungkam,
Seperti yang sebelumnya kau sarankan,
Meneguk racikan keperihan yang kau seduhkan,
Hingga sesampainya kematian datang dan menjemputku untuk pulang,
Bukankah ini dinamakan pengorbanan?
Tapi,
Bila kelak maut datang menghampiriku,
Dan aku telah terbujur kaku,
Maka siapkanlah senjatamu,
Karna pada saat itu Untaian hasrat telah terlarung jadi mantra hitam
Yang akan selalu bersedia menghampiri tidurmu
Mengerogotimu,
Mencekik lehermu
dan perlahan-lahan membunuhmu,
bila kelak kematian menjemputku,
Dan aku terbujur kaku,
Sungguh Kupastikan satu hal " Kematian tidak akan bisa mengurungku " juga
dengan kutukanku,
Persetan dengan kematianku,
persetan dengan kehidupanmu,
Persetan juga dengan setan yang ada didirimu,
Dan bila kelak kematian menghampiriku,
Dan aku terbujur kaku,
Maka kan kujanjikan ancaman wajahku berkeliaran di tiap tidur malammu,
Terus mengeliat menghantuimu..
Hingga kau benar-benar Menyadari bahwa aku adalah sosok yang kematiannya
dihabiskan untuk mengamini keperihan cintamu,
dan kematianku ini adalah saksi atas kesia-sianmu.
Maka Kusarankan,
Untuk menyiapkan segala amunisimu, karna saat ini aku telah hampir mati ...!!
#kopirasanyahambar

Persetan dengan cintamu..!! Aku enggan lagi untuk peduli padamu Apalagi pada
cintamu, Takmau dan Sudah tak sudi Kebencian dikepalaku kini kian menumpuk,
tanpa menyisahkan sedikitpun ruang bagi ketenangan. dan bersedia kapan saja
untuk diledakan...!! Aku enggan lagi untuk peduli padamu, Apalagi pada cintamu, Tak
mau dan sudah tak sudi, Sepasang sayap yang kukepakkan telah terlanjur kau
patah-patahkan, Tak lagi seimbang, tak bisa lagi untuk terkembang. Bahkan Terkulai
kaku Bersama mimpi yang tlah kau injak injak...!! Aku kan diam,diam, Diam dan
seterusnya membungkam, Seperti yang sebelumnya kau sarankan, Meneguk
racikan keperihan yang kau seduhkan, Hingga sesampainya kematian datang dan
menjemputku untuk pulang, Bukankah ini dinamakan pengorbanan? Tapi, Bila kelak
maut datang menghampiriku, Dan aku telah terbujur kaku, Maka siapkanlah
senjatamu, Karna pada saat itu Untaian hasrat telah terlarung jadi mantra hitam
Yang akan selalu bersedia menghampiri tidurmu Mengerogotimu, Mencekik lehermu
dan perlahan-lahan membunuhmu, bila kelak kematian menjemputku, Dan aku
terbujur kaku, Sungguh Kupastikan satu hal " Kematian tidak akan bisa
mengurungku " juga dengan kutukanku, Persetan dengan kematianku, persetan
dengan kehidupanmu, Persetan juga dengan setan yang ada didirimu, Dan bila
kelak kematian menghampiriku, Dan aku terbujur kaku, Maka kan kujanjikan
ancaman wajahku berkeliaran di tiap tidur malammu, Terus mengeliat
menghantuimu.. Hingga kau benar-benar Menyadari bahwa aku adalah sosok yang
kematiannya dihabiskan untuk mengamini keperihan cintamu, dan kematianku ini
adalah saksi atas kesia-sianmu. Kusarankan, Untuk menyiapkan segala amunisimu,
karna saat ini aku telah hampir mati ...!!

" Jika ini sajak, ini adalah romantisme cinta seorang kiri "
DOEL7 DESEMBER 2016
Maafkan aku sayang,
Jika duduk mu tak nyaman,
bokong indahmu hanya dilapisi tikar pandan, hirupan oksigenmu bercampur dengan
debu-debu jalanan, juga mata indahmu disuguhi halulalang kendaraan.
hanya saja cuma ini yang mampu kupersembahkan,
Untuk itu gengsimu harus sesegera mungkin ditepikan..!!

Maafkan aku sayang,


hanya segelas kopi yang hitam yang kusuguhkan,
bukannya aku tak mau merogoh kantungku dalam-dalam, untuk membeli makanan
dan minuman luar negri yang kau inginkan,
Hanya saja tabunganku cuma cukup untuk membayar jajan dan beberapa gelas kopi
di tepi jalan.

Maafkan aku sayang,


Jika bersamamu dengan egoisnya aku lebih banyak membeli tembakau batang per
batang, ketimbang membelikanmu makanan-makanan yang kau idam-idamkan,
Hanya saja kau harus tahu ini adalah bentuk pengajaran, agar kau mengerti bahwa
ini adalah perlawanan.

Maafkan akau sayang,


Jika obrolan kita pun bukan membahas masa depan,
Bukan tentang rumah mungil dengan bunga-bunga bertebaran memenuhi
pekarangan, bukan dekorasi ruang ruang keluarga yang nyaman atau meja makan,
apalagi tentang kamar tidur yang kau idamkan..

maafkan aku sayang


jika yang dapat ku berikan saat ini hanya ini.
tampaknya kau mulai bosan dengan obrolanku.
saat kau bicara butik warisan ibumu, aku bicara marx.
saat kau bicara betapa nasionalisnya bapakmu, aku bicara anarchy.
saat kau bicara pendidikan tinggi kakakmu, aku bicara komunis.
atau saat kau puji religiusnya adikmu, aku paparkan padamu konsep atheis.

maafkan aku sayang


tapi sungguh aku cinta kau.
secinta gie pada sunarti, secinta Qais pada laela, atau secinta tuan crab pada uang.
hanya saja entah bagaimana cara untuk sampaikan cintaku.
jika idealnya aku adalah seorang marxis, anarchy, komunis, dan orang-orang
mengatakan aku atheis.

Maafkan aku sayang


aku bukan eksekutif muda impian ibumu, bukan nasionalis seperti bapakmu,
tidak berpendidikan setinggi kakakmu, dan tidak sereligius adikmu.

untuk terakhir kalinya, maafkan aku sayang


kali ini aku hanya kesepian dengan hidupku.
tapi aku hanya mohon padamu,
habiskan saja kopi itu perlahan, perlahan saja.
bicaralah sesukamu,
caci-makilah sesukamu
agar aku semakin yakin aku harus memperjuangkanmu.
agar kau semakin yakin aku terus memperjuangkanmu.
untuk menjadikanmu mengerti marx, komunis, anarchy, dan atheis tidak seperti yang
bangku sekolah ajarkan padamu.

" Pelajaran berharga dari secangkir kopi.."

Sama seperti secangkir kopi, kita adalah perpaduan yang memang bisa memunculkan
konflik namun didesain untuk dinamis. Seperti kopi yang terlalu pahit sehingga ditambahkan
gula atau kopi yang terlalu manis karena terlalu sedikit air.

Perbedaan yang kita miliki membuat kita tidak jarang menaruh prasangka terhadap apa
yang beda, bahkan terkadang berpikir untuk mengeliminasi yang lain, dengan cara apapun.
Namun seperti gula, bubuk kopi, dan air yang ditakar secara pas dalam secangkir kopi,
sebenarnya kita bisa hidup berdampingan secara dinamis. Syaratnya, kita mau mengenal
satu sama lain dan saling bicara mengenai perbedaan yang kita alami.

Mungkin kita sebagai manusia pernah berpikir bahwa kita tidak membutuhkan pihak tertentu
yang menurut kita salah atau berbeda.
Mungkin seperti penikmat kopi hitam yang tidak terlalu suka manis, kita berpikir bahwa kita
tidak butuh gula. Namun mungkin juga perbedaan itu sebenarnya dapat melengkapi kita.
Mungkin seperti kita suka kopi hitam karena belum pernah mencicipi macchlato,
cappuchino, macchiato atau vanilla latte.
Mungkin Banyak manusia belum menyadari bahwa sebenarnya ide keseragaman absolut
sangatlah utopis. Bahkan, hal tersebut dapat menimbulkan keretakkan pada cangkir yang
didesain untuk menampung perpaduan dinamis dari perbedaan.

Mungkin kita berlomba-lomba untuk merubah isi cangkir dengan racikan yang menurut
mereka lebih pas, tidak terlalu manis atau terlalu pahit. Bukankah tiap individu di abad yang
kita kenal sebagai masa kemajuan umat manusia ini memiliki racikan masing-masing yang
menurut mereka lebih pas?

Tidakkah lebih nikmat apabila manusia dapat saling berbagi racikan agar bersama-sama
mampu membuat racikan yang lebih pas? Bukankah lebih mudah saling melengkapi
daripada berpikir apa bedanya si manis atau si pahit? Bukankah lebih nyaman saling
berbagi dan bergandeng tangan daripada memikirkan bagaimana cara menghilangkan satu
sama lain?

Andai saja berbicara dengan si manis semudah menambahkan air dalam kopi. Andai saja
memahami si pahit semudah menambahkan gula dalam kopi.
Sayangnya tidak semua orang tidak menyukai kopi..!!

Dalam resiko yang tampak mengelikan ingin kuteriakan kata " Lawan " namun setelah
kutimbang-timbang sama seperti embun dikandung awan tak untuk ditumpahkan, kata itu
terlanjur tertahan di ujung kerongkongan lalu kembali kutelan..

Dan setelah kembali kutimbang, baru kusadari ini yang biasa disebut Keragu-raguan..!!

" Engkau adalah sajak ber-rima AA "

Engkau tahu mengapa aku selalu bersajak berrima aa Nona, ?


Jawabannya mudah,
Tak perlu mengunakan terkaan logika, sederhana saja,
Ya...!!
tak lain tak bukan,
Sepasang abjad kembar A melengkapi sepasang kata,
Sepasang kata yang sama-sama berakhir A,
Kemudian menjelma menjadi sapa Atau dalam KSBI berarti nama,

Engkau tahu,
sebelum aku menuliskan ini aku harus melahap habis lembar perlembar , memelototi dan
mereguk setiap pasal-pasal Tentang hukum sastra,
Dan disitu taksatupun kujumpai ada undang-undang mengatur tentang mensajakan sebuah
nama, asalkan tidak bertujuan mengoda atau membuat hawa terperangah,
itu artinya aku tidak bersalah dan tak apa..!!

Berarti ini kulanjutkan saja..!!

Engkau pasti bertanya-tanya, dan menerka


kenapa tidak aku tuliskan saja namamu di baitnya,
Sudaah habis perkara,

Engkau pasti bertanya-tanya


Mengapa harus kupilih nona ?
Mengapa harus nona mewakili nama ?
Kenapa tidak nyonya, puspita, miss , putri kencana atau lain sebagainya,
sebenarnya Nona dalam artian ilmu Jiwa itu mencangkup sebuah makna sapaan
keanggunan bagi hawa,
Salahkah ?
Tapi yang terpenting Nona itu berima AA,

Engkau pasti bertanya-tanya dan menerka


Mengapa aku harus merepotkan diri hanya untuk membikin ini,
Engkau pasti bertanya-tanya dan menerka,
Mengapa dan mengapa,

maaf sebelumnya,
Karna ini memang kubikin bertujuan agar kau dilema
dan dihantui tanya-tanya mengapa,

Haha

jangan marah atau naik darah,


Karna aku menuliskan ini tanpa ada izin sebelumnya,
Jangan marah yaa.. atau naik darah,
Karna aku kini sedang berusaha, berusaha memperindah saja, masih mengunakan rima AA,
walaupun ini hanya secuil dari perwakilan segala umpamanya,
atau bahkan jauh dari makna namamu sebenarnya,
Tapi aku sedang berusaha,
Walaupun aku tahu kata kedua namamu dalam bahasa yunani berarti cahaya,
Dan kata petama dalam bahasa sansakerta berarti ketenangan atau bentuk lain dari shanta,
Tapi entahlah, itu hanya sepengetahuanku saja,
Orang tua mu lebih faham tentang artian sebenarnya,

Harus nya kau bangga atau besar kepala karna kau sudah ku susahpayahkan untuk
diterjemah oleh kata,
Harusnya kau bangga atau besar kepala
karna aku sudah menghabiskan beberapa jam sebelumnya hanya untuk memilih dan
memilah kata-kata yang benar-benar pas untuk di bariskan dalam rangkumanya,

Harusnya kau bangga atau besar kepala,


Dan kau harus mengiyakan ini semua karna ini telah hampir berakhir dan kau masih
membacanya seksama dan tentunya ini semua masih berima AA,

Aku hanya melanjutkan bersajak dengan Rima AA sekaligus melarungkan beberapa bait
puisi atau cerita didalamnya,
Agar kau benar-benar tahu bahwa,
betapa rumitnya kau kuterjemahkan dalam penalaran logika,
Tuturku hanya mewakili jika-jika,
Dan ini kupilih sebagai perwakilanan dari semuanya,

Sampai sejauh ini sadarkah kau bahwa,


betapa repotnya aku untuk membaca,
Membaca dan mengeja dua kata saja..
Hanya untuk dua kata saja,
pikirkanlah..!!

Itu baru menggoda namanya, haha

Diam-diam saja,
Karna mereka pasti menerka-nerka,
Siapa-siapa dan siapa kau ini nona,
Diam-siam saja,
Jangan banyak bicara,
Ini hanyalah terkhusus kubikin untuk kau nona,

Jangan kebingungan begitulah,


jangan kan kau, aku pun linglung,
Linglung dan cekikakan tawa saat membacanya,
Benarkah ini puisi ? Sajak ? Atau cerita?
Entahlah....
aku pun tak tahu ini apa,

Haha

Silahkan tertawai saja..!!

Benarkah ini termasuk sajak Ber-rima AA, ?


Terserah, yang terpenting kau adalah RimaAA.
Hujan masih saja resah, sementara aku baru saja merampungkan penantian kabar-
kabar si malaikat, kabar tentang aku yang mengkafani doa-doa kecemasan yang
kusemaikan di bawah riuh ocehananya,
#hujan dari sore
#takut kebanjiran,
Suka
Suka
Super
Haha
Wow
Sedih
Marah
KomentariBagikan
23 Djackhie Sagitariuz, Pitriya Auliyah, dan 21 lainnya
Komentar
Desi Linda Rnd

Tulis komentar...

Doel
21 November pukul 17:18
BlackBerry Smartphones App

Katakanlah pada sang maut, Tuhan. Jangan culik kami sekarang, sebab kami belum
sempat memanen uban. Di kepala kami masing-masing

Ah,
kopiku rasanya hambar,
serasa ada yang mengajal,
Pingang kaku,
rasanya ingin segera dibangkitkan lalu mengayuh tangan kepada para kawan-kawan
yang masih tertidur pulas di tengah siang,
karna kelelahan sehabis begadang semalaman menikmati perjudian,

Ah,
dudukku tak lagi nyaman,
serasa sakit tepat di bokong, kaku...
Saat Menyaksikan di sebelah kiriku kawan-kawan tengah asik ngopi berbincang ini..
itu..
tentang game perjudian,
tentang cara-cara pacaran,
bahkan berbincang tentang beberapa anak yang mereka impikan,

Ah,
mataku rasanya gatal,
serasa di dimasuki kotoran,
saat menyaksikan sebelah kananku kawan-kawan tengah asik menghadap
gadgetnya,
browsing situs-situs pornografi,
Kirim-kirim koleksi,
lalu bersegera pulang untuk beronani,

Ah,
Gendang telingaku ikut-ikutan gatal ,
serasa bulu ayam sedang mengelitik telingaku,
saat mendengar gelak tawa kawan-kawan sedang menikmati siang,
Selfie-selfie,
upload sosmed itu sosmed ini,
lalu berbangga diri,

Ah,, semua organ tubuhku tegang,


Tangan terkepal,
darah -darah mengumpal menghujam ke kepala,
Saat melihat kawan-kawan tak kunjung sadarkan diri kalau mereka sedang dihasut
setan-setan asing(imperalis) untuk berdiam diri,
dininabobok'kan gelora muda yang mereka miliki, dibenamkan amunisi kiritis yang
mereka miliki, dengan dijejali teknologi-teknologi terbaik yang mereka(asing) punyai,

Ah, makin tak kutahan kepalan tangan ku,


Makin tak nyaman dudukku,
Saat mendengar nyaring tawa lepasnya,
duduk selangkangan
tertawa sepuasnya,
menikah lalu berkembiang biak sebanyak-banyaknya,
Dan itu adalah buah dari adopsi prinsip-prinsip hedonis yang di ajarkan oleh era
globalisasi ini,

Ah,
Mereka benar-benar tak sadar sedang apa yang terjadi,
Mereka tak sadar apa yang mereka tertawai,
mereka.tak sadar kalau mereka sedang menertawai kebodohannya sendiri,
Mereka menutup mata akan maling-maling yang menjarah rumahnya sendiri,
Mereka mendiamkan lalu tersungging melihat setan(imperalis) yang sedang
mengasah pedang untuk mengorok leher mereka sendiri,
Dan itu juga buah dari setan globalisasi..!!

Ah.. Sudahlah.. Ini percuma...


Lebih baik Kupergi saja,
Aku terpaksa membelah diri,
Aku terpaksa mengamini yang terjadi,
Karna mereka makin kaku untuk berjalan, untuk berbincang apalagi untuk ngopi-
ngopi dan diskusi,

Percuma kujelaskan tentang kebebasan, kemerdekaan, apalagi tentang perjuangan,


Karna mereka sudah jauh, semakin terasingkan, bahkan mungkin beberapa tahun
lagi,
Mereka takkan mengenalil agi apa yang namanya harga diri,
Mungkin Saja atau mungkin itu Pasti...

Ah, sudahlah,
Lebih baik kupergi saja,
Karna Ratusan Bom hampir meledak di kepalaku,
Aku terpaksa membela diri,
Tapi tak mengamini yang terjadi,
Menepis semua asumsi,
Berbekal semangat para ibu pertiwi,
Melawan setan globalisasi sendiri,
Walaupun dari 10 ada 1 yang tidak terbodoh-bodohi,
Walaupun Hancur lebir tulang belulang kaki
Aku akan tetap berdiri
Walaupun Berlumur keringat sekujur tubuh ringkih
Aku akan tetap menerjang dengan gigih

Tak apa ..!!

Karna Ini adalah Tugasku sebagai anak kandung ibu pertiwi,


Aku takkan dibodoh-bodohi,
kutegaskan aku takkan dibodoh-bodohi,
Karna aku sudah memagari diri,
Dengan Berbekal semangat mereka,
Gejolak muda mereka,
Para pemikir bangsa,
Yaaa para pemikir bangsa...!!

Ahh.. Dasar Setan globalisai ..!!


Suka
Suka
Super
Haha
Wow
Sedih
Marah
KomentariBagikan
10 Angga Smokerrz, Iwan ID, dan 8 lainnya
Komentar
Desi Linda Rnd

Tulis komentar...

Doel
9 November
BlackBerry Smartphones App

kepercayaan yang buta adalah sebuah hadiah yang ironis untuk diberikan kepada
pencipta kepintaran manusia..!!

" Sajak kebingunggan kami "

Semoga saja tuhan tidak tuli,


Mendengar rintihan-rintihan kami,
rintihan yang berasal dari relung terdalam nurani, nurani lebam sana sini,
karna semakin terjerat oleh kebutuhan hidup sehari-hari,
Untuk itu sepanjang umur kami, kami harus dijejali teori kepahitan, memagari diri dari
kebutuhan sandang papan kami
lalu terpaksa mengamini apa yang terjadi,

Teori hidup yang kami pelajari, hanyalah tentang perut yang bisa terisi, dengan begitu kami
bisa meyicil bekal energi, setelah seperempat terisi lalu terkuras lagi untuk melihat periuk
nasi bisa mengepul untuk hari ini,
itu saja tak kurang tak lebih..

Semakin kesini, semakin hari Kebutuhan kami akan tetap bediri semakin meningi bahkan
menyaingi mahalnya harga diri,
Maka dengan begini, Untuk menganjal perut saja, kami harus berpikir dua kali lebih keras
lagi, hutang sana hutang sini, bekerja dari siang sampai malam hari, memeras otot kami dua
kali lebih gigih,
Apa lagi untuk makan tiga kali sehari, sepertinya itu hanyalah anggan bagi kami...

Tak ada lagi waktu untuk Bersantai, beronani atau memenuhi kewajiban ibadah kami, karna
waktu kami di isi oleh cara-cara untuk memenuhi keroncong perut yang memaki minta diisi,

Siapa yang harus kami salahkan akan nasip kami ini,


Perut Kami yang minta di isi setiap harikah.. ?
Nasip Kamikah..?
Atau hadirnya kami disini...?
Yaaa.. Mungkin tidak salah lagi, sepertinya ini adalah salah kami, salah jelata yang
berpropesi petani...
salah kami sebagai jelata yang tak berpedidikan tinggi, tak berdasi dan tak punyai jabatan
tinggi...
Atau mungkin kesalahan teknis skenario tuhan kami,

Entahlah kami linglung sendiri, dengan apa yang kami lalukakan saat ini, yang pasti ini harus
kami jalani, ..!!
Terdengar kabar katanya Beberapa hari lagi akan adanya galangan aksi,
Aksi yang dimotori oleh para ulama negri ini,
Umat pun ikut terpropokasi,
Katanya hampir lebih satu juta lebih yang akan ikut aksi,
Aksi menentang penista agama katanya si,
Penista agama yang sedang cuti, karna sedang sibuk mengkampanyekan dirinya menjadi
pemimpin lagi,

Entahlah, apa yang sedang bersarang otak si pengalang aksi , atau apa yang di otak si
penista agama ini,
Kami tak pandai mengkaji,

Saat ini, kami tidak ikut-ikutan aksi,


Karna kami harus bekerja untuk perut kami,
Saat ini juga,
air mata kami sudah berember-ember melihat yang terjadi saat ini,
Mereka yang katanya pejuang agama negri,
Berjihad katanya si,
Mereka Mengaku memahami kitab suci,
Bahkan bergelar habib kiyai di satukan oleh si pengalang aksi yang juga bergelar habib ,
kiyai atau apalah ,,

Mereka, para ulama, para pembela islam malah sibuk mengalang aksi untuk kepentingan
yang sebenarnya tidak bisa diterima oleh akal sehat juga nurani,
Kalaupun mereka benar mengaku sebagai pejuang agama, tentu Mereka tidak akan
mengabaikan rintihan-rintihan kami,
Rintihan kelaparan kami,
Coba saja, kalau tidak ada kepentingan disini, tentu tidak akan ada aksi yang seperti ini,
Coba saja, kalau galangan aksi itu untuk memberantas kelaparan setiap hari,
Dimana kiyai, habib, menyeruhkan para umat untuk turun kejalan mengalang dana, untuk si
jelata seperti kami,
Tentu akan indahnya negri ini,
Tentu saja tidak akan ada yang kelaparan setiap hari,

Akh.... Entahlah... !! Kami kebingungan sendiri...!!

Tentang Kebingungan dan lain-lain

Sebentar. Pikiranku siang ini tak mau barang sejenak saja untuk diam. Maunya berfikir.
Membuat sesuatu. Pikirku membuat sebuah tulisan. Yang nantinya akan aku simpan dan aku
baca sendiri tanpa perlu aku publikasikan. Sebenarnya aku menulis hanya untuk membuat
ruang didalam hati lebih longgar. Menulis membuat kegelisahan dalam hait sedikit
berkurang. Seperti jika kau mempunyai muatan yang penuh pada tas mu, lalu kau pindahkan
beberapa muatan itu kedalam lemarimu, makan tasmu akan sedikit lebih ringan dan pastinya
akan lebih mudah untuk dibawa kemana-mana. Aku mempunyai banyak kegelisahan, aku
ucapkan kegelisahan karena sebenarnya ini hanya sekelebat issue yang mengusik nuraniku,
yang sama sekali bukan masalahku, sebenarnya. Namun karenanya aku sering dibuat tidak
bisa tidur semalaman karena memikirkan hal yang membuatku gelisah. Hal yang kupikirkan
bukanlah hal sehari-hari yang aku jalani, melainkan issue issue yang jauh dari kehidupanku
disini dan menurut oranglain issue itu sama sekali tidak penting untuk dirisaukan. Kau ingin
tahu apa itu? Seperti ini...

Terkadang aku memikirkan nasib petani Rembang. Kadang nasib nelayan pantai di pantura
sana. Bahkan tentang tambang timah yang merisaukan warna Pining pun seringkali singgah
dikepalaku. Bukan ini yang kumau sebenarnya. Aku ingin memikirkan hal biasa-biasa saja
aseperti orang pada umumnya. Memikirkan pacar, orangtua, uang dan fashion. Tapi selalu
saja perhatianku tercuri oleh mereka-mereka yang tersisihkan. Mereka yang melawan jaman
dan melawan sesuatu yang lebih besar. Tapi bukan tidak mungkin untuk bisa melalui itu
semua. Kau tahu beberapa aktivis telah berhasil melawan sesuatu yang lebih besar tersebut
sehingga tanahnya tak diambil untuk dieksploitasi dikemudian hari. Jika tanah sudah
termapas, lantas bagaimana manusia bisa hidup secara waras? Aku tahu aku tampak tak
waras, mungkin karena tanahku telah dirampas?

Angin malam ( yaa musuh bebuyutku ), menyusun strategi terbaiknya, terdengar bisiknya
yang disampaikan oleh gerimis malam,
katanya tak lama lagi, angin malam akan bersegera menyerangku, ia kini sedang
mempersiapkan mebelah diri menjadi dua peran/lakon yang samasama antagonis,

Yang satu diskenariokan untuk melahap mengerogoti sel-sel darah putihku,


Yang satunya lagi,
Ditugaskan sebagai pembacok setiap tulang-tulang penopang tubuh kurus yang tak
berbajuku..

"Aahhh...curang sekali kau angin malam, Biadap kau....!! "

TRISAKTI ALA MASAKINI

Yaa.. 2 tahun sudah tepat hari ini,


kita dipimpin oleh bapak satu ini ,
Dipimpin oleh Sosok pemimpin yang dielu-eluh kan seantero negri, sosok yang Digelari
sebagai " pembawa perubahan bagi pertiwi " katanya sih,
lengkap dengan paras polos lugu asli pribumi, gak tahu tuh gimana isi hatinya ?
Gak berani nebak-nebak ntar salah, ntar dibilang penghianat negri, gak sepakat sama NKRI,
ntar ditangkep..

2 tahun berlalu kita dipimpin,


Oleh Sang pembawa perubahan,
yang dengan bangganya meluluhkan, mengegerkan seantero negri dengan meletakkan batu
pertama di kabinetnya melalui nama gotong royong,
lalu mengadopsi konsep besar cita-cita RI/wasiat pemikiran presiden pertama RI( Nawacita
Trisakti).
Katanya sih...

Sebentar dulu, santai, seloowww..


kami disini bukan bicara soal pro atau kontra tidak, sok tahu, sok bijak atau sok hebat
apalagi sok-sok'an seperti pak wakil DPR/MPR yang mengkritisi dengan alasan .... Yaa yang
sama-sama kita ketahui..(Ada apa dibalik apa ) Maaf bukan maksud menyingung looh pak..

Di sini kami cuma rakyat jelata,


Kami cuma memahami yang harusnya kami pahami,
jadi maaf kalu pandangan/pemahaman kami sebatas pemahaman jelata ( awam), maaf loh,
Kami cuma ingin mengukur sejauh mana pemahaman kami, bukan maksud mengurui, kami
cuma ingin sejauh mana pemahaman kami..
itupun kalo kalian sudi,?

Bagi kami 2 tahun belakangan dipimpin bapak satu ini, kami kebingungan sendiri, linglung
sendiri, memahami artian TRISAKTI ?
TRISAKTI ? Omong kosong Oppooo tooh iki ?

Menurut pemahaman jelata kami,


Trisakti itu ;

*BERDAULAT SECARA POLITIK,


setau kami
BERDAULAT itu dalam artian awam kami,
tak ada lagi campur tangan asing di sistem pemerintahan republik ini,
sejauh pemahaman kami loo, angaplah kami sok tau,
tapi kami agak canggung memahami tentang artian pemahaman kedaulatan bapak karna
yang bapak katakan kedaulatan semakin jauh dari apa yang namanya berdaulat menurut
pemahaman kami. Bapak yang terlalu dalam mengkajai atau penalaran kami tak sampai,
entahlah
tapi intinya yang kami pahami, sebisa kami, semampu kami memahami..
politik kita masih dipengaruhi bahkan terkesan dipengaruhi oleh kepentingan asing,
freepot apa kabarnya ? Itu salah satu contoh,
*BERDIKARI SECARA EKONOMI,
setau kami berdikari itu( berdiri diatas kaki sendiri) lahh kok, bukanya berdikari ini mah,
Sekeras pemikiran kami, secara garis besar pemahaman kami kita sedang menghamba
pada asing, asing jadi poros perekonomian kita,
Apa bedanya kita sedang menunggu tuhan menjentikan jarinya untuk mengharap keajaiban,
hhahaha..

Trus ujung-ujungnya malah ngemis ke sana sini untuk modal itu ini.. Entahlah sihhh..
Mari kita menghitung-hitung utang kita udah berapa banyak ?
Waduuuhh... Kalau pun memijam jari-jari dari seluruh masyarakat negri ini, jari bapak boleh
deh,
Belum cukup juga pak, uang sebanyak itu, kalo di beli cendol gimana yah...!! Hehe

Intinya sejauh pemahaman kami, perekonomian kita masih terpaku oleh kekuatan ekonomi
dunia, seperti IMF, World Bank dan lain-lain..

*BERKEPRIBADIAN DALAM BUDAYA,


Hmmpp... Lihat saja, sekitar... Apa yang terjadi... Budaya kita semakin tergerus ke asing,
dan semakin tertegeser oleh globalisasi...

__

Yaa ini hanyalah sedikit pemahaman kami, tentang nawacita/trisakti ala jokowi saat ini, inilah
pemahaman jelata kami,

Maka dengan begini kami simpulkan,


Dengan terang benderanglah mata kami melihat bahwa ruang hidup kami ditata ulang (dan
akan terus menerus ditata ulang) atau direorganisasi untuk kepentingan asing, "
IMPERALISME "
kami bukan ditata untuk kepentingan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat,

Mungkin air mata rakyat jelata(kami) sudah berember-ember banyaknya menanggung derita
multi-dimensi di ruang hidupnya sendiri. Tempat untuk tinggal dan mencari nafkah sudah
diklaim menjadi teritori imperialis .
Tentu saja imperialis melakukan aksi-aksinya untuk reorganisasi ruang hidup bersama
penguasa negara. Penguasa negara membutuhkan kapital imperialis untuk pembangunan
negaranya yang mengaatasnamakan kesejahteraan rakyat. Mari kita ingat kembali
bagaimana penguasa negara memroyekkan Indonesia ke hadapan imperialis gaya baru.

Akhh sudahlah...!! Tak perlu panjang lebar lagi,

Pokoknya, garis besarnya kalian masih harus banyak berbenah... Dan bersegera
meluruskan pemahaman Trisakti yang sebenarnya Trisakti.
Itu saja,
" AKU, KAU DAN AKSARA JEMPOL YANG TAK TAHU MALU "
DOEL17 OKTOBER 2016
Karna sadarku terlanjur mengenalimu,
maka izinkan ku bukakan pintu selapang-lapangnya dibenakku, mengeser semua
pintu hatiku,
hanya sekedar untuk tempat persingahan atau mungkin jika kau sudi menjadi
singasana ternyaman ocehanmu..

Singgahlah sayang,
Tak perlu kau ketuk lagi
Kau sekarang kan ratu,

Karna sadarku terlanjur mengenalimu,


maka tetaplah di kereta kencanamu, melindasi jasad harap-harap cemasku, sampai
tersungkur,..hancur.. Dan tak perlu terkubur,

Karna sadarku terlanjur mengenalimu,


Maka hadirlah dalam kebimbangan yang mengakar bertunas dalam keserakahan
lalu tumbuh dalam keegoisan yang menyebar,

Jangan hiraukan sayang,


kan sudah kubilang kau kan ratu dan masih tetap menjadi ratu, dan selamanya
harus ratu gelarmu,
(Bukankah ratu tidak pernah salah, yaa tentu)

Karna sadarku terlanjur mengenalimu,


Maka aksara jempol ku ikut terbuai dalam lingkup kata yang tak tahu malu,
bergeming tentang si cinta kaku antara aku dan kamu (sang ratu) itu,

Sebelumnya Maaf,
Sebelum sampai akhir sajakku,
Kuluruskan dulu bahwa ini adalah aksara jempolku,
Aksara jempol(ibu jari) yang tak tahu malu !!

AKSARA JEMPOLKU

Kuakui,
Tentang Sadarku yang terlanjur tersesat dalam belantara hatimu,
Tersemai oleh benih-benih cinta indah, di luluhkan..dihagungkan lalu dihempaskan..

Kuakui
Tentang Jempol yang ikut beraksara keluh,
Tapi ia tak lupa bahkan masih teguh menyusun strategi taktik terbaik,
Membayar penderitaan dengan akal licik
Lalu menunggu durasi kebersamaan
Yang tak ku tahu kapan akan bertamu
Itu jempolku,

Kuakui juga
Jempolku memaki, menyalakan bayangmu yang semakin meraksasa,
Meresengsek dengan kegelapan, mendesak si sukma yang tergeletak lunglai
,terhempas oleh kebingungan, terikat tali-tali kebimbangan lalu ditampar berkali-kali
kehilangan ..

Kuakui juga,
Tentang duka jempolku,
yang diawali senyum sayu lalu Beranak pinak dengan harap palsu , membias
hamparan kecewa ..
di hampiri, ditikam dan di gorok oleh cinta kaku
tepat ujung lorong-lorong harapan itu
Itu juga jempolku..

Maukah kau mengakui aksara jempolku yang menyalahkan mu ??


" Ahh.. Kurasa tidak..!!
Aku lupa kau kan ratu dan kautidak pernah. salah... Tentu seterusnya begitu. "

Baiklah.. Kuakui semua itu,


Tapi...ini bukan tentang aku larut dalam kehilangan,
Bukan..!!
jangan bercanda..!!

Ini adalah jempol yang beraksara,


Salahkan jempolku saja,
jangan aku,

Jampolku pelaku utama yang menyelipkan beberapa gema suaramu, manjamur di


sudut-sudut pikiranku,
Lalu tertuang dalam barisan aksara yang tak tahu malu..

Salahkan dia...dia yang menghasut aku menjadi sekarang,


Dia yang yang menjelmakan aku menjadi pengharapan yang tak terkabulkan, dan
dia menanamakan tangguh tetap mengharapkan, salahkan juga dia yang membuat
aku setangguh ini mengharapkan walaupun ringkih doa-doa semakin membelai
kelembutan najis larut dalam serbuan obralan dosa...
Salahkan dia... Yaaa jempolku saja...
Jangan aku...

___
Haha
Tidak.. Ratu
Jangan besar kepala,
Atu tersungging pipimu,
Kau tidak perlu bergeming tentang aku,
atau mengakui kalau kau satu-satunya yang tertanguh atas aku, tak perlu..
Karna sadarku tak lagi cinta padamu,
ini adalah aksara jempolku saja,
Jadi Jangan besar kepala,
Kau tahu, Karna itu akan seperti gelegar petir menyambar berkoalisi dengan deruh
badai yang semakin tajam memacung sosokmu di pikirku... Percayalah....
Kutegaskan sekali lagi, sayang
Jangan besar kepala

___

Haha..
Bukan juga itu...
Jangan salah sangka !
Aku tidak sedang berpikir tentang seharusnya bagaimana atau mengapa kita bisa
bersama lagi,
juga bukan tentang aku menghayal kalau aku kan datang meminangmu dan kau
menerima... Bukan,

maaf,
Ini hanyalah tentang aku yang terlanjur mengenalimu, dan ini barisan adalah aksara
jampolku saja..!!
Bukan sadarku...!!

Sabda kumalku berceloteh tentang jelita permadani tuhan ini, menghanyutkan syukur
prematur dalam penalaran benakku, tegur sapa malu-malu semilir angin meraba sekujur
tubuhku, tepat di sela-sela kakiku lambaian tenang pepohonan, juga batu-batu cadas di
pangkuan pahatan gunung batu,
seperti sedang mengejek aksara-aksara yang kususun rapi, dan berbentuk dalam ungkapan
doa bermakna sastra yang biasa kusebut puisi,, " Terima kasih telah sudi menerima
kedatanganku, terima kasih tuhan atas kesudihan undanganmu "

Akar dari semua masalah ini, pada hemat saya, adalah krisis akal sehat yang membuat kita
tak lagi mampu berpikir jernih, serta semakin hanyut di dalam ketakutan serta kebodohan
setiap harinya. Akal sehat kita dirampas oleh situasi, dan membuatnya tumpul, bahkan
mungkin lenyap. Ketika akal sehat hilang, maka krisis-krisis lainnya pun tampil di depan
mata, mulai dari, krisis moral sampai dengan krisis kepribadian. Hidup bersama maupun
hidup pribadi pun akan selalu berada di ambang kehancuran.

catatan bimbang anak negri


DOEL30 SEPTEMBER 2016
Kami pernah mengkaji beberapa kali,
Mengkaji, mengkaji dan mengkaji,
Namun yang kami temui,
hanyalah lorong-lorong gelap,
Lalu berakhir dengan moralisasi

Kami pernah mengkaji beberapa kali


Mengkaji,mengkaji dan mengkaji,
Namun yang kami dapati,
hanyalah penyesalan di lahirkan di jaman ini,
Dan memaki-makian kami kepada rahim ibu kami
karna kami dilahirkan terlalu dini,

Kami pernah mengkaji beberpa kali


Mengkaji, mengkaji dan mengkaji,
Namun yang kami dapati,
Sebuah fitnahan ideologi, dalam lembaran-lembaran rapi di peradaban negri ini,

Kami pernah mengkaji beberpa kali


Mengkaji, mengkaji dan mengkaji,
Namun yang kami dapati,
hanyalah potongan kebenaran Yang disamarkan oleh sebagian besar orang-orang
yang menggap dirinya suci,
Dan tak tahu diri

Kami pernah mengkaji beberapa kali ?


Mengkaji, mengkaji dan mengkaji,
Namun yang kami dapati
hanyalah pembelokan sejarah dan catatan kelam yang tersusun dalam bait-bait
asumsi,
Lalu beranak pinak menjadi manipulasi tragedi,

Kami pernah mengkaji beberapa kali ?


Mengkaji, mengkaji dan mengkaji
Namun yang kami dapati,
sebuah umbran kekejaman yang di dramtisasi,
Dan beberapa kemunafikan tragedi dalam cerita penghianatan si PKI,

Kami pernah mengkaji beberapa kali ?


Mengkaji,mengkaji dan mengkaji,
Nyatanya kami makin dibungkam hak akan tahu kami
Dan dipaksa menutup rapat mulut kami,

Kami pernah mengkaji beberapa kali ?


Mengkaji, mengkaji dan mengkaji,
Semakin dalam kajian kami,
Alhasil kami dituduh penghianat negri, dituduh beraliran kiri,
dicap sebagai anak-anak pki,
diawasai, dicurigai bahkan dihilangkan karna tak pantas menjadi bagian dari negri
ini..
Seperti yang dialami oleh buyut-buyut kami yang 30.000 lebih.
___
Coba kau sekali-kali mengkaji,
Bukankah,
Ini tak jauh beda seperti dongeng bawang merah bawang putih, ?
Lalu Kau berumbar pada pelosok negri,
Bahwa mereka(pki) anak tiri yang tak tahu diri,
Yaaa... Benar Tak salah lagi,

Yaaa...
Mari mengkaji,
Jangan hanya beronani,
Dengan menghayal bidadari,
Kusarankan untuk
Padamkan kobaran api keingin tauan kami,
Tanpa nanti..nanti..

Kusarankan,
bungkam mulut kami,
Tikam jantung kami,
Congkel biji mata kami,
Atau kokang senjatamu dan acungkan ke dalam mulut kami
paksakan kami percayai yang terjadi,
Seperti yang kau lakukan pada kakek buyut kami ! Mari...

Lakukanlah,
Jangan hanya beronani,
Dengan menghayal bidadari,
Lihatlah kebimbangan kami,
Kebimbangan yang sebentar lagi berdiri,
Lalu berbaris rapi..

Lakukanlah,
Jangan hanya beronani,
Dengan menghayal bidadari
Bukankah kakek buyut kami pernah memaki kalau " kebenaran tak akan mati "
Dan terbukti, dengan adanya kami disini,
Lalu Bagaimana dengan upaya perminta maaf'an jokowi ??

Kutegaskan sekali lagi,


Jangan hanya beronani,
Dengan menghayal bidadari
Karna sebentar lagi kami akan berdiri,
Dan berbaris rapi.

Walaupun kami mati,


bagi kami itu adalah sebagai pengorbanan kecil kami sebagai anak negri,
dan bentuk cinta kami pada ibu pertiwi,
Dan kata-kata buyut kami tetap tak kan mati,

Karna kami sudah muak dibodoh-bodohi,


Kami Enggan mengerti yang tak kami fahami,
Kami menolak
dan akan Mengobrak-abrik, barisan pembodohan yang kau jajar rapi untuk anak
cucu kami,
Kami takkan sudi.. tak kan sudi... Sekali lagi kami tak kan sudi itu terjadi....

Disini kami adalah anak kandung ibu pertiwi,


Kami takkan berasumsi ataupun beropini,
Kami Menolak untuk dibodoh-bodohi
kami berhak tahu asal usul negri kami,
Kutegaskan sekali lagi,
Itu hak kami,

Dengarkan janji kami ?


Janji yang terlebur, terkubur dan tecampur dalam bait-bait maki,

Dengarkan janji kami?


Kami adalah anak negri, kami akan terus mencari-mencari dan mengkaji,
Kami adalah anak negri, tidak akan dibodoh-bodohi sekali lagi,
Kami anak negri, berhak tahu yang sebenarnya terjadi ?
Dan Kami anak negri menolak lupa untuk tragedi "G 30S/pki" atau "G30S/TNI " ?

Tepat di hari ulang tahunmu,

Akhh, Tak banyak yang kuingat tentang kamu,


Hanya beberapa potongan kecil saja...!!
Tapi akan mencoba mengingatnya secara utuh,
menentang dan melawan kelupaanku,
Sebisaku...!!

Kuseduh racikan imajinasi,(kopi)


Dalam cangkir transparan tak bertangkai,
Duduk tenang beralaskan karpet usang, dan menyandar di dinding beton pojokan
kontrakan..

eeehhmmzzzz....
harum aroma kopi menawarkan diri untuk ditunggangi ke beberapa tahun silam,

Aku terhanyut dan kembali berkelana menyusuri masa lalu, berpetualang dengan
imajinasiku Memunguti keping-keping potongan klise kebersamaan dan membawanya
kedalam cangkir kopiku,

Huuuuhh... Kuhelakan tarikan napasku...

Sesegera mungkin, aku harus menghirup racikanku, agar dapat redah rinduku dan ku jumpai
dirimu yang dulu " harapku ", (celoteh pikiranku)
Kucumbui dengan tenang cangkirku,

Hirupan pertama ,,
Aku mendapati tikaman-tikaman belati rindu yang semakin terhunus di dibenakku,
(Berkerut kening)
Tidak bukan itu yang kumau, aku hanya ingin menterjemahkan kamu dalam imajinasiku
utuh..( Teriakku)

Hirupan kedua,
Kudapati ikal rambutmu,( tersenyum sumringa bibirku)
Hirupan ketiga,
Kudapati raut wajah manismu,
( Kembali tersenyum)
Hirupan keempat,
Kudapati langkah tenang mu
(Tersenyum lagi)
Hirupan kelima,
Kudapati bibir merah, merekah dan basah punyamu
( Salah tingkah sendiri)
Hirupan keenam,
Kudapati Kau dengan paras anggunmu, dihiasi bibir merah, dan bergaun putih kesukaanmu,
berjalan tenang datang menghampiriku,
" Akhhh, mana senyummu,? ( Tanyaku ),
Mungkin di hirupan terakhir pikirku "

Hirupan terakhir,
Kuhirup tanpa ragu dengan perlahan,
Dan masih saja tak kujumpai, belum kutemui senyum menenangkan itu..
Tidaak...
itu adalah yang terakhir, kopiku sudah sampai pada adzal ampasnya,
Dan aku masih saja tak bisa mengeja senyuman itu!!
( Marah pada kopi)
Karna senyum itulah yang paling kukesani dari sosok kamu " bagiku"...!!
(Tegasku pada kopi)
Aku harus bepikir ulang, menset otakku, dan kupaksakan kembali mengimajinasi meskipun
tanpa kopi...
Aku harus berusaha semampuku, sebisa pikiranku,
Harus ..haruss.. Mau tidak Mau, Itu tak bisa ditawar !!

--------
Aaaakh.... Hanya ada wajah ibuku, ayahku, dua saudara kandungku, dan kamu yang
berjalan tenang menghampiri dengan wajah sayu, kemana senyummu....!!
Akhhhh,.. Sudahlah..
Kualihkan pikiranku,
Dan Baiklah, kucukupkan dunia imajinasiku,
aku harus kembali kedunia nyata,
Berhenti berandai-andai dan menepikan sejenak rinduku,
Karna ini adalah tepat hari ini, hari ulang tahunmu,
dan itu artinya aku harus menghambakan diri dihadap tuhanku,
bersujud dengan kehinaanku
dan memohon dengan segenap hatiku,
agar kau dapati kebahagianmu, dipanjangkan umurmu dan sehat selalu menyertaimu,
aminnn..

#melati putih

Genangan Hitam itu mengoda soreku,


Tak asing pikirku,
Sesekali kulirik dengan mata sinis ( seperti aktor yang sedang merencanakan aksi
pembunuhan ) dan berceloteh " sepertinya aku kenali betul genangan hitam itu... Yaa ...
Hitam pekat...
Sepertinya aku memang mengenalnya...
Tapi.. Genangan yang kukenali mempunyai ciri harum yang khas, kemana harum-harum
itu ? Laah kok sisa setengah...? Kemana setengahnya lagi ..?
(Diambang ragu),
Aku yakin 100% itu bukan genangan hitam yang kukenali...!!
Tapi ku kenali betul bundaran tangkai wadahnya, tidak salah lagi.. Itu memang punyaku..!!
Tapi Hitam pekat itu ?? Apaaa ? "
Mungkin ini sisa racun tikus yang ku racik tadi malam,?
atau mungkin ini adalah air mantra gadis kontrakan sebelah...?? Atau mungkin...""
Alaaaamaaaak... makin berkecamuk saja pikiranku.. Kacau.....
Sudahlah entah apa itu, kuputuskan saja untuk mencicipinya..... "

Aaaakhhh,, hambar...

#kopi sisa semalam.

Istirahatlah kata-kata, sudah terlalu larut rasanya untuk berkisah, Sudah cukup kantuk
menjejal pelupuk mata, esok saatnya kembali untuk bebenah, Indonesia..!!
Perasaan rindu kembali memainkan dramanya,
tanpa not sumbang hanya ada alunan nada lirih,
menghanyutkan klise-klise potongan kecil kebersamaan harmoni suka keluarga..
bergelayutan aksara di penalaran tenang,tertangkap rapi enggan pergi, enggan pergi.
Meskipun beberapakali digusur perasaan haru....

Untaian demi untaian " Maaf " dan " Bersalah " mengambang di riak gelombang bibir pantai
lalu hanyuut bersama salam-salam rindu yang tak terwakilkan...
Dan bergegas pergi tanpa pamit bersama deruh angin...

Inginku bercerita lewat alunan merdu nada tak beraturan, tapi perasaan benci lebih kuat dari
Rindu, terlalu tangguh untuk di kalahkan...

Tak ada celah untuk rindu berbisik, hanya bisa terdiam tergenang dan terpaku di pusaran
cangkir..

" Celotehku pada bibir pantai.. "

Maaf atas ketidak pulanganku, bu pak..


Minal adzi walfaidzin, bu pak..

#tepat di hari lebaran, tanjabtim

Angin pantai, asap tembakau dan cangkir transparan "

Semilir hembusan angin pantai dengan kharisma bungkamnya, bermahkotakan diamnya,


membujuk si cantik asap tembakau yang mempesona dengan paras senyapnya dengan
gelayutan-gelayutan gaun sunyinya,

Bertutur dengan bangga tentang petualangan liarnya di beberapa cakrawala,


Bukan hanya itu saja, ia tak lupa menambahkan beberapa perumpamaan kakunya,
" Bahkan jika deruh tak lagi terwakilkan oleh bungkam cukup diam dan ini adalah lebaran
bukan, ya aku hanya ingin malam ini, malam istimewa ini menghabiskannya denganmu,
tanpa jeda.. Tanpa aksara.. Hanya kita... aku akan masih bertekuk lutut menghambakan diri
di hadapan mu di sisa malam ini, tak banyak inginku, aku hanya ingin kau sudi berdansa
denganku "
Hahaha.... Itulah kata-kata kaku gila andalannya, kata yang sejak sejam lalu ia ucapkan...

Dengan lugunya si asap tembakau terbuai,


Menjabat tangan angin lalu pergi begitu saja,
Tanpa menghiraukan bulatan putih transparan yang sedari tadi mendengarkan celotehnya...
" Menari sejenak.... Perlahan-perlahan.. hanyut di riak bibir gelombang...
Lalu menghilang entah kemana diantara remang-remang lampu pijar...

#malam di dermaga, Tanjabtim


#12 sep 2016

Ribuan makna memberontak, berbaris berdesakan bahkan mengangkat senjata,


tak banyak yang dituntutnya,
" Kami hanya ingin terwakilkan lewat beberapa kata itu saja.. " Itu yang disampaikan di
teriakan terakhir orasinya''

Tanpa permisi, suara itu datang lagi.. Menyumbangkan nada abal-abal tak beraturan,
memaksa bahkan memukul mundur laju lamunan yang sedang bercumbu lira (binal) di
belantara rimbun hutan pohon hutan terlarang...

Suara mengerikan itu, cempreng, sumbang dan melengking..!! Do tapi tidak mirip Do, Re
tidak mirip seperti Re, apalagi MIFASOLnya.. Uuhhh jauuhh.. Entahlah nada apa itu...!!

Biar kuperjelas...! suara mengerikan itu tidak jauh beda dengan lengkingan kaleng rombeng
yang dipukul dengan besi sebesar jari...!! MELENGKING...!!

Akh,
HENTIKAN...!! HENTIKAN...!! KUMOHON...!!

Tolong hentikan,
Tolong kasihani pendengaranku, dia tengah asyik berkencan dengan alunan perpaduan Not-
Not (Harmonisasi) deruh kipas angin dan gemericik air bak mandi yang setengah terisi...!!
Jangan kau padukan dengan Nada-Nada tak beraturanmu, karna itu akan terdengar seperti
Erangan si nenek yang sedang dicumbui perjaka....!!
ARRRGGGHH........!!

#suara tetanga lagi karaoke

lahar problematika hidup: getaran gunung-gunung mengguncang bawah sadar, hadirkan


tanya tak bertuan, sapa tak bermula, lantunkan...tembang cicak melesak lubang tembok
sementara rasa sesak hancurkan gunung batu, hadapkan padang gurun berdebu ..!!

#sepi...!!
Lekas besar dek, camkan pada dirimu dan tuding dirimu bahwa kau adalah Lelaki.. Lelaki
harus tangguh dek,Lelaki Harus melawan dan menentang siapa saja Yang ingin mengubah
sifat kemanusiaanmu, Dan satu hal lagi, Kau Harus menjadi tuan atas dirimu sendiri...
Camkan itu dek...!! Itulah landasan manusia yang sebenar-benarnya manusia.. Camkan..
Dan tuding dadamu dgan ibu jarimu bahwa kau Adalah Lelaki...!!

Tempatku bersandar bukanlah pelabuhan besar. Mungkin, dermaga tua yang sederhana.
Aku kapal kecil bukan kapal besar yang megah.

Apa lagi yang hendak kau tanyakan pada televisi?


Mengapa tubuh wanita jadi komoditi
Mengapa cerita pribadi dieksploitasi
Tahun baru, natal, dan Idul Fitri
Semua dikomersialisasi
Tak mungkin ada budi pekerti
Selama sinetron dan gosip merajai
Pengetahuan tak mendapat ilmu lagi
Kalah telak dengan kontes menyanyi
Apa lagi yang hendak kita tanyakan dari televisi
Kalau tiap aksi selalu dicemoohi
Kalau buruh yang berjuang disiarkan sebagai perusuh negeri
Kalau tani yang menuntut tanah mati ditembaki dianggap bukan berita bergengsi
Mari kita tanya pada diri kita sendiri
Siapa yang menguasai televisi
Apakah wartawan yang kerja keras memburu berita tiap hari?
Apakah buruh media yang banting tulang dari pagi siang malam sampai kembali pagi?
Ataukah juragan kaum majikan berdasi yang juga menyambi karir sebagai politisi?
ini kita cukupkan pertanyaan ini
Kita sudah mengerti
Tak ada yang perlu ditanyakan pada televisi

saban malam
dendam dipendam
protes diam-diam
dibungkus gurauan
saban malam
menyanyi menyabarkan diri
bau tembakau dan keringat di badan
campur aduk dengan kegelisahan
saban malam
mencoba bertahan menghadapi kebosanan
menegakkan diri dengan harapan-harapan
dan senyum rawan
saban malam
rencana-rencana menumpuk jadi kuburan
Suka
Suka
Super
Haha
Wow
Sedih
Marah
KomentariBagikan

AKU TAK AKAN MENYUMPAI RAHIM IBUKU LAGI !


SEBAB PASTI MALAM TAK AKAN BERUBAH MENJADI PAGI HANYA DENGAN MEMAKI-
MAKI WAKTU YANG DI ISI DENGAN KELUH.

KINI MAKIN NYATA NASIB DI TANGANKU, YANG TAK AKAN PERNAH DI RUBAH OLEH
SIAPAPUN, TIDAK JUGA WAKTU DAN TENTU TIDAK JUGA TUHAN PEMILIK SURGA !

APAKAH INI MENYAKITKAN ? ENTAHLAH.

Widji thukul.

Sederhana harsatku Nona,


aku hanya ingin tersesat di bait-bait puisimu dan sumbang nada gitarmu setia menuntun
imajinasiku berpetualang liar di belantara sajakmu.

Sudikah kau Nona,.?

PERSETAN JUDULNYA

Satu bulan setelah kau pergi


Aku masih tak peduli
Lebih baik aku sendiri
Kita tidak perlu berdebat lagi
Kita tidak perlu bertengkar lagi
Sudah kita jalan sendiri-sendiri
Kau dengan jalanmu, aku dengan jalanku
Nanti siapa yang benar, kita bisa lihat nanti
Dua bulan setelah kau pergi
Aku kembali merokok lagi
begadang sampai dini hari
dan ngopi tiga kali sehari
tiap kubaca buku-bukuku di lemari
tiap halaman kau stabilo dan kau coreti
Aku bisa dengar kau menggebrak-gebrak meja lagi
Tiga bulan setelah kau pergi
Aku masih merasa frustasi
Kubuang buku-bukumu yang kau pinjami
Kurobek majalah dan poster yang beri
Sampai aku menyesal lalu kupunguti lagi
Empat bulan setelah kau pergi
Kucing kontrakan mati ditabrak lori
Kukubur di belakang toko TV
Aku pindah ke pabrik roti
Masuk bagian packing
dan bertengkar dengan mandor tiap hari
masuk daftar orang-orang diawasi
Enam bulan setelah kau pergi
Kupandangi kabel listrik dari jendela kereta tiap pagi
Naik turun tak berhenti-henti
Tegangan tingkat tinggi
Seperti foto profilmu hari ini
yang barusan kau ganti
Persetan dengan setan
Aku bahagia kalau kau lebih bahagia daripada aku
Tujuh bulan setelah kau pergi
Aku tidak jadi idul fitri sendiri
Roni harus jual iphone, motor, dan tiket kereta api
Kata dokter ibunya harus kemoterapi
Di kontrakan tinggal kami berdua
Bicara represi dan demoralisasi
Bicara kerja dan keluarga
Bicara apa saja
Sampai capek
Sampai tidur
Sampai mimpi
Delapan bulan setelah kau pergi
Aku bayangkan kau kuliah lagi
Atau menikah dan menjadi istri
yang tak pernah bisa kumaskawini
yang selalu kau teriaki aku salah mengerti
Kadang aku pikir apa gunanya kita bertemu
Lebih banyak debat dan tengkar
Daripada peluk dan cium pacar
Kadang aku benci kau yang bukan keluarga kuli
Sanggah setiap omonganku yang kau bilang salah
Kadang aku benci kau sering benar
Kadang aku benci diriku sendiri
Sembilan bulan setelah kau pergi
Aku mulai lagi sendiri
Kumpulkan satu dua hingga tiga empat
dan seterusnya
Aku mulai menulis lagi
Selebaran, pamflet, dan seterusnya
Sambil belajar dari kesalahan kemarin
Sambil menarik pelajaran untuk hari ini
Sepuluh bulan setelah kau pergi
Aku ngeband lagi dengan kawan-kawan pabrik roti
Aku pegang gitar dan vokal
Memang tidak seenak vokalmu
yang seperti api menjilat jerami
Tapi hidup harus terus berjalan
Walau bukan dalam satu kesatuan
Sebelas bulan setelah kau pergi
Aku melihatmu di demonstrasi hari ini
Rambut hitam kemerahan terbakar matahari
Tulang pipi keras dan mata nyalang
Kulit orang cina, memerah kepanasan,
Tapi tak bisa hangus menghitam
Berdiri tegak di atas mobil komando berorasi
Satu barisan beda organisasi
Masih penuh amarah dan angkara
Tak padam, terus membara, terus membakar
Meskipun kemudian aparat menyerang
dan aku melawan

Mengutip sajak gus mus,


" Tapi kan ku simpan resahku,
Mendung dukaku
Dalam langit dadaku
Kusimpan sendiri
Badai resahku,
Dalam angin desahku.
Kusimpan sendiri
Gelombang geramku,
Dalam laut pahamku
kusimpan sendiri. "

Ada resah terpaut di cangkirmu


Bolehku aduk sedikit biar hitammu tak membatasi cerita panjang yang terjalin,
Sampai gula-gula itu mengurai lezatnya keasingan yang menghitam tanpa meninggalkan
kita
Biar ku seruput dulu
Biar bias masa tak lagi pelik maupun mencekik.
Kemarilah dekati sebentar aroma robustan yang melelehkan tangis kemarin,
Sentuhlah cangkirku
ada kehangatan yang memanjakan.
Kita tak jauh beda!
Dibisiki di isui dan di hina,
Lalu apa yang perlu dikhawatirkan
mungkin hanya ampasnya saja yang akan menyiksa.
Minumlah sebelum dingin yang tak mengenakan lidah mulai keluh lagi.
Sebelum ruh melankonis bermain orkestra di benak, tumpahkan saja apa itu hitam yang
mengalir lagi.
Bercerita di setiap adukan dalam cangkir yang bisu
dan merayu lagi pada setiap bungkusan doa yang kita urai
dan diantara bibir kita
cangkir ini tak sedikitpun retak oleh banyaknya keluhan.

Aku selalu sejujur dan sebaik yang kubisa, namun orang-orang curang selalu keluar sebagai
pemenang.
Tolong aku,
aku muak dengan hidupku,
aku muak dengan duniaku.

Dari bibir ayahmu, kita tahu, luka tidak hanya meningalkan bekas, juga cerita tentang terluka
dan pelaku yang mengajakmu menjadi dewasa.

Jantung ini kembali berdetak dan berirama kencang saat berat pikiran mulai senggama
dengan perasaan .

Angin dingin berbisik kecil di telingaku .

Angin itu menyapu sayap-sayap ku ,

kemudian pamit untuk pergi entah kemana .


Nafas kutarik pelan-pelan ,

detak jantungku terasa hingga ubun-ubun ,

lalu ku palingkan wajah , berharap matahari pagi masih setia menunggu .

Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin..

Sejatinya manusia bukan apa-apa,


hanya sekedar objek,
yang diisi , . ,

Hampir setengah windu kehidupan menyusutkan jasadku


Karena setiap malam menggauli duniaku
Lapar dan sepi menjadi sahabatku
Ku hanya duduk di lain dunia hingga bokong ini melepuh

Hey, kehidupan! Apa yang kau lakukan pada jasadku hingga tulang-tulang ini bergeser...
bahkan remuk?
Ku berkaca pada air yang tiba-tiba mengeruh
Apa aku terlalu mengabaikan katarsis?
Hingga indera penglihatanku meretak setiap saat

Jambaklah rambut ini agar kau tahu begitu kerasnya bulu di kepala ini!
Udara mengkonstelasinya...
Hingga seolah rambut pun ikut berjuang untuk menjadi subur
Tentu di kehidupan ini di bawah garis dilema abadi...

" Hai harapan menjauhlah dariku! Tidak adakah orang lain yang engkau dayakan! Adakah kau sangat menginginkanku! Tipulah
orang lain! Aku tidak memiliki urusan denganmu! Aku sudah menceraikanmu Tiga kali. Ya.. sesudahnya tidak ada rujuk lagi.
Kedudukanmu, Kecil! Kegunaanmu, singkat! Prosesmu, Hina! dan Bahaya mu mudah berlaku! ah, sayang. hanya sedikit bekal
ditangan. jalan begitu panjang. perjalanan masih jauh. Dan kau sukar dicapai. "

You might also like