Professional Documents
Culture Documents
Grafik 3. Trend konsentrasi pemantauan SO2 di tepi jalan pada tahun 2007-2008
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa nilai konsentrasi dari emisi NO 2 dan SO2 yang
dipantau di jalan raya pada beberapa kota besar di Indonesia cenderung mengalami
peningkatan, tetapi nilainya masih memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku. Emisi CO
juga cenderung mengalami peningkatan, dan bahkan di beberapa kota besar seperti Medan,
Semarang, Surabaya, dan Bekasi konsentrasi emisi CO yang dihasilkan telah melebihi nilai
baku mutu yang berlaku. Hal ini tergantung pada tingkat mobilitas penduduk yang
menempati kota-kota tersebut. Semakin tinggi mobilitas penduduknya, maka nilai emisi di
jalan raya akan semakin besar.
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa nilai total emisi NOx yang dihasilkan oleh
negara-negara di wilayah Asia pada tahun 2006 adalah 36,6 juta ton/tahun, dan negara
penyumbang emisi terbesar adalah Cina dengan total emisi NOx bernilai 20,8 juta ton/tahun.
Tabel 3. Emisi SO2 wilayah Asia pada tahun 2006
Dari data tersebut terlihat bahwa nilai total emisi SO 2 yang dihasilkan oleh negara-
negara di wilayah Asia pada tahun 2006 adalah 47,1 juta ton/tahun, dan negara penyumbang
emisi terbesar adalah Cina dengan total emisi SOx bernilai 31,01 juta ton/tahun.
Cina mendapat predikat sebagai penyumbang gas SO2 terbesar di dunia pada tahun
2000 dan penyumbang gas SO2 dan NOx terbesar di Asia pada tahun 2006 karena Cina
memiliki aktivitas perindustrian dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi, sehingga
kebutuhan energi untuk memenuhi berbagai macam kegiatan masyarakatnya menjadi sangat
besar. Oleh karena itu, nilai penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi untuk
transportasi dan industri, serta batubara untuk pembangkit listrik menjadi besar dan
menghasilkan emisi yang sebanding dengan nilai penggunaan bahan bakar tersebut.
Nilai NOx global yang ditunjukkan dari data yang diterbitkan oleh The World Bank
dari tahun 1970 hingga tahun 2012 cenderung mengalami fluktuatif seperti yang ditunjukkan
pada Grafik 4.
Grafik 4. Nilai emisi NOx global
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa nilai emisi NOx global sempat mengalami
penurunan drastis dari tahun 1998 hingga 2001 dari nilai emisi 3,09 juta ton menjadi 2,8 juta
ton, dan nilai emisi tertinggi dicapai pada tahun 2007 dengan nilai 3,24 juta ton.
Nilai emisi CO2 global dapat mengacu dari pernyataan WRI melalui Daily Mail
(3/10/2014). WRI menyatakan bahwa pada tahun 2011 dunia menghasilkan emisi karbon
yang berupa CO2 dengan nilai sebesar 46 miliar ton dengan Cina sebagai negara penghasil
emisi terbesar, yaitu 10,26 miliar ton, dan disusul oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa
dengan nilai emisi masing-masing sebesar 6,135 miliar ton dan 4,263 miliar ton. Indonesia
menempati peringkat ke enam sebagai negara penghasil emisi karbon dengan nilai emisi
2,053 miliar ton dibawah India dan Rusia dengan nilai emisi 2,358 miliar ton dan 2,217
miliar ton.
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh The World Bank, nilai emisi CO2 global
cenderung meningkat dari tahun 1960 hingga tahun 2011 seperti yang ditunjukkan pada
Grafik 5.
Grafik 5. Nilai emisi CO2 global
Dari data tersebut terlihat bahwa nilai emisi CO2 global sempat mengalami penurunan
pada tahun 1980 bernilai 19,4 juta ton hingga tahun 1983 menjadi 18,5 juta ton, tetapi setelah
itu mengalami peningkatan kembali. Pada tahun 2002 terjadi peningkatan nilai emisi CO 2
global secara drastis hingga tahun 2008 dari 25,6 juta ton menjadi 32 juta ton. Hal ini dapat
terjadi karena semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi,
sehingga penggunaan bahan bakar yang menghasilkan emisi CO2 menjadi semakin besar.
Referensi:
KEMEN LH RI, 2010, Status Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2010, Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta