You are on page 1of 1

Orkestra dan Anak

Antara Kesenangan dan Keterpaksaan


Oleh: Ranti Rachmawanti
NIM : 020014

Dunia anak, merupakan dunia yang penuh imajinasi, dan rasa keingintahuan yang tinggi.
Mereka senantiasa mencari tahu tentang suatu hal yang baru baginya, dengan berbagai cara unik
yang ada di pikirannya. Selain itu, masa anak-anak (sekitar usia 6-12 th) merupakan saat di mana
mereka menyenangi sesuatu, dan beraktivitas dengan kegiatan yang disenanginya. Salah satu
kegiatan yang biasanya disenangi oleh anak adalah kegiatan bermusik.
Musik, merupakan suatu bentuk aktivitas manusia yang memiliki tujuan (Elliot, 1995: 9).
Kegiatan bermusik bagi seorang anak, memiliki tujuan bahwa dia dapat membuat dirinya senang
dan puas dengan apa yang telah dilakukannya. Saat ini, begitu banyak kegiatan bermusik yang
dapat dilakukan oleh anak. Salah satu bentuk kegiatan yang sedang ramai saat ini adalah,
mengikutsertakan anak dalam suatu kelompok Orkestra.
Orkestra merupakan satu bentuk musik, yang terdiri dari sejumlah pemain, dengan
memainkan sejumlah alat musik yang berbeda. Biasanya, penyusunan alat musik dalam suatu
orkestra terbagi atas beberapa seksi. Keikutsertaan seorang anak dalam suatu kelompok Orkestra,
merupakan hal yang sangat positif. Selain itu, bentuk kegiatan ini dapat dijadikan salah satu
pendekatan dalam dunia pendidikan musik. Karena di dalam kegiatan bermusik pada suatu
kelompok orkestra, secara tidak langsung mereka mendapatkan nilai yang lebih, yang
tidak semua anak memilikinya yaitu, sensitivitas estetis, rasa percaya diri dan tanggung
jawab sebagai dampak dari aktivitas yang dilakukan. Mereka tidak akan menyadari hal
tersebut, karena mereka hanya merasakan kesenangan dan kepuasan tersendiri bagi dirinya,
terutama jika permainan mereka disaksikan oleh orang lain. Dari sisi inilah kita dapat melihat,
bahwa dalam kegiatan suatu kelompok orkestra bagi anak, terdapat suatu bentuk
pendekatan dalam melatih dan mengembangkan rasa sensitivitas anak melalui aktivitas
bermusik, seperti yang terdapat dalam tatanan konsep pendidikan musik.
Namun demikian, tidak sedikit yang merasakan semua itu adalah sebuah keterpaksaan,
karena keinginan orang tua mereka. Akibat keterpaksaan tersebut, anak merasa jenuh dan malas
untuk bermain musik. Mereka hanya tahu bahwa dalam jangka waktu tertentu harus berlatih
orkestra, dan jika ditanya alasannya mereka ikut, biasanya mereka akan menjawab Kan di suruh
sama Mamah. Sehingga, tujuan orang tua mereka yang pada awalnya untuk melatih dan
mengembangkan rasa dan sensitivitas terhadap musik tidak sepenuhnya tercapai.

You might also like