Professional Documents
Culture Documents
PATOFISIOLOGI
1. Tahapan Terbentuknya Sel Kanker
1
pemendekan telomer dapat dihindari oleh enzim telomerase hal ini
memungkinkan sel untuk bereplikasi secara luas.
e) Sustained Angiogenesis
Seperti pada jaringan normal, sel tumor membutuhkan nutrisi dan
oksigen sama baiknya dengan kemampuan sel tersebut untuk dapat
menghilangkan sisa hasil metabolisme dan karbon dioksida untuk tetap
bertahan hidup. Melalui proses angiogenesis, sistem peredaran darah
dibangun untuk pertumbuhan sel tumor dan metastasis.
f) Activating Invasion and Metastasis
Sel kanker dapat menyebar melaluisel melalui sel yang ada di tumor
primer, kemudian memasuki pembuluh darah terdekat dan menuju ke
sistem limpa. Dengan memasuki kedua sistem tersebut sel kanker akan
memproduksi tumor sekunder di tempat yang berbeda.
(Langhorne et al., 2007)
2. Patofisiologi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat
tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara. Sel
kanker ini bisa berasal dari kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan
penunjang seperti lemak dan saraf (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2004).
Kerusakan pada DNA dan mutasi genetik dapat menyebabkan kanker
payudara. Mutasi genetik ini biasanya disebabkan oleh gaya hidup,
paparan virus, bahan kimia, dll. selain itu bisa juga karena individu
mewarisi gen cacat pada DNA, mereka yang memiliki riwayat keluarga
kanker ovarium atau payudara sehingga berada pada peningkatan resiko
kanker payudara. sistem imun yang normalnya akan menghancurkan sel-
sel kanker dan sel-sel yang rusak, mungkin karena kegagalan
mempertahankan kekebalan tubuh yang efektif dan luput dari pengawasan
kanker ini juga dapat terjadi. Sel ini akan mengalami perubahan genetik
dan material DNA, lalu berkembang menjadi hyperplasia, metaplasia, dan
bermutasi menjadi sel kanker (Mandal, 2013).
Kanker payudara (carcinoma mammae)bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran
limfe dan aliran darah. Pada carsinoma mammae, metastasis yang sering
terjadi adalah ke paru, pleura, dan tulang (Page, 2004). Pada umumnya
tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga kebanyakan
2
kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor
epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berangkat dari
jaringan penghubung, jarang dijumpai pada payudara. Berdasarkan asal
dan karakter histologinya kanker payudara dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu in situ carsinoma dan invasive carsinoma.In situ
carcinomadikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun
di lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju stroma di
sekelilingnya sebaliknya pada invasive carsinoma, membran basal akan
rusak sebagian atau secara keseluruhan dan sel kanker akan mampu
menginvasi jaringan di sekitarnya menjadi sel metastatik (Hondermarck,
2003).
3
B1), dan erb-B2 (HER-2/neu), reseptor esterogen (ER) (Greenwald, 2002).
Onkogen-onkogen ini akan menginisiasi terjadinya metastase kanker
payudara.
Esterogen akan berikatan dengan ER, membentuk kompleks aktif
yang mempengaruhi transkripsi gen pengatur poliferase sel. Hal ini akan
memacu ekspresi protein yang berperan dalam cell cycle progression dan
mengaktivasi beberapa onkoprotein seperti Ras, Myc, dan CycD1 (Foster
et al., 2001). Aktivasi onkoprotein ini akan mengakibatkan pertumbuhan
sel berlebih dan perkembangan kanker yang dipercepat (Hanahan and
Weinberg, 2000). Selain itu kompleks esterogen dengan ER juga akan
memacu transkripsi beberapa gen tumor suppressor, seperti BRCA1,
BRCA2, dan p53. Gen BRCA 1 merupakan tumor suppresor gene, jika
terjadi mutasi pada gen ini maka dapat menyebabkan pertumbuhan sel
menjadi tidak terkontrol (Gondhowiarjo, 2004).
4
3. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi
pembengkakan.
4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil
dibawah ketiak.
5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam
dan berubah warna menjadi kecoklatan.
6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama
tidak sembuh walau sudah diobati.
7. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati
8. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau dorange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting
kulit. Payudara yang mengalami peau dorange
Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang
dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolan hanya dialami di
satu payudara, dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil.
C. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk kanker payudara telah didokumentasikan.
Namun demikian, untuk mayoriti wanita yang menderita kanker payudara,
faktor resiko yang spesifik tidak dapat ditentukan (IARC, 2008). Menurut
American cancer society (2014), faktor resiko terjadinya kanker payudara
sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Wanita merupakan faktor risiko utama terkena kanker payudara. Pria juga
dapat terkena kanker payudara, tetapi kanker payudara 100 kali lebih
umum terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin karena pria
memiliki lebih sedikit hormon wanita estrogen dan progesteron, yang
dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara.
2. Penuaan
Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia.
Sekitar 1 dari 8 kanker payudara invasif yang ditemukan pada wanita yang
lebih muda dari usia 45 tahun, sementara sekitar 2 dari 3 invasif kanker
payudara ditemukan pada wanita usia 55 tahun atau lebih tua.
5
3. Faktor risiko genetik
Sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara dianggap turun-
temurun, yang berarti bahwa mereka hasil langsung dari cacat gen (disebut
mutasi) yang diwarisi dari orangtua.
4. Riwayat keluarga kanker payudara
Risiko kanker payudara lebih tinggi terjadi pada wanita yang memiliki
keluarga mengidap kanker payudara.
5. Sejarah pribadi dari kanker payudara
Seorang wanita dengan riwayat kanker pada satu payudaranya memiliki
peningkatan risiko mengembangkan kanker baru di payudara lainnya atau
di bagian lain dari payudara yang sama. Risiko ini bahkan lebih tinggi jika
kanker payudara didiagnosis pada usia yang lebih muda.
6. Ras dan etnis
Secara keseluruhan, wanita yang berkulit putih (Amerika) sedikit lebih
rendah untuk mengembangkan kanker payudara daripada wanita berkulit
hitam (Afrika).
7. Jaringan payudara yang padat
Payudara terdiri dari jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan
kelenjar.Seseorang dikatakan memiliki payudara padat ketika mereka
memiliki lebih banyak jaringan kelenjar dan fibrosa tetapi jaringan
lemaknya kurang. Wanita denganpayudara padat memiliki risiko kanker
payudara 1,2-2 kali dari wanita dengan kepadatan payudara rata-rata.
8. Periode menstruasi
Wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih karena mereka mulai
menstruasi lebih awal (sebelum usia 12) memiliki risiko sedikit lebih
tinggi terkena kanker payudara. Faktor resiko lain adalah seperti haid
terlalu muda atau menopause diatas umur 50 tahun, tidak menikah atau
tidak menyusui dan melahirkan anak pertama diatas usia 35 tahun. Mereka
yang sering terkena radiasi (bisa dari sering melakukan pemeriksaan
kesehatan dengan menggunakan alat x-ray) juga mempunyai kemungkinan
menderita kanker payudara. Selain itu, pola makan dengan konsumsi
lemak berlebihan, kegemukan dan konsumsi alkohol berlebihan juga
merupakan faktor resiko. Mereka yang sudah mendapatkan terapi
6
hormonal dalam jangka panjang harus lebih berwaspada karena mereka
mempunyai resiko mendapat kanker payudara. Stres dan faktor genetik
(BRCA1/BRCA2) juga dikatakan tergolong dalam faktor resiko kanker
payudara. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13 dapat meningkatkan resiko kanker payudara sampai 85%.
(Lacey, et al., 2009).
9. Faktor Resiko Hormonal
Di dalam tubuh, hormon prolaktin akan menekan paparan hormon
estrogen dalam jumlah banyak dan waktu yang lama yang dapat memicu
terjadinya kanker payudara. Kebiasaan menyusui berhubungan dengan
siklus hormonal. Setelah proses melahirkan kadar hormon estrogen dan
hormon progesteron yang tinggi selama masa kehamilan akan menurun
dengan tajam. Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron akan tetap
rendah selama masa menyusui. Menurunnya kadar hormon estrogen dan
hormon progesteron dalam darah selama menyusui akan mengurangi
pengaruh hormon tersebut terhadap proses proliferasi jaringan termasuk
jaringan payudara yang memicu terjadinya kanker payudara
( Anggorowatiet al, 2013).
7
Kanker payudara secara umum dibagi menjadi beberapa stage yaitu
sebagai berikut (Kemenkes, 2015) :
1. Stage 0 (Carcinoma In Situ)
2. Stage I
3. Stage II
4. Stage IIIA
5. Stage IIIB
6. Stage IIIC
7. Stage IV
8
Stage II dibagi menjadi 2 stage yaitu:
a. Pada stage IIA:
Tidak ada tumor ditemukan di payudara atau tumor sebesar 2 cm
atau lebih kecil. Kanker (lebih besar dari 2 milimeter) ditemukan
pada 1-3 kelenjar getah bening aksila atau di kelenjar getah bening
di mamaria interna dengan metastasis mikro (tidak terdeteksi secara
klinis).
Tumor lebih besar dari 2 cm tapi tidak lebih besar dari 5 cm. Kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening
b. Pada stage IIB :
Tumor lebih besar dari 2 cm tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan
kanker telah menyebar ke 1-3 kelenjar getah bening aksila atau ke
kelenjar getah bening di mamaria interna dengan metastasis mikro
(tidak terdeteksi secara klinis).
Lebih besar dari 5 cm dan kanker belum menyebar ke kelenjar getah
bening (Kemenkes, 2015).
3. Stage III
Stage III dibagi menjadi 3 stage yaitu :
a. Stage IIIA
Tidak ada tumor yang ditemukan di payudara atau tumor 2 cm atau
lebih dari 2 cm kurang dari 5 cm. Kanker ditemukan di 4-9 kelenjar
getah bening aksila ipsilateral dan/atau di kelenjar getah bening
mamaria interna (terdeteksi secara klinis); atau
Tumor lebih besar dari 5 cm dan terdapat kelompok kecil sel
kanker payudara telah menyebar ke 1-3 kelenjar getah bening
aksila atau ke kelenjar getah bening mamaria interna (terdeteksi
atau tanpa terdeteksi secara klinis) (Kemenkes, 2015).
b. Stage IIIB
Pada stage IIIB, tumor ditemukan dalam berbagai ukuran dan
kanker telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan
menyebabkan bengkak atau maag. Juga, kanker mungkin telah
menyebar sampai ke kelenjar getah bening atau kelenjar getah bening
aksila dan mamaria interna (Kemenkes, 2015).
c. Stage IIIC
Pada stage IIIC, tidak ada tumor ditemukan di payudara atau
mungkin terdapat tumor dalam berbagai ukuran dan kanker mungkin
9
telah menyebar ke kulit payudara dan menyebabkan pembengkakan
atau ulkus dan/atau telah menyebar ke dinding dada. Selain itu kanker
telah menyebar ke 10 atau lebih kelenjar getah bening aksila; atau
kelenjar getah bening atas atau di bawah tulang selangka; atau kelenjar
getah bening aksila dan kelenjar getah bening di dekat tulang dada
(Kemenkes, 2015).
4. Stage IV
Pada stage IV, tomur dengan berbagai ukuran telah menyebar ke
organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2015).
10
E. GUIDELINE TERAPI KANKER PAYUDARA
1. Stage 0
Terapi pada stage 0 didasarkan pada pemeriksaan histopatologis
dan radiologik.
2. Stage I dan II
Terapi dilakukan dengan tindakan operasi berupa mastektomi,
Breast Conserving Therapy (BCT). Terapi BCT dilakukan bila memenuhi
syarat sebagai berikut.
Tumor tidak lebih dari 3 cm
Atas permintaan pasien
Tidak multiple dan/atau mikroklasifikasi luas
Ukuran T dan payudara seimbang
Bukan tergolong ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular
carcinoma in situ (LCIS)
Belum pernah diradiasi di bagian dada
Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau scleroderma
Memiliki alat radiasi yang adekuat
11
Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi +
kemoterapi + radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi
target.
Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi
adjuvan dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target.
4. Stage IV
Terapi yang diberikan yaitu sebagai berikut.
Sifat terapi paliatif
Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi
hormonal) {III atau II*}
Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan {III atau
II*}
Hospice home care {I}
12
jaringan payudara di sekitarnya akan dibersihkan, untuk mastektomi parsial
atau quadrantectomy, dimana sampai seperempat dari payudara akan dihapus.
Jumlah jaringan payudara yang akan dibersihkan akan tergantung pada:
Jenis kanker
Ukuran tumor dan di mana letaknya pada payudara tersebut
Jumlah jaringan sekitarnya yang perlu dibersihkan
Ukuran payudara
b Modified Radical Mastectomy (MRM)
Pembedahan untuk mengangkat seluruh payudara, yang disebut
mastektomi. Mastektomi adalah penghapusan semua jaringan payudara,
termasuk puting. Jika tidak terdapat tanda-tanda jelas bahwa kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening masektomi atau pengangkatan jaringan
bersama dengan biopsi kelenjar getah bening sentinel. Namus jika kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening, maka mungkin akan dibutuhkan
pengangkatan yang sifatnya lebih luas (clearance) dari kelenjar getah bening
dari ketiak (Howard and Bland, 2012).
2 Radioterapi
Radioterapi atau terapi radiasi adalah salah satu perawatan yang paling
umum untuk kanker dengan menggunakan partikel berenergi tinggi atau
gelombang, seperti sinar-x, sinar gamma, berkas elektron, atau proton, untuk
menghancurkan atau merusak sel-sel kanker. Radiasi bekerja dengan
membuat istirahat kecil di DNA dalam sel. Istirahat ini menjaga sel-sel kanker
dari tumbuh dan membelah, sehingga menyebabkan sel-sel kanker mati. Sel-
sel normal di dekatnya juga dapat terpengaruh oleh radiasi, tetapi sebagian
membaik dan kembali bekerja (American Cancer Society, 2015).Radioterapi
menggunakan dosis terkontrol radiasi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi
ini biasanya diberikan setelah operasi dan kemoterapi untuk membunuh sel-sel
kanker yang tersisa. Jenis radioterapi yang tergantung pada kanker dan jenis
operasi. Radiasi ada yang bersifat external yaitu menggunakan mesin khusus
atau internal dari substansi radiaktif yang di taruh didalam tubuh (Medline,
2016).
Menurut American Cancer Society (2016) radioterapi dilakukan pada
kondisi seperti :
13
- Setelah breast-conserving surgery (BCS) untuk membantu menurunkan
kemungkinan kanker akan kembali pada payudara atau kelenjar getah bening
terdekat.
- Setelah masektomi, terutama jika kanker lebih dari 5 cm (sekitar 2 inci) atau
jika kanker ditemukan pada kelenjar getah bening.
- Jika kanker telah menyebar kebagian tubuh lain seperti tulang dan otak.
3 Terapi Sistemik
Terapi sistemik terbagi menjadi 3 tipe yaitu kemoterapi, terapi hormon, dan
terapi target (KPKN, 2015):
a Kemoterapi
Kemoterapi yaitu terapi yang menggunakan obat-obatan beracun
untuk sel-sel kanker dan membunuh sel-sel kanker. Biasanya rute
pemberian obat kanker ini secara intravena atau sebagai pil melalui peroral
(NCCN, 2006). Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau
berupa gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi
diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat
diterima (Kemenkes, 2015). Ini biasanya digunakan setelah operasi untuk
menghancurkan sel-sel kanker yang belum dihapus dan disebut dengan
kemoterapi adjuvan. Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum
operasi yang sering digunakan untuk mengecilkan tumor besar disebut
dengan kemoterapi neo-ajuvan (NCCN, 2006).
Golongan obat Macam obat Beberapa Target obat
anti kanker mekanisme kerja
Alkylating agents Melphalan, Berikatan dengan Molekul DNA
cyclophosphamide, DNA, merusak dan
chlorambucil, menyebabkan
cisplatin ikatan yang tidak
sesuai antara DNA
strands
Anticancer Dactinomycin, Menghambat Topoisomerase
antibiotics daunomycin, topoisomerase II dan I
14
doxorubicin
Antimetabolites Methotrexate, Menghambat enzim Dihydrofolate
fluorouracil, yang berperan pada reductase,
cytosar, 5- sintesa DNA dan thymidylate
azacytosine, 6- RNA synthetase
mercaptopurine,
Gemcitabine
b Terapi hormon
Estrogen, hormon yang diproduksi sebagian besar oleh ovarium,
tetapi juga dari hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan jaringan
lemak dalam tubuh wanita menyebabkan beberapa jenis kanker payudara
tumbuh. Terapi hormon hanya efektif pada wanita dengan kanker yang
mengandung kadar peningkatan estrogen atau reseptor progesteron. Setiap
kanker payudara harus diuji untuk reseptor ini, jika kanker negatif untuk
kedua reseptor tersebut, maka terapi hormon menjadi tidak bermanfaat
(NCCN, 2006). Terapi hormonal dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
imunohistokimia terlebih dahulu untuk menentukan pilihan kemoterapi atau
hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan tersebut (Kemenkes,
2015). Terapi hormon bekerja dengan menurunkan kadar hormon dalam
tubuh atau dengan menghentikan efek hormon tersebut. Terapi hormone
sebagai berikut :
1 Tamoxifen
Obat-obatan ini tidak menurunkan kadar estrogen; sebaliknya,
mereka mencegah estrogen dari menyebabkan sel-sel kanker payudara
tumbuh. Contoh obat anti-estrogen yaitu tamoxifen, toremifen, dan
fulvestrant. Tamoxifen adalah obat antiestrogen yang paling sering
digunakan untuk mengurangi kemungkinan kanker payudara positif
reseptor hormon datang kembali. Terapi yang lain adalah toremifene
yang merupakan antiestrogen yang berkaitan erat dengan tamoxifen.
Terapi ini menjadi pilihan bagi wanita postmenopause dengan kanker
payudara metastatik. Sedangkan fulvestrant adalah obat baru yang dapat
mengurangi jumlah reseptor estrogen. Hal ini efektif pada wanita
15
menopause, bahkan jika kanker payudara tidak lagi menanggapi
tamoxifen (NCCN, 2015).
2 Aromatase inhibitor
Obat-obatan atau terapi yang menurunkan produksi estrogen dalam
tubuh. Contoh terapi ini yaitu inhibitor aromatase. Inhibitor aromatase
menghentikan produksi estrogen pada wanita menopause, contohnya
anastrozole, letrozole, dan exemestane. Obat tersebut bekerja dengan
menghalangi enzim yang membuat estrogen pada wanita menopause.
Namun obat ini tidak bisa menghentikan produksi estrogen pada wanita
premenopause, sehingga hanya efektif pada wanita pascamenopause
(NCCN, 2015).
3 Ablasi ovarium
Pada wanita yang belum mengalami menopause, estrogen
diproduksi oleh indung telur. Ablasi dapat dilakukan dengan
menggunakan operasi atau radioterapi. Ablasi ovarium melibatkan
menggunakan obat yang disebut goserelin, yang merupakan luteinzing
hormone-releasing hormon agonist (LHRHa). Periode menstruasi akan
berhenti saat menjalani terapi ini (Howard and Bland, 2012).
16
wanita dengan kanker payudara stadium lanjut HER2 negatif (atau tidak
diketahui). Nelson (2014) memaparkan hasil rekomendasi ASCO:
17
8 Perawatan paliatif diberikan berkelanjutan. Karena adanya penurunan hasil
dengan kemoterapi lini berikutnya, klinisi sebaiknya memberikan
perawatan suportif terbaik tanpa pilihan kemoterapi.
9 Karena belum terdapat cure untuk pasien dengan kanker payudara stadium
lanjut, klinisi sebaiknya mendorong pasien yang memenuhi kriteria untuk
ikut uji klinik jika penyakitnya tidak mengancam nyawa.
Alternatif:
Trastuzumab 6 mg/kg
IV
18
AC diikuti dengan Doxorubicin 60 Ulangi setiap 21 hari
Kemoterapi T trastuzumab + mg/m2 IV hari 1 selama 4 siklus
Peruzumab 420 mg
IV hari 1
Paclixetal 80 mg/m2
IV hari 1,8 dan 15
Trastuzumab 6 mg/kg
IV pada hari 1
Dose dense AC diikuti Doxorubicin 60 Diulangi setiap 2
Paclitaxel dengan mg/m2 IV pada hari minggu selama 4
1 siklus
trastuzumab
Cyclophosphamide
600 mg/m2 IV pada
hari 1
Ulangi setiap 2 minggu
Diikuti dengan: selama 4 siklus
Paclitaxel 175 mg/m2
IV infuse selama 3
jam pada hari 1
19
Diikuti dengan: Setiap 21 hari diikuti
Trastuzumab 2 mg/kg dengan paclixatel dan
dberikan hingga 1
IV
Alternatif tahun pengobatan
trastuzumab selesai
trastuzumab 6 mg/kg
IV
Carboplatin AUC 6
IV pada hari 1
Satu minggu
Transtuzumab 6
mg/kg IV pada hari 1
Pertuzumab 840 mg
IV pada hari 1
Pertuzumab 420 mg
IV pada hari 1
Docetaxel 75 mg/m2
IV pada hari 1
Carboplatin AUC 6
IV pada hari 1 Setiap 21 hari hingga 1
tahun pengobatan
20
trastuzumab selesai
Diikuti dengan:
Trastuzumab 6 mg/kg
IV
Diikuti dengan:
Docetaxel 100 mg/m2 Setiap 21 hari hingga 4
IV pada hari 1 siklus
Dengan:
Selama 1 minggu
Trastuzumab 4 mg/kg
IV Setaip minggu selama
11minggu
Diikuti dengan:
Trastuzumab 2 mg/kg Setiap 21 hari hingga 1
IV tahun pengobatan
Diikuti dengan: terapi trastuzumab
Trastuzumab 6 mg/kg selesai.
IV
Pertuzumab 420 mg
IV pada hari 1
21
Trastuzumab 8 mg/kg
IV pada hari 1
Trastuzumab 6 mg/kg
IV pada hari 1
Docetaxel 75100
mg/m2 IV pada hari
1
Setiap 21 hari hingga 1
Diikuti dengan: tahun pengobatan
Trastuzumab 6 mg/kg terapi trastuzumab
IV selesai.
Kemoterapi Docetaxel 75 mg/m2 Ulangi setiap 21 hari
Docetaxel/Cyclophosphami IV pada hari 1 selama 4 siklus
d dengan trastuzumab
Cyclophosphamid
600 mg/m2 IV pada
hari 1
22
Diikuti dengan:
Pertuzumab 840
mg IV pada hari 1
Pertuzumab 420
mg IV
Trastuzumab 8
mg/kg IV pada Setiap 21 hari hingga 1
hari 1 tahun pengobatan
Trastuzumab 6 terapi trastuzumab
mg/kg IV selesai
Docetaxel 75
100 mg/m2 IV
pada hari 1
Diikuti dengan:
Trastuzumab
6mg/kg IV
Kemoterapi FEC diikuti Fluorouracil 500 Ulangi setiap 21 hari
dengan Pertuzumab + mg/m2 IV pada hari selama 3 siklus
Trastuzumab + Paclitaxel 1
Epirubicin 100
mg/m2 IV pada hari
1
Cyclophosphamide
600 mg/m2 IV pada Ulangi setiap 21 hari
hari 1 selama 3 siklus
Diikuti dengan:
Pertuzumab 840 mg
IV pada hari 1
Pertuzumab 420 mg
IV
Trastuzumab 8
mg/kg IV pada hari
1 Setiap 21 hari hingga 1
Trastuzumab 6 tahun pengobatan
mg/kg IV terapi trastuzumab
Paclitaxel 80 mg/m2 selesai
IV pada hari 1, 8,
dan 15
Diikuti dengan:
Trastuzumab 6mg/kg
IV
Paclitaxel + trastuzumab Paclitaxel 80 mg/m2 Setiap minggu selama
23
IV 12 minggu
Dengan:
Trastuzumab 4 mg/kg
IV dengan dosis Setiap minggu hingga
pertama paclitaxel 1 tahun pengobatan
Diikuti dengan: trastuzumab selesai
Trastuzumab 2 mg/kg
IV Setiap 21 hari diikuti
dengan paclixatel dan
dberikan hingga 1
Alternativ: tahun pengobatan
trastuzumab 6 mg/kg trastuzumab selesai
IV
(NCCN, 2015)
Cyclofospamid 600
mg/m2 IV hari 1
Diikuti dengan
Paclitaxel 175 mg/m2
infus IV pada hari 1
setiap 2 minggu.
Dose-dense AC Doxorubicin 60 Siklus diulangi setiap 2
mg/m2 IV pada hari 1 minggu selama 4 siklus.
Cyclofospamid 600
mg/m2 IV hari 1 selama 1 jam setiap
minggu selama 12
Diikuti dengan : minggu
Paclitaxel 80 mg/m2
dengan infus IV
TC Docetaxel 75 mg/m2 Ulangi setiap 3 minggu,
IV pada hari 1 4 siklus
Setiap siklus dengan
Cyslofosfamid 600 tambahan myeloid
mg/m2 pada hari 1 growth factor
24
AC setiap 3 minggu Doxorubicin 60 Ulangi setiap 21 hari
mg/m2 pada hari 1 selama 6 siklus
Cyclosfosfamid 600
mg/m2 IV pada hari 1
FAC/CAF 5-Fluorouracil 500 Ulangi setiap 21 hari
mg/m2 IV pada hari 1 selama 6 siklus
dan 8 atau hari 1 dan 4
Doxorubicin 50
mg/m2 IV pada hari 1
(infus selama 72 jam )
Methotrexate 40
mg/m2 Iv pada hari 1
dan 8
5-Fluorouracil 600
mg/m2 Iv pada hari 1
dan 8
FEC/CEF Cyclosfosfamid 75 Ulangi setiap 28 hari
mg/m2 PO hari 1-14 selama 6 siklus
Epirubicin 60 mg/m2
Iv pada hari 1 dan 8
5-Fluorouracil 500
mg/m2 IV pada hari 1
dan 8
Dengan tambahan
kotrimoxazol
AC diikuiti Docetaxel Doxorubicin 60 Setiap 21 hari selama 4
setiap 3 minggu mg/m2 pada hari 1 siklus
Cyclosfosfamid 600
mg/m2 IV pada hari 1
25
Diikuti dengan :
Docetaxel 100 mg/m2
IV pada hari 1
AC diikuti dengan Doxorubicin 60 Ulangi setiap 21 hari
Paclitaxel setiap minggu mg/m2 pada hari 1 selama 4 siklus
Cyclosfosfamid 600
mg/m2 Iv pada hari 1
Diikuti dengan :
Paclitaxel 80 mg/m2
dengan infus IV
selama 1 jam setiap
minggu selama 12
minggu.
EC Epirubicin 100 mg/m2 Ulangi setiap 21 hari
pada hari 1 selama 8 siklus
Cyclosfosfamid 600
mg/m2 Iv pada hari 1
FEC diikuti dengan T A. Diikuti docetaxel Ulangi selama 21 hari
5-Fluorouracil 500 selama 3 siklus.
mg/m2 IV pada
hari 1
Epirubicin 100
mg/m2 IV pada
hari 1
Cyclosfosfamid
500 mg/m2 IV
pada hari 1
Diikuti dengan :
Docetaxel 100
mg/m2 IV pada
hari 1 Ulangi setiap 21 hari
B. Diikuti Paclitaxel selama 4 siklus
5-Fluorouracil 600
mg/m2 Iv pada
26
hari 1
Epirubicin 90
mg/m2 IV pada
hari 1
Cyclosfosfamid
600 mg/m2 Iv pada
hari 1
Diikuti dengan :
Paclitacxel 100
mg/m2 infus setiap
minggu selama 8
minggu.
Doxorubicin 50
mg/m2 IV pada hari 1
(atau dengan infus
selama 72 jam)
Cyclosfosfamid 500
mg/m2 IV pada hari 1
Diikuti dengan :
Paclitaxel 80 mg/m2
dengan IV infus
selama 1 jam setiap
minggu selama 12
minggu.
Doxorubicin 50
mg/m2 Iv pada hari 1
27
Cyclosfosfamid 500
mg/m2 Iv pada hari 1
(NCCN, 2015)
Kemoterapi + Kemoterapi +
Positif kemoterapi Kemoterapi tamoxifen/ Kemoterapi
tamoxifen aromatase
inhibitor
H. MONITORING
1 Monitoring Keberhasilan
Awal, monitoring kekambuhan dilakukan selama 3 sampai 6 bulan
sekali. Setelah 5 tahun, monitoring dilakukan 1 tahun sekali. Monitoring
bertujuan untuk melihat kekambuhan kanker pasien.Pasca operasi dan radiasi,
dilakukan mammogram 6 bulan sekali, selanjutnya 1 tahun sekali, pasien yang
telah melakukan mastektomi, dilakukan mammogram pada payudara yang
tersisa setahun sekali. pada penggunaan tamoxifen atau toremifene dilakukan
pemeriksaan pelvis setiap tahun karena obat tersebut meningkatkan resiko
kanker Rahim, terutama pada wanita menopause dan monitoring abnormalitas
perdarahan vaginal. Pada penggunaan inhibitor aromatase monitoring
kesehatan tulang (Senkus et al., 2009)
28
Jika ada tanda fisik kekambuhan, dilakukan pemeriksaan marker tumor
darah, fungsi hati, CT scan, scan tulang, rontgen dada.JIka gejala, uji, atau tes
menunjukkan kekambuhan, dilakukan tes pencitraan x-ray, CT scan, PET
scan, MRI scan, Scan tulang, dan atau biopsy. Selain itu dapat dilakukan juga
uji marker sel-sel tumor, seperti CA-15-3, CA 27-29, atau CEA.Monitoring
fungsi jantung setiap 3 4 minggu sekali selama terapi (Senkus et al., 2009).
Monitoring kadar petanda tumor CA 15-3 dan CEA sebelum dan
sesudah kemoterapi pada pasien kanker payudara stadium lanjut. Petanda
tumor kadarnya berkorelasi dengan keberhasilan pengobatan dan respon
terapi. Kadar normal "tumor marker" dalam darah pada setiap orang tidak
selalu sama. Sebagai contoh kadar CEA pada orang normal/sehat : 0 - 4,6
ng/ml. Kadar 4,6 - 10 ng/mL sering juga ditemukan pada perokok dan
penderita tumor jinak. Kadar 10 ng/mL dianggap sebagai batas bawah dari
kadar CEA yang menunjukkan adanya kanker (Wayan R. S., 2000). Pada
kanker payudara, konsentrasi petanda tumor mengalami perubahan dengan
pengobatan. Petanda tumor biasanya meningkat seiring dengan progresivitas
penyakit, menurun pada penyakit yang mengalami remisi dan tidak ada
perubahan yang signifikan pada keadaan yang stabil (Kresno, 2003).
B Anticancer Antibiotics
a Doxorubicin
29
Potensi efek samping Doxorubicin dapat menyebabkan
kardiotoksisitas pada penggunaan jangka panjang, hal itu menyebabkan
penggunaannya secara klinis menjadi terbatas. Efek samping pada
pemakaian kronisnya bersifat ireversibel, termasuk terbentuknya
cardiomyopathy dan congestive heart failure (Han et al., 2008).
C Anti Metabolit
a Metotrekstat
Potensi efek samping obat Methotrexate diantaranya adanyan
penurunan sel darah putih, radang paru paru, sakit kepala dan lain
lain jika dikonsumsi lebih dari 2 bulan (Indirawati, 2009).
Monitoring nilai leukosit
Monitoring fungsi paru
Monitoring sakit kepala dipantau setiap hari.
b 5-Fluorouracil
Potensi efek samping obat 5-Fluorouracil adalah neutropenia,
stomatitis, diare, dan hand-food syndrome. Masing-masing efek ini
terkait dengan metode pemberian yang diterapkan pada
pasien (Meyerhardt and Mayer, 2005).
a. Sitarabin (cyrosar)
Potensi efek samping penggunaan obat ini adalah gangguan
pernafasan, pembengkakan kelopak mata, wajah atau bibir, ruam atau
gatal-gatal (Terutama yang mempengaruhi seluruh tubuh), gatal-gatal
merasa lelah dan Flu seperti gejala demam dan panas dingin (Nand et
al, 1986).
Monitoring efek samping kemoterapi, yaitu infeksi, kehilangan
selera makan, mual dan muntah, kelelahan, kerontokan rambut, mulut
sakit, menggunakan Chemotherapy Side Effect Worksheet dari
American Cancer Society (Anonim, 2016).
2 Radioterapi
Penggunaan Radioterapi dapat menyebabkan iritasi kulit biasanya
terjadi 1 minggu setelah terapi radiasi. Gejalanya berupa kulit
kemerahan hingga gelap dan dapat terjadi eritema.tetapi setelah
30
pengobatan radioterapi berhenti kulit akan kembali menjadi normal.
Efek samping lainya radioterapi yaitu fatigue (Medline, 2016).
3 Hormonal
a Tamoxifen
b Aromatase Inhibitor
Aromatase Inhibitor menyebabkan Hot flashes, gelisah,
berkeringat, insomnia, nyeri otot, merasa lelah, nyeri tulang (Zivian
and Salgado, 2008)
4 Biologis
a Trastuzumab
Efek samping Trastuzumab diantaranya demam, sakit kepala,
mual, sesak napas, muntah, kelelahan, infeksi, diare, batuk yang
meningkat, nyeri otot, bintik merah pada kulit, penurunan sel darah putih
31
dan darah merah. Monitoring dilakukan selama 24 jam setelah terapi.
(Anonim, 2011).
Monitoring fungsi jantung sebelum dan 3-4 bulan selama terapi
trastuzumab menggunakan parameter LVEF. Penggunaan trastuzumab
dihindari atau sangat hati-hati pada pasien dengan baseline LVEF
<50%. Pada LVEF yang menurun lebih dari 15% atau 10% dari
baseline, setidaknya digunakan selama 4 minggu. Trastuzumab dapat
dimulai kembali ketika LVEF kembali ke dalam batas-batas normal
(Onitilo et al, 2014).
Monitoring fungsi paru-paru, karena trastuzumab dapat
menyebabkan sesak napas yang menyebabkan kematian (Anonim,
2016).
Monitoring nilai leukosit (Anonim, 2016).
I. INTERAKSI OBAT
32
Cyclophosphamide Digoxin Menurunkan kadar digoxin
33
Acitretin Meningkatkan efek samping methotrexate
Aspirin Meningkatkan toksisitas methotrexate
Bacitracin Meningkatkan kadar methotrexate
Meningkatkan efek nefrotoksisitas dan
Celecoxib
ototoksisitas
Meningkatkan kadar methotrexate
34
2005 antara lain: membatasi konsumsi alkohol, hindari kebiasaan merokok,
makan seimbang dan olahraga teratur, lingkungan hidup dan pekerjaan yang
sehat. Pada pencegahan kanker payudara untuk deteksi dini Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI).
Menurut Depkes RI (2009) pengertian SADARI adalah pemeriksaan
payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa
payudaranya sendiri setiap bulan. Dengan melakukan pemeriksaan secara
teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun
masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk diobati.
Menurut Otto (2003) pemeriksan payudara sendiri sebaiknya dilakukan
pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari ke-1 mulai haid (saat payudara tidak
mengeras dan nyeri) atau bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan
dengan memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1
atau tanggal lahirnya). Pemeriksaan payudara sendiri bisa dilakukan setiap saat
yang penting adalah kesadaran untuk memeriksa bagian-bagian payudara yang
mungkin dijumpai suatu benjolan yang tidak lazim (Trihartono, 2009).
Pemeriksaan payudara sendiri tidak lebih dari 2-3 menit (Rasjidi, 2010).
3. Pada waktu masih ada didepan cermin, lihat dan perhatikan tanda tanda
adanya pengeluaran cairan dari puting susu.
35
4. Berikutnya dengan posisi berbaring, rabalah kedua payudara, payudara kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya, gunakan bagian dalam (volar/telapak)
dari jari ke 2-4. Raba seluruh payudara dengan cara melingkar dari luar
kedalam atau dapat juga vertikal dari atas kebawah.
5. Langkah berikutnya adalah meraba payudara dalam keadaan basah dan licin
karena sabun dikamar mandi; rabalah dalam posisi berdiri dan lakukan
seperti langkah-4.
KESIMPULAN
Terapi yang dapat digunakan pada penyakit kanker payudara antara lain operasi,
radioterapi, kemoterapi, terapi hormon, dan terapi biologis.Terapi didasarkan pada
stadium kanker. Kanker payudara dapat dicegah dengan deteksi secara dini.
36
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, 2014. Breast Cancer Pevention And Early Detection.
Http://Www.Cancer.Org/Acs/Groups/Cid/Documents/Webcontent/003165-
Pdf.Pdf. Diakses Tanggal 22 September 2016.
American Cancer Society, 2014. Breast Cancer Pevention And Early Detection.
Http://Www.Cancer.Org/Acs/Groups/Cid/Documents/Webcontent/003165-
Pdf.Pdf. Diakses Tanggal 22 September 2016Anggorowati et al, 2013
Foster, J.S., Henley, D.C., Ahamed, S., And Wimalasena, J., 2001. Estrogens And
Daur Sel Regulation In Breast Cancer. Trends In Endocrinology &
Metabolism. 12(7). 320-327.
37
Hanahan, D., And Weinberg, R. A., 2000. The Hallmarks Of Cancer. Cell 100, 57-
70
Hondermarck H, 2003. Breast Cancer. Molecular & Cellular Proteomics 2.5. The
American Society For Biochemistry And Molecular Biology, Inc. Pp. 281-
291.
Howard and Bland, 2012, Current management and treatment strategies for breast
cancer, Curr Opin Obstet Gynecol, 24:4448.
Indrawati, M., 2009. Bahaya Kanker bagi Wanita dan Pria Cetakan pertama.
Jakarta: Pendidikan untuk Kehidupan.
International Agency for Research on Cancer (IARC). (2008). Cancers Breast.
http://globocan.iarc.fr/factsheets/cancers/breast.as Diakses Oktober 2016
Lacey, S., Bruwer, J., dan Li, E. (2009), The role of perceived risk in wine
purchase decisions in restaurants, International Journal of Wine Business
Research, Vol. 21, No. 2, hal. 99- 117
Langhorne, M. E., Fulton, J. S. And Otto, S. E., 2007, Oncology Nursing 5th
Ed.Missouri: Mosby Elsevier.
Mandal, Ananya, 2013, News Medical Life Sience and Medicine: Breast cancer
Pathophysiology, URL:http://www.news-medical.net/health/Breast-
Cancer-Pathophysilogy.aspx, diakses pada 21 September 2016.
38
Medscape, 2016, Cyclophosphamide, reference.medscape.com/drug/cytoxan-
cyclophosphamide-342214 diakses22 September 2016
Mouzon, A., Kerger, J., DHont, L., Spinewine, A, 2013, Potential Interactions
with AnticancerAgents: A Cross-Sectional Study, Chemotherapy.
2013;59:8592.
NCCN, 2006. Breast Cancer Treatment Guidelines for Patients Version VIII.
American Cancer Society.
Oncology Nursing Society, 2011, Oral Therapies for Cancer Drug Table,
Pittsburgh, PA: Oncology Nursing Society.
39
Page, D.L. 2004. Breast Lesions, Pathology And Cancer Risk. Breast J.10 (1):3-4.
Pane, M., 2002. Aspek Klinis dan Epidemiologi Penyakit Kanker Payudara.
Jurnal Kedokteran dan Farmasi Medika No 8 Tahun XXVIII, Agustus
2002
Perez, Edith A., et al, 2006, Aromatase Inhibitors and Bone Loss, Oncology
(Williston Park), 2006 August; 20(9): 10291048.
Rasjidi, I. (2010). 100 Question & Answer: Kanker Pada wanita. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Senkus-Konefka, E., Cardoso, F., Bedard, P. L., Winer, E. P., Pagani, O.,
Fallowfield, L.J., Kyriakides, S. Costa, A., Cufer, T., &Albain, K. S., 2009.
International Guidelines for Management of Metastatic Breast Cancer:
Combination vs Sequential Single-Agent Chemotherapy. J Natl Cancer
Inst, 101: 1174-1181.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. 2004. Buku ajar ilmu bedah, edisi ke-2. Jakarta:
EGC. hlm. 388-89, 399-402
40