Professional Documents
Culture Documents
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
(2500 gram) disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu.
Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970)
telah diusulkan defenisi berikut :
- Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu.
- Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1 Prematuritas murni
Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau
biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK).
2 Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan
(KMK).
ETIOLOGI
A Prematuritas murni
1 Faktor ibu
a Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung,
bacterial vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multi gravida yang
jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak
juga sering ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.
2 Faktor janin
Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan mengakibatkan BBLR.
B Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat antara ibu dan janin
(gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang
menggangu sirkulasi dan insuffisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan
umum dan nutrisi ibu.
PATOGENESIS
Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur kehamilan pretermnya biasanya
dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan
janin (incompetent cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan
plasenta, atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan
mencapai umur cukup bulan.
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan efisiensi
plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu. Dismaturitas
mungkin merupakan respon janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen. Sehingga masalahnya
bukan pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang terus menerus.
Serupa halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang menandakan perlunya persalinan cepat karena
lingkungan intrauteri berpotensi merugikan.
GEJALA KLINIK
A Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada
kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala
relatif besar dari badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Ossifikasi
tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum
sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang
rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mamma
belum sempurna, puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu
posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada
bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih
hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi
dan kepala menghadap ke satu jurusan.
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, begitu juga refleks batuk.
Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda
kelaparan ini tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial.
Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya
tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini seringkali berhubungan dengan
perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum.
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila frekuensi pernapasan terus
meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin,
pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari
penyebabnya, misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologis toraks.
B Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan terlihat gejala fisis bayi prematur
murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan kurang dari 2500 gram,
karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan
wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah wasting, demikian
pula pada post term dengan dismaturitas.
2 Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilikus.
Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam
kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin.
3 Stadium ketiga
Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning, demikian pula kuku dan
tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang sudah berlangsung lama.
PENENTUAN STATUS BBLR DALAM KURVA PERTUMBUHAN
Untuk menentukan status BBLR digunakan kurva pertumbuhan janin Lubchenko, 1966 Pediatrix,
2001. Kurva ini menggunakan patikan berat badan yang seharusnya pada umur kehailan tertentu. Kriteria
yang digunakan adalah BMK (Besar Masa Kehamilan), SMK (Sesuai Masa Kehamilan), dan KMK (Kecil
Masa Kehamilan). Berat badan kurang dari presentil ke 10 memiliki makna KMK (Kecil Masa
Kehamilan) atau PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat).
DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1
jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
A Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):
1 Umur ibu
6 Aktivitas
B Pemeriksaan Fisik.
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
3 Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
C Pemeriksaan Penunjang
3 Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa
gas darah.
4 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
KOMPLIKASI
Ileum bagian distal dan kolon proksimal sangat sering terlibat. Beberapa stress perinatal , terutam asfiksia
dan hipotermia dianggap sebagai factor predisposisi terjadinya EKN. Permulaan penyakit biasanya pada 2
minggu pertama tetapi dapat terlambat sampai umur 2 bulan.
Dapat menimbulkan gejala seperti apneu, bradikardi, dan distensi abdominal. Mekonium keluar secara
normal dan sebagai tanda pertama ialah distensi perut dengan retensi lambung. Timbulnya penyakit ini
sering tidak jelas, dan dapat terjadi sepsis sebelum dicurigai terjadi lesi pada usus. Sekali terkena kondisi
anak biasanya buruk, dengan cepat menjadi lemah dan asidosis serta dapat berkembang kearah syok dan
DIC.
b Hipotermia
Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh pada kehilangan panas
tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk untuk mempertahankan panas
dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum
cukup matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia:
Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin mengalami gasping dalam
uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang
mengandung mekonium tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan
menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran pernafasan.
Pernafasan cepat
Sianosis perioral
Merintih sewaktu ekspirasi
Retraksi substernal dan interkostal
d Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa hipoglikemia dapat terjadi
sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen
yang belum mencukupi. Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah 20 mg/dL.
Tanda klinis hipoglikemia :
Gemetar
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea Intermiten
Tangisan lemah atau melengking
Kelumpuhan atau letargi
Kesulitan minum
Terdapat gerakan putar mata
Keringat dingin
Hipotermia
Gagal jantung dan henti jantung
Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia berat didapatkan hasil
gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.
e Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah, sehingga perdarahan
intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated intravascular coagulopathy atau
trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah
yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning
Letargi
Kejang
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai mkobinemia adalah :
- Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg%
pada neonatus cukup bulan.
- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan
sepsis).
- Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu,
asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller masih kurang, sehingga
bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki
perlindungan seperti pada bayi cukup bulan. Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya
kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama.
Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dan dalam arti luas gawat janin dibagi menjadi 3
golongan, yaitu :
1 Gawat Janin Akut, defisit mengakibatkan gawat perinatal tetapi tidak mengakibatkan retardasi
pertumbuhan dan pelisutan (wasting).
2 Gawat Janin Subakut, bila defisit tersebut menunjukkan tanda pelisutan (wasting) tetapi tidak
mengakibatkan retardasi pertumbuhan.
PENATALAKSANAAN
Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk mengetahui adanya
sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan idiopatik, sebaiknya setiap jam
dihitung frekuensi pernafasan lahir dan bila frekuensi lebih dari 60 x/menit dibuat foto thoraks.
Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu karena
pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.
Temperatur harus diperbaiki, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi hipotermik, hal ini
disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak subkutan
kurang.
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan
pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a Pengaturan Suhu
Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi, bila dirawat dalam
inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram adalah 35 C dan
untuk bayi dengan berat badan 2000-2500 gram adalah 34 C, agar bayi dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37 C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan
inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.
Kelembaban yang tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan, suhu inkubator
dapat diturunkan 1 C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gram dan secara berangsur-
angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 C - 29 C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol
hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu pijar atau petromaks di dekat tempat tidur bayi.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36,5C-37,5C adalah dengan memakai alat
perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator, alat ini berguna untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi.
b Nutrisi Enteral
Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit,
daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan
tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar berat badan bertambah baik.
Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500 gram, dan masa gestasi lebih
dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat berumur 2-4 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada bayi lebih kecil, walaupun tidak distress, jangan diberikan
nutrisi enteral selama 12-24 jam pertama, lebih baik diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak
lahir dan diobservasi, bila keadaan bayi stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai. Syarat
lain untuk memulai nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang menunjukkan adanya
kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.
Masalah yang sering menghambat pemberian nutrisi enteral adalah sindrom distress pernafasan,
sindrom aspirasi, pneumonia, apnea karena prematuritas dan gagal jantung akibat duktus arteriosus
paten
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung, hal ini perlu
untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah. Pada umumnya bayi dengan
berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya, bayi dengan berat kurang dari 1500
gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama, dalam
hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastric-intubation).
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada anaknya, bila daya isap cukup baik, maka pemberian air
susu ibu diteruskan. Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan dengan
puting susu ibu, pada keadaan ini air susu ibu dipompa dan diberikan melalui botol, cara pemberian
melalui susu botol adalah dengan frekuansi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang
sedikit. Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi, jumlah cairan
yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit
setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian
minum sebelumnya, untuk mencegah regurgitas (muntah) atau distensi abdomen. Banyaknya cairan
yang diberikan adalah 60 ml/kg/hari, dan setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada akhir
minggu kedua.
Bila air susu ibu tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang mengandung lemak yang
mudah dicerna bayi (middle chain triglycerides) dan mengandung 20 kalori per 30 ml air atu
sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kal/kg berat badan perhari.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter (polietilen) yang dapat tinggal
di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi, kateter no. 8 untuk bayi kurang dari 1500 gram dan no.10
untuk bayi diatas 1500 gram. Kateter yang telah dimasukkan ke dalam lambung dihubungkan dengan
botol infus yang berisi susu yang digantungkan setinggi 1 meter dari atas bayi, susu diberikan dengan
tetes yang teratur sebanyak 60 ml/kg berat badan sehari, dan tiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg
berat badan pada akhir minggu kedua. Bila daya isap dan menelan mulai baik, kateter secara
berangsur-angsur dapat diganti dengan pipet, sendok atau botol dengan dot.
c. Kebutuhan Cairan
Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur kehamilan, keadaan
lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur (<1000 gram) memerlukan sebanyak
2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan kehilangan cairan insisible sebesar 0,6 0,7 ml/kgBB/jam,
bila dirawat dalam incubator. Jumlah cairan yang dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu
botol atau cairan intravena adalah 60-70 mL/kgBB pada hari pertama dan dinaikkan sampai 100-120
mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai 150 ml/kgBB, selanjutnya dapat
mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.
Bayi lebih prematur dan kecil dimulai dengan 70-100 mL/kgBB pada hari pertama dan dilanjutkan
sampai 150 mL/kgBB atau lebih pada hari ke-3 dan ke-4.
Penimbangan badan setiap hari, pengeluaran urin, pemeriksaan fisik harus dipantau secara cermat
untuk mendeteksi adanya kelainan status hidrasi.
Tujuan dari pemberian nutrisi parenteral adalah memasukkan kalori nonprotein yang cukup, sehingga
memungkinkan bayi menggunakan sebagian terbesar proteinnya untuk pertumbuhan. Infus harus
mengandung asam amino sintetik 2,5-3 g/dL dan glukosa hipertonik pada kisaran antara 10-25 g/dL
sebagai tambahan disamping kuantitas elektrolit, mineral, dan vitamin yang cukup.
Infus awal harian harus memasukkan 10-15 g/kgBB/24 jam glukosa dan menambah sedikit demi
sedikit sampai 25-30 g/kgBB/24 jam, bila hanya glukosa saja yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan penuh nonprotein 100-120 kkal/kgBB/24 jam.
Jika yang digunakan vena perifer, dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa dibawah 12,5
g/dL. Emulsi lemak intravena seperti 20% intralipid (2,2 kkal/mL) dapat digunakan untuk
memberikan kalori tanpa beban osmotik yang nyata, sehingga dapat mengurangi akan kebutuhan infus
dengan kadar glukosa yang lebih tinggi, melalui vena sentral atau perifer, dan biasanya mencegah
perkembangan defisiensi asam lemak essensial. Intralipid dapat dimulai pada 0,5 g/kgBB/24 jam dan
selanjutnya diberikan sampai 3 g/kgBB/24 jam.
Komplikasi makanan intravena terkait dengan kateter, sepsis adalah masalah yang paling penting pada
infus vena sentral dan dapat diminimalkan dengan perawatan keteter yang cermat dan prefarat infus
aseptic.
Komplikasi metabolic meliputi hiperglikemia yang berasal dari kadar glukosa infus yang tinggi, yang
dapat menyebabkan diuresis osmotic dan dehidrasi, azotemia, hipoglikemia, hiperlipidemia,
hipoksemia.
e. Infeksi
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang
dimulai pada masa perinatal, yaitu dengan memperbaiki keadaan lingkungan, kebersihan makanan,
mencegah terjadinya infeksi silang para dokter, perawat, bidan dan petugas lain.
Bayi dengan BBLR sering mengalami masalah pada nutrisi karena fungsi saluran pencernaan
yang belum sempurna, seperti reflex hisap yang kurang, motilitas usus lambat sehingga bayi mudah
kembung, volume gaster yang kecil sehingga bayi mudah muntah, dan defisiensi enzim. Penyakit lain
seperti asfiksia, infeksi, dan sesak nafas juga sering menyertai. Hal ini membuat masukan oral
menjadi sulit dan tertunda.
Pemberian nutrisi pada bayi BBLR yang sehat sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dengan
cara IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Sedangkan pada bayi BBLR yang sakit, sebagian besar dapat
mengatasi penyakitnya sendiri dengan cepat, sehingga hanya memerlukan cairan, elektrolit, dan
glukosa. Pemberian kolostrum sebagai minum pertama sangat dianjurkan.
Hari ke 1 60 D10 W 0 0 45
2 Berat badan
Pemberian nutrisi parenteral dipertimbangkan bila sampai hari ketiga bayi masih memerlukan
puasa. Garis besar program nutrisi parenteral adalah:
1 Keperluan cairan dan elektrolit. Keperluan cairan setelah hari ketiga: 120-150 cc/kg.
Bayi dapat mulai diberikan minum bila keadaannya sudah stabil, yaitu:
3 Keperluan O2 berkurang
Masalah yang sering muncul dikarenakan reflex hisap dan menelan yang belum kuat, sehingga
rangsangan pada puting lemah. Hal ini berakibat pada pengosongan payudara yang terhambat,
produksi ASI menjadi menurun dan lama-kelamaan menjadi habis.
Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian Penguat ASI (HMF: Human Milk Fortifier). HMF berisi
protein, elektrolit, dan mineral. HMF dapat ditambahkan pada ASI peras pada bayi < 1500 g setelah
bisa minum > 100 ml/kg. HMF diberikan sampai dengan berat 1800-2000 g. Bila tidak terdapat HMR
atau ASI peras ibu kurang, dapat diberikan susu formula yang dimulai dengan pengenceran setengah.
Energy / 100 67 70 67 74 80 66
ml
Natrium 22 7 22 31 13-20 8
Kalium 39 15 18 - 18 17
MEMULANGKAN BAYI
Sebelum pulang bayi harus sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupun
dengan puting susu ibunya, selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10-30 g/hari dan suhu
tubuh tetap normal di ruang biasa.bayi harus tidak menderita apneu atau bradikardi, dan tidak
memerlukan oksigen atau obat yang diberikan melalui pembuluh darah Biasanya bayi prematur
dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah diatasi.
Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan perkembangannya,
serta menemukan kelainan yang mungkin baru timbul.
PERAWATAN DI RUMAH
Ibu bayi diajarkan cara merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan, merawat tali pusat,
memberi ASI/PASI, mengganti popok, dan tidak lupa untuk memberi tahukan agar tetap kontrol ke
balai kesehatan terdekat.
PROGNOSIS
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi,
makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia, sindrom gangguan pernafasan,
perdarahan intraventrikuler, infeksi gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia).
Asfiksia sendiri merupakan komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir rendah, bila tidak
segera diatasi maka prognosis neonatus menjadi buruk.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada
saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan).
DAFTAR PUSTAKA
1 Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-30. Edition 15 Th
2001 Mc Graw Hill Companies.
2 Avery Gordon B : Neonatologi, Pathology and Management Of The New Born, Page 182-200.
Second Edition.JB Lippincott Company Philadelphia1981.
3 Behrman, Kliegman : Nelson Essential Of Pediatric-Delivery Room Care, Page 160-166, 204-206.
W.B Saunders Company 1990.
4 Nelson. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak, Ed. 15, Vol. 1,
Jakarta: EGC, 1996; 562-72
5 Budjang R.F. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kebidanan, Ed. 3, cet. 5, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praw iroharjo, 1999; 771-84
6 I.D.A.I. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, artikel tanggal 13 Januari 2005. Dalam:
http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=71