Professional Documents
Culture Documents
LEUKORRHEA
Leukorrhea (fluor albus, vaginal discharge, duh tubuh vagina) atau keputihan
adalah cairan bukan darah yang keluar berlebihan dari vagina. Beberapa literatur
memberikan batasan, yang dimaksud dengan leukorrhea adalah keluarnya cairan
berlebihan dari liang senggama (vagina), yang disertai oleh perasaan gatal, nyeri,
rasa terbakar di bibir kemaluan atau kerap juga disertai bau busuk dan rasa nyeri
sewaktu berkemih atau senggama.
Adapula literatur yang menyebutkan batasan bagi leukorrhea yaitu cairan
yang keluar dari vagina yang bukan darah dengan sifat yang bermacam-macam
baik warna, bau, maupun jumlahnya yang terutama disertai dengan keluhan
berupa gatal, bau tidak biasa dan nyeri.
Leukorrhea Fisiologis
Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi
kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi.
Secara mikroskopik terdiri dari sel-sel epitel vagina yang terdeskuamasi, cairan
transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi
dari saluran yang lebih atas dalam jumlah bervariasi serta mengandung berbagai
mikroorganisme terutama Lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi
karena produksi asam laktat oleh Lactobacillus dari metabolisme glikogen pada
sel epitel vagina.
Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :
1. Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh
estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2. Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi, keadaan sekret dari kelenjar pada serviks uteri
menjadi lebih encer
5. Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran
transudasi dinding vagina
SKENARIO D BLOK 24 1
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Leukorrhea Patologis
Leukorrhea dikatakan tidak normal jika terjadi peningkatan volume
(khususnya membasahi pakaian), bau yang khas dan perubahan konsistensi atau
warna. Penyebab terjadinya leukorrhea patologis bermacam-macam, dapat
disebabkan oleh adanya infeksi (oleh bakteri, jamur, protozoa, virus) adanya
benda asing dalam vagina, gangguan hormonal akibat menopause dan adanya
kanker atau keganasan dari alat kelamin, terutama pada serviks.
Penyebab leukorrhea patologis :
a. Infeksi
Penyebab leukorrhea terbanyak adalah infeksi pada vagina (vaginitis) dan
seviks (servisitis). Ada atau tidaknya bau, gatal dan warna dapat membantu
menemukan etiologinya. Sekret yang disebabkan oeh infeksi biasanya
mukopurulen, warnanya bervariasi dari putih kekuningan hingga berwarna
kehijauan. Vaginitis paling sering disebabkan oleh Candida spp., Trichomonas
vaginalis, Vaginalis bakterialis. Sedangkan servisitis paling sering disebabkan
oleh Chlamidia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain itu penyebab
infeksi yang lain adalah infeksi sekunder pada luka, abrasi (termasuk yang
disebabkan oleh benda asing), ataupun terbakar.
b. Non infeksi
Dapat disebabkan oleh :
Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
SKENARIO D BLOK 24 2
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
SKENARIO D BLOK 24 3
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Infeksi Jamur
1.1 Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh
Candida spp terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah
mengalami kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya.
Jamur ini hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaan-
keadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil
kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.
Gejala Klinis
- Duh tubuh vagina disertai gatal pada vulva
- Disuria eksternal dan dipareunia superfisial
- Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet
- Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang
bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah
- Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri
pada penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada
dinding vagina tampak gumpalan putih seperti keju.
- Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5
SKENARIO D BLOK 24 4
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Diagnosis
- Leukorrhea yang bervariasi mulai dari cair sampai kental dan sangat gatal
(pruritus vulva)
- Dapat ditemukan rasa nyeri pada vagina, dispareunia, rasa terbakar pada vulva
dan iritasi vulva
- Tanda inflamasi : dapat ditemukan eritem (+), edem (+) pada vulva dan labia,
lesi diskret pustulopapular (+), dermatitis vulva
- Laboratorium : pH vagina < 4,5, Whiff test (-). Pada sediaan gram : bentuk ragi
(+) dan pseudohifa (+)
- Mikroskopik : leukosit, sel epitel, 80% pasien dengan gejala terlihat : ragi
(yeast) mycelia atau pseudomycelia
- Saran: kultur jamur untuk menegakkan diagnosis. (kultur merupakan jenis
pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi adanya candida)
Pengobatan
- Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal atau
- Klotrimazol 200 mg intravagina selama 3 hari atau
- Nistatin 100.000 unit intravagina selama 14 hari atau
- Fluconazole 150 mg peroral dosis tunggal atau
- Itraconazole 200 mg 2 x 1 tablet selama 1 hari atau
- Imidazole vagina krem, 1 tablet setiap hari selama3-7 hari
Wanita hamil sebaiknya hanya menggunakan penggunaan topikal dengan tablet
vagina
Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh
protozoa yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita
T. vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada
uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.
SKENARIO D BLOK 24 5
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
SKENARIO D BLOK 24 6
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis
akibat pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan
oleh bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp,
Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial merupakan penyebab
vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita yang masih aktif secara
seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan
seksual.
Diagnosis vaginosis bakterial dapat ditegakkan bila ditemukan tiga dari
empat gejala berikut (Kriteria Amsell) :
1. Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina
2. pH vagina > 4,5
3. Whiff test (+)
4. Ditemukan clue cell pada pemeriksaan mikroskopik
Gejala klinis :
- Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
- Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan
terutama setelah melakukan hubungan seksual
- Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna
putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina
- Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi
SKENARIO D BLOK 24 7
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
- Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina
tercium bau amis (whiff test)
- Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel
epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur
(clue cells)
Diagnosis
- Keputihan yang berbau tidak enak/bau seperti ikan, terutama setelah
berhubungan seksual
- Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, warna sekret : putih atau
abu-abu dan melekat pada dinding vagina terutama forniks posterior
- Tanda-tanda inflamasi tidak ada
- Laboratorium : whiff test (+), pH 4,5 (biasanya 4,7-5,7)
- Mikroskopik : clue cell (+), jarang lekukosit, banyaknya lactobacilli berlebihan
karena bercampur dengan flora, meliputi coccus gram (+) dan coccobacilli
Pengobatan
- Metronidazole 2 gram, peroral dosis tunggal atau
- Metronidazole 500 mg peroral, 2x1 hari selama 7 hari atau
- Ampisilin 500 mg peroral 4x1 hari selama 7 hari
Pengobatan lain dapat diberikan :
- Krim klindamisin vagina 2% intravagina selama 7 hari atau
- Gel metronidazole 0,75% intravagina sehari 2 kali selama 5 hari
- Metronidazole tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama
Penanganan pada partner seksual :
- Partner tetap atau sumber kontak : pemeriksaan rutin penyakit menular seksual
(sexual transmitted disease)
- Biasanya tidak diindikasikan untuk pengobatan
SKENARIO D BLOK 24 8
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
KELUHAN
- bau duh tubuh Bau asam Bau Bau amis
vagina
- lecet pada vulva + + Jarang
- iritasi pada vulva + + Jarang
- dispareunia + + Jarang
GEJALA
- Vulvitis/vaginitis + + Jarang
- Duh tubuh
vagina Sedikit-sedang Banyak Sedang
Jumlah Putih Kuning Putih Keabuan
Warna Encer/menggumpal/cheesy Encer/berbusa Encer/berbusa.
konsistensi plaques purulen Homogen,
tipis, melekat
pada dinding
vagina
DIAGNOSIS
- pH vagina 4,5 > 4,5 > 4,5
- Whiff test (-) seringkali (+) (+)
- Mikroskopis
KOH 10% Bentuk ragi/sel tunas
Pseudohifa bentuk ragi
SKENARIO D BLOK 24 9
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
SKENARIO D BLOK 24 10
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
- Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau
perdarahan intermenstrual
- Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks
yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah
saat pengambilan bahan pemeriksaan
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan
langsung sediaan apus endoserviks dengan pengecatan gram akan ditemukan
diplokokus gram negatif yang tampak di dalam sel PMN dan di luar sel PMN
Pengobatan
- Siprofloksasin 500 mg peroral, dosis tunggal atau
- Ofloksasin 400 mg peroral, dosis tunggal atau
- Tiamfenikol 3,5 gr peroral, dosis tunggal atau
- Seftriakson 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal atau
- Spektinomisin 2 gr, intra muskuler, dosis tunggal
Siprofloksasin, Ofloksasin dan Tiamfenikol tidak boleh diberikan pada wanita
hamil atau sedang menyusui dan anak-anak.
SKENARIO D BLOK 24 11
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium, yaitu
pemeriksaan sitologi, identifikasi antigen C.trachomatis, PCR dan isolasi
C.trachomatis pada biakan sel
Pengobatan
- Doksisiklin 2x200 mg peroral, selama 7 hai atau
- Azitromisisn 1 gr peroral, dosis tunggal atau
- Eritromisin 4x500 mg peroral, selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4x500 mg peroral, selama 7 hari
Doksisiklin, Tetrasiklin dan Azitromisin tidak boleh diberikan pada wanita hamil
atau sedang menyusui dan anak-anak.
ANAMNESIS
ENCER, PUTIH
BERNANAH, KELOMPOK
BERBUSA, KENTAL,
SERVIKS KHUSUS
BERBAU, SUSU BASI,
PURULENT PUTIH-ABU
KUNING YOGHURT
KEHIJAUAN
SUSPEK:
SUSPEK:
SUSPEK: GONORE
TRIKOMONIASIS
KANDIDIASIS KLAMIDIASIS
VAGINOSIS
BAKTERI
SKENARIO D BLOK 24 12
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
INFERTILITAS
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah
menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur,
tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan.
Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas primer jika sebelumnya pasangan
suami istri belum pernah mengalami kehamilan. Sementara itu, dikatakan sebagai
infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperoleh kehamilan
setelah satu tahun pascapersalinan atau pascaabortus, tanpa menggunakan
kontrasepsi apa pun.
Etiologi
Secara garis besar penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi faktor tuba dan
pelvik (35%), faktor lelaki (35%), faktor ovulasi (15%), faktor idiopatik (10%)
dan faktor lain (5%).
Non-organik
1. Usia
Usia istri terutama menentukan besarnya kesempatan pasangan suami istri
untuk mendapatkan keturunan. 94% perempuan subur di usia 35 tahun
akan mengalami kehamilan dalam kurun waktu tiga tahun lama
pernikahan. Ketika usia istri mencapai 40 tahun maka kesempatan untuk
hamil hanya sebesar 5% per bulan dengan angka kegagalan sebesar 34-
52%
2. Frekuensi senggama
Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasangan suami
istri melakukan hubungan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu.
3. Pola hidup
Alkohol
Pada lelaki terdapa sebuah laporan yang menyatakan adanya
hubungan antara minum alkohol dalam jumlah banyak dengan
penurunan kualitas sperma
SKENARIO D BLOK 24 13
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Merokok
Merokok dapat menurunkan fertilitas perempuan baik perokok
aktif maupun pasif
Berat Badan
Perempuan dengan IMT >29, yang termasuk dalam kelompok
obesitas terbukti mengalami keterlambatan hamil. Usaha terbaik
untuk menurunkan berat badan yaitu dengan olahraga teratur dan
mengurangi asupan kalori di dalam makanan
Organik
1. Vagina
Dispareunia : merupakan masalah kesehatan yang ditandai dengan
rasa tidak nyaman atau nyeri saat melakukan senggama. Pada
perempuan dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
- Faktor infeksi, seperti kandida vagina, klamidia trakomatis
vagina, trikomonas
- Faktor organik, seperti vaginismus, nodul endometriosis di
vagina atau keganasan vagina
Vaginismus : merupakan rasa nyeri saat penis akan melakukan
penetrasi ke vagina. Hal ini disebabkan terutama karena diameter
liang vagina yang terlalu sempit, akbat kontraksi refleks otot
pubokoksigeus yang terlalu sensitif, sehingga terjadi kesulitan
penetrasi vagina oleh penis.
Vaginitis : berupa infeksi kuman seperti klamidia trakomatis,
Niseria Gonore, dan BV seringkali tidak menimbulkan gejala sama
sekali. Tetapi klamidia trakomatis memiliki kaitan yang erat
dengan infertilitas melalui kerusakan tuba yang dapat
ditimbulkannya
2. Masalah Uterus
Masalah Serviks
- Servisitis
SKENARIO D BLOK 24 14
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
SKENARIO D BLOK 24 15
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Inspeculo
Portio Not livide Tidak hamil
OUE Closed Tidak hamil, tidak mens
SKENARIO D BLOK 24 16
DAVIN C. SETIAMANAH Gamma 2014 04011381419212
Gold Standard
5.
Kultur untuk mengetahui etiologi dari leukhorrhea
DAFTAR PUSTAKA
De Charney. Alan H, M.D. 2003. Current Obstetric and Gynaecology Diagnosis
and Treatment. New York : McGraw Hill.
SKENARIO D BLOK 24 17