Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN PERCOBAAN
Minyak cengkeh dapat diisolasi dari daun (1-4%), batang (5-10%), maupun bunga
(10-20%). Minyak dari cengkeh ini harganya akan mahal bila rendemennya tinggi,dalam
artian eugenol yang ada 80-90%. Kelimpahan komponen-komponen dalam minyak cengkeh
bergantung dari jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan metode analisa yang digunakan.
Minyak cengkeh diproses saat keadaan kering untuk teknik pengawetan setelah panen
(Srivastava et al,2005).
Untuk mengisolasi eugenol,digunakan NaOH 3%. Karena eugenol dan NaOH akan
membentuk natrium eugenolat yang dapat larut dalam air. Bagian non eugenol diekstrak
dengan eter dan penambagan asam anorganik dan menghasilkan natrium eugenol bebas.
Eugenol kemudian dimurnikan dengan penguapan dan penyulingan (Guenther,1990).
Pemurnian eugenol dari minyak daun cengkeh digunakan cara ekstraksi. Penggunaan
ekstraksi cair-cair kontinu dapat meminimalisir masalah yang timbul seperti pengocokan
berulang-ulang,terjadi kenaikan tekanan internal,dan emulsi dalam corong pemisah serta
kehilangan pelarut yang lebih besar. Masalah tersebut muncul sebagai akibat penggunaan
ekstraksi cair-cair tak kontinu (Vogel,1988).
Golongan analgesik non narkotik seperti asetil salisilat ternyata memiliki khasiat anti
inflamasi sehingga dapat digunakan untuk mengobati arthritis. Mekanisme obat ini belum
jelas, walaupun diperkirakan dengan hubungan produksi atau penghantaran hormon. Asam
salisilat tersedia di alam dalam bentuk ester pada glikosida dan minyak atsiri. Metil ester
terkandung dalam minyak gandapura dan minyak aromatik lainnya. Golongan kimia utama
senyawa salisilat yang dipakai dalam pengobatan adalah asam salisilat bentuk ester, garam
dan amida yang diperoleh dengan substitusi pada gugus karbonil dan ester salisilat dari asam-
asam organic yang diperoleh dengan substitusi pada gugus OH fenolat dan mempunyai gugs
karboksilat utuh (Daniel, 2011).
Metil salisilat dapat diekstraksi dari alam dalam bentuk minyak atsiri dari tanaman
Gandapura, namun sekarang lebih banyak dijumpai pabrik yang mensintesis metil salisilat
dari asam salisilat dan metanol. Secara umum reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam
karboksilat dengan alkohol menghasilkan senyawa ester. Reaksi esterifikasi menggunakan
katalis asam disebut Fischer Esterification. Proses reaksi akan berlangsung lambat tanpa
adanya katalis berupa asam kuat, tetapi reaksi akan mencapai kesetimbangan dalam waktu
yang singkat ketika asam karboksilat dan alkohol direfluks dengan asam sulfat pekat atau
asam klorida dalam jumlah sedikit. Reaksi antara asam salisilat dan methanol menggunakan
katalis berupa asam sulfat akan menghasilkan metil salisilat (Tantia dan Triska, 2013).
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karbosilat.. Ester asam
karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung COOR dengan R dapat berupa alkil
maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat reversible. Laju esterifikasi asam
karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam alcohol dan asam karboksilat. Kekuatan
asam dari asam karboksilat hanya mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentuakn
ester.Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alcohol dengan bantuan
katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan gas
hydrogen klorida aromatic (ester yang mengandung cincin benzene). Reaksi dari asam
karboksilat dan alkohol menghasilkan ester dan air. Reaksi ini dikatalisis dengan asam.
Berikut merupakan reaksi umum dari sintesis metil salisilat
2. Adisi alcohol & pemindahan suatu proton ke salah satu gugus hidroksil
Reaksi pada percobaan ini bersifat reversible maka kesetimbangan harus dibuat
condong ke kanan untuk diperoleh ester dalam jumlah banyak. Jika ditambahkan sejumlah
besar katalis asam, katalis mengubah lingkungan dalam system dan sebagian dihilangkan
melalui hidrasi air terbentuk dari reaksi ini. Untuk membuat sebuah ester hasil seperti etil
etanoat, dapat dipanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam metanoat dan
etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui destilasi
sesaat setelah terbentuk, ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan
destilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling
rendah diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran
yang tidak membentuk ikatan hydrogen, sehingga memiliki gaya antar molekul yang paling
lemah.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini,
mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi dibawah refluks selama beberapa
waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa dipisahkan dari
asam karboksilat, alcohol, air, dan asam sulfat dalam campuran dengan metode destilasi
fraksional.
II.3 Identifikasi
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan
salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena
banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT
termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi
kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis
fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan
isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003).
III. ALAT DAN BAHAN
NO ALAT JUMLAH
5 Spatula 1 buah
12 Termometer 1 buah
NO
1 NaOH 0,3 gram
2 Aqua DM Secukupnya
3 Asam monokloroasetat 0,5 gram
4 Na2CO3 5 mL
NO BAHAN JUMLAH
5 HCl 12,5 mL
6 n-heksana 2,2 mL
7 Etil Asetat 0,8 mL
8 Metanol 10 mL
9 Tablet Aspirin 1,3 gram
10 H2SO4 pekat 0,3 mL
11 Diklorometana 10 mL
12 NaHCO3 5 mL
13 Na2SO4 anhidrat 1 gram
Sebanyak 0,3 gram NaOH ditimbang dan dilarutkan kedalam 1,5 mL
aquades lalu ditambahkan 1 mL minyak cengkeh (Larutan A)
Sebanyak 0,5 gram asam monokloro asetat ditimbang dan dilarutkan
kedalam 2,5 mL aquades kemudian ditambahkan Na2CO3 hingga basa
(Larutan Aa)
b. Tahap 2
Larutan Aa ditambahkan larutan A dan diaduk hingga homogen selama
1 jam pada 90-95 C kemudian didinginkan dengan air keran mengalir
lalu ditambahkan larutan HCl M (1:1) hingga larutan menjadi asam
(Larutan B)
Larutan B ditambahkan sedikit es dan didiamkan
c. Tahap 3
Hasil Sintesis diuji KLT dengan eluen etil asetat: n heksana (8:2)
Hasil Sintesis diukur nilai Rf nya
V. HASIL PENGAMATAN
menit
Didinginkan hingga suhu ruang Larutan dingin, tidak terjadi perubahan
Dipindahkan kedalam corong pisah Larutan kining dalam corong
Ditambahkan 5 mL larutan NaHCO3 jenuh Larutan kuning, terdapat gas
Ditambahkan 5 mL larutan diklorometana Larutan kuning keruh
Diekstraksi Terbentuk 2 fasa
Fasa atas : larutan kuning bening
Fasa bawah : larutan putih kekuningan
Diulangi penambahan 5 mL larutan Terbentuk 2 fasa
diklorometana Fasa atas : larutan kuning bening
Fasa bawah : larutan putih kekuningan
Filtrat ditambahkan 3 sendok spatula Larutan berwarna jingga, berbau khas
Na2SO4 anhidrat Larutan dingin
Disaring Filtrat terdapat 2 fasa
Fasa atas : larutan jingga kemerahan
Fasa bawah : larutan kuning ( seperti
minyak)
Residu : padatan kuning ( berwarna
merah pada kertas saring
Filtrat diuapkan dipenangas air Larutan jingga kemerahan bening
Diuji plat KLT dengan eluen etil asetat : n- Larutan tak berwarna
heksana (12 tetes : 48 tetes)
Diuji dibawah lampu UV Noda berwarna kuning
Jarak noda 0.6 cm
Jarak eleun 5 cm
VI. PEMBAHASAN
A. Analisis Prosedur
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengisolasi eugenol dari minyak cengkeh dan
mengidentifikasi hasil sintesis dengan penujian sifat fisik maupun kimia nya. Prinsip
percobaannya adalah dengan pemisahan minyak cengkeh dengan pengotor-pengotornya
menggunakan kolom kromatografi, kemudian kandungan eugenol dipisahkan dari
komponen lainnya dalam minyak cengkeh dengan metode ekstraksi pelarut. Metode
ekstraksi pelarut merupakan proses pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fasa
ke fasa yang lain berdasarkan pada perbedaan kelarutan dalam senyawa polar dan non
polar.
Minyak daun cengkeh mengandung senyawa utama lain selain eugenol dan
kariofilena. Eugenol yang merupakan senyawa paling banyak terkandung dalam minyak
daun cengkeh. Dapat dipisahkan/diisolasi dari komponen minyak daun cengkeh yang
lain. Penambahan NaOH dalam minyak daun cengkeh berfungsi untuk mengikat eugenol
yang bersifat non polar menjadi garam Na-eugenolat yang bersifat polar sehingga
nantinya eugenol dapat dipisahkan. Reaksi penggantian gugus H+ dengan Na+ yang
berasal dari NaOH melepaskan energi yang muncul berupa panas (bersifat eksotermis)
Ketika penambahan NaOH tersebut kariofilena tidak ikut bereaksi dengan NaOH
karena kariofilena tidak mengandung gugus hidroksil (OH) seperti pada eugenol.
Sehingga pada kariofilena tidak ada gugus yang dapat diganti untuk membentuk garam.
Dengan pengubahan struktur eugenol menjadi garam Na-eugenolat maka Na-eugenolat
dapat dipisahkan dari kariofilena maupun komponen penyusun minyak daun cengkeh
lainnya yang bersifat non polar. Lapisan atas berupa kariofilena yang berwarna kuning
muda sedangkan lapisan bawah berupa garam Na-eugenol yang berwarna coklat muda.
Kariofilena berada di lapisan atas karena massa jenis kariofilena lebih kecil daripada
massa jenis eugenol dalam bentuk garamnya. Massa jenis kariofilena adalah 0,9658 g/ml,
sedangkan massa jenis eugenol adalah 1,06 g/ml. Pemisahan kedua lapisan dapat terjadi
karena perbedaan tingkat kepolaran. Kariofilena bersifat nonpolar sedangkan garam Na-
eugenolat bersifat polar dan dapat larut dalam air.
Sintesis eugenil oksiasetat ini dilakukan dengan penambahan NaOH dan asam
kloroasetat. Gugus hidroksi pada eugenol dapat bereaksi dengan basa untuk membentuk
garam eugenolat. Garam eugenolat ini akan direaksikan dengan asam kloroasetat
membentuk eugenil oksiasetat. Eugenil oksiasetat yang telah terbentuk dimurnikan
dengan menggunakan dietil eter untuk menghilangkan pengotor yang bersifat non polar
dan NaHCO3 untuk menghilangkan pengotor yang bersifat polar. Mekansisme
pembentukan eugenil oksiasetat dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
Pengadukan dan pemansan secara teratur bertujuan untuk meningkatkan energi
kinetik dari molekul yang bereaksi sehingga peluang dari molekul-molekul untuk
bertumbukan semakin besar dan reaksi akan lebih mudah terjadi karena adanya
kemungkinan tumbukan efektif yang terjadi. Sedangkan pendinginan dibawah air keran
bertujuan untuk memastikan reaksi pembentukan garam Na-eugenolat telah berlangsung
optimal. Hal itu dapat dilihat dari terbentuknya 2 lapisan dan penurunan suhu campuran.
Dengan penurunan suhu dapat memberikan tanda bahwa reaksi telah berhenti dan tidak
adanya energi dari hasil reaksi yang dilepaskan lagi dalam bentuk panas.
B. Analisis Hasil
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini berupa larutan berwarna coklat
sebanyak 0,5 mL . Hasil sintesis eugenol diidentifikasi dengan uji sifat fisik, kimia, dan
analisa menggunakan spektrofotometer IR serta kromatografi. Namun yang dilakukan
hanya uji sifat fisik dan analisa menggunakan KLT
Berdasarkan uji sifat fisik , Pada percobaan yang telah dilakukan tidak terbentuk
Asam eugenoksi asetat dalam bentuk padatan yang berwarna putih kecoklatan seperti
gambar berikut :
Tidak terbentuknya hasil sintesis eugenoksi asetat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor Antara lain : Kurangnya ketelitian praktikan sehinga volume bahan yang
digunakan tidak tepat tera , Bahan yang digunakan sudah terkontaminas zat lain sehingga
tidak murni dan mengganggu hasil sintesis.
Berdasarkan uji analisis dengan Kromatografi Lapisan Tipis atau KLT. Hasil
analisa dengan KLT menghasilkan nilai Rf senyawa eugenol 0,7125 . Nilai tersebut jauh
berbeda dengan nilai Rf menurut Harborne (1986) yaitu 0,31 dengan menggunakan eluen
campuran n-heksana dengan kloroform perbandingan 3:2. Hasil tersebut menunjukkan
negatif adanya eugenol dalam sampel minyak cengkeh.
Untuk analisis menggunakan FTIR tidak dilakukan karena hasil sintesis yang
diperoleh tidak diperoleh bentuk padatan nya . Namun jika analisis dilakukan maka Hasil
spektrofotometer IR menghasilkan banyak peak dari senyawa eugenol yang dianalisa.
Hasil tersebut dapat diinterpretasikan dengan melihat gugus fungsi spesifik pada bilangan
gelombang yang sesuai sebagai berikut (Pavia ,2001);
A. Analisis Prosedur
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk membuat metil salisilat
dengan bahan dasar asam salisilat. Reaksi esterifikasi adalah reaksi yang mereaksikan
sebuah derivat asam karboksilat (asam salisilat) dan alkohol primer (metanol) pada
suasana asam dengan katalis H2SO4 dengan suhu yang tinggi untuk menghasilkan
senyawa utama berupa ester dan produk samping berupa air. Dari kedua bahan awal
tersebut yang dibutuhkan dari asam salisilatnya adalah salisilatya, sedangkan dari
methanol yang dibutuhkan adalah metilnya sehingga bila digabungkan akan menjadi
metil salisilat. Reaksi esterifikasi ini bersifat reversible dan sangat lambat.
Sintesis metil salisilat diawali dengan mencampurkan asam salisilat, metanol, dan
asam sulfat pekat di dalam labu alas bulat. Asam sulfat pekat digunakan sebagai katalis
untuk menurunkan energi aktivasi sehingga kesetimbangan reaksi bisa lebih cepat
tercapai. Reaksi ini termasuk reaksi endoterm karena dalam pencampuran ketiga bahan
tersebut dapat menyerap panas dari lingkungan. Karena itu, agar reaksi esterifikasi dapat
terus berlanjut hingga tercapai kesetimbangan, maka suasana lingkungan harus dibuat
panas. Yaitu dengan cara merefluks ketiga bahan tersebut selama 2 jam. Alasan perlakuan
refluks terhadap campuran adalah untuk memberikan suhu yang tinggi selama
pencampuran, sehingga reaksi esterifikasi dapat terus berlangsung hingga tercapai
kesetimbangan. Dilakukan refluks selama 90 menit karena dalam waktu tersebut karena
merupakan waktu yang optimal untuk berlangsungnya proses esterifikasi secara
sempurna.
Refluks memiliki prinsip yaitu dilakukan dengan merendam sampel datam pelarut
di dalam labu bundar. Dengan pemanasan, proses ekstraksi lebih cepat, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna.Selama proses reluks, dalam labu bulat diberi batu didih.
Tujuan dari pemberian batu didih tersebut adalah untuk mencegah terjadinya letupan atau
bumping yang disebabkan oleh perbedaan titik didih dari kedua bahan awal tersebut.
Selanjutnya, hasil refluks tadi dipartisi dalam corong pisah. Digunakan corong
pisah karena pemisahannya berdasarkan kepolaran dan berat jenis. Prinsipnya yaitu
memisahkan dua komponen yang tidak dapat bercampur yaitu metil salisilat yang
merupakan fase minyak (non polar) dan air yang bersifat polar. Fase minyak yang
memiliki berat jenis lebih besar akan berada di bawah dari pada air yang memiliki berat
jenis lebih kecil. pemisahan menggunakan corong pisah akan lebih memudahkan dalm
proses pemisahannya selain itu juga hasil yang didapat tidak berkurang atau tetap.
Dibanding dengan menggunakan kertas saring yang akan mempengaruhi jumlah produk
yang didapat.
Reaksi esterifikasi sintesis metil salisilat terjadi beberapa tahap, yaitu tahap
protonasi dan deprotonasi, dimana terjadi interaksi antara asam karboksilat dan alkohol
sehingga menciptakan suatu ester. Menurut Vogel, mekanisme reaksi esterifikasi sintesis
metil salisilat adalah sebagai berikut:
Tahap 2 :
Tahap 3 :
Tahap 4 :
B. Analisis Hasil
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini berupa larutan jingga kemerahan. Hasil
sintesis metil salisilat diidentifikasi dengan uji sifat fisik, kimia, dan analisa
menggunakan spektrofotometer IR serta kromatografi. Namun yang dilakukan hanya uji
sifat fisik (karateristik wujud ) dan analisa menggunakan KLT.
Metil salisilat hasil sintesis yang diperoleh memiliki karateristik yang mirip dengan
metil salisilat dalam literature yaitu berupa larutan tidak berwarna hingga jingga
kemerahan dan berbau khas.
Sedangkan untuk identifikasi pemurnian yang dilakukan yaitu uji KLT dengan eluen
etil asetat : n heksana dilakukan untuk membandingkan nilai Rf metil salisilat hasil
sintesis , nilai Rf metil salisilat control dan nilai Rf asam salisilat . Dimana menurut
literature (Uswatun Khasanah,2010) nilai Rf metil salisilat control dan nilai Rf asam
salisilat yaitu berturut turut adalah 0,56 dan 0,22 . Sedangkan nilai Rf metil salisilat hasil
sintesis yang diperoleh yaitu 0,12. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui
bahwa tingkat kemurnian dari metil salisilat hasil sintesis rendah karena nilai rf Antara
sintesis dan literature cukup jauh.