You are on page 1of 3

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI DENGAN

FREKUENSI KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU


DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA XXX KAB.
XXX TAHUN 2009
Februari 6, 2010 Adi Tinggalkan komentar Go to comments

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia masih mendapatkan prioritas utama dalam program perbaikan gizi
dengan sasaran untuk menurunkan program perbaikan gizi dengan sasaran untuk menurukan
masalah pervalensi gizi utama seperti kurang energy protein (KEP), anemia gizi besi dan
gangguan akibat kekurangan Yodium (GAKY). Selain itu program perbaikan gizi bertujuan
untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan gizi masyarakat
utamanya kelompok usia bawah lima tahun (Moehji,1986).

Di Indonesia saat ini anak kelompok di bawah lima tahun menunjukkan.Prevalensi paling tinggi
untuk penyakit kurang kalori protein (KKP), dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi zat
besi (Fe). Menurut Depkes 2004 yang di kutip oleh Hamam hadi (2005), prevalensi balita gizi
kurang (KEP) pada tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi, prevalensi
mengalami kenaikan yaitu dari 26,1% menjadi 27,3% dan 27,5% pada tahun 2001, 2002, dan
2003. Lebih dari 50% anak balita menderita defisiensi vitamin A subklinis dan satu diantara dua
(48,1%) dari anak balita yang menderita defisiensi vitamin A juga menderita anemia kurang zat
besi ( Hadi, 2005 dalam Munawaroh, 2006).
Angka kejadian gizi buruk balita di jawa Tengah naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005
sebesar 1,03 dari jumlah penduduk, naik menjadi 2,10 % pada tahun 2006, dan pada tahun 2007
menjadi 3,48% pada tahun 2007 terjadi kenaikan sebanayak 6.817 penderita dari tahun
sebelumnya. Tercatat selama tahun 2006 terjadi kasus gizi buruk pada balita sebanyak 9.163
orang, artinya terjadi peningkatan 15.980 orang pada tahun 2007.
Menurut Data DKK Kota XXX mengenai status gizi balita di masing-masing kecamatan
berdasarkan indeks BB/U Tahun 2008 yaitu Posyandu pada tahun 2008 di kota semarang
menunjukkan jumlah bayi lahir hidup sebanyak 24.746 bayi dan jumlah balita yang ada sebesar
115.400 anak, sedangkan jumlah balita yang datang dan ditimbang di posyandu dari seluruh
balita yang ada 115.400 anak yaitu sejumlah 93.272 anak (80,82%) dengan rincian jumlah balita
yang berat badannya naik sebanyak 74.775 anak (80,17 %) dan BGM sebanyak 897 anak
(0,96%). Di Kab. XXX merupakan daerah dengan jumlah balita yang mengalami gizi buruk dan
gizi kurang paling tinggi yaitu terdapat 14 balita (2,69%) gizi buruk dan gizi kurang sebanyak
105 atau (20,15 %). Setiap tahun tercatat balita yang mengalami gizi buruk dan kurang semakin
meningkat di Semarang khususnya di daerah Desa XXX Kab. XXX Tahun 2009 (Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten XXX, 2008).
Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang baru. Salah satu faktor
yang menyebabkan keadaan ini terjadi adalah bertambahanya jumlah penduduk, sedangkan
jumlah produksi pangan belum mampu mengimbanginya. Ada beberapa hal yang merupakan
penyebab terjadinya ganggun gizi, baik secara langsug maupun tidak langsung. Khususnya
gangguan pada balita adalah tidak sesuainya jumlah zat gizi dari makanan dengan kebutuhan
tubuh mereka (Moehji,1986).
Menurut Suhardjo (2003), dalam penyediaan makanan keluarga dalam hal ini dilakaukan oleh
seorang ibu, banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi. Semakin banyak
pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan beragam jenis makanan yang di konsumsinya.
Orang awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang
paling menarik panca indera, dan tidak mengadakan pilaihan berdasarkan nilai gizi makanan.
Sebaliknya mereka yang ssemakin banyak pengetahuan gizinya ,lebih mempergunakan
pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Soeditama, 2000).
Kondisi status gizi yang baik dapat di capai bila tubuh memperoleh cukup zat–zat gizi yang akan
di gunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja untuk mencaoai tingkat kesehatan optimal (Depkes RI, 2003). Tingkat
konsumsi di tentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan
adanya semua gizi yang di perlukan tubuh di dalam susunan dan perbandingannya yang satu
terhadap yang lain.
Dengan pengetahuan tentang gizi yang baik, seorang ibu dapat memilih dan memberiakan
makanan bagi balita baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang memennhi angka kecukupan
gizi. Asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dapat mempengaruhi status gizi.
Tingkat pengetahuan seseoarang mempengaruhi perilaku individu, semakin tinggi tingkat
pendidikan atau pengetahuan kesehatan seseoarang semakin tinggi kesadaran untuk berperan
serta (Green, 1985). Berdasarkan masalah diatas penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan
antara pengetahuan gizi dan kunjungan balita ke posyandu dengan status gizi balita di Desa XXX
Kab. XXX Tahun 2009.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat di rumuskan masalah : Apakah ada Hubungan Antara
Pengetahuan Gizi Dengan Frekuensi Kunjungan Balita Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita
Di Desa XXX Kab. XXX Tahun 2009.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan frekuensi kunjungan balita ke posyandu
dengan status gizi balita di Desa XXX Kab. XXX Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus.
a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang gizi.
b. Mendeskripsikan frekuensi kunjungan balita di posyandu.
c. Mendeskripsikan status gizi balita.
d. Menganalisis hubunga pengetahuan gizi dengan status gizi balita.
e. Menganalisis hubungan frekuensi kunjungan balita ke posyandu dengan status gizi balita.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Kebidanan.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan tinjauan kurikulum maupun
pengembangan bahan ajar khususnya sub pokok bahasan tentang posyandu dengan status gizi
balita.
2. Bagi Intitusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi Bidan / kader-kader posyandu dan petugas
kesehatan lain yang bekerja di institusi kesehatan dalam melakuklan edukasi tentang pentingnya
posyandu, gizi balita ibu hamil dan ibu nifas untuk meningkatkan status kesehatannya dan
tumbuh kembang balita.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti dalam menjalankan praktik kebidanan
baik diinstitusi pemerintah maupun praktik mandiri dikemudian hari, saat mengabdikan diri di
masyarakat dalam mengembangkan posyandu.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh pengetahuan gizi dan frekuensi
kunjungan balita ke posyandu dengan status gizi balita.

You might also like