Professional Documents
Culture Documents
PUSTAKA
(5)
Gambar 2.1.Apron Pelindung Tubuh
2. Penahan Radiasi Gonad
Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi
diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang - kurangnya
setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,5 mm
pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk
(6)
mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.
Sinar X atau sinar roentgen adalah salah satu bentuk dari radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 100 nanometer
sampai 100 picometer (mirip dengan frekuensi dalam jangka 30 Phz hingga
60 Ehz). Sinar X pada umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medical
dan kristalografi sinar X. Sinar X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat
(13)
membahayakan.
Pesawat sinar X adalah pesawat yang dipakai untuk memproduksi
sinar X. Pesawat ini terdiri atas tabung sinar X dan variasi rangkaian
elektornik yang saling terpisah. Sinar X dibangkitkan dengan jalan
menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum.
Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filamen yang juga
berfungsi sebagai katoda. Filamen ini dipasang pada bidang cekung untuk
memfokuskan elektron menuju daerah sempit pada target (anoda).
Pada saat arus listrik dari sumber tegangan tinggi dihidupkan, filamen
katoda akan mengalami pemanasan sehingga kelihatan berwarna putih. Dalam
kondisi ini, katoda akan memancarkan elektron (sinar katoda). Elektron
selanjutnya ditarik dan dipercepat gerakannya sehingga mencapai ribuan km/s
melalui ruang hampa menggunakan tegangan listrik berorde 102106 Volt.
Elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target
logam bernomor atom tinggi dan bersuhu leleh tinggi. Ketika elektron tinggi
itu menabrak target logam, maka sinar X akan terpancar dari permukaan
logam tersebut sinar X yang terbentuk dengan cara ini disebut sinar X
(14)
Breamstrahlung.
Sinar X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron
atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih
rendah. Sinar X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama
dengan selisih energi antara kedua tingkat elektron tersebut. Karena setiap
jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka
sinar X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar X Karakteristik. Sinar X
Bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu, sementara spektrum
(4)
energi dari sinar X karakteristik adalah diskrit.
Sinar X mempunyai sifat sifat yaitu keluar dari fokus menurut garis
lurus, mempunyai daya tembus yang besar, mampu mengionisasi materi yang
dilaluinya, tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet ataupun medan listrik,
sinar X mampu melakukan ionisasi organ biologi yang ditembusnya, mampu
melakukan perpedaran pada garam logam yang ditembusnya. Sifat inilah yang
digunakan untuk memendarkan fosfor/flouresensi maupun kecepatan screen
film, dapat menghitamkan plat/emulsi film yang ditembusnya sifat inilah yang
digunakan dalam penggambaran radiografi bidang medis. Berdasarkan
pemahaman sifat sifat sinar X inilah seorang radiografer harus
memperhatikan aspek fisik radiasi sinar X yang dihasilkan.
E. Efek Radiasi
1. Efek Somatik
Efek somatik adalah Efek yang radiasi yang dapat langsung dirasakan oleh
orang yang menerima radiasi tersebut.
a. Efek Stokastik
Efek stokastik adalah efek yang peluang timbulnya merupakan fungsi
dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang.
Efek stokastik mempunyai ciri :
Tidak mengenal dosis ambang
Timbul setelah melalui masa tenang lama.
Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi
Tidak ada penyembuhan spontan
Efek stokastik ini meliputi: Kanker, Leukimia (efek somatik) dan penyakit
keturunan (efek genetik). (6 )
Dosis Gejala
3 6 Gy Eritema
6 12 Gy Radiodermatitis sika (rasa raba hilang, rambut
rontok, bengkak).
12 24 Gy Radiodermatitis eksudativa (kulit melepuh, bernanah)
> 24 Gy Nekrosis (kematian jaringan)
2. Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis di atas 1,5 Gy, dengan masa
tenang antar a 5 10 tahun
3. Sterilitas
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin. Efek
berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda lebih
peka daripada sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun pada
dosis beberapa senti Gray (cGy).
4. Sindroma Radiasi Akut
Sindoma radiasi akut dapat terjadi setelah penyinaran seluruh tubuh dengan dosis
lebih dari 1 Gy yang diterima secara sekaligus dengan laju dosis yang cukup
tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam, rasa
lelah, sakit kepala serta diare, kemudian diikuti masa tenang 2 sampai 3 minggu.
Pada masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka timbul nyeri
(2)
perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.
G. Keselamatan Radiasi
1. Pengertian Keselamatan Radiasi
Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang sedemikian rupa agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan
lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.
2. Asas Proteksi Radiasi
a. Asas Justifikasi ( Justification of Practices)
Justifikasi adalah setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus
berlandaskan azas manfaat dimana resiko yang ditimbulkan oleh
pemanfaatan tenaga nukli r harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan
manfaat yang diterima.
b. Asas Limitasi (Dose Limitation)
Limitasi adalah pemanfaatan tenaga nuklir harus tidak melebihi nilai
batas dosis yang ditetapkan oleh peraturan tidak boleh dilampaui.
c. Asas Optimasi ( Optimization of Protection and Safety)
Optimasi adalah bahwa dalam pemanfaatan tenaga nuklir penyinaran
harus diupayakan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor
sosial dan ekonomi.
Dengan prinsip yang telah disebutkan maka setiap pengusaha ins talasi yang
merancang, membuat, mengoperasikan dan atau merawat sistem dan komponen sumber
radiasi harus mencegah terjadinya penerimaan dosis radiasi berlebih. (6)
H. Alat Ukur Radiasi
Dalam penggunaannya alat ukur radiasi dapat dibedakan berdasarkan atas
kategori :
1. Monitor Radiasi (Surveymeter)
Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil
pengukuran secara langsung pada saat dikenai radiasi. Berfungsi untuk mengukur
laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja sehingga pekerja yang
mempergunakan alat ini dapat memperkirakan dosis yang akan diterimanya bila
bekerja di tempat tersebut dalam waktu tertentu.Sehingga dapat diperkirakan
risiko bahaya serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko
tersebut.
Surveymeter yang membedakan fungsi dalam penggunaannya terletak
pada system detektornya. Sedangkan raremeternya(penguat dan penampil)
disesuaikan dengan detector dan kebutuhan, apakah akan berupa digital atau
analog.
2. Personal Monitor
Personal monitor atau Dosimeter personel digunakan untuk mngetahui
daosis radiasi secara akumulasi sehingga pekerja tersebut dapat membandingkan
dengan nilai batas akumulasi dosis yang telah ditentukan untuk pekerja radiasi.
Dosimeter perorangan yang saat ini digunakan secara luas untuk
pemantauan dosis perorangan pekerja radiasi adalah :
a. Film Badge
Film badge adalah alat yang berbentuk khusus untuk mengukur radiasi
yang sensitive terhadap radiasi sinar x, yang dilengkapi dengan beberapa
saringan radiasi (filter).
Untuk mengetahui jenis radiasi atau energi radiasi yang mempengaruhi
film badge digunakan beberapa filter yang terpasang pada holder (tempat
film bafge).Beberapa jenis filter yang digunakan seperti plastik tebal 0,5
mm s/d 3 mm, Al = 0,3 mm, campuran Sn = 0,8 mm dan Pb = 0,4 mm,
(10)
serta campuran Cd = 0,8 mmm dan Pb = 0,4 mm.
(15)
Gambar 2.5. Bingkai Holder Film Badge
- Efek stokastik
Efek non
L. Kerangka Konseptual
Umur Radiografer
Pendidikan Radiografer
Praktik penggunaan
APD oleh
radiografer
Pelatihan Radiografer
Keberadaan Protap
M. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian maka rumusan hipotesis
penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan umur radiografer dengan praktik penggunaan APD.
2. Ada hubungan pendidikan radiografer dengan praktik penggunaan APD.
3. Ada hubungan pelatihan yang pernah diikuti radiografer dengan praktik
penggunaan APD.
4. Ada hubungan masa kerja radiografer dengan praktik penggunaan APD.
5. Ada hubun gan keberadaan Prosedur Tetap dengan praktik penggunaan
APD.