You are on page 1of 11

ISSN : 1693-9883

REVIEW ARTIKEL Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006, 55 - 65

AVIAN INFLUENZA A (H5N1) :


PATOGENESIS, PENCEGAHAN DAN
PENYEBARAN PADA MANUSIA
Maksum Radji
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Kampus UI Depok

ABSTRACT
Avian influenza A (H5N1), or highly pathogenic avian influenza (HPAI), has
become the worlds attention because of possibility of global pandemic. This review
describes the features of human infection, pathogenesis, transmission, and clinical
management of avian influenza A (H5N1).
Key word : H5N1, avian influenza, pathogenesis.

PENDAHULUAN disebabkan virus influenza, yang


telah membunuh lebih dari 40.000
Dalam beberapa tahun terakhir orang, dimana subtipe yang mewa-
ini perhatian dunia kesehatan ter- bah saat itu adalah virus H1N1 yang
pusat kepada semakin merebaknya dikenal dengan Spanish Flu. Tahun
penularan avian influenza A (H5N1). 1957 kembali dunia dilanda wabah
Meningkatnya kasus infeksi H5N1 global yang disebabkan oleh kerabat
yang menyebabkan kematian pada dekat virus yang bermutasi menjadi
manusia sangat dihawatirkan dapat H2N2 atau yang dikenal dengan
berkembang menjadi wabah pandemi Asian Flu yang telah merenggut
yang berbahaya bagi umat manusia 100.000 jiwa meninggal. Pada tahun
di muka bumi ini. 1968, virus flu kembali menyebabkan
Sejak lebih dari satu abad yang wabah pandemi dengan merubah
lalu, beberapa subtipe dari virus in- dirinya menjadi H3N2. Mutan virus
fluenza A telah menghantui manusia. yang dikenal dengan Hongkong
Berbagai variasi mutasi subtipe virus Flu ini telah menyebabkan 700.00
influenza A yang menyerang manusia orang meninggal dunia.
dan telah menyebabkan pandemi Saat ini dunia kembali dikaget-
(Gambar 1), sehingga tidak meng- kan dengan merebaknya avian influ-
herankan jika kewaspadaan global enza H5N1 yang pertama kali me-
terhadap wabah pandemi flu burung nyerang dan menewaskan 6 orang
mendapatkan perhatian yang serius. penduduk Hongkong pada tahun
Diawali pada tahun 1918 dunia 1997 dari 18 orang yang terinfeksi
dikejutkan oleh wabah pandemi yang (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001).
Corresponding author : E-mail : maksum@farmasi.ui.ac.id

Vol. III, No.2, Agustus 2006 55


REVIEW ARTIKEL

A vian
Influ en

H9 H
R u ssia n
Influ en za H5 H
H1
H3
H2
H1

1 9 18 1 9 57 1 9 68 1 9 77 1997
S p an ish A sian H o ng 1 9 9 8 /9
Influ en za Influ en za K o ng
H1N1 H 2 N 2 Influ en za
H3N2

Gambar 1. Beberapa subtype virus influenza A yang menjadi penyebab


wabah pandemi.

Tahun 2003 sebanyak 83 orang semakin luas dari HPAI-H5N1 ke


terinfeksi dengan subtipe virus lain- beberapa negara lain, dengan angka
nya yaitu H7N7, dan H9N2. Tahun kematian yang cukup tinggi (WHO,
2004, subtipe H5N1 dan H7N2 telah 2006).
menginfeksi puluhan penduduk Berdasarkan hasil kajian secara
Vietman, Thailand, dan Kanada. Vi- genomik, dikenal beberapa subtipe
rus H5N1 lebih patogen daripada dari avian influenza, namun demi-
subtype lainnya sehingga disebut kian selama 6 tahun terakhir hanya
dengan Highly Pathogenic H5N1 subtipe H5, H7 dan H9 yang dike-
Avian Influenza (HPAI). tahui mampu menyebar dari unggas
Sampai dengan akhir bulan ke manusia (Liu J.,et.al. 2005).
Agustus 2006, telah dilaporkan Selama tahun 2003-2004 telah
sebanyak 241 kasus infeksi dan 141 teridentifikasi dua jenis genotipe
diantaranya telah meninggal dunia. baru dari HPAI yang telah menye-
Dalam Tabel 1, terlihat bahwa telah babkan wabah di Thailand, Cambo-
terjadi kecenderungan yang mening- dia, Vietnam, Laos, Korea, Japan,
kat baik angka kesakitan ataupun China dan Malaysia. Virus HPAI-
angka kematian manusia yang ter- H5N1 yang diisolasi dari beberapa
kena infeksi virus H5N1. Sejak tahun korban yang meninggal di Vietnam
2003 telah terjadi penyebaran yang menunjukkan bahwa virus tersebut

56 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

Tabel 1. Beberapa kasus infeksi Highly Pathogenic H5N1 Avian Influenza (HPAI)
yang dilaporkan ke WHO sampai dengan bulan Agustus 2006.
2003 2004 2005 2006 Total
Negara
kasus mati kasus mati kasus mati kasus mati kasus mati
Azerbaijan 0 0 0 0 0 0 8 5 8 5
Cambodia 0 0 0 0 4 4 2 2 6 6
China 1 1 0 0 8 5 12 8 21 14
Djibouti 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
Egypt 0 0 0 0 0 0 14 6 14 6
Indonesia 0 0 0 0 17 11 43 35 60 46
Iraq 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2
Thailand 0 0 17 12 5 2 2 2 24 16
Turkey 0 0 0 0 0 0 12 4 12 4
Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 93 42
Total 4 4 46 32 95 41 96 64 241 141

telah resisten terhadap amantadine dibagian terluar dari virion (Hori-


dan rimantadine (Horimoto & Kawa- moto T, Kawaoka Y. 2001).
oka, 2005). Virus influenza mempunyai 4
jenis antigen yang terdiri dari (i) pro-
tein nukleokapsid (NP) (ii). Hema-
VIRUS INFLUENZA
glutinin (HA), (iii). Neuraminidase
Virus influenza merupakan virus (NA), dan protein matriks (MP).
RNA termasuk dalam famili Ortho- Berdasarkan jenis antigen NP dan
myxoviridae. Asam nukleat virus ini MP, virus influenza digolongkan
beruntai tunggal, terdiri dari 8 dalam virus influenza A, B, dan C.
segmen gen yang mengkode sekitar (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001). Vi-
11 jenis protein. Virus influenza rus Influenza A sangat penting dalam
mempunyai selubung/simpai yang bidang kesehatan karena sangat
terdiri dari kompleks protein dan patogen baik bagi manusia, dan
karbohidrat. Virus ini mempunyai binatang, yang menyebabkan angka
tonjolan (spikes) yang digunakan kesakitan dan kematian yang tinggi,
untuk menempel pada reseptor yang di seluruh dunia. Virus influenza A
spesifik pada sel-sel hospesnya pada ini dapat menyebabkan pandemi
saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis karena mudahnya mereka bermutasi,
spikes yaitu yang mengandung hema- baik berupa antigenic drift ataupun
glutinin (HA) dan yang mengandung antigenic shift sehingga membentuk
neuraminidase (NA), yang terletak varian-varian baru yang lebih pato-

Vol. III, No.2, Agustus 2006 57


REVIEW ARTIKEL

gen. Terdapat 15 jenis subtipe HA (Mounts AW, et.al.1999). Beberapa


dan 9 jenis subtipe NA. Dari berbagai penelitian telah dilakukan untuk
penelitan seroprevalensi secara mengetahui risiko terinfeksi H5N1
epidemiologis menunjukkan bahwa bagi para pakerja atau peternak
beberapa subtipe virus influenza A unggas (Bridges CB, et.al. 2002),
telah menyebabkan wabah pandemi penelitian tentang risiko tenaga
antara lain H7N7 (1977), H3N2 kesehatan yang menangani pasien
(1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918), avian influenza A (Schults C, et.al.
H3N8 (1900), dan H2N2 (1889) 2005), dan juga penelitian tentang
(Yuen, KY and Wong SS, 2005). kemungkinan transmisi virus H5N1
Virus influenza B adalah jenis pada binatang lainnya. Dari hasil
virus yang hanya menyerang manu- penelitian yang dilakukan dengan
sia, sedangkan virus influenza C, cara memberi makan binatang seperti
jarang ditemukan walaupun dapat kucing, macan, ataupun macan tutul
menyebabkan infeksi pada manusia dengan unggas yang terinfeksi
dan binatang. Jenis virus influenza B dengan H5N1 terbukti bahwa bina-
dan C jarang sekali atau tidak menye- tang pemakan daging tersebut dapat
babkan wabah pandemis (Horimoto mengalami kelainan paru berupa
T, Kawaoka Y. 2001). pneumonia, severe diffuse alveolar dam-
age, dan dapat menyebabkan kema-
tian (Keawcharoen J, et.al. 2004,
PENULARAN
Kuiken T, et.al. 2004).
Penularan atau transmisi dari Bukti bahwa terjadinya transmisi
virus influenza secara umum dapat dari manusia ke manusia sangat
terjadi melalui inhalasi, kontak lang- jarang ditemukan. Namun demikian
sung, ataupun kontak tidak langsung berdasarkan beberapa kejadian
(Bridges CB, et.al. 2003). Sebagian dimana terjadi kematian pasien yang
besar kasus infeksi HPAI pada ma- berkerabat dekat disebabkan oleh
nusia disebabkan penularan virus infeksi virus H5N1 (Hien TT, et. al.
dari unggas ke manusia (Beigel JH 2004), dan transmisi yang terjadi
et.al. 2005). didalam keluarga penderita pada
Pada tahun 1997 dari total 18 tahun 2004 di Thailand, antara
orang yang didiagnosis telah ter- seorang anak perempuan berumur 11
infeksi dengan H5N1 di Hongkong tahun yang tinggal bersama bibinya,
dimana 6 diantaranya meninggal diduga telah menularkan virus H5N1
menunjukkan bahwa adanya kontak kepada bibi dan ibunya yang datang
langsung dari korban dengan unggas dari kota lain yang berjauhan untuk
yang terinfeksi. Tidak ada risiko merawat anaknya yang sakit terin-
yang ditimbulkan dalam mengkon- feksi H5N1. Putrinya meninggal pada
sumsi daging unggas yang telah di- tanggal 8 September 2004 setelah
masak dengan baik dan matang sempat dirawat selama satu hari di

58 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

rumah sakit. Seminggu kemudian pada manusia, untuk jalan masuknya


pada tanggal 17 September ibunya ke dalam sel manusia, atau (ii). kedua
dibawa kerumah sakit dan diduga jenis virus, baik virus avian maupun
terinfeksi virus H5N1 dan meninggal human influenza tersebut dapat
pada tanggal 20 September 2004. secara bersamaan menginfeksi ma-
Sedangkan bibinya menderita gejala nusia, sehingga terjadi mix atau
flu dan dibawa ke rumah sakit pada rekombinasi genetik, sehingga meng-
tanggal 23 September dan diobati hasilkan strain virus baru yang sangat
dengan oseltamivir (tamiflu). Bibinya virulen bagi manusia (Herman RA &
berhasil disembuhkan dan pulang Strorck M. 2005).
dari rumah sakit pada tanggal 7 Walaupun perkiraan fase dimana
Oktober 2004. Dari pemeriksaan la- penularan antar manusia ini masih
boratorium dapat dipastikan bahwa belum dapat diketahui, akan tetapi
baik ibu maupun bibinya telah ter- pencegahan transmisi antar manusia
infeksi virus H5N1 yang berasal dari ini perlu mendapatkan perhatian
anaknya, selama mereka merawat yang serius mengingat bahwa telah
anaknya yang sedang sakit (Ung- dilaporkan bahwa seorang perawat
chusak K, et.al. 2005). Kekhawatiran di Vietman telah menderita penyakit
yang muncul di kalangan para ahli serius setelah dia menangani pasien
genetika adalah bila terjadi rekom- yang terinfeksi dengan virus H5N1.
binasi genetik (genetic reassortment) Dalam salah satu penelitian ditemu-
antara virus influenza burung dan kan bahwa mutasi dari H5N1 ke-
virus influenza manusia, sehingga mungkinan besar dapat menghasil-
dapat menular antara manusia ke kan varian virus H5N1 baru yang
manusia. dapat mengenali reseptor spesifik
Ada dua kemungkinan yang yang ada pada sel manusia (natural
dapat menghasilkan subtipe baru dari human 2-6 glycan), sehingga bila ini
H5N1 yang dapat menular antara terjadi maka penularan virus H5N1
manusia ke manusia adalah : (i). vi- dari manusia ke manusia dapat ter-
rus dapat menginfeksi manusia dan jadi dengan mudah (Stevens J. et.al.
mengalami mutasi sehingga virus 2006).
tersebut dapat beradaptasi untuk
mengenali linkage RNA pada ma-
nusia, atau virus burung tersebut PATOGENESIS
mendapatkan gen dari virus influ- Mutasi genetik virus avian influ-
enza manusia sehingga dapat ber- enza seringkali terjadi sesuai dengan
eplikasi secara efektif di dalam sel kondisi dan lingkungan replikasinya.
manusia. Subtipe baru virus H5N1 ini Mutasi gen ini tidak saja untuk
bermutasi sedemikian rupa untuk mempertahankan diri akan tetapi
membuat protein tertentu yang juga dapat meningkatkan sifat pato-
dapat mengenali reseptor yang ada genisitasnya.

Vol. III, No.2, Agustus 2006 59


REVIEW ARTIKEL

Penelitian terhadap virus H5N1 serebrospinal, dan tinja pasien


yang diisolasi dari pasien yang ter- (WHO,2005).
infeksi pada tahun 1997, menunjuk- Fase penempelan (attachment)
kan bahwa mutasi genetik pada posisi adalah fase yang paling menentukan
627 dari gen PB2 yang mengkode apakah virus bisa masuk atau tidak
ekspresi polymesase basic protein ke dalam sel hospesnya untuk me-
(Glu627Lys) telah menghasilkan lanjutkan replikasinya. Virus influ-
highly cleavable hemagglutinin glycopro- enza A melalui spikes hemaglutinin
tein yang merupakan faktor virulensi (HA) akan berikatan dengan reseptor
yang dapat meningkatkan aktivitas yang mengandung sialic acid (SA)
replikasi virus H5N1 dalam sel yang ada pada permukaan sel hos-
hospesnya (Hatta M, et. al. 2001). pesnya. Ada perbedaan penting
Disamping itu adanya substitusi pada antara molekul reseptor yang ada
nonstructural protein (Asp92Glu), pada manusia dengan reseptor yang
menyebabkan H5N1 resisten ter- ada pada unggas atau binatang. Pada
hadap interferon dan tumor necrosis virus flu burung, mereka dapat
factor (TNF-) secara invitro (Seo mengenali dan terikat pada reseptor
SH, et.al. 2002). yang hanya terdapat pada jenis ung-
Infeksi virus H5N1 dimulai gas yang terdiri dari oligosakharida
ketika virus memasuki sel hospes yang mengandung N-acethylneura-
setelah terjadi penempelan spikes minic acid -2,3-galactose (SA -2,3-
virion dengan reseptor spesifik yang Gal), dimana molekul ini berbeda
ada di permukaan sel hospesnya. dengan reseptor yang ada pada
Virion akan menyusup ke sitoplasma manusia. Reseptor yang ada pada
sel dan akan mengintegrasikan permukaan sel manusia adalah SA -
materi genetiknya di dalam inti sel 2,6-galactose (SA -2,6-Gal), sehing-
hospesnya, dan dengan meng- ga secara teoritis virus flu burung
gunakan mesin genetik dari sel tidak bisa menginfeksi manusia
hospesnya, virus dapat bereplikasi karena perbedaan reseptor spesifik-
membentuk virion-virion baru, dan nya. Namun demikian, dengan
virion-virion ini dapat menginfeksi perubahan hanya 1 asam amino saja
kembali sel-sel disekitarnya. Dari konfigurasi reseptor tersebut dapat
beberapa hasil pemeriksaan terhadap dirubah sehingga reseptor pada
spesimen klinik yang diambil dari manusia dikenali oleh HPAI-H5N1.
penderita ternyata avian influenza Potensi virus H5N1 untuk melakukan
H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel mutasi inilah yang dikhawatirkan
nasofaring (Peiris JS,et.al. 2004), dan sehingga virus dapat membuat
di dalam sel gastrointestinal (de Jong varian-varian baru dari HPAI-H5N1
MD, 2005, Uiprasertkul M,et.al. yang dapat menular antar manusia ke
2005). Virus H5N1 juga dapat di- manusia (Russel CJ and Webster
deteksi di dalam darah, cairan RG.2005, Stevens J. et. al. 2006).

60 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

GEJALA KILINIK DIAGNOSIS LABORATORIUM

Masa inkubasi virus avian influ- Penderita yang terinfeksi H5N1


enza A (H5N1) sekitar 2- 4 hari pada umumnya dilakukan peme-
setelah terinfeksi (Yuen KY, et.al. riksaan spesimen klinik berupa swab
1998), namun berdasarkan hasil tenggorokan dan cairan nasal. Untuk
laporan belakangan ini masa inku- uji konfirmasi terhadap infeksi virus
basinya bisa mencapai antara 4-8 hari H5N1, harus dilakukan pemeriksaan
(Chotpitayasunondh T, et.al. 2005). dengan cara : (a) mengisolasi virus,
Sebagian besar pasien memper- (b) deteksi genom H5N1 dengan
lihatkan gejala awal berupa demam metode Polymerase Chain Reaction
tinggi (biasanya lebih dari 38o C) dan (PCR) menggunakan sepasang primer
gejala flu serta kelainan saluran nafas. spesifik, (c) tes imunoflouresensi
Gejala lain yang dapat timbul adalah terhadap antigen menggunakan
diare, muntah, sakit perut, sakit pada monoklonal antibodi terhadap H5,
dada, hipotensi, dan juga dapat (d) pemeriksaan adanya peningkatan
terjadi perdarahan dari hidung dan titer antibodi terhadap H5N1, dan
gusi. Gejala sesak nafas mulai terjadi (e) pemeriksaan dengan metode west-
setelah 1 minggu berikutnya. ern blotting terhadap H5-spesifik.
Gejala klinik dapat memburuk (Beigel JH, et.al. 2005, WHO,2005).
dengan cepat yang biasanya ditandai Untuk diagnosis pasti, salah satu atau
dengan pneumonia berat, dyspnea, beberapa dari uji konfirmasi tersebut
tachypnea, gambaran radiografi yang diatas harus dinyatakan positif.
abnormal seperti diffuse, multifocal,
patchy infiltrates; interstitial infiltrates;
PENGOBATAN DAN
dan kelainan segmental atau lobular.
PENCEGAHAN
Kematian dan komplikasi biasanya
disebabkan oleh kegagalan perna- Dewasa ini terdapat 4 jenis obat
fasan, acute respiratory distress syn- antiviral untuk pengobatan ataupun
drome (ARDS), ventilator-associated pencegahan terhadap influenza, yaitu
pneumonia, pulmonary hemorrhage, amantadine, rimantadine, zanamivir,
pneumothorax, pancytopenia, Reyes syn- dan oseltamivir (tamiflu). Mekanisme
drome, sepsis syndrome, dan bakte- kerja amantadine dan rimantadine
remia (Chotpitayasunondh T, et.al. adalah menghambat replikasi virus.
2004). Gambaran lain yang juga Namun demikian kedua obat ini
sering dijumpai berdasarkan hasil sudah tidak mempan lagi untuk
laboratorium adalah, leukopenia, lym- membunuh virus H5N1 yang saat ini
phopenia, thrombocytopenia, pening- beredar luas (Beigel JH, et.al.2005).
katan aminotransferase, hyperglyce- Sedangkan zanamivir dan oseltamivir
mia, dan peningkatan creatinine (Hien merupakan inhibitor neuraminidase.
TT,et.al. 2004). Sebagaimana kita ketahui bahwa

Vol. III, No.2, Agustus 2006 61


REVIEW ARTIKEL

neuraminidase ini diperlukan oleh berspektrum luas dan juga kortiko-


virus H5N1 untuk lepas dari sel steroid (Beigel JH, et al. 2005).
hospes pada fase budding sehingga Sampai saat ini belum ada vaksin
membentuk virion yang infektif. Bila yang tersedia untuk mencegah
neuraminidase ini dihambat oleh manusia terhadap infeksi H5N1.
oseltamivir atau zanamivir, maka Berbagai upaya pengembangan
replikasi virus tersebut dapat di- vaksin H5N1 untuk manusia telah
hentikan. Namun demikian belum dan sedang dilakukan. The National
ada uji klinik pada manusia yang Institute of Allergy and Infectious Dis-
secara resmi dilakukan untuk meng- eases USA (NIAID), menyatakan
evaluasi efektifitas dari zanamivir bahwa uji keamanan terhadap vaksin
dan oseltamivir untuk pengobatan baru H5N1 telah dilakukan sejak
avian influenza A (H5N1) (Herman awal tahun 2005. Beberapa peru-
RA & Strorck M. 2005). Secara in sahaan farmasi antara lain Sanofi
vitro memang telah diketahui bahwa Pasteur dan Chiron sedang mengem-
virus H5N1 sensitif terhadap oselta- bangkan kandidat vaksin yang akan
mivir dan zanamivir, oleh sebab itu melakukan uji klinik fase I bekerja-
dianjurkan bagi penderita yang sama dengan NIAID. Beberapa
diduga terinfeksi virus H5N1 dapat negara lain yang juga tengah me-
diberikan obat oseltamivir atau ngembangkan vaksin H5N1 antara
zanamivir (Leneva IA,et.al.2000, lain adalah Jepang, China, Hongaria,
Govorkova EA.et.al. 2001). Namun dll. (WHO, 2005).
belakangan ini telah ditemukan Sebagai upaya pencegahan,
bahwa Virus H5N1 yang diisolasi WHO merekomendasikan untuk
beberapa kasus penderita flu burung orang-orang yang mempunyai risiko
telah resisten terhadap oseltamivir tinggi kontak dengan unggas atau
(WHO,2005, Gupta, R. K, et.al.2006). orang yang terinfeksi, dapat diberi-
Beberapa obat lain sedang diteliti kan terapi profilaksis dengan 75 mg
untuk dapat digunakan sebagai oseltamivir sekali sehari, selama 7
penghambat virus H5N1 antara lain sampai 10 hari.
adalah peramivir, long-acting topical Beberapa hal yang patut diper-
neuroamidase inhibitor, ribavirin, dan hatikan untuk mencegah semakin
interferon alfa. meluasnya infeksi H5N1 pada
Disamping pemberian obat anti- manusia adalah dengan menjaga
viral, terapi supportif di dalam kebersihan lingkungan, menjaga
perawatan di rumah sakit sangat kebersihan diri, gunakan penutup
penting untuk dilaksanakan. Seba- hidung dan sarung tangan apabila
gian besar penderita memerlukan memasuki daerah yang telah ter-
oksigenasi, dan pemberian cairan jangkiti atau sedang terjangkit virus
parenteral (infus). Obat lain yang flu burung, dan amati dengan teliti
dapat diberikan adalah antibiotika kesehatan kita apabila telah melaku-

62 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

kan kontak dengan unggas/burung. fecttion in humans. N Engl J Med.


Segeralah cari perhatian medis apa- 2005 : 1374-1385.
bila timbul gejala-gejala demam, Bridges CB, Keurhnet MJ, Hall CB.
infeksi mata, dan/atau ada gangguan Transmission of influenza : im-
pernafasan. plecation for control in health
care setting Clin Infect Dis. 2003;
37 : 1094 1101.
PENUTUP
Chotpitayasunondh T, Ungchusak K,
Avian influenza A (H5N1), atau Hanshaoworakul W, et al. Hu-
highly pathogenic avian influenza man disease from influenza A
(HPAI), telah menyebabkan wabah (H5N1), Thailand, 2004. Emerg
yang serius di beberapa negara ter- Infect Dis 2005; 11 : 201-209.
utama di Asia. Walaupun saat ini
de Jong MD, Cam BV, Qui PT, et al.
tranmisi penyakit ini antara manusia
Fatal Avian influenza A (H5N1)
ke manusia masih sangat jarang, akan
in a child presenting with diar-
tetapi pengawasan dan monitoring
rhea followed by coma. N Engl J
perlu terus menerus ditingkatkan
Med 2005;352:686-691.
guna mangantisipasi semakin me-
Govorkova EA, Leneva IA, Golou-
ningkatnya adaptasi virus HPAI ini
beva OG, Bush K, Webster RG.
terhadap manusia. Cara diagnosis
Comparison of efficacies of RWJ-
cepat dan akurat sangat dibutuhkan
270201, zanamivir, and oselta-
untuk menurunkan angka kematian
mivir against H5N1, H9N2, and
yang sangat tinggi. Pengembangan
other avian influenza viruses.
obat antiviral yang lebih potensial
Antimicrob Agents Chemother
sangat diperlukan untuk mengan-
2001;45:2723-2732.
tisipasi virus HPAI yang resisten
terhadap obat yang ada saat ini. Gupta, R. K., Nguyen-Van-Tam, J. S.,
Koordinasi antar instansi yang terkait de Jong, M. D., Hien, T. T.,
dalam penanggulangan wabah virus Farrar, J. (2006). Oseltamivir Re-
HPAI ini sangat penting, demikian sistance in Influenza A (H5N1)
juga kolaborasi dengan berbagai Infection. NEJM 354: 1423-1424.
institusi dalam bidang kesehatan Hatta M, Gao P, Halfmann P, Kawa-
dunia dan negara lain perlu dilaku- oka Y. Molecular basis for high
kan dalam rangka menghindari virulence of Hong Kong H5N1
semakin merebaknya wabah ini. influenza A viruses. Science 2001;
293 : 1840-1842.
Herman RA, and Strock M. Possibel
Pandemic Threat on the horizon-
DAFTAR PUSTAKA
Avian influenza A (H5N1).
Beigel JH, Farrar J, Han AM, et.al. World Drug Infor. 2005; 16(4) :
Avian influenza (H5N1) in- 1-4.

Vol. III, No.2, Agustus 2006 63


REVIEW ARTIKEL

Hien TT, Liem NT, Dung NT, et al. fluenza A subtype H5N1 dis-
Avian influenza A (H5N1) in 10 ease. Lancet 2004; 363: 617-619.
patients in Vietnam. N Engl J Med Russel CJ and Webster RG. The
2004; 350: 1179-1188. genesis og a pandemic influenza
Horimoto T, Kawaoka Y. Influenza: virus. Cell. 2005 123(3): 368-371.
Lessons from the past pande- Seo SH, Hoffman E, Webster RG.
mics, warning from current inci- Lethal H5N1 influenza viruses
dents. Nature Rev Microbiol. escape host anti-viral cytokine
2005; 3(8): 591-600. responses. Nat Med 2002; 8:
Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic 950-954.
threat posed by avian influenza Stevens J, Ola Blixt, Terrence M. Tum-
A viruses. Clin Microbiol Rev. pey, Jeffery K. Taubenberger,
2001. 14(1) : 129-149. James C. Paulson, Ian A. Wilson.
Keawcharoen J, Oraveerakul K, Structure and Receptor Specific-
Kuiken T, at.al. Avian influenza ity of the Hemagglutinin from
H5N1 in tigers and leopards an H5N1 Influenza Virus. Sci-
Emerg Infect Dis. 2004 : 2189-2191. ence 2006: Vol. 312. no. 5772, pp.
Kuiken T, Rimmelzwaan G, van Riel 404 - 410.
D, et.al. Avian H5N1 influenza Ungchusak K, Auewarakul P, Dowell
in cats. Science. 2004 : 241. SF, et al. Probable person-to-per-
Leneva I A, Roberts N, Govorkova son transmission of avian influ-
EA, Goloubeva OG, Webster RG. enza A (H5N1). N Engl J Med
The neuraminidase inhibitor 2005; 352: 333-340.
GS4104 (oseltamivir phosphate) Uiprasertkul M, Puthavathana P,
is efficacious against A/Hong Sangsiriwut K, et al. Influenza A
Kong/156/97 (H5N1) and A/ H5N1 replication sites in hu-
Hong Kong/1074/99 (H9N2) in- mans. Emerg Infect Dis 2005; 11:
fluenza viruses. Antiviral Res 1036-1041.
2000;48:101-115. WHO. (2006) : Cumulative Number
Liu J, Xiao H, Lei F, Zhu Q, Qin K. of Confirmed Human Cases of
Zhang XW, et.al. Highly patho- Avian Influenza A/(H5N1) Re-
genic H5N1 influenza virus infec- ported to WHO, 28 Agustus
tion in migratory bird. Science. 2006. Available from : http://
2005 : 1206. www.who.int/csr/disease/
Mount AW, Kwong H., Isureita HS, avian_influenza/country/
et.al. Case control study of risk cases_table_2006_08_23/en/
factors for avian influenza index.htm.
A(H5N1) disease, Hongkong, World Health Organization. WHO
1997. J Infect Dis 1999 : 505-508 inter-country-consultation: influ-
Peiris JS, Yu WC, Leung CW, et al. enza A/H5N1 in humans in Asia:
Re-emergence of fatal human in- Manila, Philippines, 6-7 May

64 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

2005. available from: http:// Yuen KY, Chan PK, Peiris M, et al.
www.who.int/csr/resources/ Clinical features and rapid viral
publications/influenza/WHO. diagnosis of human disease as-
WHO meeting on development and sociated with avian influenza A
evaluation of influenza pandemic H5N1 virus. Lancet 1998;351:467-
vaccines, 2-3 November 2005: 471.
http://www.who.int/ Yuen, KY and Wong SS. Human In-
vaccine_research/diseases/influ- fection by avian influenza A
enza/mtg_021205/en/ H5N1. Hong Kong Med J. 2005
index2.html. 11(3) 189-199.

Vol. III, No.2, Agustus 2006 65

You might also like