Professional Documents
Culture Documents
PSIKOTIK
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik
Disusun oleh :
Meylani Bith 0961050125
Stephanie Talilah 1061050001
Amelia Puspitasari 1061050018
I Nyoman Yesaya 1061050031
Dwi Elyani 1161050047
Cintya Tirza Kusuma 1161050069
Eva Octavia 1161050072
Ni Made Putri Lastiana 1161050079
Hanna Libriana 1161050230
Pembimbing :
dr. Santi Yuliani, M.Sc, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016
STATUS PASIEN PSIKIATRIK
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRI FK UKI
RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. AS
Jenis Kelamin :Laki - laki
Umur :41tahun
Status Perkawinan :Menikah
Agama :Islam
Suku bangsa :Jawa
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Swasta
Alamat :Bandungan RT 03 RW06JogomulyoTempuran
Magelang
Tanggal datang ke IGD : 7 april 2016
2
pasien temukan di jalan dan pasien menganggap barang tersebut barang
yang penting bagi pasien. Pasien sering mengunci rumahnya dengan tali
tambang dan rantai lalu digembok walaupun pasien hanya pergi ke
warung.
Sejak 2 tahun lalu pasien pernah mengalami masalah
dilingkungan kerjanya. Menurut keluarga pasien, pasien sering
menggantikan temannya untuk mencuci bus sehingga banyak teman
pasien yang tidak menyukai pasien. Pasien sering merasa diikuti dari
tempat kerjanya ketika pulang ke rumah. Pasien sering mencurigai
istrinya, pasien sering melarang istri pasien keluar rumah. Sejak 1
tahun lalu pasien mondok lalu 2 minggu setelah itu pasien kabur dari
RSJ dengan berjalan kaki sampai rumah pasien. Setelah mondok 6
bulan pasien pulang dan meminum obat yang dibawa dari RSJ lalu
kontrol 1 kali ke poli.
Sejak 4 bulan lalu pasien tidak mau minum obat dan pasien
sering marah-marah sendiri, keluhan memberat sejak 1 bulan lalu
pasien sampai memukul istri pasien dan menguusir anak pasien.
Kemudian anak pasien menghubungi RSJ untuk membawa pasien ke
RSJS Magelang.
3
Pasien adalah anak pertamadari tiga bersaudara. kondisi ibu saat hamil
baik tidak menderita penyakit, lahir cukup bulan secara normal ditolong
oleh bidan desa, BBL bayi lupa, kebutuhan ASI terpenuhi
4
yang valid tentang seberapa baik penderita mengenai pemisahan dari
orang tua, seberapa baik penderita bermain dengan teman-teman baru di
hari pertama sekolah.
3. Komunikasi
Penderita memiliki teman yang cukup banyak saat sekolah danmudah
bergaul dengan teman-teman sebayanya.
4. Emosi
Penderita termasuk pribadi yang sangat disiplin dan tegas dalam
bertindak. Penderita merasa lebih cocok bergaul dengan teman-teman
yang memiliki prinsip kedisiplinan hampir sama dengannya.
5. Kognitif
Tidak ada data yang valid selama penderita bersekolah, pernah tinggal
kelas, dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan, sosial,
dan mata pelajaran.
E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien masuk SD usia 6 tahun, pasien tamat SD dan tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja membantu ibunya sebagai petani setalah pasien tamat
SD. Kemudian pasien bekerja pada perusahaan bus Santosa sebagai
pencuci bus.
3. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dengan seorang perempuan selama 21 tahun.
4. Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Islam. Pasien tidak pernah sholat.
5. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum.
6. Riwayat Militer
Pasien belum pernah mempunyai riwayat militer.
7. Riwayat Psikoseksual
5
Pasien sdapat berkomunikasi dengan baik saat berbicara dengan banyak
orang di lingkungan sekitar rumah pasien.
V. Riwayat Keluarga
Menurut keluarga, nenek dari ibu pasien dan kakak laki-laki dari ibu
pasien mengalami gangguan jiwa.
Genogram
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: sudah meninggal
:Tinggal bersama
:Penderita
GEJALA
6
201 2015 2016
4
FUNGSI PERAN
1. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah sesuai usia, rawat diri baik, cara berpakaian
rapi, kebersihan baik.
2. Kesadaran
a. Neurologi : Composmentis
b. Psikiatri : Buruk
3. Pembicaraan
Kualitas : Spontan
Kuantitas : Cukup
4. Tingkah laku :
Normo aktif
5. Sikap
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Mudah ditarik, dan mudah dicantum.
2. Alam Perasaan
1. Mood :
a. Disforik (-)
b. Eutimik (-)
c. Ekspansif (-)
d. Euforia (-)
e. Agitasi (-)
f. Tegang (+)
g. Elasi (-)
h. Panik (-)
i. Marah (-)
j. Cemas (-)
k. Bahagia (-)
2. Afek
7
a. Keserasian : Inapropiate (+)
b. Derajat : Tumpul
c. Konsistensi : Labil
3. Gangguan Persepsi
1. Ilusi
a. Auditorik (-)
b. Visual (-)
c. Olfaktori (-)
d. Gustatori (-)
e. Taktil (-)
2. Halusinansi
a. Auditorik (-)
b. Visual (-)
c. Olfaktori (-)
d. Gustatori (-)
e. Taktil (-)
3. Depersonalisasi (-)
4. Derealisasi (-)
4. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Kuantitas :
Logorrhea (-)
Talk active (+)
Remming (-)
Blocking (-)
Mutism (-)
b. Kualitas
Koheren (+)
Inkoheren (-)
Irrelevant (-)
Flight of idea (-)
Confabulation (-)
Preservation (-)
Verbigerasion (-)
Sirkumstantial (-)
Tangential (-)
Neologism (-)
Word salad (-)
8
Echolalia (-)
2. Isi pikir
a. Delusion of reference (+)
b. Preokupasi (-)
c. Obsesi (-)
d. Fobia (-)
e. Delusion of magic mistic (+)
f. Delusion of control (-)
g. Delusion of passivity (-)
h. Delusion of perception (-)
i. Thought of echo (-)
j. Thought insertion (-)
k. Thought of withdrawl (-)
l. Thought of broadcasting (-)
3. Bentuk Pikir
a. Realistic (-)
b. Non realistic (+)
c. Dereistik (-)
d. Autistik (-)
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
1. Keadaan umum : Tampak sehat, kesan gizi cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
9
Nadi : 84 x / mnt
Respirasi : 18 x / mnt
Suhu : 36,4 C
4. Kepala ( mata dan THT )
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Normotia/normotia, sekret -/-
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Hidung : Kavum nasi lapang/lapang, sekret -/-
5. Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5-6
Auskultasi : Suara jantung I/II reguler, murmur (-),
gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler +/+.
6. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
7. Urogenital : Dalam batas normal
8. Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral hangat/ hangat hangat/hangat
Cappilary refill <2detik <2 detik
test
Deformitas -/- -/-
B. Pemeriksaan Neurologis :
Brudzinski I : (-)
10
Brudzinski II : (-)
Laseque : (-)
Kernig : (-)
Biseps :+
Triseps :+
Radius :+
Ulna :+
Patella :+
Achilles :+
11
5. Motorik : Dalam batas normal.
RESUME
Pasien datang ke IGD RSJ Prof Dr Soerojo Magelang dengan keluhan marah-
marah, mengamuk, berkata-kata kasar dan sering curiga kepada anggota keluarga
pasien. Keluhan timbul sejak 4 bulan lalu namun memberat sejak 1 bulan
terakhir. Menurut keluarga pasien, pasien sering marah-marah sendiri, pasien juga
sering bertengkar dengan istri dan anak-anaknya. Pasien juga memukul istri dan
mengusir anak- anak pasien dari rumah. Pasien mengaku istrinya berselingkuh
dengan 4 orang teman kerjanya karena istri pasien sudah tidak mau melayani
pasien untuk melakukan hubungan seksual. Pasien juga mengaku anak-anak
pasien di berikan air minum oleh Kiyai Haji dari desa lain supaya anak-anaknya
melawan pasien. Pasien juga mengeluh banyak orang ingin mencelakai pasien.
Pasien juga mengaku bahwa ada sekelompok pemuda di desanya yg ingin berbuat
jahat kepada pasien dan ada sekelompok orang didesanya yang merusak saluran
air rumah pasien dan memberikan bubuk cabai ke dalam saluran air rumah pasien
sehingga rasa air di rumah pasien menjadi pedas. Keluarga pasien mengaku pasien
sering mengumpulkan barang-barang bekas yang pasien temukan di jalan dan
pasien menganggap barang tersebut barang yang penting bagi pasien. Pasien
sering mengunci rumahnya dengan tali tambang dan rantai lalu digembok
walaupun pasien hanya pergi ke warung.
Sejak 2 tahun lalu pasien pernah mengalami masalah dilingkungan
kerjanya. Menurut keluarga pasien, pasien sering menggantikan temannya
untuk mencuci bus sehingga banyak teman pasien yang tidak menyukai
12
pasien. Pasien sering merasa diikuti dari tempat kerjanya ketika pulang ke
rumah. Pasien sering mencurigai istrinya, pasien sering melarang istri
pasien keluar rumah. Sejak 1 tahun lalu pasien mondok lalu 2 minggu
setelah itu pasien kabur dari RSJ dengan berjalan kaki sampai rumah
pasien. Setelah mondok 6 bulan pasien pulang dan meminum obat yang
dibawa dari RSJ lalu kontrol 1 kali ke poli.
Sejak 4 bulan lalu pasien tidak mau minum obat dan pasien sering marah-
marah sendiri, keluhan memberat sejak 1 bulan lalu pasien sampai memukul
istri pasien dan menguusir anak pasien. Kemudian anak pasien menghubungi RSJ
untuk membawa pasien ke RSJS Magelang.
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
b. Pembicaraan
Kualitas : Spontan
Kuantitas : Cukup
d. Sikap : Kooperatif
2. Alam Perasaan
a. Mood : Tegang
b. Afek : Inappropriate
3. Proses Pikir
13
1. Isi Pikir : Delusion of reference, Delusion of
magic mistic.
2. Arus Pikir
b. Kualitas : Koheren
Insight : Derajat 1
Mood : Tegang
Afek : Inappropriate
Isi pikir : Delusion of reference, Delusion of magic mistic
Arus pikir : Talk active
Bentuk pikir : Non-realistik
Insight :1
Reliabilitas alloanamnesis : Bisa dipercaya
XIII. DIAGNOSIS
F 20.0Skizofrenia Paranoid
14
F 06.2 Gangguan Waham Organik (lir-skizofernia)
PEDOMAN DIAGNOSTIK
BERDASARKAN PPDGJ III PADA PASIEN
PEDOMAN DIAGNOSTIK
F 20.0 Skizofrenia Paranoid
Memenuh kriteria umum diagnosis skizofrenia. TERPENUHI
15
tidak nyata / menonjol.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
XV. PENATALAKSANAAN
A. Non Farmakoterapi
16
Pasien dirawat inap
Psikoterapi
1) Terapi Psikoanalisa
17
kondisi lingkungan yang menguatkan atau
mempertahankan perilaku itu.
18
dalam panti-panti rehabilitasin psikososial untuk
membantu penderita agar bisa kembali berperan dalam
masyarakat. Mereka dibantu dan didukung untuk
melaksanakan tugas-tugas harian seperti memasak,
berbelanja, ataupun utnuk berkomunikasi, bersahabat,
dan sebagainya.Meskipun terapi ini cukup berhasil,
namun tetap ada persoalan bagaimana mempertahankan
perilaku bila suatu program telah selesai, dan
bagaimana dengan situasi-situasi yang tidak diajarkan
secara langsung.
3) Terapi Humanistik
a. Terapi Kelompok.
b. Terapi keluarga
19
mengontrol sikap dan ucapan yang dapat menimbulkan
stress pada pasien,karena meningkatkan potensi untuk
kambuh. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk
bersama-sama membantu pasien sebagai seorang
individu (mengikutsertakan pasien dalam mengambil
keputusan,memberikan reward,dan mengabulkan
permintaan-permintaan pasien dengan pertimbangan
yang matang).
Sosioterapi
B. Farmakoterapi
Di UGD :
- Chlorpromazine 1 x 10 mg
- Haloperidol2 x 5 mg
- Tryhexilpenidil 2 x 2 mg
C. Saran
2. PROGNOSIS
Morbid
Kesimpulan Prognosis
Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21
Berdasarkan DSM-IV American Psychiatric Association, skizofrenia
merupakan suatu kelainan yang ditandai oleh penurunan kemampuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari karena adanya suatu kombinasi dari halusinasi,
delusi, gangguan pikiran, gangguan pergerakan, dan ekspresi emosi yang tidak
sesuai. Gangguan ini merupakan gangguan jiwa berat yang dicirikan oleh adanya
proses-proses berpikir yang terganggu yang menekankan pikiran yang terpecah
dari realitas dan individu seperti menjadi bagian dari dunianya yang kacau dan
2.1.2 Etiologi
a. Faktor Genetik
b. Faktor Biokimia
22
berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagianbagian
tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja
tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin
dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan. 3
Sejak dahulu para peneliti dan orang-orang klinis meyakini ada sesuatu yang
secara fundamental berbeda mengenai otak pada orang-orang dengan skizofrenia.
Kini, perkembangan teknologi PET Scan, CAT Scan, dan juga MRI dapat menguji
secara detail struktur dan fungsi otaknya. Luchins, et al., menyatakan bahwa
kondisi abnormalitas dengan asimetri serebral yang terbalik juga berpengaruh
pada proses kognitif penderita. Pada orang normal, sisi otak kiri lebih besar dari
sisi kanan, namun tidak pada penderita skizofrenia. Penderita memiliki
perbandingan sisi yang berbalik dari kondisi normal. Hal ini dilaporkan bahwa
pada pasien-pasien skizofrenia, mereka yang memiliki asimetri terbalik cenderung
memiliki IQ verbal lebih rendah daripada IQ performasi.
e. Pembesaran Ventrikel
23
Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan skizofrenia adalah
pembesaran ventrikel. Ventrikel adalah ruang yang berisi cairan (fluid-filled) di
dalam otak. Perluasan mendukung atrofi dan deteriorasi di jaringan otak lainnya.
Orang-orang skizofrenia dengan pembesaran ventrikel cenderung menunjukkan
penurunan secara sosial, emosi dan perilaku sebelum mereka mengembangkan
gejala utama atau inti dari skizofrenia. Mereka juga cenderung memiliki gejala
yang lebuh kuat daripada orang skizofrenia lainnya yang kurang responsif
terhadap pengobatan karena dianggap sebagai pergantian yang buruk dalam fungsi
otak yang sulit untuk ditangani atau dikurangi melalui treatment.
2. Faktor Psikososial
Faktor psikososial meliputi adanya kelainan herediter yang semakin lama semakin
kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orangtua-anak yang
patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. Perspektif psikososial
dalam melihat faktor-faktor penyebab munculnya skizofrenia dapat dirangkum
sebagai berikut :
a. Teori Psikodinamika
24
atau berlebihan terus menerus mendominasi, anak akan mengalami regresi
dan kembali ke taraf perkembangan bayi dalam hal fungsi perannya,
sehingga ego kehilangan kemampuannya membedakan realita dari yang
bukan realita. Kemudian, psikoanalis Fromm-Reichmann dan Silvano
Arieti mengelaborasi teori Freud secara lebih lengkap dengan
menggambarkan gaya pola asuh pada ibu yang menyebabkan mereka
menjadi skizofrenia.
b. Pola-pola Komunikasi
25
Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stres mungkin tidak
menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi keadaan tersebut
dapat memicu munculnya episode baru pada orang yang mudah terkena
serangan atau rawan terhadap skizofrenia.
26
e. Skizofrenia paranoid
Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah mulai 30 tahun.
Permulaanya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian
penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan schizoid. Mereka
mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya
pada orang lain.
f. Skizofrenia hebefrenik
c. Skizofrenia katatonik
27
biasanya penderita mengalami gejala yang dianggap tidak terlalu parah, tetapi
sangat mengganggu fungsi peran penderita. Selain itu, dalam beberapa kasus,
episode akut terjadi hanya sejenak saja. Akan tetapi, pada kasus lain, mungkin
terdapat sedikit kemajuan dan bukan deteriorasi yang tidak terelakkan. Gejala
pada penderita skizofrenia di bagi menjadi tiga kategori :
1. Gejala positif
Gejala positif juga dikenal sebagai gejala sekunder. Gejala ini berupa hal-
hal yang berlebihan dan distorsi serta dapat menimbulkan pikiran yang tidak dapat
dikontrol pasien. Gejala-gejala ini disebut positif karena manifestasi jelas dapat
diamati oleh orang lain. Gejala ini yang menyertai gejala-gejala primer atau gejala
negatif. Dari sebagian besar gejala-gejala positif menjadi ciri dari episode akut
pada penderita skizofrenia. Gejala-gejala positif antara lain :
a. Delusi
28
4. Waham kebesaran, misalnya meyakini bahwa dirinya sebagai
Yesus atau meyakini dirinya sedang dalam misi khusus, atau
memiliki rencana yang hebat namun tidak logis untuk
menyelamatkan dunia.
Delusi atau waham ini terjadi pada lebih dari separuh orang yang
menderita skizofrenia. Tidak hanya pada penderita skizofrenia saja, gangguan ini
juga terjadi di kalangan pasien dari berbagai diagnosis lain, terutama mania,
depresi delusional dan gangguan waham. Akan tetapi, waham yang pada penderita
skizofrenia sering kali lebih aneh dibandingkan dengan kategori diagnostik lain.
Waham pada pasien skizofrenia sangat tidak mungkin terjadi pada manusia.
2. Gejala negatif
a. Avolution
29
Avolution atau apatis merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan
perasaan atau emosi dalam situasi normal yang menimbulkan reaksi seperti berada
dalam keadaan depresi parah. Penderita skizofrenia dapat menjadi tidak tertarik
untuk berdandan dan menjaga kebersihan diri, dengan rambut yang tidak tersisir,
kuku kotor, gigi yang tidak disikat, dan pakaian yang berantakan. Serta mereka
juga mengalami kesulitan dalam menekuni aktivitas mereka sehari harinya.
b. Alogia
c. Anhedonia
d. Afek datar
Afek datar merupakan reaksi emosional yang datar atau tidak sesuai
dengan keadaan tertentu. Reaksi emosional yang ditunjukkan kebalikan dari
kondisi tersebut. Terkadang penderita ketika diajak bicara, menjawab dengan
suara datar atau tanpa nada. Afek datar terjadi pada 66 persen dari suatu sampel
besar pasien skizofrenia.
e. Asosialitas
30
sedikit teman, ketrampilan sosial yang rendah, dan sangat kurang berminat untuk
berkumpul bersama dengan orang lain.
3. Gejala disorganisasi
Pembicaraan juga dapat terganggu karena suatu hal yang disebut dengan
asosiasi longgar atau keluar jalur (derailment), dalam hal ini pasien dapat lebih
berhasil dalam berkomunikasi dengan seorang pendengar namun mengalami
kesulitan untuk tetap pada satu topik.
b. Perilaku aneh
31
menyesuaikannya dengan berbagai standar masyarakat. Mereka juga mengalami
kesulitan melakukan tugas-tugas sehari-hari dalam hidup.
4. Gejala lain
a. Katatonia
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
32
(a) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kulitasnya berbeda; atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
33
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme;
(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika;
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
34
F20.x0 Berkelanjutan
F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
F20.x3 Episodik berulang
F20.x4 Remisi tak sempurna
F20.x5 Remisi sempurna
F20.x8 Lainnya
F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
35
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.
Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) fase berikut ini:
1. Fase Prodromal
Pada fase ini biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya bisa
minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas.
Gejala pada fase ini meliputi: hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi
penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan ini
akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan
mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal
semakin buruk prognosisnya.
2. Fase Aktif
Pada fase ini, gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua
individu datang berobat pada fase ini. Bila tidak mendapat pengobatan, gejala-
gejala tersebut dapat hilang secara spontan tetapi suatu saat mengalami
eksaserbasi (terus bertahan dan tidak dapat disembuhkan). Fase aktif akan diikuti
oleh fase residual.
3. Fase Residual
36
terjadi pada ketiga fase di atas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan
kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa,
kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
2.1.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke
kemunduran mental.
Terapist jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita
yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu mahluk yang aneh dan
inferior. Bila sudah dapatdiadakan kontan, maka dilakukan bimbingan tentang
hal-hal yang praktis.
Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan
pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi
terus, bekerja sederhana dirumah ataupun di luar rumah.
Keluarga atau orang lain di lingkungan penderita diberi penerangan
(manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
1. Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita
denganskizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih
berfaedah pada penderitadengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita
paranoid trifuloperazin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham
dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan
halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih
kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi
kerja.
Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama
beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan
skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat
diberi terus selama satu atau dua tahun.
37
Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam
jangka waktuyang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai
dengan keadaan pasien(seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan
penyakit badaniah yang menahun,umpamanya diabetes mellitus, hipertensi, payah
jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan.
Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama
dari penyakit. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan
secara individual.
38
membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta
bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat.
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi,karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau
bermain musik bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila
dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu
ditentukan.
Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur
sedemikian rupa sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila mungkin
sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada
kesembuhan apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau
tidak.
5. Lobotomi prefrontal.
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila
penderita sangat mengganggu lingkungannya. Jadi prognosa skizofrenia tidak
begitu buruk seperti dikira orang sampai dengan pertengahan abad ini. Lebih-
lebih dengan neroleptika, lebih banyak penderita dapat dirawat di luar rumah sakit
jiwa. Dan memang seharusnya demikian. Sedapat-dapatnya penderita harus
tinggal dilingkungannya sendiri, harus tetap melakukan hubungan dengan
keluarganya untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam hal ini dokter umum
dapat memegang perananyang penting, mengingat juga kekurangan ahli
kedokteran jiwa di negara kita. Dokter umum lebih mengenal penderita dengan
lingkungannya, keluarganya, rumahnya dan pekerjaannya,sehingga ia lebih dapat
menolong penderita hidup terus secara wajar dengan segala suka dan dukanya.
6. Katarsis
39
Proses katarsis sangat dikenal dalam psikologi, terutama dalam aliran
psikoanalisis. Maksudnya adalah adanya pelepasan emosi-emosi yang terpendam.
Proses katarsis sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah
emosional. Pada umumnya orang-orang yang menghadapi masalah yang sangat
berat atau menghadapi situasi yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan
atau seringkali tidak mau atau tidak bias mengungkapkanya kepada orang
lain.Mereka lebih senang memendamnya dalam hatinya sendiri atau berusaha
melupakanya.Tapi justru dengan menekan segala macam perasaan, emosi pikiran-
pikiran yang mengganggu alam bawah sadarnya, maka timbul berbagai macam
gangguan-gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan atau berbagai bentuk
penyakit fisik seperti: penyakit jantung, liver atau tekanan darah tinggi.
Prognosis
40
hebefrenik atau defisit. Sepuluh persen kasus bunuh diri ada kaitannya dengan
skizofrenia. Rata-rata skizofrenia mengurangi masa hidup penderita 10 tahun.
DOKUMENTASI
41
42
43
44
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. 2004.
3. Kaplan, HI, Sadock BJ, Skizofrenia, In :Synopsis of Psychiatry :
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. 2007.
4. Sinaga Banhard Rudyanto. Skizofrenia dan Diagnosis Banding.
2007. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
5. OBrien, Patricia G., Kennedy, Winifred Z.,& Ballard, Karen A.
(2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik : Teori & Praktik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. PT
Nuh Jaya Jakarta.
46
47