You are on page 1of 47

CASE BASED DISCUSSION

PSIKOTIK
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang

Disusun oleh :
Meylani Bith 0961050125
Stephanie Talilah 1061050001
Amelia Puspitasari 1061050018
I Nyoman Yesaya 1061050031
Dwi Elyani 1161050047
Cintya Tirza Kusuma 1161050069
Eva Octavia 1161050072
Ni Made Putri Lastiana 1161050079
Hanna Libriana 1161050230

Pembimbing :
dr. Santi Yuliani, M.Sc, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016
STATUS PASIEN PSIKIATRIK
KEPANITERAAN KLINIK PSIKIATRI FK UKI
RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. AS
Jenis Kelamin :Laki - laki
Umur :41tahun
Status Perkawinan :Menikah
Agama :Islam
Suku bangsa :Jawa
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Swasta
Alamat :Bandungan RT 03 RW06JogomulyoTempuran
Magelang
Tanggal datang ke IGD : 7 april 2016

II. LAPORAN PSIKIATRI


A. Keluhan Utama : Marah- marah dan mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSJ Prof Dr Soerojo Magelang dengan
keluhan marah-marah, mengamuk, dan sering curiga kepada anggota
keluarga pasien. Keluhan timbul sejak 4 bulan lalu namun memberat
sejak 1 bulan lalu. Menurut keluarga pasien, pasien sering marah-
marah sendiri, pasien juga sering bertengkar dengan istri dan anak-anak
pasien. Pasien juga memukul istri pasien dan mengusir anak- anak
pasien dari rumah. Pasien mengaku istrinya berselingkuh dengan 4
orang teman kerjanya karean istri pasien sudah tidak mau melayani
pasien untuk melakukan hubungan seksual. Pasien juga mengaku anak-
anak pasien di berikan air minum oleh Kiyai Haji dari desa lain supaya
anak-anaknya melawan pasien. Pasien juga mengaku banyak orang ingin
mencelakai pasien. Pasien juga mengaku bahwa ada sekelompok
pemuda di desanya yg ingin berbuat jahat kepada pasien. Pasien
mengaku bahwa ada sekelompok orang didesanya yang merusak saluran
air ke rumah pasien dan memberikan bubuk cabai ke dalam saluran air
rumah pasien sehingga rasa air di rumah pasien menjadi pedas. Keluarga
pasien mengaku pasien sering mengumpulkan barang-barang bekas yang

2
pasien temukan di jalan dan pasien menganggap barang tersebut barang
yang penting bagi pasien. Pasien sering mengunci rumahnya dengan tali
tambang dan rantai lalu digembok walaupun pasien hanya pergi ke
warung.
Sejak 2 tahun lalu pasien pernah mengalami masalah
dilingkungan kerjanya. Menurut keluarga pasien, pasien sering
menggantikan temannya untuk mencuci bus sehingga banyak teman
pasien yang tidak menyukai pasien. Pasien sering merasa diikuti dari
tempat kerjanya ketika pulang ke rumah. Pasien sering mencurigai
istrinya, pasien sering melarang istri pasien keluar rumah. Sejak 1
tahun lalu pasien mondok lalu 2 minggu setelah itu pasien kabur dari
RSJ dengan berjalan kaki sampai rumah pasien. Setelah mondok 6
bulan pasien pulang dan meminum obat yang dibawa dari RSJ lalu
kontrol 1 kali ke poli.
Sejak 4 bulan lalu pasien tidak mau minum obat dan pasien
sering marah-marah sendiri, keluhan memberat sejak 1 bulan lalu
pasien sampai memukul istri pasien dan menguusir anak pasien.
Kemudian anak pasien menghubungi RSJ untuk membawa pasien ke
RSJS Magelang.

III. Riwayat Gangguan Dahulu


A. Riwayat Psikiatri
Pasien pernah mondok 1 kali sejak 1 tahun yang lalu.
B. Riwayat Medis Umum
Hipertensi (-)
Keganasan (-)
Alergi (-)
Demam tinggi (-)
Kejang (-)
Trauma kepala (-)
Tumor (-)
C. Riwayat Merokok, alkohol dan NAPZA
Pasien merokok 5 box per hari, pasien tidak mengonsumsi alkohol
dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang.

IV. Riwayat Kehidupan Pribadi


A. Masa Prenatal dan Perinatal

3
Pasien adalah anak pertamadari tiga bersaudara. kondisi ibu saat hamil
baik tidak menderita penyakit, lahir cukup bulan secara normal ditolong
oleh bidan desa, BBL bayi lupa, kebutuhan ASI terpenuhi

B. Masa Kanak-kanak Awal (0-3 Tahun)


1. Psikomotor
Tidak ada data yang valid mengenai pertumbuhan dan perkembangan
penderita seperti, pertama kalinya mengangkat kepala, berguling,
duduk, merangkak, berdiri, berjalan berlari, memegang benda benda di
tangannya, meletakan segala sesuaatu di mulutnya.
2. Psikososial
Tidak ada data yang valid mengenai usia berapa mulai tersenyum, saat
melihat wajah lain dikejutkan oleh suara,ketika tertawa pertama kali,
atau menggeliat ketika diminta untuk bermain,bertepuk tangan dengan
orang lain.
3. Komunikasi
Tidak ada data yang valid mengenai pertama penderita mulai
mengucapkkan kata-kata seperti ibu atau ayah, atau berbicara.
4. Emosi
Tidak ada data yang valid mengenai reaksi penderita ketika bermain,
takut dengan orang asing, mulai menunjukan kecemburuan atau daya
saing lainnya dan pelatihan menggunakan toilet.
5. Kognitif
Tidak ada data yang valid tentang usia pertama penderita dapat
mengikuti objek, mengikuti ibunya, mengenali anggota keluarganya,
tidak ada data yang valid pada saat penderita pertama kali meniru suara
yang terdengar, atau memahami perintah sederhana.

C. Masa Kanak-kanak Pertengahan (3-11 Tahun)


1. Psikomotor
Tidak ada data valid pada saat penderita pertama kali mengendarai
sepeda roda tiga atau sepeda, mampu berlari, dan permainan apa yang
dapat dilakukan waktu kecil. Pasien gemar bermain bola saat masih usia
sekolah dasar.
2. Psikososial
Penderita sejak kecil sadar bahwa jenis kelaminnya adalah laki-laki, dan
bertingkah laku sesuai dengan jenis kelaminnya. Penderita sejak kecil
diasuh olehayah dan ibunya yang bekerja sebagai petani. Tidak ada data

4
yang valid tentang seberapa baik penderita mengenai pemisahan dari
orang tua, seberapa baik penderita bermain dengan teman-teman baru di
hari pertama sekolah.
3. Komunikasi
Penderita memiliki teman yang cukup banyak saat sekolah danmudah
bergaul dengan teman-teman sebayanya.
4. Emosi
Penderita termasuk pribadi yang sangat disiplin dan tegas dalam
bertindak. Penderita merasa lebih cocok bergaul dengan teman-teman
yang memiliki prinsip kedisiplinan hampir sama dengannya.
5. Kognitif
Tidak ada data yang valid selama penderita bersekolah, pernah tinggal
kelas, dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan, sosial,
dan mata pelajaran.

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja (11-18 Tahun)


Tidak ada data yang valid mengenai waktu saat pasien mendapat
mimpi basah dan hubungan dengan teman sebaya laki-laki maupun
perempuan.

E. Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien masuk SD usia 6 tahun, pasien tamat SD dan tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja membantu ibunya sebagai petani setalah pasien tamat
SD. Kemudian pasien bekerja pada perusahaan bus Santosa sebagai
pencuci bus.
3. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dengan seorang perempuan selama 21 tahun.
4. Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Islam. Pasien tidak pernah sholat.
5. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum.
6. Riwayat Militer
Pasien belum pernah mempunyai riwayat militer.
7. Riwayat Psikoseksual

5
Pasien sdapat berkomunikasi dengan baik saat berbicara dengan banyak
orang di lingkungan sekitar rumah pasien.

V. Riwayat Keluarga
Menurut keluarga, nenek dari ibu pasien dan kakak laki-laki dari ibu
pasien mengalami gangguan jiwa.

Genogram

Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: sudah meninggal
:Tinggal bersama
:Penderita

VI. Kehidupan Sosial Ekonomi Sekarang


Pasien sudah tidak bekerja 4 bulan dan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya pasien meminta kepada orangtua.

VII. Grafik Perjalanan Penyakit

GEJALA

6
201 2015 2016
4

FUNGSI PERAN

VIII. STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan di IGD RSJS Magelang pada tanggal 7 April 2016.

1. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah sesuai usia, rawat diri baik, cara berpakaian
rapi, kebersihan baik.
2. Kesadaran
a. Neurologi : Composmentis
b. Psikiatri : Buruk
3. Pembicaraan
Kualitas : Spontan
Kuantitas : Cukup
4. Tingkah laku :
Normo aktif
5. Sikap
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Mudah ditarik, dan mudah dicantum.
2. Alam Perasaan
1. Mood :

a. Disforik (-)
b. Eutimik (-)
c. Ekspansif (-)
d. Euforia (-)
e. Agitasi (-)
f. Tegang (+)
g. Elasi (-)
h. Panik (-)
i. Marah (-)
j. Cemas (-)
k. Bahagia (-)

2. Afek

7
a. Keserasian : Inapropiate (+)
b. Derajat : Tumpul
c. Konsistensi : Labil

3. Gangguan Persepsi
1. Ilusi

a. Auditorik (-)
b. Visual (-)
c. Olfaktori (-)
d. Gustatori (-)
e. Taktil (-)

2. Halusinansi

a. Auditorik (-)
b. Visual (-)
c. Olfaktori (-)
d. Gustatori (-)
e. Taktil (-)

3. Depersonalisasi (-)
4. Derealisasi (-)

4. Proses Pikir
1. Arus Pikir

a. Kuantitas :
Logorrhea (-)
Talk active (+)
Remming (-)
Blocking (-)
Mutism (-)
b. Kualitas
Koheren (+)
Inkoheren (-)
Irrelevant (-)
Flight of idea (-)
Confabulation (-)
Preservation (-)
Verbigerasion (-)
Sirkumstantial (-)
Tangential (-)
Neologism (-)
Word salad (-)

8
Echolalia (-)

2. Isi pikir
a. Delusion of reference (+)
b. Preokupasi (-)
c. Obsesi (-)
d. Fobia (-)
e. Delusion of magic mistic (+)
f. Delusion of control (-)
g. Delusion of passivity (-)
h. Delusion of perception (-)
i. Thought of echo (-)
j. Thought insertion (-)
k. Thought of withdrawl (-)
l. Thought of broadcasting (-)

3. Bentuk Pikir

a. Realistic (-)
b. Non realistic (+)
c. Dereistik (-)
d. Autistik (-)

5. Sensorium dan Kognitif


1. Tingkat kesadaran : Jernih
2. Orientasi : Waktu : Baik
Tempat : Baik
Personal : Baik
Situasional : Baik
3. Daya ingat jangka panjang : Baik
4. Daya ingat jangka pendek : Baik
5. Daya ingat segera : Baik
6. Konsentrasi : Baik
7. Perhatian : Baik
8. Kemampuan baca tulis : Baik
9. Pikiran abstrak : Baik
6. Tilikan
Impaired insight (+)

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Internus
1. Keadaan umum : Tampak sehat, kesan gizi cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg

9
Nadi : 84 x / mnt
Respirasi : 18 x / mnt
Suhu : 36,4 C
4. Kepala ( mata dan THT )
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Normotia/normotia, sekret -/-
Mulut : Sianosis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Hidung : Kavum nasi lapang/lapang, sekret -/-
5. Thorax
a. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5-6
Auskultasi : Suara jantung I/II reguler, murmur (-),
gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler +/+.
6. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
7. Urogenital : Dalam batas normal
8. Ekstremitas :

Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral hangat/ hangat hangat/hangat
Cappilary refill <2detik <2 detik
test
Deformitas -/- -/-

B. Pemeriksaan Neurologis :

1. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal : Tidak ditemukan kelainan

Kaku kuduk : (-)

Brudzinski I : (-)

10
Brudzinski II : (-)

Laseque : (-)

Kernig : (-)

2. Pemeriksaan Reflek Fisiologis :

Biseps :+
Triseps :+
Radius :+
Ulna :+
Patella :+
Achilles :+

Kesimpulan refleks Fisiologis : Tidak ada gangguan


Organik

3. Pemeriksaan Reflek Patologis :

Hoffman Tromner : tidak dilakukan


Babinski : tidak dilakukan
Chaddock : tidak dilakukan
Schaefer : tidak dilakukan
Oppenheim : tidak dilakukan
Gordon : tidak dilakukan
Mendel : tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Saraf kranialis : Dalam batas normal


a. N I (Olfaktori) : Fungsi penciuman baik
b. N II (Optikus) : Pupil isokor (+/+)
c.
d. N III (Okulomotorius) : OD OS
e. N IV (Trochlear) :
f. N VI (Abdusen) :
g. N V (Trigeminus) : Reflek kornea (+/+)
h. N VII (Fasialis) : Menyeringai (+/+),
mengerutkan dahi (+/+), menegembungkan pipi (+/+).
i. N VIII (Vestibulocochlearis) : Fungsi pendengaran baik
j. N IX (Glosofaringeus) : Uvula di tengah
k. N X (Vagus) : fungsi menelan (+), reflek
muntah (+)
l. N XI (Ascesorius) : Mengangkat bahu (+)

11
5. Motorik : Dalam batas normal.

Motorik Superior Inferior


Gerakan N/N N/N
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus N/N N/N
Trofi E/E E/E
6. Sen
sorik : Sensibilitas dalam batas normal

RESUME
Pasien datang ke IGD RSJ Prof Dr Soerojo Magelang dengan keluhan marah-
marah, mengamuk, berkata-kata kasar dan sering curiga kepada anggota keluarga
pasien. Keluhan timbul sejak 4 bulan lalu namun memberat sejak 1 bulan
terakhir. Menurut keluarga pasien, pasien sering marah-marah sendiri, pasien juga
sering bertengkar dengan istri dan anak-anaknya. Pasien juga memukul istri dan
mengusir anak- anak pasien dari rumah. Pasien mengaku istrinya berselingkuh
dengan 4 orang teman kerjanya karena istri pasien sudah tidak mau melayani
pasien untuk melakukan hubungan seksual. Pasien juga mengaku anak-anak
pasien di berikan air minum oleh Kiyai Haji dari desa lain supaya anak-anaknya
melawan pasien. Pasien juga mengeluh banyak orang ingin mencelakai pasien.
Pasien juga mengaku bahwa ada sekelompok pemuda di desanya yg ingin berbuat
jahat kepada pasien dan ada sekelompok orang didesanya yang merusak saluran
air rumah pasien dan memberikan bubuk cabai ke dalam saluran air rumah pasien
sehingga rasa air di rumah pasien menjadi pedas. Keluarga pasien mengaku pasien
sering mengumpulkan barang-barang bekas yang pasien temukan di jalan dan
pasien menganggap barang tersebut barang yang penting bagi pasien. Pasien
sering mengunci rumahnya dengan tali tambang dan rantai lalu digembok
walaupun pasien hanya pergi ke warung.
Sejak 2 tahun lalu pasien pernah mengalami masalah dilingkungan
kerjanya. Menurut keluarga pasien, pasien sering menggantikan temannya
untuk mencuci bus sehingga banyak teman pasien yang tidak menyukai

12
pasien. Pasien sering merasa diikuti dari tempat kerjanya ketika pulang ke
rumah. Pasien sering mencurigai istrinya, pasien sering melarang istri
pasien keluar rumah. Sejak 1 tahun lalu pasien mondok lalu 2 minggu
setelah itu pasien kabur dari RSJ dengan berjalan kaki sampai rumah
pasien. Setelah mondok 6 bulan pasien pulang dan meminum obat yang
dibawa dari RSJ lalu kontrol 1 kali ke poli.
Sejak 4 bulan lalu pasien tidak mau minum obat dan pasien sering marah-
marah sendiri, keluhan memberat sejak 1 bulan lalu pasien sampai memukul
istri pasien dan menguusir anak pasien. Kemudian anak pasien menghubungi RSJ
untuk membawa pasien ke RSJS Magelang.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan:

1. Deskripsi Umum

a. Penampilan

Tampak seorang laki-laki,wajah sesuai usia,rawat diri baik,cara


berpakaian rapi, dan kebersihan baik.

b. Pembicaraan

Kualitas : Spontan

Kuantitas : Cukup

c.Tingkah laku : Normoaktif

d. Sikap : Kooperatif

e. Perhatian & Kontak psikis : Mudah ditarik, mudah dicantum

2. Alam Perasaan
a. Mood : Tegang
b. Afek : Inappropriate

3. Proses Pikir

13
1. Isi Pikir : Delusion of reference, Delusion of
magic mistic.

2. Arus Pikir

a. Kuantitas : Talk active

b. Kualitas : Koheren

3. Bentuk pikir : Non-realistik

Insight : Derajat 1

XI. SIMPTOM PADA PASIEN

Mood : Tegang
Afek : Inappropriate
Isi pikir : Delusion of reference, Delusion of magic mistic
Arus pikir : Talk active
Bentuk pikir : Non-realistik
Insight :1
Reliabilitas alloanamnesis : Bisa dipercaya

XII. SINDROM PADA PASIEN

Afek tidak serasi, tumpul, Sindrom Psikosis


menarik diri, delusion of magic
mistic.

Waham kejar, waham curiga, Sindrom Paranoid


waham cemburu, egosentris.

XIII. DIAGNOSIS

F 20.0Skizofrenia Paranoid

14
F 06.2 Gangguan Waham Organik (lir-skizofernia)

PEDOMAN DIAGNOSTIK
BERDASARKAN PPDGJ III PADA PASIEN
PEDOMAN DIAGNOSTIK
F 20.0 Skizofrenia Paranoid
Memenuh kriteria umum diagnosis skizofrenia. TERPENUHI

Sebagaia tambahan : TERPENUHI


- halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam
pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi
tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa,
atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan
tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis,
tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence),
atau Passivity (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif

15
tidak nyata / menonjol.

PEDOMAN DIAGNOSTIK

BERDASARKAN PPDGJ III


PADA PASIEN
PEDOMAN DIAGNOSTIK

F 06.2 Gangguan Waham Organik (Lir-


Skizofrenia)

Kriteria umum tersebut diatas (F06) TERPENUHI

Disertai : waham yang menetap atau berulang TERPENUHI


(waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu,
penyakit, atau kematian dirinya atau orang
lain);

Halusinasi, gangguan proses pikir, atau TERPENUHI


fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada;

Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu; TERPENUHI

XIV. DIAGNOSIS MULTIAXIAL

AXIS I : F 20.0Skizoafrenia Paranoid

AXIS II : Tidak ada diagnosis

AXIS III : Tidak ada diagnosis

AXIS IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

AXIS V : GAF score : 50-41

XV. PENATALAKSANAAN
A. Non Farmakoterapi

16
Pasien dirawat inap

Indikasi : terdapat hendaya yang berat,keluarga pasien tidak


mampu merawat pasien,memastikan pasien minum obat dengan
teratur. Pasien dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Psikoterapi

1) Terapi Psikoanalisa

Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan


konflik yang tidak bisadarinya dan mekanisme pertahanan
yang digunakannya untuk mengendalikan kecemasannya.
Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk
mengatasi hal-hal yang direpress oleh penderita. Metode
terapi ini dilakukan pada saat penderita schizophrenia
sedang tidak kambuh. Macam terapi psikoanalisa yang
dapat dilakukan, adalah Asosiasi Bebas. Pada teknik terapi
ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan
perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam
pikirannya tanpa penyuntingan atau penyensoran. Pada
teknik ini, penderita disupport untuk bisa berada dalam
kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur
di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam
keadaan relaks, maka pasien harus mengungkapkan hal
yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.

2) Terapi Perilaku (Behavioristik)

Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip


pengkondisian klasik dan operan, karena terapi ini
berkaitan dengan perilaku nyata. Para terpist mencoba
menentukan stimulus yang mengawali respon malasuai dan

17
kondisi lingkungan yang menguatkan atau
mempertahankan perilaku itu.

Selain itu, secara umum terapi ini juga bermaksud secara


langsung membentuk dan mengembangkan perilaku
penderita schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai
persiapan penderita untuk kembali berperan dalam
masyarakat. Paul dan Lentz menggunakan dua bentuk
program psikososial untuk meningkatkan fungsi
kemandirian.

a. Social Learning Program

Social learning program menolong penderita


skizofrenia untuk mempelajari perilaku-perilaku yang
sesuai. Program ini menggunakan token economy,
yakni suatu cara untuk menguatkan perilaku dengan
memberikan tanda tertentu (token) bila penderita
berhasil melakukan suatu perilaku tertentu. Tanda
tersebut dapat ditukar dengan hadiah (reward), seperti
makanan atau hak-hak tertentu.Program lainnya adalah
millieu program atau terapi komunitas.

b. Social Skills Training

Terapi ini melatih penderita mengenai ketrampilan atau


keahlian sosial, seperti kemampuan percakapan, yang
dapat membantu dalam beradaptasi dengan masyarakat.
Social Skills Training menggunakan latihan
bermainsandiwara. Para penderita diberi tugas untuk
bermain peran dalam situasi-situasi tertentu agar
mereka dapat menerapkannya dalam situasi yang
sebenarnya. Bentuk terapi seperti ini sering digunakan

18
dalam panti-panti rehabilitasin psikososial untuk
membantu penderita agar bisa kembali berperan dalam
masyarakat. Mereka dibantu dan didukung untuk
melaksanakan tugas-tugas harian seperti memasak,
berbelanja, ataupun utnuk berkomunikasi, bersahabat,
dan sebagainya.Meskipun terapi ini cukup berhasil,
namun tetap ada persoalan bagaimana mempertahankan
perilaku bila suatu program telah selesai, dan
bagaimana dengan situasi-situasi yang tidak diajarkan
secara langsung.

3) Terapi Humanistik

a. Terapi Kelompok.

Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan


seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, yang
dapat menyebabkan seseorang berusaha menghindari
relasinya dengan orang lain, mengisolasi diri, sehingga
menyebabkan pola penyelesaian masalah yang
dilakukannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan dunia
empiris. Dalam menangani kasus tersebut, terapi
kelompok akan sangat bermanfaat bagi proses
penyembuhan klien, khususnya klien skizofrenia.

b. Terapi keluarga

Memberikan bimbingan kepada keluarga (terutama ayah


dan ibu pasien) agar selalu berperan aktif dalam setiap
proses penatalaksanaan pasien. Memberi penjelasan
kepada keluarga tentang pentingnya peranan obat untuk
kesembuhan pasien sehingga keluarga perlu
mengingatkan dan mengawasi pasien untuk minum obat
secara teratur. Efek samping obat juga diberitahu kepada
keluarga. Memberi edukasi kepada keluarga agar dapat

19
mengontrol sikap dan ucapan yang dapat menimbulkan
stress pada pasien,karena meningkatkan potensi untuk
kambuh. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk
bersama-sama membantu pasien sebagai seorang
individu (mengikutsertakan pasien dalam mengambil
keputusan,memberikan reward,dan mengabulkan
permintaan-permintaan pasien dengan pertimbangan
yang matang).

Sosioterapi

Melibatkan pasien dalam kegiatan di luar


rumah,misalnya: ikut membantu belanja keperluan
rumah di pasar dan bekerjadi sawah.

B. Farmakoterapi

Di UGD :

- Inj Lodomer 1 amp IM


- Inj Diazepam 1 amp IV

Di Ruang rawat inap :

- Chlorpromazine 1 x 10 mg
- Haloperidol2 x 5 mg
- Tryhexilpenidil 2 x 2 mg

C. Saran

- Pemeriksaan Lab Darah lengkap, Urium cratinin, Enzim Hepar


- Pemeriksaan CT-Scan

2. PROGNOSIS

Morbid

Onset usia : 41 tahun Buruk


Perjalanan penyakit : Akut
Baik
Jenis penyakit : Skizoafrenia
20
Penyakit organik (-) Buruk
Jenis Penyakit Schizofrenia Buruk
Buruk
Premorbid

Dukungan keluarga dan lingkungan (+) Baik


Status sosial ekonomi : kurang Buruk
Perjalanan penyakit : kronik
Buruk
Regresi (-)
Baik

Kesimpulan Prognosis

Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 F20 SKIZOFRENIA

2.1.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh


yang ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan
perilaku pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan
adanya gejala fundamental (primer) spesifik, yaitu gngguan pikiran yang ditandai
dengan gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental
lainnya adalah gangguan afektik, autisme, ambivalensi sedangkan gejala
sekundernya adalah waham dan halusinasi.1

21
Berdasarkan DSM-IV American Psychiatric Association, skizofrenia
merupakan suatu kelainan yang ditandai oleh penurunan kemampuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari karena adanya suatu kombinasi dari halusinasi,
delusi, gangguan pikiran, gangguan pergerakan, dan ekspresi emosi yang tidak
sesuai. Gangguan ini merupakan gangguan jiwa berat yang dicirikan oleh adanya
proses-proses berpikir yang terganggu yang menekankan pikiran yang terpecah
dari realitas dan individu seperti menjadi bagian dari dunianya yang kacau dan

2.1.2 Etiologi

Secara general, penyebab gangguan skizofrenia diklasifikasikan dalam


pendekatan biopsikososial, dengan perincian sebagai berikut :

a. Faktor Genetik

Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya


skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi
saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 15%; bagi anak dengan
salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 16%; bila kedua orangtua
menderita skizofrenia 40 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi
kembar satu telur (monozigot) 61 86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu
gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling
sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-
tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa
ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini
(dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia
semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang
memiliki penyakit ini. 3

b. Faktor Biokimia

Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang


disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron
berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia

22
berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagianbagian
tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja
tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin
dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan. 3

c. Faktor Psikologis dan Sosial

Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama


semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang
tuaanak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. Banyak
penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi
penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-
kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin,
dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada
anak-anaknya. Menurut Coleman dan Maramis, keluarga pada masa kanak-kanak
memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang
bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk
berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang
anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.

d. Struktur Otak Abnormal

Sejak dahulu para peneliti dan orang-orang klinis meyakini ada sesuatu yang
secara fundamental berbeda mengenai otak pada orang-orang dengan skizofrenia.
Kini, perkembangan teknologi PET Scan, CAT Scan, dan juga MRI dapat menguji
secara detail struktur dan fungsi otaknya. Luchins, et al., menyatakan bahwa
kondisi abnormalitas dengan asimetri serebral yang terbalik juga berpengaruh
pada proses kognitif penderita. Pada orang normal, sisi otak kiri lebih besar dari
sisi kanan, namun tidak pada penderita skizofrenia. Penderita memiliki
perbandingan sisi yang berbalik dari kondisi normal. Hal ini dilaporkan bahwa
pada pasien-pasien skizofrenia, mereka yang memiliki asimetri terbalik cenderung
memiliki IQ verbal lebih rendah daripada IQ performasi.

e. Pembesaran Ventrikel

23
Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan skizofrenia adalah
pembesaran ventrikel. Ventrikel adalah ruang yang berisi cairan (fluid-filled) di
dalam otak. Perluasan mendukung atrofi dan deteriorasi di jaringan otak lainnya.
Orang-orang skizofrenia dengan pembesaran ventrikel cenderung menunjukkan
penurunan secara sosial, emosi dan perilaku sebelum mereka mengembangkan
gejala utama atau inti dari skizofrenia. Mereka juga cenderung memiliki gejala
yang lebuh kuat daripada orang skizofrenia lainnya yang kurang responsif
terhadap pengobatan karena dianggap sebagai pergantian yang buruk dalam fungsi
otak yang sulit untuk ditangani atau dikurangi melalui treatment.

f. Korteks frontal dan area kunci lainnya

Beberapa penelitian menunjukkan abnormalitas dalam jumlah dan kepadatan


neuron serta tingkat metabolisme di beberapa area otak orang dengan skizofrenia
termasuk frontal korteks, lobus temporal, ganglia basalis, dan area limbik
termasuk hippocampus, thalamus, dan amygdala. Beberapa penemuan yang lebih
sesuai adalah dalam korteks frontalis. Frontal korteks dari otak lebih kecil dan
menunjukkan sedikit aktivitas pada beberapa orang skizofrenia. Sebagai tambahan
orang-orang yang berada dalam risiko terhadap skizofrenia karena faktor sejarah
keluarga tetapi belum mengembangkan gangguan ini telah menunjukan aktivitas
prefrontal yang abnormal.

2. Faktor Psikososial

Faktor psikososial meliputi adanya kelainan herediter yang semakin lama semakin
kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orangtua-anak yang
patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. Perspektif psikososial
dalam melihat faktor-faktor penyebab munculnya skizofrenia dapat dirangkum
sebagai berikut :

a. Teori Psikodinamika

Para ahli teori psikodinamika terdahulu menganggap bahwa


skizofrenia adalah hasil dari begitu berlimpahnya pengalaman negatif pada
masa awal anak-anak. Freud berargumen bahwa jika ibu secara ekstrem

24
atau berlebihan terus menerus mendominasi, anak akan mengalami regresi
dan kembali ke taraf perkembangan bayi dalam hal fungsi perannya,
sehingga ego kehilangan kemampuannya membedakan realita dari yang
bukan realita. Kemudian, psikoanalis Fromm-Reichmann dan Silvano
Arieti mengelaborasi teori Freud secara lebih lengkap dengan
menggambarkan gaya pola asuh pada ibu yang menyebabkan mereka
menjadi skizofrenia.

b. Pola-pola Komunikasi

Orang tua khususnya ibu yang mengidap skizofrenia menempatkan


anak mereka dalam situasi ikatan ganda yang secara terus menerus
mengkomunikasikan pesan-pesan yang bertentangan kepada anak-anak.
Yang dimaksud dengan ikatan ganda adalah pemberian pendidikan dan
informasi yang nilainya saling bertentangan. Pola komunikasi yang
menyimpang semacam itu kemudian dapat berdampak panjang pada sang
anak. Bagaimanapun, di antara anak-anak yang berisiko mengalami
skizofrenia karena memiliki sejarah keluarga yang mengalami gangguan
ini ialah yang memiliki taraf penyimpangan komunikasi yang tinggi
tampaknya lebih mungkin mengembangkan skizofrenia daripada mereka
yang keluarganya memiliki penyimpangan komunikasi yang rendah.

c. Tampilan Emosi (Expressed Emotion)

Gaya interaksi keluarga yang mendapat banyak perhatian peneliti


skizofrenia adalah emosi yang terekspresikan. Keluarga-keluarga yang
dalam mengekspresikan emosinya lebih kuat, over protective terhadap
anggota keluarga lainnya, bermusuhan, dan memarahi akan menghasilkan
risiko tinggi terhadap kejadian skizofrenia. Pengekspresian emosi telah
diukur melalui wawancara yang panjang dengan orang skizofrenia dan
keluarganya.

d. Stres dan Kekambuhan

25
Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stres mungkin tidak
menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi keadaan tersebut
dapat memicu munculnya episode baru pada orang yang mudah terkena
serangan atau rawan terhadap skizofrenia.

e. Perspektif Perilaku dan Kognitif

Teori kebiasaan dan koognitif sampai saat ini memberikan


perhatian terbatas terhadap skizofrenia. Mereka berpendapat bahwa
kebanyakan orang mempelajari apa yang stimulus hadirkan (operant
conditioning) dalam lingkungan melalui pengalaman menghadapi stimulus
ini dan mendapatkan keuntungan (reward) karena melakukan tindakan
adaptif. Penderita skizofrenia tidak menerima latihan dasar dalam menilai
stimulus yang ada di dalam lingkungan sosial, bagaimana meresponnya
karena pengasuhan yang tidak adekuat atau lingkungan yang secara
ekstrem tidak lazim. Sebagai hasilnya mereka hadir menghadapi stimulus
yang tidak relevan dan tidak tahu cara memberikan respon kepada orang
lain yang secara sosial dapat diterima.

f. Faktor Kesalahan Belajar (Faulty Learning)

Yang dimaksudkan kesalahan belajar ini adalah tidak tepat


mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar.
Dalam hal ini penderita mempelajari dengan baik perilaku penderita
skizofrenia atau mempelajari perilaku yang baik dengan cara yang tidak
baik.

2.1.3 Jenis Skizofrenia

Skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis. Penderita digolongkan ke dalam


salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat padanya. Akan tetapi
batasbatas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat berganti-
ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke dalam satu
jenis. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

26
e. Skizofrenia paranoid
Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah mulai 30 tahun.
Permulaanya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian
penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan schizoid. Mereka
mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya
pada orang lain.
f. Skizofrenia hebefrenik

Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa


remaja atau antara 15 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah
gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti
mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat
pada skizofrenia heberfrenik, waham dan halusinasinya banyak sekali.

c. Skizofrenia katatonik

Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan


biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin
terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. Gejala yang
penting adalah gejala psikomotor seperti:

a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa


mimik, seperti topeng, stupor penderita tidak bergerak sama
sekali untuk waktu yang sangat lama, beberapa hari, bahkan
kadang-kadang beberapa bulan.

b. Bila diganti posisinya penderita menentang.

2.1.4 Gambaran Klinis

Pada PPDGJ III, gangguan skizofrenia memiliki gejala-gejala meliputi


thought echo, thought insertion atau withdrawal, thought broadcasting, delusi,
halusinasi, perilaku katatonik, maupun gejala-gejala negatif. Pada umumnya
penderita skizofrenia menderita beberapa tahapan gejala-gejala yang akut,

27
biasanya penderita mengalami gejala yang dianggap tidak terlalu parah, tetapi
sangat mengganggu fungsi peran penderita. Selain itu, dalam beberapa kasus,
episode akut terjadi hanya sejenak saja. Akan tetapi, pada kasus lain, mungkin
terdapat sedikit kemajuan dan bukan deteriorasi yang tidak terelakkan. Gejala
pada penderita skizofrenia di bagi menjadi tiga kategori :

1. Gejala positif

Gejala positif juga dikenal sebagai gejala sekunder. Gejala ini berupa hal-
hal yang berlebihan dan distorsi serta dapat menimbulkan pikiran yang tidak dapat
dikontrol pasien. Gejala-gejala ini disebut positif karena manifestasi jelas dapat
diamati oleh orang lain. Gejala ini yang menyertai gejala-gejala primer atau gejala
negatif. Dari sebagian besar gejala-gejala positif menjadi ciri dari episode akut
pada penderita skizofrenia. Gejala-gejala positif antara lain :

a. Delusi

Istilah delusi ini biasanya dikenal dengan istilah waham. Pengertian


delusi atau waham adalah suatu perasaan mengenai keyakinan atau kepercayaan
yang keliru, yang tidak bisa diubah lewat penalaran atau tidak sesuai pada
kenyataan. Waham pada skizofrenia, berisi mengenai pikiran yang tidak logis
maupun realistis serta sulit untuk dikoreksi. Selain itu, waham dianggap sebagai
fakta yang tidak dapat dirubah oleh siapapun. Waham yang sering muncul pada
pasien skizofrenia antara lain :

1. Waham persekusi, misalnya berpikir bahwa mereka dikejar oleh


Mafia, FBI, CIA, atau beberapa kelompok lain.

2. Waham referensi atau idea of reference.

3. Waham dikendalikan, meyakini bahwa pikiran, perasaan, impuls


impuls, atau tindakkannya dikendalikan oleh kekuatan dari luar,
seperti suruhan setan.

28
4. Waham kebesaran, misalnya meyakini bahwa dirinya sebagai
Yesus atau meyakini dirinya sedang dalam misi khusus, atau
memiliki rencana yang hebat namun tidak logis untuk
menyelamatkan dunia.

Delusi atau waham ini terjadi pada lebih dari separuh orang yang
menderita skizofrenia. Tidak hanya pada penderita skizofrenia saja, gangguan ini
juga terjadi di kalangan pasien dari berbagai diagnosis lain, terutama mania,
depresi delusional dan gangguan waham. Akan tetapi, waham yang pada penderita
skizofrenia sering kali lebih aneh dibandingkan dengan kategori diagnostik lain.
Waham pada pasien skizofrenia sangat tidak mungkin terjadi pada manusia.

b. Halusinasi dan gangguan persepsi lain

Penderita skizofrenia mengalami perubahan dalam cara tubuh mereka


merasakan sesuatu, atau tubuh pasien menjadi seolah olah terasa seperti mesin.
Halusinasi merupakan distorsi persepsi. Halusinasi diartikan sebagai suatu
pengalaman inderawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan. Seperti halnya
dengan waham, halusinasi dapat menjadi pengalaman yang menakutkan pada
penderita skizofrenia.

Dalam pandangan Bleuler, halusinasi dan waham mewakili gejala


sekunder atau yang biasa disebut dengan gejala positif. Gejala-gejala ini yang
menyertai gejala-gejala negatif (primer) namun tidak menjelaskan gangguan.
Setelah itu, teoritikus seperti kurt Schneider mengatakan bahwa halusinasi dan
waham adalah ciri ciri kunci atau primer dari skizofrenia.

2. Gejala negatif

Gejala-gejala negatif cenderung bertahan melampaui suatu episode akut


dan memiliki efek parah terhadap kehidupan para pasien skizofrenia, gejala-gejala
ini juga penting secara prognostik, banyaknya gejala negatif merupakan prediktor
kuat terhadap kualitas hidup yang rendah. Gejala-gejala negatif skizofrenia
mencakup berbagai defisit behavioral, seperti :

a. Avolution

29
Avolution atau apatis merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan
perasaan atau emosi dalam situasi normal yang menimbulkan reaksi seperti berada
dalam keadaan depresi parah. Penderita skizofrenia dapat menjadi tidak tertarik
untuk berdandan dan menjaga kebersihan diri, dengan rambut yang tidak tersisir,
kuku kotor, gigi yang tidak disikat, dan pakaian yang berantakan. Serta mereka
juga mengalami kesulitan dalam menekuni aktivitas mereka sehari harinya.

b. Alogia

Alogia merupakan suatu gangguan pikiran negatif yang terwujud dalam


bentuk ketidakmampuan berbicara disebabkan oleh kerusakan - kerusakan di
dalam sistem syaraf. Biasanya ditandai dengan miskinnya dalam melakukan
percakapan, penurunan drastik jumlah percakapan, bahkan informasi yang
diberikan cenderung membingungkan atau tidak selaras.

c. Anhedonia

Anhedonia merupakan ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan.


Kondisi itu biasanya tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas
rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain dan
kurangnya minat dalam hubungan seks. Biasanya penderita menceritakan apa
yang dirasakan tidak sesuai dengan kenyataan.

d. Afek datar

Afek datar merupakan reaksi emosional yang datar atau tidak sesuai
dengan keadaan tertentu. Reaksi emosional yang ditunjukkan kebalikan dari
kondisi tersebut. Terkadang penderita ketika diajak bicara, menjawab dengan
suara datar atau tanpa nada. Afek datar terjadi pada 66 persen dari suatu sampel
besar pasien skizofrenia.

e. Asosialitas

Asosialitas merupakan ketidakmampuan dalam pentingnya kesadaran


sosial atau menjalin hubungan sosial. Biasanya penderita skizofrenia memiliki

30
sedikit teman, ketrampilan sosial yang rendah, dan sangat kurang berminat untuk
berkumpul bersama dengan orang lain.

3. Gejala disorganisasi

Gejala disorganisasi mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku


aneh (bizarre).

a. Disorganisasi pembicaraan dan pikiran

Dikenal sebagai gangguan berpikir formal (formal thought disorder), dan


merujuk pada masalah dalam mengorganisasi berbagai pemikiran dan dalam
berbicara sehingga pendengar dapat memahaminya. Pada penderita skizofrenia,
kadang dalam melakukan percakapan terjadi gangguan pembicaraan yang biasa
disebut dengan inkoherensi. Percakapan yang terjalin satu sama lain tidak saling
berhubungan, bahkan sulit untuk dipahami dengan pasti oleh pewawancara dari
semua yang disampaikan pasien. Penderita skizofrenia cenderung untuk melompat
dari satu topik kepada topik lain yang nampak jelas sekali tidak berhubungan,
melalui peralihan yang sedikit sekali masuk akal, sering juga disebut sebagai
kehilangan asosiasi (loosing of association) atau keluar dari rel berpikir
(derailment).

Pembicaraan juga dapat terganggu karena suatu hal yang disebut dengan
asosiasi longgar atau keluar jalur (derailment), dalam hal ini pasien dapat lebih
berhasil dalam berkomunikasi dengan seorang pendengar namun mengalami
kesulitan untuk tetap pada satu topik.

b. Perilaku aneh

Perilaku aneh terwujud dalam banyak bentuk. Pasien dapat meledak


dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yang tak dapat dimengerti, memakai
pakaian yang tidak biasa, bertingkah aku seperti anak-anak atau dengan gaya yang
konyol, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau melakukan perilaku
seksual yang tidak pantas seperti melakukan masturbasi di depan umum. Mereka
tampak kehilangan kemampuan untuk mengatur perilaku mereka dan

31
menyesuaikannya dengan berbagai standar masyarakat. Mereka juga mengalami
kesulitan melakukan tugas-tugas sehari-hari dalam hidup.

4. Gejala lain

Terdapat beberapa gejala lain skizofrenia tidak cukup tepat untuk


digolongkan ke dalam ketiga kategori yang telah disampaikan, antara lain :

a. Katatonia

Katatonia adalah suatu bentuk reaksi skizofrenia, ditandai oleh


negativisme ekstrim, membisu, sikap sikap badan yang kaku, kelenturan yang
melekat, penarikan diri dari masyarakat, dan kadang rangsangan kegemparan.
Beberapa abnormalitas motorik menjadi ciri katatonia. Para pasien dapat
melakukan suatu gerakan berulang kali, menggunakan urutan yang aneh dan
kadang kompleks antara gerakan jari, angan , dan lengan, yang sering kali
tampaknya memiliki tujuan tertentu.

b. Afek yang tidak sesuai

Respons respons emosional individu semacam ini berada di luar


konteks misalnya pasien dapat tertawa ketika mendengar kabar bahwa ibunya
baru saja meninggal atau marah ketika ditanya dengan pertanyaan sederhana
seperti apakah baju barunya cocok untuknya. Para pasien tersebut dapat dengan
cepat berubah dari satu kondisi emosional ke kondisi emosional lain tanpa alasan
yang jelas. Meskipun gejala ini jarang terjadi, namun bila benar benar terjadi,
gejala ini memiliki kepentingan diagnostik yang besar karena relatif spesifik bagi
skizofrenia.

2.1.5 Kriteria Diagnosis

Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis pada skizofrenia adalah :

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

32
(a) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kulitasnya berbeda; atau

- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk


kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar (withdrawal); dan

- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain


atau umum mengetahuinya;

(b) delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah


terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya: secara jelas merujuk
ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau
penginderaan khusus);

- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

(c) Halusinasi auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku


pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai


suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa

33
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;

(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh


tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika;

3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).

4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan menggunakan kode lima


karakter berikut:

34
F20.x0 Berkelanjutan
F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
F20.x3 Episodik berulang
F20.x4 Remisi tak sempurna
F20.x5 Remisi sempurna
F20.x8 Lainnya
F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

2.1.6 Skizofrenia Paranoid (F20.0)


Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada
pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami
episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau
30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu
mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung
lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik
paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya,
respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien
skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-
hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.
Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri
mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak
terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung,
atau bunyi tawa.

35
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

2.1.7 Perjalanan Penyakit Dan Prognosis

Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) fase berikut ini:

1. Fase Prodromal

Pada fase ini biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya bisa
minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas.
Gejala pada fase ini meliputi: hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi
penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan ini
akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan
mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal
semakin buruk prognosisnya.

2. Fase Aktif

Pada fase ini, gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua
individu datang berobat pada fase ini. Bila tidak mendapat pengobatan, gejala-
gejala tersebut dapat hilang secara spontan tetapi suatu saat mengalami
eksaserbasi (terus bertahan dan tidak dapat disembuhkan). Fase aktif akan diikuti
oleh fase residual.

3. Fase Residual

Fase ini memiliki gejala-gejala yang sama dengan Fase Prodromal


tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala-gejala yang

36
terjadi pada ketiga fase di atas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan
kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa,
kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).

2.1.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke
kemunduran mental.
Terapist jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita
yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu mahluk yang aneh dan
inferior. Bila sudah dapatdiadakan kontan, maka dilakukan bimbingan tentang
hal-hal yang praktis.
Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan
pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi
terus, bekerja sederhana dirumah ataupun di luar rumah.
Keluarga atau orang lain di lingkungan penderita diberi penerangan
(manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.

1. Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita
denganskizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih
berfaedah pada penderitadengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita
paranoid trifuloperazin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham
dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan
halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih
kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi
kerja.
Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama
beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan
skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat
diberi terus selama satu atau dua tahun.

37
Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam
jangka waktuyang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai
dengan keadaan pasien(seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan
penyakit badaniah yang menahun,umpamanya diabetes mellitus, hipertensi, payah
jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan.
Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama
dari penyakit. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan
secara individual.

2. Terapi Elektro-Konvulsi (TEK)


Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya
elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi
konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak
dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan
datang.
Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih
sering terjadi serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan dapat
dilakukan secara ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak
memerlukan tenaga yang khusus pada terapikoma insulin.
TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap
skizofrenia simplex efeknya mengecewakan; bila gejala hanya ringan lantas diberi
TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.

3. Terapi koma insulin


Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan
penyakit,hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila di mulai
dalam waktu 6 bulansesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi
hasil yang baik pada katatonia dan skizofrenia paranoid.
4. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi dalam bentuk psiko analisa tidak membawa hasil yang
diharapkan bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita
dengan skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat

38
membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta
bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat.
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi,karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau
bermain musik bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila
dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu
ditentukan.
Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur
sedemikian rupa sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila mungkin
sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada
kesembuhan apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau
tidak.

5. Lobotomi prefrontal.
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila
penderita sangat mengganggu lingkungannya. Jadi prognosa skizofrenia tidak
begitu buruk seperti dikira orang sampai dengan pertengahan abad ini. Lebih-
lebih dengan neroleptika, lebih banyak penderita dapat dirawat di luar rumah sakit
jiwa. Dan memang seharusnya demikian. Sedapat-dapatnya penderita harus
tinggal dilingkungannya sendiri, harus tetap melakukan hubungan dengan
keluarganya untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam hal ini dokter umum
dapat memegang perananyang penting, mengingat juga kekurangan ahli
kedokteran jiwa di negara kita. Dokter umum lebih mengenal penderita dengan
lingkungannya, keluarganya, rumahnya dan pekerjaannya,sehingga ia lebih dapat
menolong penderita hidup terus secara wajar dengan segala suka dan dukanya.

6. Katarsis

39
Proses katarsis sangat dikenal dalam psikologi, terutama dalam aliran
psikoanalisis. Maksudnya adalah adanya pelepasan emosi-emosi yang terpendam.
Proses katarsis sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah
emosional. Pada umumnya orang-orang yang menghadapi masalah yang sangat
berat atau menghadapi situasi yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan
atau seringkali tidak mau atau tidak bias mengungkapkanya kepada orang
lain.Mereka lebih senang memendamnya dalam hatinya sendiri atau berusaha
melupakanya.Tapi justru dengan menekan segala macam perasaan, emosi pikiran-
pikiran yang mengganggu alam bawah sadarnya, maka timbul berbagai macam
gangguan-gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan atau berbagai bentuk
penyakit fisik seperti: penyakit jantung, liver atau tekanan darah tinggi.

Prognosis

Untuk waktu pendek (1 tahun), prognosis skizofrenia berhubungan erat


dengan bagaimana penderita menjalani pengobatan. Tanpa pengobatan, 70 hingga
80 persen penderita yang penah menderita skizofrenia akan mengalami
kekambuhan setelah 2 bulan berikutnya dari masa sakit yang lalu. Pemberian obat
terus menerus dapat mengurangi tingkat kekambuhan hingga 30 persen.(4)

Untuk jangka panjang, prognosis penderita skizofrenia bervariasi. Pada


umumnya, sepertiga penderita mengalami kesembuhan yang berarti dan tetap,
sepertiga penderita mengalami sedikit perbaikan yang diselingi dengan
kekambuhan, dan sepertiga penderita kondisinya menjadi buruk dan permanen.

Faktor yang mempengaruhi prognosis yang baik meliputi mulai munculnya


penyakit yang mendadak, menderita pada usia lanjut, mempunyai tingkat
kemampuan yang baik dan berprestasi sebelum sakit, penyakit dengan jenis
paranoid atau nondefisit. Factor yang mempengaruhi prognosis yang buruk
meliputi menderita pada waktu muda, tingkat sosial dan kemampuan yang rendah
sebelum sakit, dari keluarga penderita skizofrenia, dan penyakit dengan

40
hebefrenik atau defisit. Sepuluh persen kasus bunuh diri ada kaitannya dengan
skizofrenia. Rata-rata skizofrenia mengurangi masa hidup penderita 10 tahun.

DOKUMENTASI

41
42
43
44
45
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. 2004.
3. Kaplan, HI, Sadock BJ, Skizofrenia, In :Synopsis of Psychiatry :
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. 2007.
4. Sinaga Banhard Rudyanto. Skizofrenia dan Diagnosis Banding.
2007. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
5. OBrien, Patricia G., Kennedy, Winifred Z.,& Ballard, Karen A.
(2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik : Teori & Praktik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. PT
Nuh Jaya Jakarta.

46
47

You might also like