Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
Penyakit hirschsprung juga di kenal sebagai megakolon aganglionik,
adalah penyakit kongenital yang ditandai tidak adanya sel-sel ganglion
parasimpatik pada sebagian kolon (dan kadang-kadang pada ileum). Keadaan
aganglionosis ini mengakibatkan kurangnya peristalsis pada segmen usus yang
terkena, yang biasanya menyebabkan obstruksi dan kesulitan atau
ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses ( Rencana asuhan keperawatan
pediatrik hal 128).
Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang
menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat itu penyakit ini
lebih dikenal dengan istilah aganglionosis kongenital. Pada pemeriksaan patologi
anatomi tidak di temukan sel ganglion Auerbach dan Meissner, serabut sarafnya
menebal dan serabut ototnya hipertrofik. Aganglionosis ini mulai dari anus kearah
oral (Perawatan Anak sakit hal 138).
2. Anatomi Fisiologi
Usus Halus
Adalah tabung yang kira-kira 2,5 meter panjangnya dalam keadaan hidup, usus
halus terdapat didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus
halus dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
a) Duodenum
Bagian pertama usus halus, panjangnya 25 cm berbentuk seperti kuda dan
kepalanya mengelilingi kepala pankreas.
b) Jejunum
Menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus yang selebihnya.
c) Ileum
Menempati tiga per lima akhir. Panjang ileum 4 5 cm.
Usus Besar
Panjangnya 1,5 meter, lebarnya 5 6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam
keluar :
a) Selaput Lendir
b) Lapisan otot melingkar
c) Lapisan otot memanjang
d) Jaringan ikat
Fungsi usus besar terdiri dari :
Colon Asendens
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir sekum mempunyai
pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa
isi usus.
Colon Transversum
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen, bagian kiri membujur dari atas
ke bawah fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan colon
sigmoid.
Colon Sigmoid
Merupakan lanjutan colon desendens terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah
kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan
rektum.
Rektum
Terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan intestinal mayor dan anus,
terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os kogsigis.
Rektum adalah yang 10 cm terbawa dari usus besar dimulai pada kolon
sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya.
Saluran ini berakhir ke dalam anus yang di jaga oleh otot internal dan ekternal
struktur.
Struktur rektum serupa dengan yang ada pada kolon, tetapi dinding yang berotot
lebih tebal dan membran mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang
sebagian kolumna morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Di
dalam saluran anus ini serabut otot sirkuler menebal untuk membentuk sfingter
anus interna. Sel-sel yang melapisi saluran anus berubah sifatnya; epitelium
bergaris menggantikan sel-sel silinder. Sfingter externa menjaga saluran anus dan
orifisium supaya tertutup.
Anus
4. gagal eksistensi
4. Patofisologi
Istilah kongenital aganglionik mega kolon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi
usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak
pada mega kolon.
Semua ganglion pada intramul plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian kolon tersebut melebar.
5. Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
a) tidak bisa mengeluarkan mekonium dalam 24-28 jam pertama setelah lahir
(obstipasi)
Pada anak-anak :
a) konstipasi
b) muntah
c) demam
e) distensi abdomen
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hirschsprung ini adalah :
1. obstruksi usus
2. dehidrasi
4. entero kolitis
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnostik
Hirschsprung adalah :
1. daerah transisi
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode
neonatal, perhatikan utama antara lain :
1. Pengkajian
Pada neonatus
Sistem gastrointestinal :
1. Distensi abdomen
2. Muntah empedu
Sistem respirasi
1. Kegawatan pernapasan
Sistem kardiovaskular
1. syok
Masa bayi
2. konstipasi
3. distensi abdomen
Anak-anak
Gastrointestinal
2. muntah
3. distensi abdomen
preoperatif
1. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon
mengevakuasi feces.
Tujuan :
anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi
eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
2. Ada peningkatan frekuensi eliminasi yang lebih baik
Intervensi :
1. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
2. Observasi pengeluaran feces per rektal, bentuk, konsistensi dan jumlah
3. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
4. Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
Tujuan :
Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang
dianjurkan
Kriteria Hasil
1. Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
2. Turgor kulit pasien lembab
3. Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
Intervensi
1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
2. Ukur berat badan anak tiap hari
3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral )
untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah
4. beri makanan dalam porsi kecil tapi sering, untuk pemasukan nutrisi
yang adekuat.
5. berikan makanan dalam keadaan hangat, untuk menambah selera
makan.
5. beri pasien minum jika memungkinkan sedikit demi sedikit tapi sering.
Post operatif
1. kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan terpajan dari feses
sekunder akibat kolostomi atau ileostomi.
Intervensi :
1. gunakan kantong ostomi berukuran pas dengan barier kulit yang efektif
( misalnya, hollihesive, stomahesive, atau comfed) untuk melindungi kulit
dari kontak langsung dengan feses.
2. ganti kantong ostomi kapan pun kantong bocor atau diduga bocor. Periksa
kantong setiap 2 jam.
3. kosongkan kantong ostomi kapan pun kantong penuh misalnya telah terisi
sebanyak seperempat hingga sepertiga bagian.
Insisi pada anak akan memulih dengan normal yang ditandai oleh tidak
ada tanda atau gejala eritema indurasi, atau drainase dan suhu tubuh
kurang dari 37,8 derajat celcius.
Intervensi :
1. ganti kantong ostomi segera jika bocor atau diduga bocor. Penggantian ini
penting, khususnya jika barier kulit atau kantong ostomi menutupi area
insisi.
2. apabila kantong ostomi menutup insisi, ganti kantong ostomi setiap hari
sampai insisi menjadi pulih. Perhatikan setiap tanda infeksi, termasuk
kemerahan, drainase purulen, dan pembengkakan.
OLEH:
ALBERTA STEPANI
BEENG
DONY TOLANDA
TONI
PONTIANAK
2010/2011