You are on page 1of 4

DASAR TEORI

Epworth Sleepiness Scale (ESS), (Johns, 1991) merupakan instrumen yang efektif digunakan
untuk mengukur kantuk berlebih (excessive daytime sleepiness)secara subjektif. ESS
membedakan antara rata-rata tidur dengan masalah kantuk yang membutuhkan intervensi.
ESS bersifat subjektif dan terdiri dari buah pertanyaan yang menggambarkan tertidurnya
responden dalam 8 situasi hipotesis, seperti pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. The Epworth Sleepines Scale

Situasi Kemungkinan
tertidur
Duduk dan membaca
Menonton televisi
Duduk, tidak aktif dalam ruang umum (seperti menonton bioskop, rapat)
Sebagai penumpang di dalam mobil untuk 1 jam tanpa istirahat
Tidur-tiduran saat istirahat siang ketika keadaan memungkinkan
Duduk dan berbicara dengan seseorang
Duduk diam setelah makan siang tanpa alkohol
Di dalam mobil, ketika berhenti dalam beberapa menit macet
Total nilai
Sumber: Johns (1991)

Peringkat kemungkinan tertidur terdiri dari:

- 0 = tidak ada kemungkinan untuk tertidur (would never doze)


- 1 = sedikit kemungkinan untuk tertidur (slight change dozing)
- 2 = cukup kemungkinan untuk tertidur (moderate change of dozing)
- 3 = besar kemungkinan untuk tertidur (high change of dozing)

Penilaian akhir melalui penjumlahan masing-masing pertanyaan dan diperoleh skala


penilaian sebagai berikut:

- ESS < 10 = Normal


- ESS 10 = Diindikasikan memiliki tingkat kantuk berlebih (excessive daytime
somnolence)

Johns (2000, dalam Damarany, 2012) telah menunjukkan ESS merupakan pembeda yang
lebih baik untuk mengukur kantuk di siang hari daripada tes objektif lainnya. Dalam uji
validitas dan subjektif dari pengukuran kantuk adalah moderat. Nilai total ESS signifikan
membedakan subjek normal dengan pasien yang mengalami gangguan tidur. Nilai juga secara
signifikan berhubungan dengan sleepy latency yang diukur dengan MSLT dan overnight
polysomnography. ESS juga digunakan dalam mengevaluasi keefektivan dari terapi gangguan
tidur (Sin & Mayes 2002; Paul 2000; Damian et al 2001, dalam Damarany, 2012).

The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah instrumen efektif yang digunakan untuk
mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada orang dewasa. PSQI dikembangkan untuk
mengukur dan membedakan individu dengan kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur yang
buruk. Kualitas tidur merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa dimensi
yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI. Dimensi tersebut antara lain kualitas tidur
subjektif, sleep latency, durasi tidur, gangguan tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan
obat tidur, dan disfungsi tidur pada siang hari. Lima pertanyaan untuk pasangan tidur
merupakan pilihan ganda untuk mengetahui gangguan tidur yang dialami. Semua pertanyaan
singkat dan mudah dipahami (Indrawati, 2012).

Validasi penelitian PSQI sudah teruji. Instrumen ini menghasilkan 7 skor yang sesuai dengan
domain atau area yang disebutkan sebelumnya. Tiap domain nilainya berkisar antara 0 (tidak
ada masalah) sampai 3 (masalah berat). Nilai tiap komponen kemudian dijumlahkan menjadi
skor global antara 0-21. Skor global > 5 dianggap memiliki ganguan tidur yang signifikan.
PSQI memiliki konsistensi internal dan koefisien reliabilitas 0,83 untuk tujuh komponen
tersebut (Indrawati, 2012).

HASIL

ESS
- OGIS
Skor = 2
Kondisi = normal
- AYAH
Skor = 4
Kondisi = normal
PQSI
- OGIS
Component 1: Subjective sleep quality
Score: 1
Makna = cukup baik
Component 2: Sleep latency
Sum of #2 and #5a: 0+0=0
Score=0
Makna = kurang dari 15 menit
Component 3: Sleep duration
Question #4=3
Score=3
Makna = kurang dari 5 jam
Component 4: Habitual sleep eficiency
4 hours
Number of hours spent in bed: 4 hours 45 minutes
Score=0
Makna = sangat efisen
Component 5: Sleep disturbance
Sum of #5b-j=14
Score=2
Makna = 1-2 kali seminggu tdak bsa tertidur dalam tempo 30 menit
Component 6: Use of sleeping medication
Question #7=1
Score=1
Makna = kurang dari satu kal semnggu
Component 7: Daytime dysfunction
Question #8=1
Question #9=1
Score=1
Global PSQI score: 8
Makna = gangguan tidur

- AYAH
Component 1: Subjective sleep quality
Score: 0
Makna= sangat baik
Component 2: Sleep latency
Sum of #2 and #5a: 0+3=3
Score=2
Makna= 31-60 menit
Component 3: Sleep duration
Question #4=2
Score=2
Makna=5-6 jam
Component 4: Habitual sleep eficiency
hours
Number of hours spent in bed: hours minutes
Score= 0
Makna=sangat efisien
Component 5: Sleep disturbance
Sum of #5b-j= 5
Score=1
Makna=kurang dari 1 kali seminggu
Component 6: Use of sleeping medication
Question #7=0
Score=0
Makna=tidak pernah
Component 7: Daytime dysfunction
Question #8=0
Question #9=1
Score=1
Global PSQI score: 6
Makna= ada gangguan tidur

PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

Damarany, Purnisa. 2012. Analisis Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat
Kantuk (Sleepiness) dan Kelelahan (Fatigue) pada Pengemudi Dump Truck PT. x Distrik
KCMB Tahun 2012. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Indrawati, Nova. 2012. Perbandingan Kulaitas Tidur Mahasiswa yang mengikuti UKM dan
Tidak Mengikuti UKM pada Mahasiswa Reguler FIK UI. Skripsi. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Depok

Johns, M. W. 1991. A new method fo measuring daytime sleepiness: the epworth sleepiness
scale. Sleep. 14(6):540-545

Khasanah, Khusnul, Hidayati, Wahyu. 2012. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial
MANDIRI Semarang. Jurnal Nursing Studies, Vol.1, Nomor 1. Semarang.

You might also like