You are on page 1of 38

Jawaban ujian EM 27 Januari 2015

1.

a. Langkah-langkah apa saja yang harus anda lakukan sebelum


melakukan pemeriksaan kepada korban?
Persiapan:
Pastikan ambulance yang akan berangkat ke TKP sudah dipersiapkan dari
segi mobil, bahan bakar, alat emergency yang diperlukan dan tenaga
medis yang akan berangkat.
Lakukan komunikasi medik dengan pihak yang melaporkan di TKP.
Tanyakan lokasi, jumlah korban, kondisi korban dan tanyakan pula nomor
yang dapat dihubungi.
Lakukan mapping untuk mengetahui rute yang aman dan cepat sampai di
TKP

At Scene:
- Scene size Up :
Dokter mengidentifikasi bahaya
Menggunakan APD (ex : handscoon, masker)
Menjauhkan pasien dari bahaya
Mulai lakukan Primary Survey
Primary Survey
A : Cek airway paten/tidak, suara tambahan (+/-)
B : Cek RR, kedalaman, simetris/ tidak
C : Cek HR, Tekanan Darah, akral hangat/dingin cari tanda-
tanda shock, cek saturasi O2 bila ada.
D : Cek GCS
Initial Assesment Pasien

b. Tahapan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan supaya


anda mendapatkan hasil yang optimal terhadap korban sebelum
dibawa ke IGD RS anda?

Primary Survey
A : Cek airway paten/tidak, suara tambahan (+/-)
B : Cek RR, kedalaman, simetris/ tidak
C : Cek HR, Tekanan Darah, akral hangat/dingin cari tanda-
tanda shock, cek saturasi O2 bila ada.
D : Cek GCS

Manajemen Awal
A : Bebaskan jalan nafas. manual: triple maneuver tapi kalau
curiga cedera servikal pakal modified jaw trust.
Alat : naso/oropharyngeal airway = GCS <8
B : Pemberian O2 10 LPM via NRBM/ bantuan nafas (BVM)
C : pasang iv line, Nacl 0.9% resusitasi : 20 cc/kgBB/jam jika
terdapat tanda shock. Periksa 2 menit kalau ada perdarahan
mayor segera hentikan
Lakukan Rapid Trauma Survey (lihat tanda-tanda fraktur, perdarahan, dll),
misal jika ada fraktur pada ekstremitas lakukan fiksasi terlebih dahulu
(Bidai)
Load and go
Berangkatkan pasien dengan ambulans pasang cervical collar
(jika terdapat cedera cervical) dan transportasi dengan lon spine
board
Perjalanan ke RS:
- Lakukan secondary survey secara berkala untuk memastikan
kondisi pasien stabil
- Periksa Head to toe dengan DCAPP BLS TIC ABC
- SAMPLE, cek neurologis
- Monitoring TTV per 5-10 menit
- Radio medic
- Dokumentasi intervensi
Ketika sampai di RS :
Laporan hasil dokumentasi dan serah terima pasien dengan dokter IGD

Primary Survey
A: paten
B: RR normal, simetris, retraksi -, kedalaman normal
C: BP 200/105 mmHg
D: cek GCS

Manajemen awal
A: Jaga patensi jalan napas, head up 30 degree
B: O2 NRBM 10 lpm
C: IVFD NS 0,9% lifeline 20 tpm
D: cek GDS jika hipo/hiperglikemi -> tatalaksana
E: cegah hipotermi
Rencana Terapi
Head of bed elevation 30 degree
IVFD NS 0,9% lifeline 20 tpm
Inj. Citicholin 2 x 250 mg
Inj. Ranitidine 2x50 mg IV
Drip Nicardipin 0,5-6 mcg/kgBB/menit bila TDS >220 atau TDD > 120,
penurunan TD jangan sampai >20% MAP

Guideline stroke 2011


Pada pasien stroke iskemia akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila
tekanan darah sistolik > 220 mmHg atau tekanan darah diastolik > 120
mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang diberi terapi trombolitik
(rTPA), tekanan darah sistolik diturunkan hingga < 185 mmHg dan
tekanan darah diastolik < 110 mmHg. Obat antihipertensi yang digunakan
adalah Labetolol, Nitropruside, Nikardipin atau Diltiazem intravena.

Pada pasien, TD 200/105, MAP 136, maka TD tidak perlu diturunkan, cukup
monitor ttv dan tanda2 peningkatan ICP. Pada pasien dengan stroke
iskemik, cerebral blood flow harus dipertahankan atau ditingkatkan.
Penurunan MAP yang terlalu drastis akan menyebabkan penurunan pada
CPP sehingga iskemia semakin meluas.

Jawaban :
Jawaban :
A. Klasifikasi shock

Shock hipovulemik

-perdarahan
-low intake
-dehidrasi
Shock distributive

-sepsis shock
-anfilaktik
-neurogenik
Shock obstruktif

-tamponade jantung
-tension pneumothorax
Shock cardiogenik

Cardiac
-AMI
Non cardiac
-COPD
-efusi pleura
-CKD

Syok yang mengancam nyawa adalah syok obstruktif yaitu tension


pneumothorax. Manajemen praktis dengan needle thoracocentesis dengan
jarum paling besar (16 atau 18 G) pada ICS II MCL
Penanganan syok hipovolemik
B. ABC

A.Airway
Pastikan jalan nafas tetap terbuka ajak bicara pasien tidak dapat
bersuara/ada suara nafas tambahan (gargling, snooring, stridor,
whezzing) manajemen sesuai sumbatan yg terjadi.
B. Breathing
O2 10-15 Lpm NRBM (insufficiency respiratory : RR <12x/mnt atau
>30 x/mnt, sat O2, BGA)
C.Circulation
Hemmoragic
Perdarahan eksterna dikontrol dengan bebat tekan

Perdarahan interna cek 5 tempat (thorak, abdomen, pelvis,


retroperitoneal, tulang panjang)

Pasang IV line (inisial manajemen 2 large-bore, ukuran :16 g/lebih),


bila akses perifer gagal, pasang CVC.

Resusitasi cairan 2 Liter (20 ml/kgBB) kristaloid (NS/RL) dengan


monitor urin output 0,5-1cc/kgBB/jam
Bila kehilangan darah >30% ganti dengan darah (type-specific
packed cells or O-negative)

Abdominal hemorrhage peritoneal lavage

Konsultasi bedah bila diperlukan

Periksa lab : DL, SE, BUN, Cr, protombin time, BGA, laktat, sample
darah

Non Hemmoragic
Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih
baik dan mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini
kontraindikasi pada pasien dengan cidera kepala).

Pasang double line untuk penggantian cairan cepat dan


pengembalian ketidakstabilan hemodinamik. Pasang juga foley
catheter untuk memonitor produksi urin,

Resusitasi awal 20cc/kgBB dalam waktu 20 menit, evaluasi 1 jam


berikutnya, apakah ada perbaikan nadi, tensi, suara nafas
tambahan.Jika masih terdapat tanda shock, resusitasi bisa diulang
lagi. Jika sampai 3 kali namun masih tidak didapatkan perubahan,
perlu kita pertimbangkan pemberian vasokonstriktor dan
pertimbangkan kemungkinan source dari shock.

Cairan yang diberikan adalah Asering maupun NaCl.

Jawaban no. 4
a. Apa diagnosanya?

PVC bigemini HR: ?x/menit


b. Bagaimana manajemen mulai masuk sampai keluar IGD?
Pasien wanita, 30th, keluhan utama dada berdebar-debar
PRIMARY SURVEY
A: paten, suara nafas tambahan (-)
B: RR 24 x/m regular
C: TD: 128/85mmHg, N: irregular, CRT: 2 detik, akral dingin
D: GCS: 456
E: tidak terdapat data
Prioritas Triage: P1

INITIAL TREATMENT
A: semifowler position, menjaga patensi jalan nafas
B: O2 10 lpm via NRBM, monitoring saturasi O2
C: IV line insertion
IVFD NaCL 0,9% life line
D: -
E: menjaga suhu tubuh pasien agar tidak hipotermia

SECONDARY SURVEY
Anamnesa: keluhan utama: berdebar-debar, sejak tadi pagi saat
olah raga, terus menerus disertai mual-mual. RPD: pernah
mengalami seperti ini yll, hanya sebentar, hilang sendiri

Pemeriksaan head to toe:


GCS: 456, TD:128/85, N:irregular, RR:24x/m, (kesan umum, suhu,
TB, BB,BMI tidak ada data)
Kepala, Leher, Thoraks, abdomen tidak ada data
Ekstremitas: CRT 2 detik, akral dingin

Pemeriksaan laboraturium: tidak ada data


Foto Thoraks: tidak ada data
EKG: PVC bigemini, HR ?x/menit irregular

Diagnosis: palpitasi dt PVC bigemini


Terapi:
Semifowler position
O2 10 lpm via NRBM
IVFD NS 0,9% maintenance 20tpm
Cardioversi 120 Joule dengan sedasi (inj. Midazolam 5 mg IV dan inj.
Fentanyl 100mcg IV)
Injeksi amiodaron loading dose 150mg/10 menit diulang jika PVC
masih ada, dilanjutkan dengan : drip amiodaron maintenance dose
1 mg/menit selama 6 jam
Injeksi lansoprazole 30 mg
Injeksi metoclopramide 10 mg
PO: ASA 80mg
PO: Clopidogrel 75mg

Disposition: Cardiologi
Jika pasien MRS kontrol dan pengobatan sesuai dengan terapi
cardiologi
Kalau pasien MRS tanpa di dispos beri surat kontrol ke cardiologi
per poli, kontrol lanjutan dan terapi sesuai dari cardiologi

Jawaban yang lain:


- Triage IGD

Primary survey: Initial Assesment and Rapid Trauma survey (focused


exam)
A: Paten
B: 24x/m
C: TD:128/85, N:irregular, CRT 2, akral dingin
D: GCS 456
Manjemen Awal:
A:Paten, semiflower position
B: O2 10 lpm via NRBM
C: IVFD NS 0,9% 20 tpm
Dispose P1
- P1

A: Paten, semiflower position


B: O2 10 lpm via NRBM
C: IVFD NS 0,9% 20 tpm
Rencana terapi:
1) Liat tanda2 hipotensi/akut AMS, tanda syok, heart failure bila
ada kardioversi sinkronise dengan narrow reguler 50-100 J

2) Monitoring EKG 12 leads

3) Siapkan adenosine first dose 6 mg bolus iv dengan NS flash


pasien diminta angkat tangan, bila perlu gunakan dosis kedua
yaitu 12 mg

4) Siapkan antiaritmia bila QRS complex lebih dari 0,12 detik


(amiodaren first dose 150 mg dalam 10 menit, ulangi jika terjadi
VT)

5) Dispose ke cardio
5.
A. Shock septic ec meningitis virus dd bakteri
SIRS -> takikardi + suhu 39
Sepsis -> kaku kuduk + (merintih saat leher di fleksikan)
Shock sepsis -> hipotensi

Trias Meningitis
- Cephalgia
- Demam
- Kaku kuduk +
Kalo Ensefalitis
- Kejang
- penurunan kesadaran
- Demam
Jadi bukan ME

DD
1. virus soalnya onsetnya cepat dan suhunya tinggi mendadak
2. Bakteri
3. Jamur (juarang banget, dan biasanya gak demam)
Ptechie bisa muncul karena adanya DIC yg menyebabkan tombositopenia,
bisa di cek di DL
B. Kaku kuduk (dari triasnya)
C. Gambar
D. Analisa CSF
Mungkin bisa jadi lengkap utk memastikan pendukung tanda infeksi, ada
target organ damage, dan laktat utk shock
DL, FH, BGA, SE, GDS, OT/PT, Ur/Cr, SE, asam laktat
E. Tdk ada kontraindikasi dalam LP, ex. pningkatan TIK

F. Pasien shock cenderung mengalami


penurunan kesadaran, butuh
manajemen ABC dan intake adekuat,
serta obat2an IV

A. 1. EDH

2. SDH

3. SAH

4. ICH
B. - Kontrol jalan nafas dan cervical spine

- Cegah perluasan hematom dengan mempertahankan MAP < 130


tetapi hati-hati jangan -sampai pasien mengalami hipotensi
- Intubasi, karena deteriorasi GCS yang cepat lebih dari 2 dan juga
karena ada dilatasi pupil unilateral
- Berikan Mannitol untuk menurunkan TIK
- Rujukan ke bagian NS untuk dilakukan tindakan seperti craniotomy

C. - Hemiparese

- Herniasi

Jawaban lain:

B.
Airway: posisikan agar jalan nafas tetap terbuka, tripel airway
maneuver, pada pasien ini lakukan jaw thrush, bersihkan jalan
nafas, pake orofaring apabila reflek muntah tidak ada, pasang
cervical collar

Breathing; 02 NRBM 10 lpm, head up 300

Circulation: IV line NS 50cc/kgbb/24 jam, evaluasi apakah ada


perdarahan masif ditempat lain, resusitasi apa bila ada perdarahan
masif. Pemeriksaan DL, FH, SE, BGA. Manitol 20% 1gr/kg/slow bolus
selama 15 menit

Pemasangan cateter, NGT

Neuro assessment indikasi intubasi: GCS < 8, rapidly deteroriating


GCS 2, GCS 14 dengan dilatasi pupil, respiratory distress,
maxillofacial injury, reapeted convultion, concurrent
severepulmonary edem, cardiac or upper abdomen injury

3. Komplikasi: herniasi karena peningkatan ICP: head up 30, keep px


sedated+ relexed, maintain cerebral perfution by ensuring
adequatedvol resuscitation (MAP 80)

Komplikasi: neurological deficid atau kematian, posttraumatic


seizure
9A
Shortness of breath
Fatigue and weakness
Leg edema
Rapid irregular heartbeat
Reduced ability to exercise
9B
Noncompliance with diet (alcohol)
Smoking
Lack of adherence to the prescribed meds
Infection
Arrhytmia
Acute coronary ischemia
Uncontrolled HT

9C
A maintain airway patency
B Administer suplemental oxygen 100% via NRBM
C Obtain IV access and blood sample for FBC, Ur/Cr, SE, and cardiac
markers
Check ECG
CXR
Jawaban no.9 yang lain

9.
A. 4 tanda klinis yg yg di harapkan
- Batas jantung melebar
- Pitting oedem (ext.bawah)
- Ronki
- JVP meningkat
- Gallop
- Hepatomegali?

B. 4 faktor presipitans cardiac dekompensasi HF


- Gangguan irama jantung
- Myocarditis, endocarditis
- ACS (MI)
- Gangguan katup jantung (ex.mitral/aortic regurgitation

C. Manajemen
A: semifowler position
B: O2 2-4 lpm NRBM
C: Pasang IV line NS lifeline
Inj.Furosemide 20-40mg IV -> menurunkan preload (menghilangkan
ronki/edema paru)
Bisa tambah
ACE-I ex.captopril 6,25mg
B-blocker bisoprolol 1,25mg
Pasang kateter
D: -
E: -
Cari penyebab
Pocket medicine 4th edition
guideline HF, yancy et al 2013
9)
a. lucid interval (+), peningkatan TIK, nyeri kepala hebat yang tidak
menghilang dengan analgetik, pupil anisokor, lateralisasi
b. pria, usia > 65 tahun, hipertensi (+), riwayat penyakit jantung
sebelumnya
c. fraktur basis cranii, herniasi otak

1. Stabilization of Membrane Potential


IV calcium chloride or gluconate 10%: 10-20 mL given in 3-10
minutes, with a maximum dose of 20 mL. Repeat same dose if no
improvement. Duration of effect 30-60 min.

2. Move the Extracellular Potassium into Intracellular

IV insulin and dextrose: Insulin 10 IU (bolus) and D50 40-50 mL


given over 5-10 minutes as separate boluses. Onset 30 minutes,
duration effect 4-6 hours.

IV sodium bicarbonate 1 mEq / kg Body Weight (bolus) is given


within 5 minutes of metabolic acidosis in patients with moderate
to severe metabolic acidosis. Onset 5 minute and duration of
effect 1-2 hours.

Nebulized salbutamol 5 mg in 3-4 mL of saline for 10 minutes

3. Remove Potassium from the Body

Resonium A: PO 15 g every 4-6 hours.

Hemodialysis

4. Prevent Further Potassium Increases

Review the medicines that consumed by patients. Ex: Span K,


ACEI and beta blockers.

Give dietary review and advice on patients.

11. prinsip tatalaksana :


a. buka
Modifikasi jaw thrust (dorongan rahang) pada pasien trauma,
curiga trauma servikal

Chin lift (mengangkat dagu)

Jaw lift (mengangkat rahang)

Pasang cervical collar dengan kecurigaan trauma servikal


b. bersihkan
- manual jika benda asing / corpal ada di rongga mulut dan bisa
dijangkau dengan jari finger swab
- suction jika ada cairan
c. pertahankan
Jika edema plika vokalis secara keseluruhan Endotracheal tube.

Cricoidectomy mempertahankan jalan nafas untuk sementara

MCQ

1. E 11. B 21. A
2. A 12. D 22. C
3. D 13. A 23. C
4. D 14. E 24. E
5. A 15. D 25. B
6. D 16. E
7. E 17. E
8. D 18. A
9. B 19. A
10. E 20. E

Jawaban ujian EM 27 Januari 2015


1.
a. Langkah-langkah apa saja yang harus anda lakukan sebelum
melakukan pemeriksaan kepada korban?
Persiapan:
Pastikan ambulance yang akan berangkat ke TKP sudah dipersiapkan dari
segi mobil, bahan bakar, alat emergency yang diperlukan dan tenaga
medis yang akan berangkat.
Lakukan komunikasi medik dengan pihak yang melaporkan di TKP.
Tanyakan lokasi, jumlah korban, kondisi korban dan tanyakan pula nomor
yang dapat dihubungi.
Lakukan mapping untuk mengetahui rute yang aman dan cepat sampai di
TKP

At Scene:
- Scene size Up :
Dokter mengidentifikasi bahaya
Menggunakan APD (ex : handscoon, masker)
Menjauhkan pasien dari bahaya
Mulai lakukan Primary Survey
Primary Survey
A : Cek airway paten/tidak, suara tambahan (+/-)
B : Cek RR, kedalaman, simetris/ tidak
C : Cek HR, Tekanan Darah, akral hangat/dingin cari tanda-
tanda shock, cek saturasi O2 bila ada.
D : Cek GCS
Initial Assesment Pasien

b. Tahapan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan supaya


anda mendapatkan hasil yang optimal terhadap korban sebelum
dibawa ke IGD RS anda?
Primary Survey
A : Cek airway paten/tidak, suara tambahan (+/-)
B : Cek RR, kedalaman, simetris/ tidak
C : Cek HR, Tekanan Darah, akral hangat/dingin cari tanda-
tanda shock, cek saturasi O2 bila ada.
D : Cek GCS

Manajemen Awal
A : Bebaskan jalan nafas. manual: triple maneuver tapi kalau
curiga cedera servikal pakal modified jaw trust.
Alat : naso/oropharyngeal airway = GCS <8
B : Pemberian O2 10 LPM via NRBM/ bantuan nafas (BVM)
C : pasang iv line, Nacl 0.9% resusitasi : 20 cc/kgBB/jam jika
terdapat tanda shock. Periksa 2 menit kalau ada perdarahan
mayor segera hentikan
Lakukan Rapid Trauma Survey (lihat tanda-tanda fraktur, perdarahan, dll),
misal jika ada fraktur pada ekstremitas lakukan fiksasi terlebih dahulu
(Bidai)
Load and go
Berangkatkan pasien dengan ambulans pasang cervical collar
(jika terdapat cedera cervical) dan transportasi dengan lon spine
board
Perjalanan ke RS:
- Lakukan secondary survey secara berkala untuk memastikan
kondisi pasien stabil
- Periksa Head to toe dengan DCAPP BLS TIC ABC
- SAMPLE, cek neurologis
- Monitoring TTV per 5-10 menit
- Radio medic
- Dokumentasi intervensi
Ketika sampai di RS :
Laporan hasil dokumentasi dan serah terima pasien dengan dokter IGD

Jawaban ujian EM 27 Januari 2015 (versi ku : mohon maaf jika banyak yg


salah :)
1.
a. Langkah-langkah apa saja yang harus anda lakukan sebelum
melakukan pemeriksaan kepada korban?
Persiapan:
Pastikan ambulance yang akan berangkat ke TKP sudah dipersiapkan dari
segi mobil, bahan bakar, alat emergency yang diperlukan dan tenaga
medis yang akan berangkat.
Lakukan komunikasi medik dengan pihak yang melaporkan di TKP.
Tanyakan lokasi, jumlah korban, kondisi korban dan tanyakan pula nomor
yang dapat dihubungi.
Lakukan mapping untuk mengetahui rute yang aman dan cepat sampai di
TKP

At Scene:
- Scene size Up :
Dokter mengidentifikasi bahaya
Menggunakan APD (ex : handscoon, masker)
Menjauhkan pasien dari bahaya
Mulai lakukan Primary Survey
Primary Survey
A : Cek airway paten/tidak, suara tambahan (+/-)
B : Cek RR, kedalaman, simetris/ tidak
C : Cek HR, Tekanan Darah, akral hangat/dingin cari tanda-
tanda shock, cek saturasi O2 bila ada.
D : Cek GCS
Initial Assesment Pasien

b. Tahapan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan supaya


anda mendapatkan hasil yang optimal terhadap korban sebelum
dibawa ke IGD RS anda?

Primary Survey
A : Cek airway paten/tidak, suara tambahan (+/-)
B : Cek RR, kedalaman, simetris/ tidak
C : Cek HR, Tekanan Darah, akral hangat/dingin cari tanda-
tanda shock, cek saturasi O2 bila ada.
D : Cek GCS

Manajemen Awal
A : Bebaskan jalan nafas. manual: triple maneuver tapi kalau
curiga cedera servikal pakal modified jaw trust.
Alat : naso/oropharyngeal airway = GCS <8
B : Pemberian O2 10 LPM via NRBM/ bantuan nafas (BVM)
C : pasang iv line, Nacl 0.9% resusitasi : 20 cc/kgBB/jam jika
terdapat tanda shock. Periksa 2 menit kalau ada perdarahan
mayor segera hentikan
Lakukan Rapid Trauma Survey (lihat tanda-tanda fraktur, perdarahan, dll),
misal jika ada fraktur pada ekstremitas lakukan fiksasi terlebih dahulu
(Bidai)
Load and go
Berangkatkan pasien dengan ambulans pasang cervical collar
(jika terdapat cedera cervical) dan transportasi dengan lon spine
board
Perjalanan ke RS:
- Lakukan secondary survey secara berkala untuk memastikan
kondisi pasien stabil
- Periksa Head to toe dengan DCAPP BLS TIC ABC
- SAMPLE, cek neurologis
- Monitoring TTV per 5-10 menit
- Radio medic
- Dokumentasi intervensi
Ketika sampai di RS :
Laporan hasil dokumentasi dan serah terima pasien dengan dokter IGD

2. terapi ABC
kasih citicholine 2x250 mg
ranitidine 2x50 mg
di pasien ini TD nya g usah diturunin krn blm urgency/ emergency, baru
diturunin kalo udah >180/120 atau MAP>140 takut CPP nya turun,
infark makin luas. Kalo turunin TD juga cuma 20% MAP aja, jangan lebih.
3. klasifikasi shock
- hipovolemik (dehidrasi berat, perdarahan)
- cardiogenic (IMA, valvular heart disease, dll)
- obstruktif (tension pneumothorax, cardiac tamponade)
- distributif (anafilaktik, neurogenic, shock sepsis )
yang paling mengancam jiwa dalam menit shock obstruktif, yaitu
tension pneumothorax.
Penanganan sesuai dengan algoritma pneumothorax yg di slide presentasi
wiwik dan vanji kemarin hehe.
Tatalaksana shock nya juga dikasih NS 20 cc/kgbb/jam jangan lupa.
- untuk shock hipovolemik, aku jawab nya pake klasifikasi shock
hipovolemik (I-IV), dikasih resusitasi NS 20 cc/kgbb/jam + hentikan
perdarahan kl keliatan, jangan lupa kalo pake cairan kristaloid gantinya 4x
blood loss, kalo koloid 1x blood loss, siapkan WB atau PRC untuk transfusi
(kalo hemorrhagic)

4. Wanita/ 30 tahun/ dada berdebar-debar saat olahraga, terus menerus


disertai mual-mual. Riwayat seperti ini pernah terjadi 2 tahun yang lalu.
Tetapi hanya sebentar, hilang sendiri.
Pem Fis : TD 128/85, N Irreguler, RR 24 x/mnt, GCS 456, CRT 2 detik, akral
dingin. EKG : PVC Bigemini
a. Diagnosa ? PVC Bigemini
b. Bagaimana Manajemennya dari masuk IGD sampai keluar IGD?

Awal masuk IGD :


- Triage :
Primary Survey
Airway : cek airway paten/tidak, ada suara nafas tambahan/tidak,
cek respon pasien, jika pasien dapat berbicara airway paten
Breathing : Cek pernafasan pasien : mulai dari Respiratory Rate,
simetris/tidak, kedalaman nafas, Pada pasien ini diketahui RR 24
x/menit
Circulation : Cek sirkulasi (tekanan darah, heart rate, akral
hangat/dingin, CRT, lihat tanda-tanda shock) pada pasien ini
diketahui TD 128/85, N Irregular, CRT 2 detik)
Dissability : Cek GCS Pada pasien ini 456, Cek GDS

Pasien masuk P2
Manajemen awal
Airway : Head of Bed Elevation 30, jaga patensi jalan nafas
Breathing : O2 10 liter per menit via NRBM
Circulation : Pasang IV line : beri cairan infus Nacl 0,9% 20
cc/kgBB/jam
Ambil darah untuk cek lab : DL, SE, BGA, Ur/Cr, cardiac marker
Pasang Monitor untuk melihat ritme ekg, tekanan darah, nadi, RR,
dan saturasi O2 secara berkala, pasang 12-Lead EKG, pasien di
follow up setiap 5-10 menit
Pasang urine catheter
Disability : -
Manajemen selanjutnya
- Amiodarone 300 mg IV dosis selanjutnya 150 mg
- Cardioversion (100 Joule) dilakukan jika didapatkan tanda cardiac
Instability, yaitu :
Altered Mental State
Acute Heart Failure
Hipotensi
Ischemic Chest Pain
Tanda-tanda Shock
Pasien dimonitoring tiap 10 menit, jika ada perburukan Up triage ke P1

Pasien di dispose ke TS Cardio, kemudian di rawat inapkan kan. ke


critical care unit/ CVCU (Cardiovascular Care Unit)

5.
a. DD pada pasien ini
Meningoencephalitis
Meningitis bakterial
Meningitis Viral
Shock septic dt meningitis bakterial dd viral

b. Trias meningitis : Nyeri kepala, demam, kaku kuduk (+)


Pemeriksaan fisik yang paling penting pada meningitis :
Periksa tanda-tanda meningeal :
- Brudzinski I-IV
- Kernig sign
- Kaku Kuduk

c. Perbedaan Presentasi Meningitis pada pasien muda dan tua


Pada orang tua :
AMS lebih berat
Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi
Pada anak muda :
AMS lebih ringan
Peningkatan suhu tubuh > tinggi
yang bener yang dari Wahyu rek, pake punya wahyu aja haha

d. Tes laboratorium
- Lumbal Pungsi + analisa CSF : untuk mengetahui adanya infeksi
bakteri/viral
- CT-Scan menyingkirkan DD
- Kultur CSF tahu bakteri penyebab
- Kultur Darah mencari adakah bakteremia
- Lab lengkap DL, SE, BGA, Ur/Cr, GDA

e. Yang dilakukan sebelum cek lab :


- KIE pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan kepada pasien
- Pastikan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
- Pastikan pasien belum menapatkan terapi antibiotik sebelum di periksa
lab lengkap, lumbal pungsi, kultur CSF, dan kultur darah

f. Mengapa tidak dirawat di poliklinik


- Meningitis, terutama pada pediatri, merupakan salah satu kondisi yang
life threatening dan harus dimonitor ketat secara klinis
- Kejang yang sering rekuren pada meningitis membutuhkan penanganan
cepat dan tepat di RS
- Harus memonitor terapi & respon terapi pada pasien, terapi definitif
harus sesuai dengan kuman penyebab meningitis.

6. Guideline Bradikardia sesuai slide dr. Haedar ttg ACLS kemarin

7. pemberian cairan HHS :


estimasi fluid loss : 8-10L, harus diganti dalam waktu 24 jam
- 2,5 L dalam 2 jam pertama
- 2,5 L 10 jam berikutnya
- 5 L dalam 12 jam berikutnya
kasih juga insulin drip 0,1 IU/kgbb/jam, ingat jangan Bolus ! sensitif
sm insulin soalnya

8.
a. Deskripsikan ABC, problem ABC pasien, Diagnosaku COB dengan
komplikasi EDH dan herniasi cerebri
b. Managementnya :
- Kasih cairan NS resusitasi
- turunkan TIK pake manitol 20% 1 gr/kgBB dlm 15 mnt, hiperventilasi
target PCO2 30-35 mmhg, dll.
c. komplikasi : gagal nafas, kematian, herniasi lebih jauh

9.
a. Pemeriksaan Fisik yang didapatkan pada Heart Failure
- peningkatan JVP
- Cardiomegali (dari Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi)
- Orthopnea
- Ronki kasar (ALO)
- Pitting edema (pada ekstremitas)/pedal edema
- weight gain
- progressive exertional dyspnea
- PND

b. 4 faktor presipitans gagal jantung


CARDIAC NON CARDIAC
- Myocardial Ischemia/Infarct - emboli paru
- Dysrhytmia - superimposed systemic infection
- Valvular Heart Disease (pneumonia)
- Acute Myopathy - penyakit sistemik (hipertensi
- Non compliance with therapeutic berat, anemia berat, thyrotoxicosis,
regimen including failure to restrict heavy alcohol consumption)
fluid intake - Obat-obatan : kokain, amfetamin,
- Bacterial endocarditis excess use of bronchodilator,
calcium antagonis generasi 1, beta
blocker, NSAID
- kehamilan

c. Manajemen
tujuan Pengobatan HF
1 menurunkan preload (right-sided filling) GTN, Furosemide, Morfin
2 meningkatkan left sided emptying
- menurunkan SVR (afterload) Nitrat, ACE-I, hydralazine,
nitroprusside
- meningkatkan kontraksi LV Inotropik if needed
Manajemen Farmakologi
1st line :
GTN Sublingual 0,5 mg, dilanjutkan dengan drip GTN 20-50 mcg/menit,
dititrasi sampai > 100 mcg/menit, jangan menurunkan dosis secara
mendadak
2nd line :
ACE-Inhibitor
Captopril 12,5 mg SL Jika SBP < 110 mmhg
Captopril 25 mg SL Jika SBP > 110 mmhg
3rd line :
Diuretik
Furosemide 120-240 mg IV
dispose ke cardio, rawat inap di CVCU/ critical ward

10. hiperkalemia
- stabilisasi membran jantung (ca glukonas)
- masukkan kalium ekstrasel ke intrasel insulin 10 IU diikuti D40 50 cc
- ekskresikan kalium (pake diuretik (furosemide), resonium 15 gr PO/4-
6jam)
- batasi intake K

11. yang ini aku jawab :


a. kalo ada sumbatan yg kelihatan finger swab
b. lihat bisa intubasi/ga
c. edema laring di cricothyroidostomy baru konsul pro trakeostomi
d. obstruksi laring, bisa karena tumor laring dll cricothyroidostomy
baru konsul pro trakeostomi

lihat kriteria jackson, I-IV, yang I n II trakeostomi elektif, yang III-IV


trakeostomi cito

Case 1
1. Differential diagnosis:

- Menigitis

Diagnoses to consider aside from meningitis include the following:


Noninfectious meningitis, including medication-induced meningeal
inflammation
Meningeal carcinomatosis
Central nervous system (CNS) vasculitis
Stroke
Encephalitis
All causes of altered mental status and coma
Leptospirosis
Subdural empyema
Differential Diagnoses
Brain Abscess
Brain Neoplasms

Delirium Tremens (DTs)

Emergent Management of Subarachnoid Hemorrhage

Encephalitis

2. Examination findings in meningitis:

The classic triad of bacterial meningitis consists of the following:


Fever
Headache
Neck stiffness
The examination should evaluate the following:
Focal neurologic signs
Signs of meningeal irritation
Systemic and extracranial findings
Level of consciousness

3. Beda pada usia lebih kecil dan lebih besar:

infants may have the following:


Bulging fontanelle (if euvolemic)
Paradoxic irritability (ie, remaining quiet when stationary and crying when
held)
High-pitched cry
Hypotonia

4. Lab test need to be performed:


Blood studies that may be useful include the following:
Complete blood count (CBC) with differential
Serum electrolytes
Serum glucose (which is compared with the CSF glucose)
Blood urea nitrogen (BUN) or creatinine and liver profile
In addition, the following tests may be ordered:
Blood, nasopharynx, respiratory secretion, urine or skin lesion cultures or
antigen/polymerase chain reaction (PCR) detection assays
Syphilis testing
Serum procalcitonin testing
Lumbar puncture and CSF analysis
Neuroimaging (CT of the head or MRI of the brain)
5. Need to be done before obtaining labs:
- Px should be placed in a monitored or critical care areea under isolation
- Medical staff taking care of the px must take universal precaution
- Support ABC: (airway protection in px with depressed level of
conciousness, brething give supplemental O2, administer fluid
recusitation in septic shock depends on hemodynamic status)
- Monitoring ECG, vital sign, oximetry
- Obtain IV acess
- Symptomatic treatment (antipyretics, anti emetics)
- Empiric antibiotic
6. Why not treated as outpatient:
- Need isolation
- Unstable
- Life threatening
- Bahaya komplikasi

CASE 2
a. Diagnosis dan ddx:
- Diagnosis: EDH + fraktur os frontalis + herniasi otak + obs TTT
- Ddx: SDH, edema cerebri, contusio cerebri,
b. GCS : 324= 9
c. Penatalaksanaan:
- Resusitasi ABC
- Head up 30o , airway paten pada pasien ini. Breathing berikan O2,
hiperventilasi, menjaga PCO2 35-45mmHg, pasang monitor, saturasi, cek
BGA, circulation pasang double iv line, pasien hemodinamik tidak
stabil resusitasi cairan kristaloid 20cc/kgBB dalam 1-2 jam pertama,
evaluasi tiap 15 menit, ambil darah untuk cek darah, cek GDS, pasang
kateter
- Disability : GCS 324,refleks pupil, kornea, cari lateralisasi, defisit
neurologis, masukkan obat-obatan misal citicholin, piracetam, manitol
200cc(bila sudah mau naik OK), CT scan, konsul bedah untuk tindakan
operatif
- Exposure : cari jejas mengancam jiwa, cek TTT pada pasien, periksa
adanya penumothorax atau hematothorax, order CXR
d. Setuju ada herniasi, karena ada penurunan kesadaran dan pupil anisokor
3mm/5mm

CASE 3
Pendekatan tatalaksana pra rumah sakit pada pasien ini:

- Melihat apakah daerah aman atau tidak

- Memindahkan pasien ke tempat yang aman, universal precaution

- Memanggil bantuan, memanggil/ menyiapkan ambulans

- Melakukan Resusitasi :

o Airway : jaw thrust, gargling suction, pasang OPA, cervical collar

o Breathing : oksigenasi 10 lpm via NRBM bila spontan, bila tidak


spontan via BVM, cek saturasi

o Circulation: pasien kondisi preshock, resusitasi dengan cairan


kristaloid 20cc/kgBB, pasang kateter, ambil darah jika
memungkinkan, evaluasi 15 menit TTV

o Disability: GCS 111, cari defisit neurologis, lateralisasi, reflex pupil,


kornea
o Exposure: cari jejas mengancam jiwa, hindari dari hipotermia

- Load and go

- Evaluasi

CASE 6

BP= CO X SVR

SV HR

ED ES

Preloa afterloa Contractili

Pada edema paru terjadi ektravasasi cairan pada interstitiel antara capilary bed
dengan alveoli, akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik. Penumpukan cairan ini
disebabkan preload yang besar. Menurut hukum frank-starling, kontraktilitas jantung
dipengaruhi/ menyesuakian dengan preload. Preload yang besar akan meningkatkan
kontraktilitas jantung untuk memompa volume yang lebih besar juga. Pada kasus
gagal jantung, kontraktilitas jantung mengalami disfungsi. Karena mengalami
disfungsi, preload terkesan meningkat karena tidak dapat dipompa ke seluruh tubuh
(pada gagal jantung kiri) sehingga terakumulasi di atrium kiri dan paru. Preload yang
meningkat ini juga meningkatkan EDV, sehingga stroke volume juga meningkat,
stroke volume yang meningkat akan meninkgatkan cardiac output. Cardiac output
yang meningkat memicu sistem simpatis untuk melakukan kompensasi, yaitu dengan
memproduksi katekolamin, katekolamin berfungsi sebagai inotropik dan kronotropik,
yaitu dengan meningkatkan kontraktilitas dan Hearrt rate. Karena kontraktilitas
jantung sudah mengalami disfungsi, maka HR meningkat untuk memperbaiki perfusi
jaringan. Simpatik overdrive akan meningkatkan HR dan SVR sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah (hipertensi) sebagai proses kompensasi tubuh, namun
karena disfungsi jantung maka simpatis yang terus bekerja menjadi simpatic
overdrive activity yang nantinya akan memperburuk keadaan karena meningkatkan
Cardiac output, cardiac output yang makin banyak akan menambah beban jantung,
padahal jantung tidak dapat memompa dengan baik sehingga menambah akumulasi
cairan pada atrium kiri, dan paru, sehigga trjadi perbedaan tekanan hidrostatik pada
paru yang memperburuk edema paru tersebut.

Jawaban no. 4
a Apa diagnosanya?

PVC bigemini HR: ?x/menit


b Bagaimana manajemen mulai masuk sampai keluar IGD?

Pasien wanita, 30th, keluhan utama dada berdebar-debar


PRIMARY SURVEY
A: paten, suara nafas tambahan (-)
B: RR 24 x/m regular
C: TD: 128/85mmHg, N: irregular, CRT: 2 detik, akral dingin
D: GCS: 456
E: tidak terdapat data
Prioritas Triage: P1

INITIAL TREATMENT
A: semifowler position, menjaga patensi jalan nafas
B: O2 10 lpm via NRBM, monitoring saturasi O2
C: IV line insertion
IVFD NaCL 0,9% life line
D: -
E: menjaga suhu tubuh pasien agar tidak hipotermia

SECONDARY SURVEY
Anamnesa: keluhan utama: berdebar-debar, sejak tadi pagi saat
olah raga, terus menerus disertai mual-mual. RPD: pernah
mengalami seperti ini yll, hanya sebentar, hilang sendiri

Pemeriksaan head to toe:


GCS: 456, TD:128/85, N:irregular, RR:24x/m, (kesan umum, suhu,
TB, BB,BMI tidak ada data)
Kepala, Leher, Thoraks, abdomen tidak ada data
Ekstremitas: CRT 2 detik, akral dingin

Pemeriksaan laboraturium: tidak ada data


Foto Thoraks: tidak ada data
EKG: PVC bigemini, HR ?x/menit irregular

Diagnosis: palpitasi dt PVC bigemini


Terapi:
Semifowler position
O2 10 lpm via NRBM
IVFD NS 0,9% maintenance 20tpm
Cardioversi 120 Joule dengan sedasi (inj. Midazolam 5 mg IV dan inj.
Fentanyl 100mcg IV)
Injeksi amiodaron loading dose 150mg/10 menit diulang jika PVC
masih ada, dilanjutkan dengan : drip amiodaron maintenance dose
1 mg/menit selama 6 jam
Injeksi lansoprazole 30 mg
Injeksi metoclopramide 10 mg
PO: ASA 80mg
PO: Clopidogrel 75mg

Disposition: Cardiologi
Jika pasien MRS kontrol dan pengobatan sesuai dengan terapi
cardiologi
Kalau pasien MRS tanpa di dispos beri surat kontrol ke cardiologi
per poli, kontrol lanjutan dan terapi sesuai dari cardiologi
1 A 58-year-old female presents to the ED with abrupt onset of
palpitations five hours previously. She has only hypertension in her
pas medical history and takes thiazide. Her observations on arrival
are heart rate 170 bpm, blood pressure 135/75 mmHg, and
respiratory rate 18/min and oxygen saturations 97% on air. Apart
from the fast heart rate, she seems otherwise well.

A What three abnormalities are present on the ECG and what is


the ECG diagnosis?
B Give common causes for this diagnosis.
C Give pharmacological treatments, with routes and doses,
which could be used control rate in this patient?
D What are complication of such rhythm?
Jawaban
A Three abnormalities: irregularly irregular pulse, atrial fibrillation
RVR, and Premature Atrial Contractions, Left axis deviation.
B Common causes: Idiopathic, CHF, Hyperthyroid, Drugs (Cocaine,
amphetamine).
C Tx: main objectives: rate control, prevention of thromboembolism,
and correction of rhythm.
Obat yang digunakan: Digoxin 0,25 mg IV tiap 2 jam, sampai
dengan 1,5 mg, ATAU amiodarone 150 mg IV selama 10 menit
dengan dosis rumatan 0,5 1 mg/menit IV.
D Pulmonary embolism and ischaemic strokes.
2 Tn. B dibawa ke IRD dengan tidak sadarkan diri, sebelumnya
mengeluhkan sakit kepala yang hebat, muntah-muntah, kemudian
dari hasil pemeriksaan didapatkan Tensi: 200/120 mmHg, N:
50x/menit, RR: 16x/menit, kaku kuduk +, GDA: 87.
A Apa kira-kira diagnosis?
B Sebutkan DD serta alasannya?
C Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan serta tujuan
mencari apa dari pasien tersebut?
S : tidak sadar diri (+), sakit kepala sebelumnya (+), muntah (+).
O: KU: tampak sakit berat, tidak sadar.
TTV: TD: 200/120 mg, Nadi: 50x/menit, RR: 16x/menit
Sistem saraf: meningeal sign +
RBS: 87 mg/dL.
A:
- Cephalgia + vomiting + meningeal sign (+)
1 Subarachnoid hemorrhages AMS, cephalgia, vomiting, HT crises,
meningeal sign (+)
2 Meningoencephalitis AMS, cephalgia, vomiting, MS (+), GDS 87
3 Tumor serebri AMS, cephalgia
-Cushings syndromes
-Hypertensive crises
-Hypoglycemia
Pdx:
Darah lengkap: untuk melihat profil infeksi
Ur/Cr: untuk melihat kelainan metabolic yang menyebabkan AMS (misal:
uremic encephalopathy?)
BGA: untuk melihat kelainan pH yang menyebabkan AMS
CXR: adakah penyulit seperti pneumonia?
Head CT: adakah perdarahan? Adakah daerah iskemik? Adakah tanda-
tanda infeksi?
EKG: apakah ada kelainan jantung?
Lumbal pungsi: apakah ada proses infeksi?
Kata kunci: sesak nafas, memberat sejak 2 hari, kedua kaki agak
membengkak, riwayat hipertensi lama tidak terkontrol.
Pemeriksaan fisik: berkeringat (diaphoresis), jvp meningkat, ictus teraba di
ICS VI MCL S, suara ronkhi di basal paru kiri dan pretibial edema
a Diagnosis : acute decompensated heart failure
Differential diagnosis: acute lung odema
b Patofisiologi terjadinya gagal jan tung:
1 Acute myocard infarct yang luas (AMI)
Pada serangan ACS yang menyebabkan infark luas pada
myokardium (pada pemeriksaan ekg terdapat ST elevasi pada
II, III, aVF {gagal jantung kanan gejala overload cairan dan
syok kardiogenik atau ST elevasi pada V5, V6 { gagal jantung
kiri gejala acute lung oedema} menyebabkan CO, left
ventricular filling pressure muncul gejala dari gagal jantung
2 Disfungsi katup jantung, infeksi pada musculus papilaris serta
miokard yang menyebabkan CO dan left ventricular filling
pressure
3 Hipertensi yang lama menyebabkan hipertrofi dari ventrikel
kiri, akibat beban kerja yang lebih berat awalnya menjadi
diastolic dysfunction berlanjut menjadi systolic dysfunction
CO dan left ventricular filling pressure
c Primary survey
A: paten, didapatkan suara nafas tambahan pada paru bagian basal
sinistra
B: RR 28-32x/menit, irreguler, penggunaan otot nafas tambahan (-),
pergerkan dinding dada simetris, SaO2 90% via nasal kanul
C:HR= 120x/menit, TD=170/80, akral hangat

Manajemen
A: jaga patensi jalan nafas
B: high flow oxygen via NRBM 10-15 lpm
C: IV plug, siapkan cairan kristalloid 20cc/kgbb/jam (jangan berikan
berlebihan, awasi tanda overload cairan) karena ada tanda-tanda
overload cairan (ronkhi pada basal paru dan pretibial edema) beri
furosemide bolus 1mg/kgBB

Secondary survey
AMPLE
Head to toe examination (ronkhi pada basal paru kiri, pretibial
edema, JVP meningkat)
Pasang kateter urin monitor produksi urin
Pasang EKG 12 lead (untuk melihat ritme jantung apakah ada ST
elevasi, apakah ada dysrhytmia dari jantung tata laksana sesuai
yang ditemukan)
Pasang monitor
Reasses tanda-tanda vital (Nadi, TD, RR, ronkhi pada paru, keluhan)
setiap 5-10 menit
Konsul TS Cardio untuk penanganan definitif

Kata kunci: lucid interval, mekanisme kecelkaan (sepeda motor tanpa


helm vs pohon), anterograde amnesia,pupil anisokor, jejas pada
hemithoraks kiri dan luka terbuka pada kepala
a Diagnosis: epidural hemorrhage
Differential diagnosis: intracerebral hemorrhage
b GCS pasien: 324
c Primary survey
A: paten, tidak ada suara nafas tambahan
B: RR 40x/menit, kedalaman cukup, periksa trakea bergeser apa
tidak, JVP meningkat apa tidak (tanda-tanda tension
pneumothoraks)
C: HR 50x/menit, TD 90/50, SaO2 75%, akral hangat kering dan
pucat, cek GDS
D: pupil anisokor, kemungkinan TIK
Eksposure: lepaskan semua baju pasien, untuk pendarahan
eksternal lakukan bebat tekan (pendarahan di kepala ditutup
dengan kasa steril), jika ada tanta-tanda fraktur bidai
Manajemen
A: pertahankan patensi jalan nafas, ada indikasi intubasi siapkan
intubasi (GCS<14 dengan pupil anisokor, GCS menurun lebih dari 2,
pola nafas ireguler)
B: high flow oxygen via NRBM 10-15 lpm, pertahankan saturasi )
>95%
C: 2 IV line large bore 16/18 G siapkan cairan kristaloid
20cc/kgBB habis dalam 30 menit, jika setelah 2 liter kristaloid masih
hipotensi ganti koloid 10cc/KgBB, jika masih hipotensi persiapkan
vasopressor dengan norepinefrin 0,1-0,05 mcg/kgBB/menit, jika
GDS rendah perbaiki dengan D40
E: periksa USG fast di 4 tempat ( hipokondria kanan dan kiri,
retrovesika atau cavum douglasi pada wanita dan epigastrium
(melihat pendarahan pada lien)

Secondary survey:
AMPLE
Head to toe examination dengan DCAP BLS TIC (ditemukan jejas
pada hemithoraks kiri, dan luka di kepala dengan ukuran 3x2x2 cm
Head of bed elevation
Pasang kateter urin monitor produksi urin
Pasang monitor reassess tanda-tanda vital (HR,TD, RR, GCS, Pupil
dan ukuran pupil) setiap 5-10 menit
Ambil darah untuk memeriksa : DL, FH, SE, persiapan darah (cross
match),
CT Scan dengan kontras
Konsul TS Bedah untuk persiapan trepanasi sebagai tatalaksana
definitif
*tambahan pada pasien trauam kepala dapat terjadi stress ulcer
berikan profilaksis ranitidine 30 mg IV,
d. setuju, karena terdapat pupil anisokor terjadi sebuah space
occupying lession dimana hematoma yang terbentuk akan mendorong
saraf kranialis III (okulomotor) pada batang otak sehingga terjadi pupil
anisokor kontralateral dari tempat lesi
kata kunci: ditemukan tidak sadar, jatuh dikamar mandi dengan suara
nafas mengorok
a 5 problem : penurunan kesadaran, airway tidak paten ada suara
nafas tambahan, breathing tidak adekuat (hypoxia), sirkulasi terjadi
gangguan hemodinamik, resiko trauma akibat jatuh di kamar mandi
b Pre dispatch: persiapan ambulans (bahan bakar, alat-alat medis,
tenaga medis), menghubungi saksi atau pelapor pada TKP,
mencatat jumlah korban apa yang terjadi
Dispatch: komunikasi medik dalam merespon panggilan
Travel to scene: menentukan arah yang paling aman dan cepat
menuju TKP
At scene: scene size up primary survey (stabilisasi ABC), tanda-
tanda Load n Go ( ada AMS, respirasi abnormal, sirkulasi abnormal,
trauma thorax, abdominal tenderness, fraktur femur bilateral),
dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan
En Route: secondary survey,AMPLE, reassess vital sign dengan
interval 5-10 menit hingga sampai ke rumah sakit
Hospital: serah terima pasien dengan dokter di rumah sakit,
menyerahkan dokumentasi penanganan, memberitahukan kejadian
1 Jelaskan pendekatan penanganan pasien dengan pulseless
electrical activity (PEA) menurut guidelines American Heart
Association (AHA)
2 Wanita 65 tahun, tidak sadar di atas tempat tidur saat dibangunkan
anaknya. Sebelum kejadian pasien tidak mengeluh pusing, mual
atau muntah. Segera setelah itu dibawah ke IGD RSUD Ben Mari.
Petugas mendapatkan pasien dalam keadaan tidak sadar saat
dipanggil atau dengan rangsang nyeri. Terdengar suara
mendengkur, pernapasan 24x/menit, regular, retraksi -, kedalaman
normal, nadi 112x/menit, isi cukup, akral dingin, berkeringat, tensi
120/80 mmHg. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan
a Bagaimana penanganan pasien tersebut?
Triage prioritas 1
Airway: suara nafas tambaha snoring (+) pasang
orofaringeal tube
Breathing: pemberian O2 via NRBM 10 lpm, monitor
saturasi oksigen menggunakan pulse oksimetri
Circulation: pasang IV line, maintenance cairan NS 0.9%
30cc/kgBB/24 jam
Pengecekan temperatur, pemasangan monitor ECG,
pemeriksaan glukosa bedside
Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik: adanya
trauma kepala, kaku leher, mengukur diameter pupil,
pemeriksaan neurologis, dan tanda gagal organ kronis
Menentukan penyebab AMS, apakah kelainan struktural
atau kelainan metabolik
b Pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan segera?
CT scan kepala
DL, fungsi ginjal, elektrolit, BGA
c Apa kemungkinan diagnose pasien?
AMS dt CVA
dd afebrile metabolic cause ec hypoglycemia dd
electrolyte imbalance
dd febrile metabolic cause ec cerebral abscess dd ME dd
septicemia
3 Seorang laki-laki datang dengan keluhan sesak sejak jam 1 malam
(terbangun ketika tidur), riwayat hipertensi 4 tahun. Kedua kaki
bengkak.
a Working diagnosis yang mungkin untuk kasus di atas
Shortness of breath dt Acute Lung Oedem Kardiogenik
b Data apa saja yang anda butuhkan untuk memperkuat diagnosis
di atas
Primary survey:
Airway: adakah suara nafas tambahan
Breathing: pergerakan dada simetris/tidak, RR,
penggunaan otot bantu nafas, saturasi oksigen
Circulation: Nadi, akral, CRT, TD
Secondary survey:
Anamnesa: keluhan sesak seperti apa, membaik
dengan posisi setengah duduk, memberat dengan
posisi berbaring, apakah pernah mengeluh seperti ini
sebelumnya. Riwayat hipertensi terkontrol atau tidak.
Obat-obatan yang digunakan apa saja
Pemeriksaan fisik Head to toe: apakah ada anemis,
mukosa lidah kering, peningkatan JVP, ronkhi halus di
lapang paru bagian basal, tengah, atas, pembesaran
batas jantung, S3, S4, murmur, pada ekstremitas ada
pitting edema
Pemeriksaan penunjang:
Chest X ray: ada tanda acute lung oedem dan kelainan
jantung
Pemeriksaan Lab DL, fungsi ginjal, kimia darah,
elektrolit, BGA (apakah ada asidosis metabolik), cardiac
marker
c Manajemen emergency yang harus dikerjakan
1 Managemen pasien di tempat area kritis dan termonitor

2 Semi fowler position

3 Cek airway dan pastikanterpelihara

4 Pemberian O2 100% via NRBM

5 Monitoring tanda-tanda vital, saturasi oksigen, dan EKG


continue

6 Pemasangan IV line

7 Pemasangan kateteruntuk memonitor produksi urin

8 Terapi :

Nitrat: GTN SL 0,5 mg / niroderm patch 5-10mg / IV 10-


200 g/menit
ACEI: Captopril 12,5mg SBP <110 mmHg; Captopril
25mg SBP >110 mmHg
Furosemid 3-4mg/kgBB bolus
9 Target MAP turun <20-25% dari MAP awal dalam waktu 1
jam

10 Setelah kondisi stabil lakukan disposisi ke bagian spesialisasi


terkait
4 A 58-year-old female presents to the ED with abrupt onset of
palpitations five hours previously. She has only hypertension in her
pas medical history and takes thiazide. Her observations on arrival
are heart rate 170 bpm, blood pressure 135/75 mmHg, and
respiratory rate 18/min and oxygen saturations 97% on air. Apart
from the fast heart rate, she seems otherwise well.

E What three abnormalities are present on the ECG and what is


the ECG diagnosis?

Three abnormalities: irregularly irregular pulse, takikardi,


Premature Atrial Contractions, Left axis deviation.
Diagnosis: atrial fibrillation RVR
F Give common causes for this diagnosis.
Idiopathic, CHF, Hyperthyroid, Drugs (Cocaine,
amphetamine).
G Give pharmacological treatments, with routes and doses,
which could be used control rate in this patient?
Digoxin 0,25 mg IV tiap 2 jam, sampai dengan 1,5 mg, ATAU
amiodarone 150 mg IV selama 10 menit dengan dosis
rumatan 0,5 1 mg/menit IV.
H What are complication of such rhythm?
Pulmonary embolism and ischaemic strokes.
5 Tn B umur 50 tahun, berat badan 75 Kg, saat mengendarai sepeda
motor tiba-tiba tertabrak pohon dan terlempar sejauh 3 meter,
kemudian dibawa ke IGD, setelah dilakukan pemeriksaan awal
didapatkan :
GCS 223 ; tensi 180/100; N 60x/menit; RR 26x /menit, pupil
2mm/4mm, paradoxal movement (+)
A Apa kira-kira diagnosa pasien terseut
Herniasi cerebral due to cedera otak berat + flail chest
B Pemeriksaan penunjang apa saja yang dibutuhkan pasien
DL, SE, OT/PT, UL, Ur/Cr
CT SCAN kepala
Foto X-ray thorax AP
X ray cervical AP
X ray pelvis AP
C Bagaimana penanganan pasien diatas
Triage di Red zone
Airways: Head up 30, Pasang endotracheal tube, Pasang
cervical collar neck
Breathing: BVM 450 cc dengan oksigen 10 lpm
Circulasi :pasang IVFD NS 0,9%,
Pasang monitor, TTV, sp O2, EKG 12 lead, TTV per 15
menit
Lakukan pemeriksaan penunjang diatas
Manajemen pencegahan peningkatan TIK:
Head elevation 30 derajat
Pasien diberikan sedasi dan anestesi
Obat-obatan seperti manitol, dexamethason,
furosemide
Mencegah terjadinya kejang
Mencegah hipertermi atau hipotermi
Hiperventilasi dengan pCO2 30-35
Menjaga Cerebral perfusion pressure (CPP=MAP-ICP)
dengan memastikan MAP >80 mmHg
Dispose bedah
D KIE kepada keluarga
Tentang penyakit dari pasien
Tentang pemeriksaan penunjang pasien
Tentang terapi
Prognosa pasien yang akan dioperasi bila pasien sudah
memiliki hasil CT SCAN
6 81 yo woman brough to ED because acting more tired, fever 2 day,
more confused. VS BP 85/60, HR 125, RR 20, T 101.3 F, pulse oxi
97%. Exam: dry mucous membrane, time disoriented. Lab: WBC
14300, hematokrit 31%, platelet 350, electrolit dbn, glucose 92.
Chest radiograph normal. UL protein +2, keton trace, WBX >100,
RBC 5-10, nitrite +, leukosit +. After administering 500 cc NS bolus
and broad spectrum antibiotik, BP is 82/60. You suspect patient in
septic shock dt acute UTI. What next most approproate action to
manage this patient with early goal directed therapy (EGDT)?

Teknik agresif dilakukan untuk mencapai CVP, MAP dan ScvO2


dalam 6 jam

Pemasangan CVP dan mempertahankan CVP 8-12 mmHg


Mempertahankan MAP setidaknya 65 mmHg dengan
melakukan stabilisasi hemodinamik:
Pasang 2 IV akses dan koreksi hipotensi dengan
resusitasi (rapid fluid administration atau 1-2 L
kristaloid)
Agen vasoaktif bila tidak ada respon terhadap fluid
challenge dengan NE 1mikrogram/kgBB/menit atau
dopamin 5-20mikrogram/kgBB/menit
Mencapai target urin output
Melakukan pemeriksaan kultur darah dan kultur urin

You might also like