Professional Documents
Culture Documents
sendiri. Sebagai sebuah negara Asia, Indonesia menemukan sangat sulit untuk menentukan dan
mengatur privasi. Sebagian besar negara Asia telah tidak tahu menahu tentang privasi. Privasi
belum dilihat sebagai masalah "serius" dalam Asia, termasuk Indonesia. Kebanyakan orang Asia
tinggal tradisional dalam masyarakat komunal, yang tidak menaruh banyak perhatian untuk
privasi. Istilah privasi sebagai hak asasi manusia berasal dari dunia barat dan menjadi penting di
Belakangan ini masyarakat Indonesia cukup resah dengan adanya fenomena kebocoran data
rahasia perusahaan, dan lain sebagainya. Inti permasalahan tentang kebocoran data konsumen
terletak pada beberapa kesalahan berpikir yang perlu segera dikoreksi. Data pribadi saat ini
adalah suatu aset yang berharga untuk bisnis dan organisasi yang terus menerus mengumpulkan,
data pribadi sebagai komoditas, terutama yang berkaitan dengan konsumen. Dalam lingkungan
jaringan, sejumlah besar data pribadi sekarang dapat dikumpulkan dari pengguna internet dan
dikumpulkan untuk membuat profil dari aktivitas online mereka dan preferensi. Dan dalam
beberapa kasus, koleksi dan agregasi dapat berlangsung tanpa sepengetahuan pemilik data.
Dalam dunia jaringan, menjamin privasi konsumen jauh lebih sulit dibandingkan dengan dunia
fisik.
Kompilasi data dari vendor keamanan komputer memperkirakan bahwa pada saat ini terjadi satu
pencurian identitas dalam setiap 3 detik atau setara dengan 10 juta informasi pribadi per tahun
identitas personal yang bersifat umum seperti jenis kelamin, umur, alamat, email dan pekerjaan
serta data rahasia seperti nomor rekening bank dan data finansial adalah komoditas yang paling
diminati di pasar underground168. Para pemasar yang hendak melakukan market profiling
membutuhkan data semacam ini yang apabila dikumpulkan melalui prosedur biasa akan
memakan waktu dan biaya tidak sedikit. Sehingga penawaran dari pasar tidak resmi bisa menjadi
pilihan yang rasional bagi sebagian perusahaan. Kebutuhan serupa juga berkembang terutama
untuk tujuan targeted attack kepada tokoh masyarakat yang populer dan aktif di jejaring sosial.
Tahun 2010 terjadi sejumlah pencurian informasi pribadi dan pembajakan akun yang berujung ke
modus fraud menimpa tokoh masyarakat seperti artis, politisi dan pejabat negara. Di tahun 2011
jenis ancaman dan serangan ini akan semakin meningkat karena pengungkapan kasus selama ini
hampir tidak ada karena terkendala sulitnya pelacakan secara legal formal.
Kewajiban menyerahkan data pribadi, yang menyangkut banyak aspek kehidupan dan perjalanan
hidup seseorang dan bahkan keluarganya, telah menjadikan individu tawanan sistem. Data
pribadi harus diserahkan untuk kebutuhan apapun, mulai dari mengajukan kredit rumah,
melamar pekerjaan, mengambil hasil undian, dan sebagainya. Sebaliknya, seakan tidak ada
kewajiban dari pihak yang menghimpun data pribadi tersebut untuk menjaga kerahasiaannya,
dalam pengertian hanya menggunakannya untuk kepentingan seperti yang telah disepakati.
Sering terjadi, data pribadi itu diteruskan kepada pihak lain tanpa seizin pribadi yang
bersangkutan. Misalnya, bagaimana sebuah perusahaan bias menawarkan produk atau jasanya
kepada seseorang dengan mengirim surat ke alamat rumah padahal nama dan alamat yang
engaturan perlindungan data pribadi yang secara spesifik dalam media elektronik terdapat dalam
Pasal 26 Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pasal 26
(1) Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan, penggunaan setiap informasi
melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas
(2) Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan
Menurut Sonny Zulhuda, Ph.D dari International Islamic University Malaysia mengungkapkan
bahwa UU No. 11 Tahun 2008 masih sangat tidak signifikan dalam mengatur penggunaan data
pribadi karena pasal tersebut hanya merupakan ketentuan umum dan tidak menjelaskan berbagai
isu yang banyak diperbincangkan di kancah internasional171. Pasal tersebut tidak secara jelas
dengan persetujuan (consent) dimana penggunaan data harus dilakukan atas persetujuan orang
yang bersangkutan apakah dalam pasal ini tergolong pada persetujuan implisit (implied consent)