You are on page 1of 14

PROFESIONALISASI JABATAN GURU

Oleh :

KELOMPOK II

1. Herlinayati Ritonga (4142121019)


2. Maria Evelin Panjaitan (4142121022)
3. Rika Indah Lestari (4143121047)
4. Sari Marina Rumahorbo (4143121052)
5. Wahyuni Artika Ritonga (4143121063)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya, makalah yang berjudul Profesionalisasi Jabatan Guru ini dapat
diselesaikan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai latar
belakang pentingnya profesi kependidikan, pengertian profesionalisasi jabatan guru dan
upaya perlindungan profesi. Tentunya makalah ini selesai berkat bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi penyusunan makalah
ini, baik berupa moril maupun materil.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan yang cukup besar dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini
sangat jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh
karena itu saran, usul dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 01 Maret 2017

Penulis

Kelompok II

1
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
1.4 Manfaat 1

BAB II. PEMBAHASAN 2


2.1 Latar Belakang Pentingnya Profesi Kependidikan 2
2.2 Profesionalisasi Guru 3
2.2.1 Pengertian Profesionalisasi 3
2.2.2 Profesionalisasi Jabatan Guru 3
2.2.3 Pengembangan Kinerja Guru 4
2.2.4 Faktor Penentuan dan Penilaian Kinerja Guru 5
2.2.5 Pengembangan Karier Guru 7
2.3 Perlindungan Profesi Guru 9

BAB III. PENUTUP 10


3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan akan berhasil menunaikan fungsinya secara baik apabila tenaga
penggerak pendidikan termasuk guru bertindak dan berpenampilan secara profesional.
Hanya guru profesional yang dapat diprediksi untuk menggerakkan sumber daya yang
ada menuju tercapainya tujuan pendidikan. Profesionalisasi guru mengacu kepada suatu
proses untuk menjadi guru yang profesional. Proses yang harus dialami atau dijalani
seseorang yang memiliki kemauan menjadi guru yaitu sejak memiliki niat menjadi guru,
lalu memasuki lembaga pendidikan untuk mengalami proses pendidikan dan latihan
dalam kurun waktu tertentu, kemudian memperoleh pengakuan sebagai guru yang
profesional. Profesionalisasi guru tidak bisa dipandang sebelah mata, karena
profesionalisasi guru bukanlah diawali oleh keluarnya surat pengangkatan sebagai guru
setelah menjadi lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) melainkan
dimulai sejak ada niat atau kemauan untuk menjadi guru.
Niat ini yang dapat menjadi dasar pernyataan bahwa pekerjaan guru adalah
pekerjaan mulia, panggilan hati untuk mengabdi atau melayani, karena pendidikan itu
adalah diri manusia itu sendiri. Menjadi guru adalah menjadi manusia yang bisa
dijadikan model dan contoh oleh setiap orang yang sedang mengalami proses
pendidikan. Profesionalisasi guru menuntut agar setiap guru menjadi guru yang
profesional. Setiap calon guru harus mampu tahapan dan aktivitas pembentukan
profesionalisasi guru. Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk membuat makalah
yang berjudul Profesionalisasi Jabatan Guru sekaligus untuk memenuhi tugas mata
kuliah profesi kependidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1) Apa yang menjadi latar belakang pentingnya profesi kependidikan ?
2) Apa yang dimaksud dengan profesionalisasi guru ?
3) Apa saja upaya perlindungan pelaksanaan tugas profesi guru ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui latar belakang pentingnya profesi kependidikan.
2) Untuk mengetahui profesionalisasi guru.
3) Untuk mengetahui upaya perlindungan pelaksanaan tugas profesi guru.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.
a. Untuk calon guru, sebagai sumber informasi agar mengetahui tahapan
pembentukan menjadi guru yang profesional.
b. Untuk guru, sebagai sumber referensi yang mendukung agar profesionalisasi
guru menjadi lebih baik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pentingnya Profesi Kependidikan


Profesi merupakan bidang kajian dari ilmu telah memiliki suatu pengakuan
kekuasaan (power) akibat dari keahliannya. Namun banyak diantara profesi yang tidak
diakui atau tidak di register oleh para praktisi, karena diantaranya banyak juga profesi
yang tidak memiliki standar atau kode etik profesi. Semua profesi memiliki power,
apabila klien yang menerima jasa pelayanan profesi mengetahui standar profesional dan
memiliki komitmen bahwa mereka akan menerima layanan yang baik atau standar
sesuai jasa profesi yang diterimanya. Tanpa sikap profesional, suatu instansi seperti
lembaga pendidikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.
Tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah sebagaimana yang tercantum
di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 tahun 1992 tanggal 17 Juli 1992. Dalam
PP tersebut pasal 3 ayat 1 sampai 3 disebutkan beberapa jenis tenaga dalam lingkup
ketenagaan kependidikan, sebagai berikut :
1) Tenaga kependidikan yang terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan
pendidikan, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan
pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan penguji.
2) Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar dan pelatih.
3) Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor,
dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah.
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul dan berinteraksi
dengan para murid dibandingkan dengan personel lainnya di sekolah. Guru bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan pengkajian serta
mengemban kewajiban untuk turut aktif membantu melaksanakan berbagai program
belajar. Terutama menyangkut mata pelajaran yang diasuhnya. Menggerakkan dan
mendorong peserta didik agar semangat dalam belajar, sehingga semangat belajar
belajar peserta didik benar-benar dapat menguasai bidang ilmu yang dipelajari. Bukan
sekedar turut mengikuti pelajaran, lebih dari itu. Guru mata pelajaran juga harus
membantu peserta didik untuk dapat memperoleh pembinaan yang sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuan yang dimiliki (Pidarta, 2007).
Walaupun guru secara formal sebagai pejabat profesional, banyak kalangan yang
tidak meyakini keprofesionalan guru, hal ini terjadi karena masyarakat pada umumnya
melihat kenyataan bahwa banyak sekali guru melakukan pekerjaan yang tidak memberi
keputusan pada mereka, dan adanya pendapat masyarakat bahwa pekerjaan pendidik
dapat dilakukan oleh siapa saja. Ornstein dalam (Sagala, 2009) menyebutkan bahwa
pengertian profesi yaitu (1) tugas tersebut dilakukan sebagai karir yang akan dilakukan
sepanjang hayat; (2) sebelum melakukan pekerjaan diperlukan ilmu dan keterampilan
tertentu, memerlukan pelatihan khusus dalam jangka waktu tertentu, dan tidak setiap
orang dengan leluasa dapat melakukannya tanpa mengikuti persiapan yang memadai;
(3) memiliki otonomi dalam mengambil keputusan terkait dengan tugasnya dan tidak

2
diatur oleh pihak lain walaupun dari atasannya; (4) mempertanggungjawabkan segala
sesuatu diakibatkan oleh keputusan profesional yang diambilnya; (5) memiliki
komitmen terhadap jabatan dan klien, dan dilakukan dengan menggunakan administrasi
yang jelas dan mudah; (6) memiliki organisasi profesi dan asosiasi yang sepenuhnya
diatur sendiri oleh anggotanya; (7) memiliki kode etik tersendiri untuk membantu
memberikan penjelasan yang meyakinkan kepada klien atau khalayak ramai; dan (8)
mempunyai status sosial dan gaji yang tinggi bila dibandingkan dengan jabatan lainnya.
Jadi jabatan profesi adalah suatu sebutan yang didapat seseorang setelah
mengikuti pendidikan, pelatihan keterampilan dalam waktu yang cukup lama dalam
bidang keahlian tertentu. Melalui proses tersebut dia punya kewenangan khusus dalam
memberikan suatu keputusan mandiri berdasarkan kode etik asosiasi yang harus
dipertanggungjawabkan sampai kapanpun. Melakukan tugas profesi memperoleh posisi
yang sangat presticsius dan mendapat imbalan gaji atau pembayaran yang tinggi atas
jasa profesinya. Karenanya tidak semua pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang
walaupun sudah cukup lama otomatis disebut sebagai tugas profesi.
Untuk memenuhi persyaratan profesi seperti yang telah dikemukakan maka
peran lembaga pendidikan guru perlu ditingkatkan. Pertama-tama perlu diperkenalkan
pengertian pendidikan tersebut kepada calon guru, hal ini diperlukan karena mereka
harus memikirkan bahwa mendidik bukanlah sekedar mengajarkan sesuatu melainkan
membangunkan peserta didik agar aktif mengembangkan dirinya secara antusias dan
penuh dengan semangat, sesudah paham akan makna kata mendidik lalu yang
dikembangkan adalah kriteria keberhasilan mendidik siswa yaitu menurut (Pidarta,
2007) diantaranya sebagai berikut :
1) Memiliki sikap suka belajar
2) Tahu tentang cara belajar
3) Memiliki rasa percaya diri
4) Mencintai prestasi tinggi
5) Memiliki etos kerja
6) Produktif dan kreatif
7) Puas akan sukses yang dicapai
2.2 Profesionalisasi Guru
2.2.1 Pengertian Profesionalisasi
Kata profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung arti
runtunan perubahan (peristiwa) pada perkembangan sesuatu, kemajuan sosial berjalan
terus, rangkaian tindakan, pembuatan atau pengelolaan yang menghasilkan produk.
Dengan kata lain, proses adalah sesuatu hal yang terus menerus mengikuti aturan yang
lazim atau harus dijalankannya hingga sesuatu yang dibawanya berubah bentuk atau
wujud.
2.2.2 Profesionalisasi Jabatan Guru
Keprofesionalan seseorang terbentuk melalui proses yang harus dijalani dalam
waktu yang lama. Proses pembentukan sosok seseorang menjadi yang profesional
secara singkat dapat disebut profesionalisasi. Keseluruhan tahap proses yang harus
dialami dan atau diikuti oleh guru mulai dari ada niat menjadi guru hingga benar-benar

3
menjadi guru yang profesional itulah yang dimaksud dengan profesionalisasi jabatan
guru. Dengan kata lain, profesionalisasi jabatan guru adalah proses yang harus ditempuh
untuk memegang profesi guru atau menjabat sebagai guru yang profesional.
Profesionalisasi tidak diawali oleh keluarnya surat pengangkatan sebagai guru
setelah menjadi lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), tetapi
dimulai sejak ada niat untuk menjadi guru, menjadi pelayan bagi sesama manusia
dengan tujuan ingin mengabdi memanusiakan manusia. Niat ini yang dapat menjadi
dasar pernyataan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan mulia, panggilan hati untuk
mengabdi atau melayani, karena pendidikan itu adalah diri manusia itu sendiri. Menjadi
guru adalah menjadi manusia yang bisa dijadikan model dan contoh oleh setiap orang
yang sedang mengalami proses pendidikan. Setelah memasuki kehidupan nyata di
tengah-tengah masyarakat nyata, guru ditantang melaksanakan tugas pelayanannya
sedemikian rupa sesuai dengan tuntutan pekerjaan sebagai guru yang profesional.
Dengan berbagai dinamika kehidupan guru dituntut untuk melakukan proses
pendidikan dan pembelajaran bagi warga pendidikan dengan menampilkan indikator-
indikator dari setiap kompetensi guru yang telah dikuasainya selama belajar di dunia
LPTK.
2.2.3 Pengembangan Kinerja Guru
Kinerja atau performance berarti tindakan menampilkan atau melaksanakan
suatu kegiatan, oleh karena itu performance sering juga diartikan penampilan kerja atau
perilaku kerja. Sebagai suatu organisasi, dalam sekolah terdapat kerja sama kelompok
orang (kepala sekolah, guru, staf dan siswa) yang secara bersama-sama ingin mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Semua komponen yang ada di sekolah
merupakan bagian yang integral, artinya walaupun dalam kegiatannya melakukan
pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing tetapi secara keseluruhan pekerjaan
mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi sekolah. Sebagai salah satu
anggota organisasi sekolah, tenaga pendidik/guru menduduki peran yang amat penting
dalam proses pendidikan dan pembelajaran dalam mempersiapkan peserta didik untuk
mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan.
Seorang guru mau menerima sebuah pekerjaan sebagai pendidik, jika ia
mempersiapkan diri dengan kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai
dengan yang dituntut oleh organisasi (sekolah). Dan dalam menjalankan perannya
sebagai pendidik, kualitas kinerja mereka merupakan suatu kontribusi penting yang
akan menentukan bagi keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu
perhatian pada pengembangan kinerja guru untuk terus meningkat dan ditingkatkan
menjadi hal yang amat mendesak, apalagi bila memperhatikan tuntutan masyarakat
yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan
berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru.

Pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan
kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seorang guru akan terlihat pada situasi dan

4
kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan
tugas dan cara/kualitas dalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut.
Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di
atas, maka akan terlihat jelas apa yang dimaksud dengan kinerja guru. Kinerja guru
pada dasarnya merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah yang dapat menggambarkan
mengenai prestasi kerjanya dalam melaksanakan semua itu, dan hal ini jelas bahwa
pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki
keahlian dan kualifikasi tertentu sebagai guru. Kinerja guru dalam melaksanakan peran
dan tugasnya di sekolah khususnya dalam proses pembelajaran dalam konteks sekarang
ini memerlukan pengembangan dan perubahan kearah yang lebih inovatif, kinerja
inovatif guru menjadi hal yang penting bagi berhasilnya implementasi inovasi
pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan/pembelajaran.
Upaya untuk memperbaiki secara terus menerus kualitas pembelajaran perlu
menjadi suatu sikap profesional sebagai pendidik, ini berarti bahwa upaya untuk
mengembangkan hal-hal yang inovatif mesti menjadi konsentrasi guru dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan demikian, kreativitas dan kinerja inovatif
menjadi amat penting, terlebih lagi dalam konteks globalisasi dewasa ini yang penuh
dengan persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga kinerja inovatif
termasuk bagi guru perlu terus didorong dan dikembangkan, terlebih lagi bila
mengingat berbagai tuntutan perubahan yang makin meningkat.
Kinerja inovatif (innovative performance) guru adalah kinerja yang dalam
melaksanakannya disertai dengan penerapan hal-hal baru dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan, ciri kinerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan menggambarkan
ciri atau kegiatan kinerja yang harus dilaksanakan oleh guru, sedangkan inovatif
merupakan sifat yang menggambarkan kualitas bagaimana guru melaksanakan tugas
dengan inovatif atau dengan memanfaatkan serta mengaplikasikan hal-hal baru, baik
berupa ide, metode, maupun produk baru dalam melaksanakan pekerjaan guna
meningkatkan kualitas pendidikan/pembelajaran. Dengan pemahaman seperti itu, maka
kinerja inovatif guru merupakan kinerja yang menerapkan hal-hal baru dalam
melaksanakan peran dan tugas yang diemban oleh guru tersebut. Oleh karena itu,
pemahaman kinerja inovatif guru perlu dilihat dalam konteks pelaksanaan tugas dan
kewajiban yang harus dilaksanakan guru sebagai pendidik di sekolah (Sastrohadiwiryo,
2003).
2.2.4 Faktor Penentuan dan Penilaian Kinerja Guru
Kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan seseorang dalam bidang pekerjaannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya adalah :
1) Tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja guru.
Kemampuan seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena
melalui pendidikan itulah seseorang mengalami proses belajar dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Selama menjalani pendidikannya
seseorang akan menerima banyak masukan baik berupa ilmu pengetahuan

5
maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berpikir dan perilakunya.
Ini berarti jika tingkat pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak
pengetahuan serta keterampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar
kemungkinan kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal keterampilan
dan pengetahuan yang diperolehnya.
2) Faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi pengajaran yaitu
serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya.
Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan
penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pengembangan
pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar mengajar. Sasaran
supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar yang memungkinkan
terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.
3) Kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk
memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik
yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para
siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru
dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar
mengajar. Untuk iitu guru perlu mengikuti program-program penataran.
4) Iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada kinerja guru, di
antaranya pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk pada pengaturan orang
(siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan, tempat duduk dan
media pengajaran). Selain itu hubungan antara pribadi yang baik antara kepala
sekolah, guru, siswa dan karyawan sekolah akan membuat suasana sekolah
menyenangkan dan merupakan salah satu sumber semangat bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya.
5) Agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh kondisi fisik
dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benar-benar
diperhatikan. Begitu pula kondisi mental guru, bila kondisi mentalnya baik dia
akan mengajar dengan baik pula.
6) Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-benar
berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat
pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya seperti pemberian
intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala, asuransi kesehatan dan lain-lain.
7) Peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap terbuka, kreatif,
dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja yang demikian
ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara kepala sekolah
melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.
8) Kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan dalam
meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling melibatkan diri
dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses mencapai tujuan pendidikan,
tidak bisa terlepas dari dari kegiatan administrasi. Kinerja guru di dalam

6
organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh kemampuan dan kemauan
guru dalam ikut serta mendukung proses belajar mengajar. Faktor ini merupakan
potensi guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk mendukung
kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan
dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya.
Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru
diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja
dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka.
Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja
dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara
efektif dan efisien seperti produktivitasnya, efektivitas menggunakan waktu, dana yang
dipakai serta bahan yang tidak terpakai. Sedangkan evaluasi kerja melalui perilaku
dilakukan dengan cara membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan
teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah atau
tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain.
Evaluasi kinerja seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam
kriteria yaitu :
1) Hasil tugas
Evaluasi hasil tugas adalah mengevaluasi hasil pelaksanaan kerja individu
dengan beberapa kriteria (indikator) yang dapat diukur.
2) Perilaku
Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan cara membandingkan perilakunya
dengan rekan kerja yang lain.
3) Ciri individu
Evaluasi ciri individu adalah mengamati karaktistik individu dalam berperilaku
maupun berkerja, cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga dapat
dikategorikan cirinya dengan ciri orang lain.
Evaluasi atau penilaian kinerja menjadi penting sebagai feed back sekaligus
sebagai follow up bagi perbaikan kinerja selanjutnya. Kinerja guru sangat penting untuk
diperhatikan dan dievaluasi karena guru mengemban tugas profesional artinya tugas-
tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui
program pendidikan.
2.2.5 Pengembangan Karier Guru
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat
profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau
keterampilan yang memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu. Secara formal, guru
profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-1/D-IV dan bersertifikat
pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang memenuhi
kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara
efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan

7
dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan
dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau
D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1
atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan
tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan. Pengembangan
dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik
dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga (PP
Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud
dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan
yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa kegiatan kolektif guru yang meningkatkan
kompetensi dan/atau keprofesian, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi
ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum
ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP, publikasi buku
pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi pengalaman lapangan pada
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus, dan/atau penghargaan atas
prestasi atau dedikasi sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah
daerah. Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru,
yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan; (2) kenaikan
pangkat; dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus
sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan
profesi dan karir guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di
dalam melaksanakan tugasnya. Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan
untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi
dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya memberikan penghargaan,
peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi
bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan.
2.2.3 Perlindungan Profesi Guru
Profesi guru hampir tidak mungkin dapat dilakukan secara baik dan benar oleh
orang yang tidak dipersiapkan untuk itu atau orang yang tidak profesional. Pekerjaan

8
sebagai guru apabila tidak dikerjakan dengan baik, resikonya besar apabila kita lihat di
kemudian hari. Pekerjaan guru mengandung resiko tinggi, hanya saja akibatnya baru
terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama. Misalnya, guru yang tidak profesional
dalam mengajarkan suatu mata pelajaran mengakibatkan nilai atau prestasi siswa rendah
bahkan lebih buruknya lagi apabila siswa menjadi benci dengan mata pelajaran tersebut.
Ada juga guru yang bukan keluaran dari LPTK mungkin saja tumbuh dan berkembang
menjadi profesional melalui pengalaman, namun apabila pengalaman itu mendidik
mengenai sesuatu yang keliru maka guru tersebut mengulang sesuatu yang keliru dalam
waktu yang lama yang sudah melanggar kode etik guru Indonesia.
Menurut Martini dan Nawawi dalam (Wau, 2017), apabila profesi guru
dilindungi dalam kaedah-kaedah hukum, maka tidak sedikit lulusan non LPTK yang
akan menjadi guru, sementara guru LPTK sendiri belum memperoleh kesempatan
menjadi guru. Berdasarkan kenyataan itu, sekurang-kurangnya harus diadakan
penertiban, dan pada gilirannya diperlukan ketegasan mengenai persyaratan seorang
untuk dibenarkan memangku jabatan guru, yang disertai dengan sanksi hukum yang
keras. Mereka juga menmgusulkan ditetapkannya peraturan perundang-undangan yang
mewadahi antara lain :
1) Perlindungan terhadap LPTK, sebagai satu-satunya yang berwenang
memproduksi tenaga kependidikan, khususnya guru untuk semua jenis dan
jenjang pendidikan.
2) Perlindungan terhadap LPTK, sebagai satu-satunya yang berwenang melakukan
pelatihan bagi lulusan Perguruan Tinggi program S1 dan program selanjutnya,
yang bermaksud menjadi guru.
3) Perlindungan berupa pelatihan bagi lulusan LPTK atau yang tidak melalui
LPTK, untuk menjadi guru (Pendidikan Akta Mengajar).
4) Perlindungan terhadap pengikut sertaan PGRI dalam memberikan rekomendasi
keanggotaan setiap calon guru dan mengevaluasi guru dalam menjalankan atau
melanggar norma-norma kode etik guru, sebagai bahan pertimbangan mengenai
statusnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.
1) Latar belakang pentingnya profesi kependidikan yaitu bahwa tanpa sikap
profesional, tenaga kependidikan tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.
Banyak juga kalangan yang tidak meyakini keprofesionalan guru, hal ini terjadi

9
karena masyarakat pada umumnya melihat kenyataan bahwa banyak sekali guru
melakukan pekerjaan yang tidak memberi keputusan pada mereka, dan adanya
pendapat masyarakat bahwa pekerjaan pendidik dapat dilakukan oleh siapa saja.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka profesi perlu ditingkatkan.
2) Keseluruhan tahap proses yang harus dialami dan atau diikuti oleh guru mulai
dari ada niat menjadi guru hingga benar-benar menjadi guru yang profesional
itulah yang dimaksud dengan profesionalisasi jabatan guru. Dengan kata lain,
profesionalisasi jabatan guru adalah proses yang harus ditempuh untuk
memegang profesi guru atau menjabat sebagai guru yang profesional.
5) Upaya perlindungan pelaksanaan tugas profesi guru yaitu : (a) perlindungan
terhadap LPTK, sebagai satu-satunya yang berwenang memproduksi tenaga
kependidikan, khususnya guru untuk semua jenis dan jenjang pendidikan; (b)
perlindungan terhadap LPTK, sebagai satu-satunya yang berwenang melakukan
pelatihan bagi lulusan Perguruan Tinggi program S1 dan program selanjutnya,
yang bermaksud menjadi guru; (c) perlindungan berupa pelatihan bagi lulusan
LPTK atau yang tidak melalui LPTK, untuk menjadi guru (Pendidikan Akta
Mengajar); dan (d) perlindungan terhadap pengikut sertaan PGRI dalam
memberikan rekomendasi keanggotaan setiap calon guru dan mengevaluasi guru
dalam menjalankan atau melanggar norma-norma kode etik guru, sebagai bahan
pertimbangan mengenai statusnya.
3.2 Saran
Penulis menyarankan kita sebagai calon guru mengetahui dan menerapkan
profesionalisasi jabatan guru dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, M. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta


Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung :
Alfabeta
Sastrohadiwiryo, B. S. 2003. Manajemen Kinerja Tenaga Indonesia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara

10
Wau, Y. 2017. Profesi Pendidikan. Medan : Unimed Press

11

You might also like