Professional Documents
Culture Documents
LESU
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
I. Skenario
Seorang anak perempuan berumur 8 tahun diantar ibunya ke
puskesmas dengan keluhan lesu. Gejala ini juga disertai dengan
penurunan nafsu makan dan tidak mempunyai keinginan belajar dan
bermain. Keadaan ini dialami oleh anak tersebut sejak 8 bulan yang
lalu sejak pulang dari berlibur di kampungnya di Kabupaten
Mamuju selama 1 bulan.
IV. Pertanyaan
1. Penyebab Lesu dan patomekanismenya ?
Jawab :
- Anemia
- Dehidrasi
- Malabsorbsi makanan
- Penyakit Infeksi
- Gangguna Saluran Cerna
2. Apa ada hubungan gejala dengan dengan tempat yang dikunjungi
dalam skenario ?
Jawab :
Iya ada, menurut Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa
filariasis tersebar di seluruh Indonesia dengan prevalensi klinis
sebesar 1,1 dengan rentang 0,3 6,4. Di Sulawesi Barat
prevalensi klinis tahun 2007 sebesar 0,3. Jumlah penderita filariasis
kronis pada tahun 2007 di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 12
penderita yang penderitanya hanya ditemukan di Kabupaten Mamuju
dan Kabupaten Mamuju Utara masing-masing sebesar 11 dan 1
penderita. Sehingga memungkinkan adanya faktor resiko terkena
infeksi pada skenario.
3. Langkah-langkah diagnosis ?
Jawab :
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, urine, feses
Pencitraan : USG< foto polos abdomen dan limfokintigrafi
4. Diferensial Diagnosis ?
Jawab :
Hookworm diseases
Ascariasis
Filariasis
Sistosomiasis
Giardiasis
Taeniasis
Trichuriasis
Strongiloidiosis
Fasciodisis
Diare
Malaria
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Ascariasis
Morfologi 1,5
Cacing dewasa :
a. 10 31 cm
b. ekor melengkung ke ventral
c. mempunyai 2 spikulum
Cacing betina :
a. 20 35 cm,
b. ekor lurus
Telur tidak dibuahi :
a. Bentuk lonjong
b. 90 x 40 m
c. Lapisan albuminoid tipis tidak teratur
d. Lapisan hialin bening, tebal
e. Lapisan vitellin tipis
f. Isi : sel telur yang atropis (penuh)
g. Antara sel telur dan dinding tidak ada rongga kosong
Telur dibuahi :
Telur dekortikasi :
Cacing dewasa jantan dan betina hidup dalam rongga usus halus manusia.
Cacing betina mengeluarkan 100.000 - 200.000 butir telur sehari terdiri dari telur
yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi; telur-telur tersebut keluar bersama tinja
penderita. Dalam lingkungan yang sesuai (tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu
25 30 C), telur yang dibuahi berkembang menjadi telur matang (bentuk
infektif) dalam waktu 3 minggu.2
per
be min
h a ap
hari
ri- a
r u
Larvae
Dapat diidentifikasi dalam sputum atau aspirasi cairan gastric during the
pulmonary migration phase (examine formalin-fixed organisms for morphology).
Cacing dewasa
cacing kadang keluar melalui tinja/muntahan dapat dilihat secara makroskopik
Penatalaksanaan 1,2,3,4
Pengendalian 1,2,3,4
a. Memperbaiki sanitasi
b. Hindari makanan tercemar oleh tinja manusia
Komplikasi 1
a. Pneumonitis (setelah migrasi larva ke paru)
b. Obstruksi usus oleh cacing dewasa
c. Malnutrisi anak
d. Perforasi usus dan abses hepar
Prognosis 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Elliott T, et al. 2013. Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi. Jakarta : EGC.
Hal 127-28
2. Sutanto I, dkk. 2008. Buku Ajar : Parasitologi Kedokteran. Edisi 4.
Jakarta : EGC. Hal 12-14
3. Slide Kuliah Helminthiasis Usus dan Jaringan. 2016. dr. Risna Halim
Mubin, Sp.PD
4. Slide Kuliah Helminthes(cacing) . 2016. Dr. dr. Andarias M, M.Sc
5. Slide Kuliah Tropical Medicine Intestinal helminth. 2016. dr. Sitti
Wahyuni, PhD