Pertama membuat pemandu dengan mengatur rambut, dipisahkan bagian depan dan belakang pada puncak kepala kemudian ke kanan dan kiri. Irisan dimulai dari processus mastoid kanan ke verteks kemudian ke processus mastoid kiri. Pengirisan dibuat sampai mencapai periostium. Kulit kemudian dikupas dan dilipat ke depan sampai kurang lebih 1 cm di atas margo supraorbital ke belakang sampai protuberantia occipitalis eksterna. Keadaan kulit bagian dalam dan tulang-tulang tengkorak diperiksa kelainannya. 2. Pemotongan tulang atap tengkorak. Rongga kepala dibuka dengan gergaji didaerah frontal pada kurang lebih 2 cm diatas lipatan kulit melingkar kemudian di samping kanan dan kiri setinggi 2 cm di atas daun telinga setelah memotong muskulus temporalis. Penggergajian diteruskan ke belakang dengan membentuk sudut 120 sampai setinggi kurang lebih 2 cm di atas protuberantia occipitalis eksterna. Penggergajian dapat pula dikerjakan dengan cara melingkari kepala. Otot temporalis diiris dengan cara membuat garis mengelilingi tulang tengkorak dimana garis tersebut akan digunakan saat menggergaji nanti. Namun otot temporalis harus tetap dipertahankan agar saat mengembalikan tulang atap tengkorak dapat dilakukan penjahitan. Penggergajian harus hati-hati, bila tebal tulang telah terlampaui maka penggergajian dihentikan, dengan T chisel (elevator) dimasukkan ke bekas penggergajian kemudian putas dan congkel, maka tulang tengkorak akan dapat dilepas. Setelah atap tengkorak terlepas, di cium bau yang keluar dari rongga kepala sebab racun dapat tercium bau. Periksa dan catat keadaan bagian dalam tulang atap tengkorak. Durameter diperiksa dan dicatat keadaannya. Durameter kemudian di gunting mengikuti garis penggergajian dan daerah subdural dapat diperiksa kelainannya. Darah yang tampak diatas otak di usap, jika hilang maka perdarahan tersebut subdural tetapi bila tidak hilang dengan pengusapan berarti perdarahan subaraknoid. Catat lokasi perdarahan tersebut, ukut luas dan jendalan usakan untuk di timbang. 3. Pengangkatan dan pemeriksaan otak. Jari-jari tangan kiri menekan bagian frontal otak kemudian ditarik ke arah belakang, potong vasa-vasa darah dan saraf olfaktorius serta saraf okulomotoris. Dilanjutkan dengan memotong chiasma optikum. Tarikan diperbesar dan otak disiangi dari fiksasinya hingga tampak jelas basis craniinya, foramen oksipitale magnum serta cerebellumnya. Lepaskan dan balik pengangan tangan kiri pada otak, kemudian otak sedikit ditarik ke arah atas belakang sehingga tampak medulla oblongata dan bagian atas medulla spinalis. Lalu dengan pisau yang panjang, medulla spinalis dipotong sejauh mungkin. Maka lepaslah otak. Periksa dan timbang. Perhatikan gyrus dan sulcinya serta gambaran pembuluh darahnya. Pada kasus asfiksia akibat penggantungan atau pencekikkan maka pembuluh darah akan tampak melebar dan ada gambaran seperti perdarahan namun bila ditekan gambaran perdarahan tersebut akan hlang. Kemudian dilakukan pengirisan otak besar caranya irisan dimulai dari fisura longitudinale cerebri sekitar 1 cm diatas comissura cerebri dengan posisi pisau miring 45% dan dilakukan dengan satu kali irisan. Jika irisan benar, maka ventrikel lateralis akan terpotong. Lakukan hal serupa pada hemisfer cerebri sebelahnya. Periksa adanya jendalan darah. Perdarahan di daerah ini biasanya terjadi secara spontan akibat tekanan darah yang terlampau tinggi. Pengirisan otak kecil dilakukan secara radier berlapis-lapis, periksa tiap bagian irisan, adakah perdarahan pada substantia otak. 4. Pengangkatan Selaput Otak dan dasar tengkorak Selaput otak yang sudah dibuka harus dilepaskan dari perlengketannya dengan dasar tengkorak, caranya: jepit selaput otak tersebut dengan klem kemudian putar klem terus menerus sehingga selaput otak tergulung, lalu lakukan tarikan hingga perlengketan selaput otak tinggal pada foramen oksifitale magnum dan potong disini. Maka terlepaslah selaput otak. Periksa dasar tengkorak, adakah retak tulang jika ada catat lokasinya. Lokasi dasar tengkorak yang paling rapuh bila terdapat trauma adalah disekitar foramen magnum, disekitar krista galli, pars pyramidalis, serta atap orbital.
Daftar pustaka: Pemeriksaan jenazah forensik dan medikolegal. Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada. www.gamel.fk.ugm.ac.id/mod/resource/view.php?id=11846