You are on page 1of 2

1.

Pengirisan kulit kepala


Pertama membuat pemandu dengan mengatur rambut, dipisahkan bagian depan dan
belakang pada puncak kepala kemudian ke kanan dan kiri. Irisan dimulai dari processus
mastoid kanan ke verteks kemudian ke processus mastoid kiri. Pengirisan dibuat sampai
mencapai periostium. Kulit kemudian dikupas dan dilipat ke depan sampai kurang lebih 1
cm di atas margo supraorbital ke belakang sampai protuberantia occipitalis eksterna.
Keadaan kulit bagian dalam dan tulang-tulang tengkorak diperiksa kelainannya.
2. Pemotongan tulang atap tengkorak.
Rongga kepala dibuka dengan gergaji didaerah frontal pada kurang lebih 2 cm diatas
lipatan kulit melingkar kemudian di samping kanan dan kiri setinggi 2 cm di atas daun
telinga setelah memotong muskulus temporalis. Penggergajian diteruskan ke belakang
dengan membentuk sudut 120 sampai setinggi kurang lebih 2 cm di atas protuberantia
occipitalis eksterna.
Penggergajian dapat pula dikerjakan dengan cara melingkari kepala. Otot temporalis diiris
dengan cara membuat garis mengelilingi tulang tengkorak dimana garis tersebut akan
digunakan saat menggergaji nanti. Namun otot temporalis harus tetap dipertahankan agar
saat mengembalikan tulang atap tengkorak dapat dilakukan penjahitan. Penggergajian
harus hati-hati, bila tebal tulang telah terlampaui maka penggergajian dihentikan, dengan T
chisel (elevator) dimasukkan ke bekas penggergajian kemudian putas dan congkel, maka
tulang tengkorak akan dapat dilepas. Setelah atap tengkorak terlepas, di cium bau yang
keluar dari rongga kepala sebab racun dapat tercium bau. Periksa dan catat keadaan bagian
dalam tulang atap tengkorak. Durameter diperiksa dan dicatat keadaannya. Durameter
kemudian di gunting mengikuti garis penggergajian dan daerah subdural dapat diperiksa
kelainannya. Darah yang tampak diatas otak di usap, jika hilang maka perdarahan tersebut
subdural tetapi bila tidak hilang dengan pengusapan berarti perdarahan subaraknoid. Catat
lokasi perdarahan tersebut, ukut luas dan jendalan usakan untuk di timbang.
3. Pengangkatan dan pemeriksaan otak.
Jari-jari tangan kiri menekan bagian frontal otak kemudian ditarik ke arah belakang,
potong vasa-vasa darah dan saraf olfaktorius serta saraf okulomotoris. Dilanjutkan dengan
memotong chiasma optikum. Tarikan diperbesar dan otak disiangi dari fiksasinya hingga
tampak jelas basis craniinya, foramen oksipitale magnum serta cerebellumnya. Lepaskan
dan balik pengangan tangan kiri pada otak, kemudian otak sedikit ditarik ke arah atas
belakang sehingga tampak medulla oblongata dan bagian atas medulla spinalis. Lalu
dengan pisau yang panjang, medulla spinalis dipotong sejauh mungkin. Maka lepaslah
otak. Periksa dan timbang. Perhatikan gyrus dan sulcinya serta gambaran pembuluh
darahnya. Pada kasus asfiksia akibat penggantungan atau pencekikkan maka pembuluh
darah akan tampak melebar dan ada gambaran seperti perdarahan namun bila ditekan
gambaran perdarahan tersebut akan hlang. Kemudian dilakukan pengirisan otak besar
caranya irisan dimulai dari fisura longitudinale cerebri sekitar 1 cm diatas comissura
cerebri dengan posisi pisau miring 45% dan dilakukan dengan satu kali irisan. Jika irisan
benar, maka ventrikel lateralis akan terpotong. Lakukan hal serupa pada hemisfer cerebri
sebelahnya. Periksa adanya jendalan darah. Perdarahan di daerah ini biasanya terjadi
secara spontan akibat tekanan darah yang terlampau tinggi. Pengirisan otak kecil
dilakukan secara radier berlapis-lapis, periksa tiap bagian irisan, adakah perdarahan pada
substantia otak.
4. Pengangkatan Selaput Otak dan dasar tengkorak
Selaput otak yang sudah dibuka harus dilepaskan dari perlengketannya dengan dasar
tengkorak, caranya: jepit selaput otak tersebut dengan klem kemudian putar klem terus
menerus sehingga selaput otak tergulung, lalu lakukan tarikan hingga perlengketan selaput
otak tinggal pada foramen oksifitale magnum dan potong disini. Maka terlepaslah selaput
otak. Periksa dasar tengkorak, adakah retak tulang jika ada catat lokasinya. Lokasi dasar
tengkorak yang paling rapuh bila terdapat trauma adalah disekitar foramen magnum,
disekitar krista galli, pars pyramidalis, serta atap orbital.

Daftar pustaka: Pemeriksaan jenazah forensik dan medikolegal. Fakultas Kedokteran


Universitas Gajah Mada. www.gamel.fk.ugm.ac.id/mod/resource/view.php?id=11846

1.

You might also like