You are on page 1of 28

Bondan Winarno

23 juni 2016

PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA


2016
1. K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak
2. Kecelakaan kerja yang terjadi relative masih tinggi
3. Pelaksanaan pengawasan K3 masih bersifat parsial dan belum menyentuh
aspek manajemen
4. Relatif rendahnya komitment pimpinan perusahaan dalam hal K3
5. Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3
6. Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh
komunitas perlindungan hak buruh internasional
7. Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan
perlindungan
8. Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program
9. Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi issue nasional baik secara politis maupun
sosial
10. Masalah kecelakaan kerja masih dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah dilihat dari
pendekatan moral
11. Tenaga kerja masih ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan, belum
dirtempatkan sebagai mitra usaha
12. Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil
LATAR BELAKANG
Kita bekerja dalam industri dengan resiko tinggi dan insiden terus terjadi

Stena Spirit crashes into crane, Port on Toppled containers aboard Svendborg Maersk
Polands Baltic Sea, 2012 upon arrival in Malaga.

A stack of containers come undone at the South


Harbor in Manila
MENGAPA KITA PERLU K3 ? C
Kita tidak ingin I
Manusia/Te Terjadi kecelakaan
naga Kerja kerja atau PAK -> T
kehilangan saudara R
A
P
Kita tidak ingin
E
K
Harta
Benda
kehilangan harta R
Benda
U
3 S
A
Kita tidak ingin
H
Lingkung
terjadi Kerusakan A
an Hidup Lingkungan
A
N
5
PERATURAN TENTANG K3

UU PP Permenaker Kepmenaker
PENGENALAN TENTANG K3
UU. PP. PERMENAKERTRAN,KEPMEN DLL

H
Lokasi
Perusahaan

A
- ZERO ACCIDENT
Z - EFESIEN
Orang/Tenaga Kerja
A - SUSTAINABLE

R
Kegiatan
D

PELAKSANAAN & PENGAWASAN K3 P2K3

7
TUJUAN PENERAPAN K3
TEMPAT

KEGIATAN
Pembangunan
sustainable sehingga
ORANG Sumber2 dapat menjaga
produksi/kegiatan Kelestarian
aman, lancar lingkungan hidup
Setiap orang/TK mendorong
yang berada di produktivitas tinggi
tempat kerja selalu dan efisiensi dapat
dalam keadaan tercapai
selamat, sehat dan
sejahtera
DASAR HUKUM PENERAPAN SMK3
Pasal 27 (2)
UUD 1945
Undang-undang
13 Thn 2003

Pasal 86 Pasal 87

UU No.1/1970 PP 50 Tahun 2012


ttg Penerapan
SMK3

Sanksi
(1) Setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan
Pasal 87
UU No.13/2003

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
Pelaksanaan K3 sesuai UU 1/1970 secara eksplisit
merupakan pelaksanaan K3 secara sistem
SMK3 dikeluarkan sejak 1996 melalui Permenaker No.
05/Men/1996
Di Internasional perkembangan sistem manajemen K3
mulai berkembang melalui ILO Guidline Tahun 2001
OHSAS dikembangkan pada tahun 2001
SMK3 ditegaskan kembali dalam UU 13 tahun 2003
pasal 87
Dan mengamanatkan pedoman penerapan melalui
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3 (12 April 2012)
PENERAPAN SMK3
Pasal 5

Wajib bagi perusahaan:


mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 (seratus) orang; atau
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi (high
risk).
Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Dalam menerapkan SMK3 memperhatikan
peraturan perUU, konvensi atau standar
internasional
IMPLEMENTASI K3 DI PELABUHAN
2 FATOR UTAMA
PENYEBAB TERJADINYA
BAHAYA

UNSAFE UNSAFE
ACTION CONDITION
KURANG PENGETAHUAN
KURANG TERAMPIL/ PENGALAMAN
TIDAK ADA KEMAUAN
FAKTOR KELELAHAN
JENIS PEKERJAAN YG TIDAK SESUAI
GANGGUAN MENTAL
KESALAHAN DALAM SIFAT DAN TINGKAH
LAKU MANUSIA
Menjalankan Mesin/ Mengambil posisi pada tempat
Peralatan tanpa yang berbahaya
wewenang Membetulkan mesin dalam
Menjalankan Mesin/ keadaan jalan
Peralatan dgn kecepatan Lalai memberikan peringatan atau
yg tidak semestinya lupa mengamankan tempat kerja
Membuat Alat Pengaman Bersenda gurau tidak pada
tidak berfungsi tempatnya
Lalai menggunakan APD Memaksakan diri untuk bekerja
Mengangkat barang walaupun sakit
dengan cara yg salah Merancang /memasang peralatan
tanpa pengaman
Kebersihan lingkungan kerja
Pelindung atau
pembatas/pengaman yang yang jelek
tidak memadai Polusi udara di ruangan kerja
Peralatan/ perkakas dan (gas, uap, asap, debu, dsb.)
bahan yang rusak tetap Kebisingan yang berlebihan
digunakan Pemaparan Radiasi
Penempatan barang yang
salah Ventilasi yang tidak memadai
Sistem peringatan yang Penerangan yang tidak
tidak memadai memadai
Pengabaian terhadap
perkiraan bahaya
kebakaran/peledakan
Alat Pelindung Diri
Wajib digunakan di area Pelabuhan / Terminal

Alat Pelindung Diri wajib dikenakan


selama berada di area kerja

Helm Pelindung Sepatu Pelindung Rompi Pelindung


(Safety Helmet) (Safety Shoes) (Safety Vest)
1. Keselamatan Pejalan Kaki
Secara umum kecelakaan fatal yang paling banyak terjadi di Pelabuhan adalah
pejalan kaki, sehingga kita perlu mengidentifikasi dan mengendalikan risiko-risiko
yang berkaitan dengan peralatan bergerak dan pejalan kaki :
a) Kenakan Rompi, Helm dan Sepatu Pelindung.
b) Jaga jarak dengan kendaraan bergerak.
c) Berjalan hanya di area pejalan kaki yang telah disediakan .
d) Pastikan pengemudi mengetahui keberadaan Anda.
e) Dilarang menggunakan HP saat berjalan di lokasi kerja.
f) Dilarang berjalan di lokasi-okasi yang ditandai rambu Dilarang Berjalan.
g) Dilarang turun/meninggalkan kabin kendaraan saat berada di area kerja.
h) Dilarang menumpang di atas kendaraan bak terbuka.
i) Menyeberanglah menggunakan Zebra Cross dan dilarang menyeberang di
sembarang tempat.
2. Alat Bergerak
Potensi bahaya dan resiko fatal kedua di area pelabuhan adalah
banyaknya penggunaan alat berat bergerak di lingkungan pelabuhan.
Sehingga kita perlu mengidentifikasi dan mengendalikan risiko-risiko
yang berkaitan dengan pengoperasian dan pemeliharaan alat bergerak :
a. Pastikan Anda telah memiliki kecakapan mengemudi/memiliki SIM
yang masih berlaku.
b. Kecepatan maksimum di area kerja adalah 30 km/jam.
c. Pastikan fitur-fitur keselamatan (lampu rotari dan lain-lain) dan rem
dalam kondisi baik.
d. Perhatikan posisi pejalan kaki yang berada di lapangan.
e. Dilarang berhenti di bawah lintasan spreader, jalur RTG crane atau
berhenti di sembarang tempat.
f. Dilarang memutar musik dan menggunakan HP di saat mengemudi
g. Gunakan selalu sabuk keselamatan (Safety belt).
h. Jika kendaraan RUSAK, dilarang melakukan perbaikan tanpa ijin dari
Pihak Pelabuhan / Terminal
2. Alat Bergerak
i. Pastikan rem tangan (hand brake) diaktifkan saat meninggalkan
kendaraan.
j. Dilarang meninggalkan kendaraan dalam kondisi mesin hidup.
k. Pasang pengganjal ban (wheel chock) pada saat kendaraan diperbaiki.
l. Khusus kendaraan trailer, dilarang mendahului.
m. Patuhilah rambu-rambu lalulintas dan penandaan jalan.
n. Berlalulintaslah secara bergantian, jangan berkerumun dengan
kendaraan lain dan dilarang menyalip di dalam area kerja Pelabuhan /
terminal.
o. Untuk kendaraan trailer, tidak seorangpun diperkenankan menumpang
di dalam kabin.
p. Apabila anda mengalami atau mengetahui adanya kecelakaan segera
laporkan ke Supervisor Keselamatan (Safety Supervisor), Petugas
Keamanan (Security Personnel) atau Manajer Shift (Shift Manager).
2. Alat Bergerak
q. Dilarang mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan / atau
mengkonsumsi minuman beralkohol selama berada di lokasi kerja.
Penggunaan obat terlarang/narkoba akan dilaporkan ke pihak
berwajib.
r. Dilarang menumpang di atas bak kendaraan yang terbuka.
s. Dilarang merokok saat mengemudi dan selama berada di area kerja.
t. Pastikan jumlah penumpang sesuai kapasitas kendaraan.
3. Menangani Muatan
Potensi bahaya dan resiko fatal ketiga di Pelabuhan / Terminal adalah
menangani muatan. Sehingga kita perlu menggunakan alat yang sesuai
dengan prosedur kerja aman untuk meminimumkan kemungkinan
seseorang mengalami cedera karena terhantam oleh muatan yang sedang
berayun, diangkat, atau terjatuh selama kegiatan bongkar muat.
a. Hanya petugas yang ditunjuk/memiliki ijin diperkenankan
mengoperasikan peralatan.
b. Pastikan jalur spreader aman dari kendaraan bergerak.
c. Tangani petikemas sesuai dengan Muatan Kerja Aman (Safe Working
Load/SWL) alat.
d. Lakukan pemeriksaan sebelum mengoperasikan alat.
e. Penanganan muatan mutlak dilakukan oleh petugas yang terlatih.
f. Dilarang berada di bawah muatan yang menggantung.
g. Pastikan alat angkat dipelihara/dirawat secara berkala dan
bersertifikat.
4. Bekerja di Ketinggian

Jatuh dari ketinggian sangat sering terjadi di Pelabuhan .


Terminal. Sehingga kita perlu melindungi setiap pegawai dan
kontraktor dengan cara mengendalikan risiko terkait dengan
bekerja di ketinggian (Working at Height).
a. Kenakan Alat Pelindung Diri (SPD) untuk bekerja di ketinggian
secara tepat
b. Ketahui peraturan dan syarat untuk bekerja di ketinggian
c. Patuhi peraturan 2 x 2 yaitu :

Bekerja dalam jarak dua (2) meter pada


daerah yang tidak terlindungi yang lebih lebar
dari 300 mm yang memungkinkan untuk
jatuh dari ketinggian dua (2) meter atau lebih.
5. Keselamatan Kapal
Kapal-kapal yang berkunjung diklasifikasikan sebagai area sementara
karena berbagai macam desain, kondisi, dan cara penyajian
barang/kargo yang mungkin menimbulkan kerusakan atau cedera pada
seseorang.

Sebelum melakukan pekerjaan di atas kapal, maka harus diuji dulu


kondisi kapal termasuk jalur masuk ke setiap titik/lokasi pekerjaan
(Point of Work = POW) dan setiap peralatan pengangkatan.

Apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian/ kekurangan, maka harus


dilakukan tindakan perbaikan dengan pengawasan memadai yang
teridentifikasi, terpasang, dan terkomunikasikan sebelum
dilaksanakannya pekerjaan.
6. Teknik/Engineering

Dalam penerapan SMK3 yang baik, perusahaan wajib


menyediakan Workshop (Bengkel) dan peralatan yang didesain,
dibangun, dibeli, dan dipelihara sesuai dengan standar industri
untuk memastikan kesehatan dan keselamatan para pegawainya
serta keefisienan pengoperasiannya.
7. Pengisolasian
Perusahaan harus mengendalikan risiko yang timbul dari pelepasan
energi tersimpan yang tidak terkendali.
Untuk pekerjaan berkaitan dengan kelistrikan, pekerjaan di ruang sempit
(confined space), pekerjaan menggali, pekerjaan di ketinggian,
pekerjaan berhubungan dengan panas dan pekerjaan penanganan
mekanis serta pekerjaan yang berkaitan dengan zat/barang berbahaya
harus mendapat ijin dari Petugas Keselamatan atau Departemen K3
Perusahaan terkait.
TERIMA KASIH

You might also like